Anda di halaman 1dari 40

By

Wahyu Rohadi
Endang Purwaningsih
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM:

► Setelah mempelajari bab gizi pada


penyakit ginjal ini, mahasiswa
diharapkan dapat menjelaskan
zat‑zat gizi yang terdapat di dalam
bahan makanan, sebagai dasar
penyusunan diit penyakit‑penyakit
ginjal.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:
Mahasiswa diharapkan mampu:

1. Menjelaskan macam‑macam zat gizi yang berhubungan


dengan ginjal.
2. Menjelaskan proses metabolisme dan fungsi macam‑macam
zat gizi yang berhubungan dengan ginjal.
3. Menjelaskan kecukupan dan bahan makanan sumber
macam‑macam zat gizi yang berhubungan dengan ginjal.
4. Menjelaskan macam‑macam diit penyakit ginjal.
5. Menjelaskan tujuan macam‑macam diit penyakit ginjal.
6. Menyusun modifikasi macam‑macam diit penyakit ginjal.
7. Menjelaskan contoh‑contoh bahan makanan yang diijinkan
dan dilarang atau dibatasi
pada penyakit‑penyakit ginjal.
PENDAHULUA
N
► Setiap penyakit yang
terjadi pada ginjal akan
mengakibatkan
terganggunya fungsi ginjal
terutama dalam
membuang kelebihan zat
gizi, yang diterima melalui
makanan, keluar tubuh.
Untuk itu diperlukan
keseimbangan zat gizi
dengan cara mengatur
pemasukan zat gizi melalui
upaya diitetik.
Tiga fungsi utama ginjal adalah:
excretory; endocrine; and
metabolic
► Mengekskresikan sebagian besar produk akhir
metabolisme tubuh : ureum, kreatinin, dll.
► Menjaga keseimbangan elektrolit dan cairan
tubuh.
► Memproduksi renin dan eritropoietin  yang dapat
meningkatkan tekanan darah dan sel darah
merah.
► Modul ini : bahasan tentang zat gizi yang
berhubungan dengan ginjal, macam diit, tujuan
diit, persyaratan dan contoh bahan makanan yang
diperbolehkan / dibatasi.
Bila terjadi gangguan pada ketiga fungsi tersebut
akibat penyakit ginjal , maka lebih lanjut akan
mempengaruhi status gizi dan perawatannya

 Injury, necrosis, scarring of renal parenchyma


cause a loss of renal function, the quantity of
the substances that are filtered by the kidney
falls but, many aspects of renal function
undergo adaptive changes that preserve
homeostasis and minimized the derangements
in plasma and tissue concentrations of
substances that normally are excreted by the
kidney
**Water and many organic compounds and minerals
accumulate in renal failure
**Low-protein diets (LPDs) reduce accumulation of
many of these substances
► Renal failure may become so severe that the
adaptive mechanisms are no longer adequate to
maintain homeostatis, even with special therapy
that restricts the intake of fluid, electrolytes, and
protein the accumulation the endocrine and
metabolic disturbances, the clinical signs and
symptoms that result from renal failure are
referred to as uremia  maintenance hemodialysis
; chronic peritoneal dialysis, or renal
transplantation, clinical deterioration and death
will eventually supervene
Excretion and regulation of body water, minerals,
and organic compounds are clearly the most
important functions of the kidney
► Interrelationships between Nutrients and
kidney function
► *Malnutrition  decreases the GFR, if nutritional
intake improves, these functions may normalized
► *Malnourished subjects are more likely to develop
acidosis after an acid load
► * Protein intake and amino acid intake on renal
function increase in renal blood flow and GFR in
humans
*Lipids and lipoproteins
 have a pathogenic role for dietary fat intake
 in rats, rabbits and guinea pig : fed high-
cholesterol diet develop hypercholesterolemia and
progressive glomerulosclerosis and renal failure

►A number of growth factors many other


compounds may affect renal physiology and
the progression of renal failure
►  these include various eicosanoids,
angiotension, and probably aldosteron
Zat gizi yang berhubungan
dengan ginjal.
► Protein.
Hasil akhir metabolisme protein  non protein
nitrogen : berupa urea, uric acid, kreatinin, asam
organik, CO2 dan air yang secara normal
dikeluarkan melalui ginjal.
► Apabila ginjal tidak berfungsi normal sisa hasil
metabolisme tidak dibuang sebagaimana mestinya
dan nitrogen bertambah di dalam darah maupun
jaringan.
► Hal ini akan menyebabkan anorexia, nausea dan
muntah. Untuk itu pada penyakit ginjal perlu
pengaturan asupan protein.
Asupan protein ditentukan berdasarkan
kreatinin kliren

Kreatinin kliren Asupan protein per hari


ml/menit gr/kg BB
30‑20 0.60
19‑5 0.45
5 0.30
► Pada anak‑anak asupan protein tidak boleh <
1.0 ‑ 1.3 gr/kg BB per hari oleh karena
kecukupan protein penting untuk
pertumbuhan.
► Proteinuria pada gangguan ginjal terjadi luar
biasa bila kreatinin serum mencapai 800
mmol/l.
► Terakhir di laporkan dengan diit 40 gr protein
akan memproduksi kira‑kira 190 mmol urea.
► Hal ini penting  “kontrol” bahwa pemakaian diit
rendah protein yang lama bukan merupakan
sebab pengurangan masa otot dan bukti lain dari
pengosongan protein (Michael dan David 1992).
► Pengurangan metabolisme protein, khusus pada
fase oliguri dianjurkan pemberian protein sebesar
20 gr yang mempunyai nilai biologi tinggi.
► Sumber protein biologi tinggi misalnya ; putih
telur, daging, ikan dan susu.
Sodium (Na)
► Setiap pasien mempunyai kesanggupan yang
berbeda dalam, penanganan sodium.
► Asupan sodium optimal dapat diketahui
dengan pemeriksaan berulang‑ulang dari
elektrolit dalam darah atau urin.
► Pada pasien dengan asupan 40 mEq atau 920
mg sodium,  akan dieksresi setelah 4 hari.
► Jumlah urin dan berat badan berkurang serta
fungsi ginjal menurunmerupakan indikasi
untuk penambahan sodium dalam diit.
► Bila berat badan meningkat sedangkan asupan
kalori tetap indikasi adanya retensi sodium dan
air.
► Edema dan hipertensi pada penderita gagal
ginjal, asupan sodium perlu dikurangi hingga 40
mEq atau 920 mg/hari, tetapi pada pasien yang
kehilangan sodium setelah diberi terapi diuretik,
muntah atau diare yang diberi infus tanpa
elektrolit, asupan sodium bisa dinaikkan sampai 90
mEq atau 2070 mg per harinya.
Potassium (K)

► Bilaginjal tidak berfungsi sebagaimana


mestinya, terjadi penimbunan kalium di
badan.
► Terlalu banyak kalium  menimbulkan
pusing, muntah, bradikardi dan cardiac
arrest.
► Asupan kalium perhari tak boleh melebihi 70
mEq (2370 mg).
► Beberapa makanan dan minuman tinggi
kalium seperti buah‑buahan, macam‑macam
sayuran yang diberikan pada pasien ginjal
perlu pengontrolan kadar kalium darah.
► Sumber kalium seperti kentang, apokat,
kismis, ikan sarden, ikan laut, jus jeruk,
squash, pisang, tomat dll.
Fosfor dan Kalsium

► Retensi fosfat terjadi pada kemunduran fungsi


ginjal dengan akibat kalsium darah menurun.
► Penurunan ini akan memacu sekresi hormon
paratiroid sehingga terjadi pembongkaran kalsium
di tulang.
► Sayang sekali diit fosfat dan kalsium sulit di
kontrol.
► Asupan kalsium tinggi ; sekaligus rendah fosfat
agak sulit karena kedua zat gizi diatas biasanya
bersamaan berada dalam bahan makanan.
Cairan
► Pada kerusakan ginjal tidak dapat diberikan cairan
terlalu banyak.
► Pemberian cairan perlu diamati untuk mencegah
kelebihan cairan atau dehidrasi akibat kekurangan
cairan.
► Masukan cairan disesuaikan dengan kehilangan
cairan melalui urin dan saluran cerna.
► Masukan cairan dianjurkan 2‑3 liter perhari (Ter
Wee 1992).
► Cairan tidak hanya berasal dari minuman, buah
dan sayuran yang 80‑90 % terdiri air juga perlu di
kontrol.
Energi
► Penyediaan energi yang cukup dapat memelihara
efek asam amino dan keseimbangan nitrogen.
► Untuk itu dianjurkan asupan energi sebesar 35
kcal/kg BB/hari (Davidson 1975, Robinson 1977,
Kopple 1986).
► Studi lain menyarankan 30 kcal/kg BB/hari. Perlu
tambahan 100‑150 gr karbohidrat (KH) per hari
untuk mencegah terjadinya ketosis, meskipun
kebutuhan KH yang dianjurkan adalah 300‑400 gr
KH/hari.
► Lemak, minyak, gula dan buah dipakai untuk
memelihara kecukupan kalori (Claudio 1983).
Tujuan modifikasi diit :

1. Mengurangi beban ginjal melalui


pengurangan urea, uric acid, kreatinin dan
fosfat.
2. Mencegah percepatan kerusakan jaringan
ginjal sebagai hasil dari asupan protein
yang berlebihan.
3. Mencegah kalsifikasi sekunder akibat
distrofi ginjal.
4. Menunda kebutuhan dialisis.
Macam diit penyakit ginjal

a. Insufisiensi ginjal kronik


Diit untuk penyakit insufisiensi ginjal kronik
juga disebut sebagai diit predialisis.
► Pada diit ini ada pembatasan zat gizi
terutama protein dan fosfor.
► Pengurangan sodium, kalium, cairan dan
kalori tergantung kebutuhan individu.
Modifikasi diit:
Protein (gr/kg BB) 0.6‑0.8
Energi (Kcal/kg BB) BB normal : 35
gemuk : 20 ‑ 30
kurus : 50
Fosfor (mg/kg BB) 8‑ 12
Sodium (mg/kg BB) 1000‑3000
Kalium Tak dibatasi secara khusus
Cairan Harap hati‑hati
Kalsium (mg/hr) Tak dibatasi secara khusus
Serat (gr/hr) 20‑25
►Pemilihan bahan makanan.

Bahan Diijinkan Dihindari/dibatasi


Sayur Semua sayur segar Kacang polong, asinan, asem-asem
Buah Kecuali yang dihindari Buah ceri, buah manis, buah kering
Susu Susu yang diuapkan Makanan yang terbuat dari susu, coklat
jangan
melebihi kecukupan
Nasi Beras, roti, bihun, macaroni Kue-kue; potato chips, snack chips,
crackers, mi
instant
Makanan Semua boleh kecuali Kacang-kacangan, biji-bijian tidak
kacang-
tambahan kacangan melebihi kecukupan
Lemak Mentega, kuah berminyak Kelapa, kacang tanah diijinkan dengan
perhitungan
Gula Semua boleh Kecuali yang bersama coklat dan kacang
Dessert(makana Terbuat dari susu, telur, tepung (es krim,
n pudding),
penutup) roti coklat, kacang-kacangan
b. Gagal ginjal kronik (GGK)
► Pengelolaan GGK ada 2 macam yaitu secara
konservatif dan terapi ginjal pengganti
(dialisis).
► Pengelolaan diit GGK secara konservatif
digunakan modifikasi diit insufisiensi ginjal
kronis, sedang yang dilakukan terapi ginjal
pengganti (dialisis), digunakan modifikasi
diit GGK
Tujuan modifikasi diit GGK:
1. Memberikan makanan secukupnya tanpa
memberatkan faal ginjal.
2. Mengurangi kadar ureum dan kreatinin darah.
3. Memelihara kimia darah, tekanan darah,
keseimbangan cairan mendekati normal.

► Secara umum pada diit GGK yang perlu


diperhatikan/diperhitungkan adalah protein,
kalium, natrium, fosfor dan cairan.
► Modifikasi tambahan lemak, kolesterol, trigliserid
dan serat mungkin sangat tergantung dengan
kebutuhan individu.
Modifikasi diit:
Hemodialisis Peritonealdialisis
Protein (gr/kg BB) 1.1-1.4 1.2 - 1.5
60% protein dengan nilail 1.2 - 1.3 maintenance
bilogi tinggi 1.5 pemenuhan
1.2 pengurangan
Energi (kcal/kg BB) 30 - 35 maintenance 25 - 35 maintenance
25 - 30 penurunan BB 35 - 50 peningkatan BB
40 - 50 peningkatan BB 20 - 25 penurunan BB
Fosfor < 17 m Eq (800-1200 < 1200 mg/dl
mg/dl)
Pertahankan di serum
max 4-6 mg/ 100 ml
Natrium 2000 - 3000 mg/dl Tergantung tekanan darah dan
Berat badan
Kalium 40 mg/kg BB atau 50 - 80 Secara umum tak ada
mEq/dl (1250 - 2000 pembatasan
mg/dl)
Cairan 500 - 750 mL/dl plus 2000 - 3000 ml/hr
koreksi tergantung
urin ± 750 - 1500 mL/dl perubahan BB dan
tekanan
darah
Kalsium 1000 - 1800 mg/dl idem hemodialisis
(mg/dl)
Lemak Kolesterol < 300 mg/dl idem hemodialisis
Di tekankan asam lemak
tak jenuh
Serat 20 - 25 gr/dl idem hemodialisis
c. Gagal ginjal akut (GGA).

► Tujuan modifikasi diit GGA:


1. Mengurangi penimbunan ureum
2. Mengontrol elektrolit yang abnormal
3. Mengkoreksi retensi cairan
4. Menjaga status gizi

Pada diit ini membutuhkan pengontrolan asupan protein,


sodium, kalium, fosfor dan cairan.
Kecukupan kalori tergantung kebutuhan individu dan
frekuensi terapi dialisis.
Modifikasi diit GGA tanpa terapi dialisis;
Protein 0.5 - 0.6 g/kg BB (tak boleh kurang 40 gr/hr)
Untuk memacu kembalinya GFR normal;
Dengan dialisis diijinkan 1.0 - 1.5 gr/kg BB/hr
Energi 3 5 - 5 0 kcal/kg BB.
Fosfor Kebutuhannya individual, menyesuaikan nilai laborat
Sodium Fase anuri - oliguri; 500 - 1000 mg/hr
Fase diuresis : natrium, kalium dan cairan yang hilang
harus
Diganti biasanya diberikan per oral dalam bentuk garam.
Kalium Fase anuri - oliguri; 1000 mg/hr
Fase diuresis : idem sodium, sebagian cairan bisa
diberikan dalam
bentuk sari buah yang mempunyai kandungan kalium
tinggi
Cairan Fase anuri - oliguri; ganti cairan yang keluar melalui urin,
►d. Nepfrotik sindrom

Tujuan modifikasi diit :


1. Mengurangi edema dan proteinuri
2. Mengontrol tekanan darah dengan
mengurangi retensi garam
3. Menghambat progresifitas penyakit ginjal
4. Mencegah katabolisme protein otot dan KKP
5. Memberikan energi yang adekuat
Modifikasi diit
Protein Dewasa : 0.6 - 1.0 gr/kg BB ditambah kehingan
protein melalui
urin
Anak : RDA sesuai umur ditambah kehilangan protein
melalui urin
Sodium 1 - 3 gr/hr
Cairan Tak ada pembatasan
Lemak < 30 % dari total kalori/hr
Kolesterol < 300 mg/hr
Energi Kecukupan dijaga untuk mencapai keseimbangan
edema - BB
Vitamin/min Suplementasi menjadi penting bila asupan protein
eral kurang dari
60 gr/hr
c. Batu ginjal.
Pada prinsipnya ada 2 macam penyusun batu
1. Kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan kalsium karbonat disebut sebagai
batu kalsium.
2. batu sistin, batu infeksi (struvit) dan asam urat disebut sebagai batu
non kalsium.

Beberapa hal yang memudahkan timbul


batu.
1. Kurang minum (minum kurang dari 1 liter/hari)
2. Tingginya asupan garam dapur (sodium).
3. Konsumsi tinggi protein hewani, gula, lemak dan garam.
4. Kurang mengkonsumsi makanan tinggi serat, magnesium fosfat vitamin
B 1 dan B6.
Modifikasi diit batu ginjal.

1. Diit rendah kalsium tinggi sisa asam


Makanan Cukup kalori, protein, besi, vitamin A, dan vitamin
C
Cairan 50 ml/kg/hr , atau rata-rata 2500 ml/hari

Kalsium Dibatasi ± 400 mg/hr

Natrium Minimal 100 meq/ 5.85 gr garam dapur.

Oksalat Hindari penggunaan vitamin C dosis tinggi (1


g/hari).
Cegah defisiensi piridoksin.
Bahan makanan yang dibatasi atau
dilarang.
1. Sumber kalsium :
► kentang, ubi, singkong, kue terbuat dari susu,
susu, keju, udang, kepiting, ikan teri, ikan asin,
sardin, lobak, brocoli, yoghurt, es krim.

2. Sumber oksalat:
► kentang, tahu dan tempe, bayam, daun melinjo,
daun pepaya, daun lamtoro, daun singkong, daun
talas, daun katuk, daun kelor, sawi, leunca, otak,
ginjal, hati, jantung, yeast, buah melinjo,
strawberry, jeruk, anggur dan buah yang
dikeringkan atau diawetkan, minuman beer, teh,
ovaltin, soda.
2. Diit tinggi sisa basa.

Makanan Cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin


Cairan 50 ml/kg/hr , atau rata‑rata 2500 ml/hari
Asam urat Tinggi KH membantu pengeluaran asam urat
Lemak cenderung menghambat pengeluaran asam
urat.
Banyak cairan membantu mengeluarkan kelebihan
asam urat
Sistin, Rendah
metionin
Bahan makanan yang dihindari.
Sumber protein :
hati, ginjal, otak, jantung, ragi, usus, sardin, kepiting, ikan
tuna, udang, kerang, telur ikan, kaldu, daging.
Latihan :

1. Sebutkan 3 tujuan umum diit pada penyakit

ginjal.
2. Jelaskan prinsip pemberian zat gizi pada
diit gagal ginjal insufisiensi.
3. Jelaskan prinsip diit batu ginjal.
►Kepustakaan
1. Celeste CT, Arserna JC; Handbook for Nutritional
Management of Renal Disease, Department of Science and
Technology Food and Nutrition Research Institute, Manila,
1995.
2. Claudio VS, DeGuzman, Oliveros, Decastro EE; Dietary
management for chronic renal failure,
3. Basic diet therapy for Filipinos, 3 th edition, Mariem &
Webster Co, 1983.
4. Davidson SR, Passmore, JF Brook and AS Truswell, Human
nutrition and dietetics, 6 th edition, Edinburgh. Churchill
Livingstone, 1975.
5. Kopple JD; Nutritional therapy in kidney failure, Nut.Rev.39.
No.5 193‑206, 1981.
6. Kopple JD; Chronic Renal Failure, Nutritional and Non Dialytic
Management, Current therapy in Internal Medicine, 2.
Toronto, 1987.
6. Michel, David; The assessment of patient with chronic renal
insufficiency, Textbook of Clinical Nephrology, vol 2, Cameron,
Davidson, Grinfelt, Oxford Medica, Publication 1992.
7. Ter Wee, Initial management of chronic renal failure; Textbook of
Clinical Nephrology, vol 2, Cameron, Davidson, Grinfelt, Oxford Medica,
Publication 1992.
8. Nico A Lumenta; Pencegahan dan pengaturan makanan pada
penderita batu ginjal dan saluran kemih, Penyakit Ginjal, BPK Gunung
Mulia, Jakarta, 1992.
9. Bag. Gizi RSCM, PERSAGI; Diit rendah kalsium tinggi sisa asam, tinggi
sisa basa dan diit rendah purin. Penuntun Diit, Gramedia, Jakarta,
1984.
10. Triyani K, Kartini S; Penyusunan Diet Pada Penderita Gagal Ginjal
Kronik Dengan Terapi Konservatif, Gizi pada Gagal Ginjal Kronik,
Perhimpunan Nefrologi Indonesia, 1992.
11. Anoname; Dukungan nutrisi untuk kondisi Gagal Ginjal; Buku Saku
Nutrisi Klinik, ed.2, PT Otsuka Indonesia, 2003.
12. Krause's. Food, Nutrition and Diet Therapy, 9th ed, WB Saunders Com,
1996.

Anda mungkin juga menyukai