Anda di halaman 1dari 7

METODE PENILAIAN KAPITALISASI DEVIDEN SAHAM

Tugas Akhir Mata Kuliah Teori Akuntansi

Disusun oleh:

Nur Wahyu Catur Wicaksono (F1317065)

PROGRAM S1 AKUNTANSI TRANSFER


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
PENDAHULUAN

Salah satu yanga dapat mempengaruhi perubahan modal saha adalah deviden saham atau
deviden dalam bentuk saham yang sejenis dengan saham mula-mula diterbitkan.

Pembagian deviden saham ini akan menimbulkan masalah penilaian untuk kapitalisasi laba
laba ditahan dan masalah pengungkapan yang memadai. Penentuan untuk menentukan kapitalisasi
laba ditahan dapat menggunakan dasar nominal saham atau harga pasar saham atau dasar lainya
bergantung pada karakteristik atau tujuan pembagian deviden saham.

KARAKTERISTIK DEVIDEN SAHAM

Bagi pemegang saham, deviden saham bukan merupakan pendapatan atau laba. Berbagai
teori atau argument diajukan untuk menjelaskan mengapa deviden saham bukan merupakan laba
bagi penerimanya.

Dari sudut kesatuan usaha, deviden saham bukan merupakan pembagian laba karena tidak
ada penurunan asset perusahaan atau kenaikan utang perusahaan. Hal ini berbeda dengan deviden
kas yang sudah jelas merupakan pendapatan bagi penerima karena ada transfer kemakmuran ke
pemegang saham.

Bila toh deviden saham dipandang sebagai pendapatan in natura karena kenaikan nilai
investasi, pendapatan tersebut belum terealisasi bila belum dijual oleh penerimanya. Investasi naik
karena deviden saham dapat dijual atau kalau tidak dijual penerima berhak menerima deviden tunai
di masa datang atas saham tersebut.

Argument lain didasarkan atas konsep kesatuan usaha. Dengan konsep ini, laba ditahan
dipandang sebagai bagian dari modal pemegang saham. Kalau perusahaan memperoleh laba maka
modal pemegang saham juga akan naik dengn jumlah yang sama. Ini berarti kemakmuran
pemegang saham juga naik yang biasanya ditandai dengan naiknya harga saham di pasar modal.
Oleh karena itum deviden saham atau dividen kas sebenarnya bukan merupakan pendapatan atau
laba bagi pemegang saham karena pada saat deviden tersebut dibagikan, kemakmuran pemegang
saham tidak bertambah lagi. Deviden kas hanya berfungsi sebagai konfirmasi bahwa kemakmuran
pemegang saham benar-benar telah naik secara objektif sebelum deviden.

Kemakmuran pemegang saham adalah nilai pasar atau nilai intrinsik investasinya. Karena
pada saat perusahaan mendapatkan laba nilai investasi telah naik, pembagian laba atau deviden
kas tidak lagi menaikan kemakmuran karena pembagian laba sebenarnya menurunkan nilai
investasi. Jadi, kemakmuran pemegang saham = nilai investasi sebelum deviden = nilai investasi
setelah deviden + kas dari deviden. Konsep ini sejalan dengan metoda ekuitas, pendapatan
investasi diakui pada saat perusahaan mengumpulkan laba. Pembagian deviden menurunkan nilai
investasi.

Kalau laba ditahan dianggap debagai ekuitas yang terpisah sehingga ekuitas pemegang
saham hanya terdiri atas modal setoran, deviden saham atau kas merupakan pendapatan atau laba
bagi pemegang saham karena mereka memperoleh sesuatu yang sebelumnya tidak dipunyai.
Deviden saham akan menaikkan modal setoran dengan cara transfer dari ekuitas perusahaan ke
akuitas pemegang saham.

Dari sudut pandang kesatuan pemilik, deviden saham bukan merupakan laba bagi
pemiliknya. Alasahnya adalah bahwa laba perseroan juga merupakan laba pemilik. Oleh karena
itu, deviden kas dianggap sebagai pengambilan atau prive oleh pemilik dari sesuatu yang memang
sudah menjadi haknya sehingga tidak ada tambahan kemakmuran. Deviden saham juga bukan
merupakan laba tetapi sekedar klasifikasi ekuitas.

Karena sudut pandang akuntansi adalah kesatuan usaha, apakah deviden saham merupakan
pendapatan bagi pemegang saham sebenarnya bukan masalah yang relevan. Yang relevan bagi
perusahaan adalah apakah deviden saham dipandang sebagai reklasifikasi ekuitas dan apabila
demikian bagaimana kapitalisasi diukur. Kapitalisasi dapat didasarkan atas

1. Nilai nominal atau nilai nyataan deviden yang dibagi


2. Nilai pasar deviden yang dibagi atau diterbitkan
3. Modal setoran per saham sebelum deviden saham
KAPITALISASI ATAS DASAR NILAI NOMINAL

Kalau tujuan penyajian informasi pemegang saham adalah untuk menunjukan modal
yuridis, kapitalisasi deviden saham harusnya hanya sebesar nilai nominal atau nolai nyataanya.
Jumlah ini sebenarnya merupakan jumlah minimal yang harus dikapitalisasi untuk memenuhi
ketentuan yuridis.

Alasan pendukung kapitalisasi hanya sebesar nilai yuridis adalah bahwa deviden saham
bukan merupakan pendapatan dan mengkapitalisasi sebesar harga pasar memberi kesan bahwa
deviden tersebut merupakan pendapatan yang direinvestasi ke dalam perusahaan. Alas an lain yang
dianggap cukup kuat adalah bahwa harga menggambarkan harga seluruh ekuitas pemegang saham
(modal setoran dan laba ditahan). Jadi sangat tidak logis mentransfer jumlah yang merefleksi
elemen modal setoran dan laba ditahan ekmodal setoran itu sendiri.

Bila modal yuridis baru ingin menunjukkan tanpa melakukan kapitalisasi resmi, dapat
ditempuh apa yang disebut klasifikasi ganda. Modal saham yuridis baru ditunjukkan dalam catatan
kaki sementara di neraca ditunjukkan bagian laba ditahan yang dikapitalisasi.

KAPITALISASI ATAS DASAR HARGA SAHAM

Walaupun deviden saham berbeda dangan deviden kas. Sebagai deviden keduanya
dianggap sebagai distribusi ke pemilik. Oleh karena itu, deviden saham dapat dipandang sebagai
pengganti deviden kas karena deviden saham mempunyai nilai. Paling tidak, pemegang
sahamdapat menjual saham tersebut kalau deviden kas yang diharapkan dan invenstasi semula
tidak berubah. Nilai tersebut diukur atas dasar harga saham. Dengan demikian, harga pasar
merupakan dasar yang tepat untuk menentukan kapitalisasi. Berbagai dasar pikiran mendukung
hal ini.

a. Laba ditahan pada dasarnya adalah reinvestasi dari pemegang saham tanpa tindakan
pernyataan resmi. Deviden saham merupakan sarana untuk menyatakan kebersediaan
pemegang saham secara resmi untuk menanamkan modal (dengan deviden saham sebagai
bukti) dalam perusahaan. Jumlah yang ditanamkan tentunya adalah sebesar harga pasar
dimata pemegang saham karena pemegang saham dapat menjual deviden saham untuk
mendapatkan kas.
b. Transaksi deviden saham dapat dianggap terdiri atas dua transaksi, yaitu pembagian
deviden kas dan penerbitan saham baru dengan harga sebesar deviden kas tersebut. Oleh
karena itu, deviden saham saham akan mengurangi laba ditahan sebesar harga pasar saham
dan reinvestasi akan menyebabkan modal setoran naik dengan jumlah yang sama.
c. Dari kacamata perusahaan, jumlah rupiah deviden saham adalah kos kesempatan penjualan
saham bari ke pasar modal. Artinya besarnya kapitalisasi adalah sebesar jumlah rupiah
seandainya saham baru dijual di pasar dan tidak dibagikan sebagai deviden saham.
d. Penggunaan harga pasar (bukan hanya nilai nominal) juga mengurangi kesan keliru para
pemegang saham bahwa masih tersedia laba ditahan yang dapat didistribusikan lagi baik
dalam bentuk deviden saham atau kas.

Kritik terhadap argument ini adalah bahwa keduanya didasarkan pada keadaan yang
memang tidak terjadi. Lebih dari itu, kalau persentasi deviden saham cukup tinggi, harga saham
akan cukup terpengaruh sehingga kapitalisasi harus dibatasi hanya sejumlah modal yuridis
(nominal saham). Masalahnya adalah seberapa banyak deviden saham dianggap cukup besar.
Seperti pedoman umum penggunaan metoda ekuitas, pembagian deviden saham diatas 20%
dianggap cukup berpengaruh atau substantial terhadap harga saham sehingga kapitalisasi dibatasi
hanya sebesar nilai nominal.

Kritik lain adalah bahwa kalau memang deviden saham bukan merupakan pendapatan bagi
penerimanya, tidak layaknya memperlakukan sebagai pendapatan karena akan menciptakan ilusi
yang keliru bagi pemegang saham.

Alasan lain yang menolak penggunaan harga pasar saham adalah alasan pendukung
penggunaan nilai yuridis. Harga pasar sebenarnya merefleksikan akuitas pemegang saham total
dalam perusahaan yaitu modal setoran ditambah laba ditahan. Jadi sangat tidak logis mentransfer
jumlah yang merefleksi elemen modal setoran dan laba ditahan ke modal setoran itu sendiri.
Bahkan untuk mempertahankan keutuhan modal yuridis, kapitalisasi tidak diperlukan dan
informasi mengenai deviden saham cukup dilaporkan melalui catatan kaki atau pengungkapan
lainya.
Pendekatan dua transaksi mendaji valid kalau pemegang saham mempunyai opsi untuk
menerima deviden kas atau menerima jumlah yang sama dalam bentuk sejumlah saham yang
dihitung atas dasar harga pasar saham.

RUMUSAN MASALAH

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, rumusan masalah dalam artikel ini adalah, dasar
kapitalisasi mana yang paling tepat diterapkan dalam deviden saham.

PEMBAHASAN

Menurut kepemahaman penulis setelah mempertimbangkan kedua argument baik yang


mendukung metode kapitalisasi atas dasar nilai nominal dan argument yang mendukung metode
kapitalisasi atas dasar nilai pasar atau harga saham, penulis lebih condong untuk menggunakan
metode kapitalisasi atas dasar nilai pasar. Alasan yang penulis gunakan adalah walaupun deviden
saham sendiri bukanlah merupakan pendapatan atau laba. Dukungan dari pendapat bahwa deviden
saham bukanlah merupakan sebuah laba atau pendapatan, apabila dari sudut pandang kesatuan
usaha deviden saham tidak mengakibatkan penurunan asset perusahaan atau kenaikan utang
perusahaan, dan dari sudut pandang kesatuan pemilik, deviden kas dianggap sebagai pengambilan
atau prive oleh pemilik dari sesuatu yang memang sudah menjadi haknya sehingga tidak ada
tambahan kemakmuran karena laba perseroan juga merupakan laba pemilik. Deviden saham juga
bukan merupakan laba tetapi sekedar klasifikasi ekuitas. Karena deviden saham bukan merupakan
pendapaan, dikhawatirkan kapitalisasi dilakukan sebesar harga pasar akan menimbulkan kesan
bahwa deviden saham merupakan sebuah pendapatan. Namun bagaimanapun deviden saham pada
dasarnya adalah distribusi ke pemilik modal meskipun tidak dalam bentuk kas sehingga timbul
pendapatat tersebut diatas.

Dalam hal ini penulis setuju bahwa deviden saham bukanlah merupakan pendapatan atau
laba. Kekhawatiran akan kapitaslisasi dilakukan sebesar harga pasar akan menimbulkan kesan
bahwa deviden saham merupakan pendapatan, menurut saya bukan ke pendapatan namun lebih ke
penyesuaian saja, penggunaan nilai pasar ini juga akan menunjukan nilai wajarnya sekarang dan
menurut penulis ini akan lebih obyektif dan lebih akurat dalam pencatatanya. Pengurangan laba
ditahan karena hasil dari penyesuaian harga pasar menurut penulis juga merupakan hal yang wajar,
karena memang laba di tahan adalah modal yang dapat didunakan untuk transaksi modal dan yang
paling diutamakan sebelum modal saham itu sendiri.

KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesumpulan bahwa menurut hasil
pembahasan, metode kapitalisasi yang paling tepat digunakan untuk mengkapitalisasi deviden
saham adalah dengan menggunakan kapitalisasi atas dasar nilai pasar atau harga saham.
Kapitalisasi atas dasar nilai pasar atau harga saham dinilai lebih akurat dan lebih tepat untuk
dijadikan dasar pencatatan akuntansi disbanding dengan kapitalisasi atas dasar nilai nominal.

DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo

Anda mungkin juga menyukai