Anda di halaman 1dari 8

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA POLISI LALU LINTAS JALAN

I. PENDAHULUAN
Banyak penyakit yang timbul berhubungan dengan pekerjaan, baik karena
kondisi lingkungan tempat kerja maupun jenis aktifitas dalam pekerjaan.
Lingkungan tempat kerja yang bersuhu terlalu panas atau dingin dan penuh
dengan polusi udara sangat tidak kondusif bagi kesehatan pekerja. Aktifitas
pekerjaan yang memaksa pekerja untuk berposisi menetap dalam jangka waktu
yang lama, baik posisi duduk atau berdiri dapat menimbulkan berbagai
gangguan kesehatan. Tetapi seringkali orang mengabaikan tentang pentingnya
menciptakan kondisi lingkungan kerja dan posisi pekerja selama melakukan
aktifitas pekerjaannya agar kondusif sehingga dapat menghindari atau
memperkecil timbulnya penyakit akibat pekerjaan. Polisi lalu lintas adalah salah
satu profesi yang dalam pelaksanaan pekerjaannya banyak dihadapkan pada
masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Polisi lalu lintas sering harus berada
pada tempat yang dapat mengancam keselamatan dan kesehatannya. Kondisi
jalan raya yang panas, kemacetan arus lalu lintas dan penuhnya asap kendaraan
ditambah dengan keharusan mereka untuk melakukan tugasnya dengan posisi
berdiri merupakan ancaman serius bagi keselamatan dan kesehatannya. Setiap
hari kerja secara rutin petugas polisi lalu lintas harus melakukan pengaturan arus
lalu lintas terutama pada jam-jam sibuk, yakni pada waktu pagi antara pukul
06.30 sampai 08.00 dan siang hari antara 12.00 sampai 14.00. Pada saat-saat
tertentu mereka harus berada lebih lama lagi melakukan pengaturan bila jalanan
akan dilewati oleh rombongan rombongan penting, misalnya pejabat negara,
karnaval dan sebagainya. Mereka melakukan pekerjaan pengaturan arus lalu
lintas dengan posisi berdiri, bahkan tanpa sadar mereka sering berada pada
posisi berdiri statis tanpa memindahkan kaki dalam waktu yang cukup lama.

II. FAKTOR ± FAKTOR HAZARD


A. Faktor Fisika
1. Kebisingan Gelombang suara merupakan gelombang longitudinal yang
terdengar sebagai bunyi bila masuk ke telinga berada pada frekuensi 20 ±
20.000 Hz atau disebut jangkauan suara yang dapat didengar (audible sound).
Polusi suara atau kebisingan dapat didefinisikan sebagai suara yang tidak
dikehendaki dan 1 mengganggu manusia. Sehingga seberapa kecil atau lembut
suara yang terdengar, jika hal tersebut tidak diinginkan maka akan disebut
kebisingan. Bunyi yang ditimbulkan oleh lalu lintas adalah bunyi yang tidak
konstan tingkat suaranya. Tingkat gangguan kebisingan yang berasal dari bunyi
lalu lintas dipengaruhi oleh tingkat suaranya, seberapa sering terjadi dalam satu
satuan waktu, serta frekuensi bunyi yang dihasilkannya. Kebisingan lalu lintas
berasal dari suara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor, terutama dari mesin
kendaraan, knalpot, serta akibat interaksi antara roda dengan jalan. Kendaraan
berat (truk, bus) dan mobil penumpang merupakan sumber kebisingan utama di
jalan raya.
2. Radiasi Sinar Ultraviolet Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang
sangat kuat setelah fluor, oksigen dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam
terdapat dalam jumlah kecil tetapi lapisan lain dengan bahan pencemar udara
Ozon sangat berguna untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon
terbentuk diudara pada ketinggian 30 km dimana radiasi UV matahari dengan
panjang gelombang 242 nm secara perlahan memecah molekul oksigen (O2)
menjadi atom oksigen tergantung dari jumlah molekul O2 atom-atom oksigen
secara cepat membentuk ozon. Ozon menyerap radiasi sinar matahari dengan
kuat didaerah panjang gelombang 240-320 nm. Absorpsi radiasi elektromagnetik
oleh ozon didaerah ultraviolet dan inframerah digunakan dalam metode -metode
analitik.

B. Faktor Kimia
1. Asap Kendaraan Bermotor Secara visual selalu terlihat asap dari knalpot
kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar, yang umumnya tidak terlihat
pada kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin. Walaupun gas buang
kendaraan bermotor terutama terdiri dari senyawa yang tidak berbahaya seperti
nitrogen, karbon dioksida dan upa air, tetapi didalamnya terkandung juga
senyawa lain dengan jumlah yang cukup be sar yang dapat membahayakan gas
buang membahayakan kesehatan maupun lingkungan. Bahan pencemar yang
terutama terdapat didalam gas buang buang kendaraan bermotor adalah
karbonmonoksida (CO), berbagai senyawa hindrokarbon, berbagai oksida
nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk timbel (PB).2

Berdasarkan sifat kimia dan perilakunya di lingkungan, dampak bahan pencemar


yang terkandung di dalam gas buang kendaraan bermotor digolongkan sebagai
berikut :
1. Bahan-bahan pencemar yang terutama mengganggu saluran pernafasan.
Yang termasuk dalam golongan ini adalah oksida sulfur, partikulat, oksida
nitrogen, ozon dan oksida lainnya
2. Bahan-bahan pencemar yang menimbulkan pengaruh racun sistemik,
seperti hidrokarbon monoksida dan timbel/timah hitam
3. Bahan-bahan pencemar yang dicurigai menimbulkan kanker seperti
hidrokarbon
4. Kondisi yang mengganggu kenyamanan seperti kebisingan, debu jalanan,
dll. Resiko kesehatan yang dikaitkan dengan pencemaran udara di perkotaan
secara umum, banyak menarik perhatian dalam beberapa dekade belakangan
ini. Di banyak kota besar, gas buang kendaraan bermotor menyebabkan
ketidaknyamanan pada orang yang berada di tepi jalan dan menyebabkan
masalah pencemaran udara pula. Beberapa studi epidemiologi dapat
menyimpulkan adanya hubungan yang erat antara tingkat pencemaran udara
perkotaan dengan angka kejadian (prevalensi) penyakit pernapasan. Pengaruh
dari pencemaran khususnya akibat kendaraan bermotor tidak sepenuhnya dapat
dibuktikan karena sulit dipahami dan bersifat kumulatif. Kendaraan bermotor
akan mengeluarkan berbagai gas jenis maupun partikulat yang terdiri dari
berbagai senyawa anorganik dan organik dengan berat molekul yang besar yang
dapat langsung terhirup melalui hidung dan mempengaruhi masyarakat di jalan
raya dan sekitarnya.

2. Debu Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM)


merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan
anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari
< 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan
berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang
di udara dan masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain
dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat
mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi
kimia di udara. Partikel debu SPM pada umumnya mengandung berbagai
senyawa kimia yang berbeda, dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbada
pula, tergantung dari mana sumber emisinya. 3
Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang
terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi.
Pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa
karbon akan murni atau bercampur dengan gas-gas organik seperti halnya
penggunaan mesin disel yang tidak terpelihara dengan baik. Partikulat debu
melayang (SPM) juga dihasilkan dari pembakaran batu bara yang tidak
sempurna sehingga terbentuk aerosol Berbagai proses industri seperti proses
penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu berterbangan di
udara, seperti yang juga dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor.

C. Faktor Ergonomi

1. Posisi Bagi polisi lalu lintas posisi berdiri merupakan suatu posisi yang tidak
bisa mereka hindari, karena tugas pengaturan lalu lintas memang
mengharuskannya untuk selalu dalam posisi berdiri. Hal ini tentunya menjadi
salah satu ancaman bagi kesehatannya, terutama yang berkaitan dengan
ektremitas bawahnya (tungkai kaki ).

D. Faktor Psikososial
Salah satu stresor psikososial dalam kehidupan manusia adalah stresor di
lingkungan kerja. Stresor tersebut akan mempengaruhi kesehatan individu
secara positif maupun negatif. Dalam lingkungan kerja polisi lalu lintas,
kemacetan lalu lintas, kebisingan, polusi udara, ketidaktertiban pengguna
jalan/lalulintas dan segala permasalahannya merupakan salah satu aspek di
lingkungan kerja yang akan mempengaruhi kesehatan polisi lalu lintas.

III. PENYAKIT AKIBAT KERJA


1. Gangguan Saluran Pernafasan Organ pernafasan merupakan bagian yang
diperkirakan paling banyak mendapatkan pengaruh karena yang pertama
berhubungan dengan bahan pencemar udara. Sejumlah senyawa spesifik yang
berasal dari gas buang kendaraan bermotor seperti oksida - oksida sulfur dan
nitrogen, partikulat dan senyawa-senyawa oksidan, dapat menyebabkan iritasi
dan radang pada saluran pernafasan. Walaupun kadar oksida sulfur di dalam
gas buang kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin relatif kecil, tetapi
tetap berperan karena jumlah kendaraan bermotor dengan bahan 4 bakar solar
makin meningkat. Selain itu menurut studi epidemniologi, oksida sulfur bersama
dengan partikulat bersifat sinergetik sehingga dapat lebih meningkatkan bahaya
terhadap kesehatan. Oksida sulfur dan partikulat Sulfur dioksida (SO2)
merupakan gas buang yang larut dalam air yang langsung dapat terabsorbsi di
dalam hidung dan sebagian besar saluran ke paru -paru. Karena partikulat di
dalam gas buang kendaraan bermotor berukuran kecil, partikulat tersebut dapat
masuk sampai ke dalam alveoli paru-paru dan bagian lain yang sempit.Partikulat
gas buang kendaraan bermotor terutama terdiri jelaga (hidrokarbon yang tidak
terbakar) dan senyawa anorganik (senyawa -senyawa logam, nitrat dan sulfat).
Sulfur dioksida di atmosfer dapat berubah menjadi kabut asam sulfat (H2SO4)
dan partikulat sulfat. Sifat iritasi terhadap saluran pernafasan, menyebabkan
SO2 dan partikulat dapat membengkaknya membran mukosa dan pembentukan
mukosa dapat meningkatnya hambatan aliran udara pada saluran pernafasan.
Kondisi ini akan menjadi lebih parah bagi kelompok yang peka, seperti penderita
penyakit jantung atau paru-paru dan para lanjut usia. Oksida Nitrogen Diantara
berbagai jenis oksida nitrogen yang ada di udara, nitrogen dioksida (NO2)
merupakan gas yang paling beracun. Karena larutan NO2 dalam air yang lebih
rendah dibandingkan dengan SO2, maka NO2 akan dapat menembus ke dalam
saluran pernafasan lebih dalam. Bagian dari saluran yang pertama kali
dipengaruhi adalah membran mukosa dan jaringan paru. Organ lain yang dapat
dicapai oleh NO2 dari paru adalah melalui aliran darah. Ozon dan oksida lainnya
Karena ozon lebih rendah lagi larutannya dibandingkan SO maupun NO2, 2
maka hampir semua ozon dapat menembus sampai alveoli. Ozon merupakan
senyawa oksidan yang paling kuat dibandingkan NO2 dan bereaksi kuat dengan
jaringan tubuh. Evaluasi tentang dampak ozon dan oksidan lainnya terhadap
kesehatan yang dilakukan oleh WHO task group menyatakan pemajanan
oksidan fotokimia pada kadar 200-500 para olaragawan. Bahan-Bahan
Pencemar yang Dicurigai Menimbulkan Kanker Pembakaran didalam mesin
menghasilkan berbagai bahan pencemar d alam bentuk gas dan partikulat yang
umumnya berukuran lebih kecil dari 2 m. Beberapa 5 g/m³ dalam waktu singkat
dapat merusak fungsi paru-paru anak,meningkat frekwensi serangan asma dan
iritasi mata, serta menurunkan kinerja
dari bahanbahan pencemar ini merupakan senyawa-senyawa yang bersifat
karsinogenik dan mutagenik, seperti etilen, formaldehid, benzena, metil nitrit dan
hidrokarbon poliaromatik (PAH). Mesin solar akan menghasilkan partikulat dan
senyawa-senyawa yang dapat terikat dalam partikulat seperti PAH, 10 kali lebih
besar dibandingkan dengan mesin bensin yang mengandung timbel. Untuk
beberapa senyawa lain seperti benzena, etilen, formaldehid, benzo(a)pyrene dan
metil nitrit , kadar di dalam emisi mesin bensin akan sama bes arnya dengan
mesin solar. Emisi kendaraan bermotor yang mengandung senyawa
karsinogenik diperkirakan dapat menimbulkan tumor pada organ lain selain paru.
Akan tetap untuk membuktikan i apakah pembentukan tumor tersebut hanya
diakibatkan karena asap solar atau gas lain yang bersifat sebagai iritan. 2.
Gangguan pada Mata Partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa
angin akan menyebabkan iritasi pada mukosa mata, sehingga memberikan
gejala, seperti gatal, mata merah dan berair serta dapat menghalangi daya
tembus pandang mata (Visibility) . Ketajaman sinar ultra violet yang mengenai
mata bisa mengakibatkan beberapa masalah pada mata, seperti katarak,
petrigium, fotokeratitis, dan perubahan degeneratif pada kornea mata. Kondisi
tersebut bisa menyebabkan pandangan menjadi buram, iritasi, mata merah,
mata berair, kehilangan pandangan sejenak, dan pada kasus tertentu mengalami
kebutaan. 3. Penyakit pada Kulit (Dermatoheliosis) Perubahan yang terjadi pada
kulit bila kulit terpapar sinar matahari terusmenerus dalam waktu lama (kronik)
dan intensitas sinar mataharinya kuat (radiasi ultravioletnya tinggi) disebut
dermatoheliosis atau photoaging.(11) Kelainan kulit ini termasuk dalam penuaan
ekstrinsik (penuaan karena faktor luar). Penyebab penuaan ekstrensik lain
adalah makanan, polusi udara, cuaca, angin Kelainan kulit . yang terjadi baik
mikroskopis maupun makroskopis (kelainan klinis) berbeda dari kelainan kulit
yang terjadi pada penuaan intrinsik (penuaan karena bertambahnya usia).
Spektrum sinar matahari yang mempunyai peranan pada dermatoheliosis adalah
sinar ultraviolet yang disebut UVB dan UVA. Kedua macam sinar ultraviolet ini
bekerja sinergistik. Sinar inframerah mempunyai peranan pada photoaging
dengan 6
cara meningkatkan ptensiasi sinar UVB dan UVA. Radiasi sinar ultraviolet
menimbulkan radikal bebas pada kulit. Radikal bebas ini menghalangi difusi zat
nutrisi, membuat nonaktif enzim, mengoksidasi lemak (dalam sel, membran sel
dan antar sel) dan memecah DNA sehingga dapat membantu timbulnya keadaan
prakanker. Radikal bebas dapat dinetralkan oleh antioksidan yang terdapat
dalam tubuh yaitu enzim katalase, glutation perioksidase, superoksida dismutase
dan zat nonenzim yaitu vitamin E, vitamin C, beta karoten, vitamin A, metionin,
selenium dan tirosin. Tetapi bila kulit terpapar sinar ultraviolet secara kronis dan
intensitas sinar matahari kuat, antioksidan hanya dapat menetralkan sebagian
kecil radikal bebas saja jadi radikal bebas makin lama makin banyak (kumulatif)
sehingga merusak kulit. 4. Vena Varikosa Menurut Guyton, 1995, posisi berdiri
yang lama akan berpengaruh terhadap kondisi tekanan darah pada tungkai.
Pada seorang dewasa yang sedang berdiri tegak sempurna dalam waktu kira-
kira 30 detik akan menyebabkan tekanan darah dalam vena kakinya kira-kira 90
mm Hg. Dalam keadaan seperti itu tekanan di dalam kapiler juga sangat
meningkat, dan cairan keluar dari sistem sirkulasi ke dalam ruang jaringan.
Apabila vena teregang secara berlebihan akibat dari meningkatnya tekanan vena
dalam jangka waktu lama seperti pada kehamilan atau bila seseorang berdiri
tegak untuk sebagian besar waktu hidupnya akan menyebabkan kerusakan pada
katup venanya. Bila katup-katup tersebut rusak maka akan menyebabkan
terjadinya pengumpulan darah di vena secara terus menerus sehingga lama
kelamaan akan menyebabkan vena menjadi semakin rusak yang ditandai
dengan penonjolan vena yang besar dan berbenjol-benjol di bawah kulit seluruh
tungkai dan terutama tungkai bawah, kondisi ini disebut Vena varikosa. Vena
yang paling sering terkena vena varikosa adalah vena safena magna dan
cabang-cabangnya, tetapi vena safena parva dapat juga terkena. Vena yang
sudah melebar, berkelok-kelok dan memanjang di bawah kulit pada paha dan
tungkai umumnya terlihat dengan mudah pada saat seseorang berdiri, meskipun
pada orang yang sangat gemuk palpasi mungkin diperlukan untuk mendeteksi
keberadaan dan lokasi mereka. Perubahan jaringan sekunder mungkin tidak ada
pada varises berat, tetapi jika durasinya varises panjang, pigmentasi keabu-
abuan dan thinning pada kulit di atas pergelangan kaki sering ada.
Pembengkakan dapat terjadi, tetapi tanda pada 7
stasis vena kronis parah seperti pembengkakan parah, fibrosis, pigmentasi dan
ulserasi pada tungkai bawah distal biasanya menunjukkan keadaan post flebitis.
Berdasarkan data hasil pemeriksaan kesehatan berkala bagi personel Polri
Polda D.I. Yogyakarta, pada tahun 2006 terdapat 13 orang anggota polisi lalu
lintas yang terkena vena varikosa dengan perincian 46 % ( 6 orang ) derajat
ringan, 30 % ( 4 orang ) derajat sedang, dan 24 % ( 3 orang ) derajat berat ;
pada tahun 2007 dari 13 orang yang terkena vena varikosa diketemukan 76 % (
10 orang ) derajat ringan dan 24 % ( 3 orang ) derajat sedang. Diketemukannya
kasus vena varikosa pada pemeriksaan kesehatan anggota polisi lalu lintas ini
menjadi alasan ketertarikan penulis untuk menelitinya. 5. Stres Ringan
Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat didapatkan sebuah Hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa dari 25 personil, sebagian besar mengalami stres ringan yaitu sebanyak
18 orang (72%) yang disebabkan karena kebisingan lalu lintas. Stres kerja
sekecil apapun harus ditangani dan dikelola dengan segera. Melibatkan psikiater
ketika melakukan cek kesehatan berkala untuk mengetahui lebih dini dampak
kesehatan dan stres kerja yang diakibatkan oleh kebisingan. 6. Perilaku Agresif
Perilaku agresif merupakan perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan
maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Jenis agresif digolongkan
menjadi dua, yaitu : a. Agresif permusuhan Semata ± mata dilakukan dengan
maksud menyakiti orang lain atau sebagai ungkapan kemarahan dan ditandai
dengan emosi yang tinggi. b. Agresif instrumental Pada umumnya tidak disertai
emosi tetapi hanya sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain, selain
penderitaan korbannya Secara umum perilaku agresif yang dilakukan oleh polisi
lalu lintas disebabkan oleh faktor cuaca, polusi dan ketidaktertiban pengguna
jalan/lalu lintas. Bentuk perilaku agresif yang biasa dilakukan oleh polisi lalu
lintas, antara 8
lain bentuk fisik, memukul dan menendang body kendaraan, memecahkan dan
mencopoti spion kendaraan. Bentuk verbal, meliputi memarahi, berteriak keras
kepada supir dan memasang wajah yang tidak bersahabat, meniup peluit keras ±
keras, berkacak pinggang dan menghardik. IV. PENCEGAHAN Upaya
pencegahan kebisingan, paparan debu di lingkungan di mana kita berada,dapat
dibagi menjadi dua, yaitu pengukuran secraa teknis dan pencegahan secara
medis. Pengukuran secara teknis terutama dianjurkan untuk proteksi seseorang
khususnya di tempat kerja dengan dilakukan pengukuran kadar debu atau
tingkat kebisingan, hasilnya di bawah atau diatas nilai ambang batas. Untuk
perlindungan bagi pekerja dengan kondisi terpapar terus menerus dengan asap
knalpot, debu, radiasi sinar UV dapat menggunakan Alat Pelidung Diri (APD),
berupa masker, dl

Anda mungkin juga menyukai