Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

PROPOFOL

Disusun Oleh :
Almira Putri Haryanto
00000003938

Pembimbing :
dr. Tjangeta Liempy, SpAn.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI


RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT MARINIR CILANDAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE 6 AGUSTUS – 9 SEPTEMBER
CILANDAK

1
BAB I
PENDAHULUAN

Propofol merupakan suatu zat induksi yang paling sering digunakan dalam
tindakan anestesi umum. Lebih dari 50 negara menerima penggunaan propofol
bahkan tersedia juga dalam bentuk generik.(1)

Propofol merupakan obat anestesi intravena yang bekerja cepat dengan


karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa pusing dan mual-mual. Propofol
merupakan cairan emulsi minyak-air yang berwarna putih yang bersifat isotonik
dengan kepekatan 1% (1 ml/10mg) serta mengandung 10% minyak kedele, 2,25%
gliserol, dan 1,2% lecithin purified eggphosphatide komponen utama dari kuning
telur, yang dimurnikan dan mudah larut dalam lemak, oleh karena itu rentan
terhadap terjadinya reaksi alergi. Solusinya tampak putih susu dan sedikit kental,
memiliki pH sekitar 7, dan memiliki konsentrasi propofol 1% (10 mg / mL).
Penambahan metabisulfit dalam salah satu formulasi telah menimbulkan
kekhawatiran mengenai penggunaannya pada pasien dengan penyakit saluran napas
reaktif (mis. Asma) atau alergi sulfit. Propofol menghambat transmisi neuron yang
dihantarkan oleh GABA. Penggunaan propofol 1,5-2,5 mg/kgBB dengan
penyuntikan cepat (<15 detik) menimbulkan turunnya kesadaran dalam waktu
kurang dari 30 detik.(1)

Propofol lebih cepat dan sempurna mengembalikan kesadaran


dibandingkan dengan obat anestesi lain yang disuntikan secara cepat. Selain cepat
mengembalikan kesadaran, propofol memberikan gejala sisa yang minimal pada
SSP. Nyeri pada tempat suntikan lebih sering apabila obat disuntikkan pada
pembuluh darah vena yang kecil. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan pemilihan
tempat masuk obat di daerah vena yang lebih besar dan penggunaan lidokain
1%.(1,2)

Propofol adalah larutan yang tidak larut dalam air sehingga membutuhkan
pelarut untuk larut dalam lemak sehingga terjadi emulsifikasi. Saat ini digunakan

2
larutan kacang kedele sebagai pelarut lemak dan lechitin dari egg lechitinsebagai
zat pengemulsi yang dikomposisikan dengan rantai panjang trigliserida. Komposisi
seperti ini mendukung perkembangan bakteri dan meningkatkan kandungan
trigliserida plasma ketika diberikan melalui cairan infus yang lama.(2,3)

Campuran propofol dan obat lain tidak dianjurkan walau penggunaan


lidokain sering ditambahkan untuk mengurangi nyeri pada tempat suntikan.
Pencapuran lidokain dan propofol dapat menimbulkan gabungan pada droplet
minyak dan bentuk lain sehingga meningkatkan risiko embolisasi pulmonal.(2)

Gambar 1. Sediaan Propofol

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. SIFAT FISIK DAN KIMIA PROPOFOL

Propofol sedikit larut dalam air dengan pH sekitar 6-8,5. Propofol memiliki
nama kimia 2,6-diisopropilfenol dan struktur kimia sebagai berikut :

Gambar 2. Struktur kimia Propofol(1,3,4)

B. FARMAKOLOGI

Propofol merupakan obat hipnotik-sedative yang digunakan dalam induksi


dan pemeliharan anestesi maupun sedasi. Injeksi intravena pada dosis terapetik
memberikan efek hipnotik dengan cepat, biasanya dalam waktu 30 detik dari awal
pemberian injeksi. Serupa dengan obat anestesi dengan aksi cepat yang lain, waktu
paruh dalam darah otak + 1-3 menit, dihitung untuk induksi cepat pada
anestesi.(1,3,4)

4
Induksi propofol pada anestesi umum melibatkan neurotransmisi inhibisi
terfasilitasi yang dimediasi oleh ikatan reseptor GABAA. Propofol secara alosterik
meningkatkan afinitas ikatan GABA kepada reseptor GABAA. Reseptor ini,
bergandengan ke kanal klorida, dan aktivasi dari reseptor akan mengakibatkan
terjadi hiperpolarisasi pada membran saraf. Propofol berikatan dengan bermacam
kanal ion dan reseptor. Kerja propofol tidak dapat dibalikkan dengan benzodiazepin
antagonis tertentu, seperti flumazenil. Propofol relatif bersifat selektif dalam
mengatur reseptor gamma aminobutyric acid (GABA) dan tampaknya tidak
mengatur ligand-gate ion channel lainnya. Propofol dianggap memiliki efek
sedative hipnotik melalui interaksinya dengan reseptor GABA. GABA adalah salah
satu neurotransmitter penghambat di SSP. Ketika reseptor GABA diaktifasi,
penghantar klorida transmembaran meningkat dan menimbulkan hiperpolarisasi di
membran sel post sinaps dan menghambat fungsi neuron post sinaps. Interaksi
propofol dengan reseptor komponen spesifik reseptor GABA menurunkan
neurotransmitter penghambat. Ikatan GABA meningkatkan durasi pembukaan
GABA yang teraktifasi melalui chloride channel sehingga terjadi hiperpolarisasi
dari membran sel.(1,3)

C. FARMAKOKINETIK

Propofol dengan cepat diabsorbsi tubuh dan didistribusikan dari darah ke


jaringan. Distribusi propofol melalui 2 fase. Dengan fase kedua merupakan fase
yang lebih lambat karena terjadi metabolisme di hati yang signifikan (konjugasi)
sebelum diekskresi lewat urin. Lebih kurang 2% dari dosis yang diberikan
diekskresi melalui feses. Propofol dapat menembus plasenta dan diekskresi melalui
susu.(1)

Pembersihan plasma tinggi dan melebihi aliran darah hepar menunjukkan


pentingnya metabolisme ekstrahepatik, yang dapat terjadi di paru-paru dan dapat
menyebabkan penghapusan hingga 30% dari dosis bolus obat. Pemulihan dari
propofol lebih lengkap, dengan lebih sedikit "hangover" daripada yang diamati
dengan thiopental, yang dikarenakan tingginya plasma clearance.

5
Propofol didegradasi di hati melalui metabolisme oksidatif hepatik oleh cytochrome
P-450. Namun metabolisme tidak hanya dipengaruhi hepatik tetapi juga
ekstrahepatik. Metabolisme hepatik lebih cepat dan lebih banyak menimbulkan
inaktivasi obat dan terlarut air sementara metabolisme asam glukoronat
diekskresikan melalui ginjal. Propofol membentuk 4-hydroxypropofol oleh
sitokrom P450. Propofol yang berkonjugasi dengan sulfat dan glukoronide menjadi
tidak aktif dan bentuk 4 hydroxypropofol yang memiliki 1/3 efek hipnotik. Kurang
dari 0,3% dosis obat diekskresikan melalui urin. Waktu paruh propofol adalah 0,5-
1,5 jam tapi yang lebih penting sensitive half time dari propofol yang digunakan
melalui infus selama 8 jam adalah kurang dari 40 menit. Maksud dari sensitive half
time adalah pengaruh minimal dari durasi infus karena metabolisme propofol yang
cepat ketika infus dihentikan sehingga obat kembali dari tempat simpanan jaringan
ke sirkulasi.(1,4)

Setelah dosis bolus diberikan, terjadi keseimbangan dengan cepat antara


plasma dan otak yang menggambarkan kecepatan onset anestesi.Pemutusan dosis
setalah pemeliharaan anestesi selama lebih kurang 1 jam atau untuk sedasi pasien
ICU selama 1 hari, menyebabkan penurunan cepat konsentrasi propofol dalam
darah. Pemberian infus jangka panjang (10 hari pada sedasi pasien ICU)
menyebabkan akumulasi signifikan propofol dalam jaringan, maka sedasi propofol
menjadi lambat dan waktu sadar kembali menjadi meningkat.(1,4)

Meskipun metabolisme propofol cepat tidak ada bukti yang menunjukkan


adanya gangguan eliminasi pada pasien sirosis hepatis. Konsentrasi propofol di
plasma sama antara pasien yang meminum alkohol dan yang tidak. Disfungsi ginjal
tidak mempengaruhi metabolisme bersihan propofol dan selama pengamatan lebih
dari 34 tahun metabolisme propofol dimetabolisme di urin hanya 24 jam pertama.
Pasien yang berusia lebih dari 60 tahun menunjukkan penurunan bersihan plasma
propofol dibandingkan pasien dewasa. Kecepatan bersihan propofol
mengkonfirmasi bahwa obat ini dapat digunakan secara terus menerus intravena

6
tanpa efek kumulatif. Propofol mampu melewati sirkulasi plasenta namun secara
cepat dibersihkan dari sirkulasi fetus.(1,3)

D. FARMAKODINAMIK

1. Efek pada Susunan Saraf Pusat

Propofol menurunkan Cerebral Metabolism Ratet erhadap oksigen


(CRMO2), aliran darah, serta tekanan intrakranial (TIK). Pada pasien
dengan TIK normal terjadi penurunan TIK (30 %) yang berhubungan
dengan penurunan sedikit tekanan perfusi serebral (10 %). Pemberian
fentanyl dosis rendah bersama dengan propofol dosis suplemen mencegah
kenaikan TIK pada intubasi endotrakeal. (1)

Penggunaan propofol sebagai sedasi pada pasien dengan lesi yang


mendesak ruang intra kranial tidak akan meningkatkan TIK. Dosis besar
propofol mungkin menyebabkan penurunan tekanan darah yang diikuti
penurunan tekanan aliran darah ke otak. Autoregulasi cerebral sebagai
respon gangguan tekanan darah dan aliran darah ke otak yang mengubah
PaCo2 tidak dipengaruhi oleh propofol. Akan tetapi, aliran darah ke otak
dipengaruhi oleh PaCO2 pada pasien yang mendapatkan propofol dan
midazolam. Propofol menyebabkan perubahan gambaran EEG yang mirip
pada pasien yang mendapatkan thiopental. Cortical somatosensory evoked
potentials yang digunakan sebagai alat untuk memantau fungsi sumsum
tulang belakang menunjukkan tidak terdapat perbedaan hasil (penurunan
amplitudo) antara pasien yang mendapatkan propofol saja dan yang
mendapatkan propofol, N2O atau zat volatil lainnya. Propofol tidak
mengubah gambaran EEG pasien kraniotomi. Mirip seperti midazolam,
propofol menyebabkan ganguan ingatan yang mana thiopental memiliki
efek yang lebih sedikit serta fentanyl yang tidak memiliki efek gangguan
ingatan.(1)

2. Efek pada Sistem Respiratorik

7
Propofol adalah depresan pernapasan yang kuat dan umumnya
menghasilkan apnea setelah dosis induksi. Propofol menyebabkan
bronkodilatasi pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik.
Terdapat resioko apnea sebesar 25%-35% pada pasien yang mendapat
propofol. Pemberian agen opioid sebagai premedikasi meningkatkan resiko
apnea. Infus propofol menurunkan volume tidal dan frekuensi pernapasan.
Respon pernapasan menurun terhadap keadaan peningkatan karbon
dioksida dan hipoksemia. Propofol menyebabkan bronkokontriksi dan
menurunkan resiko terjadinya wheezing pada pasien asma. Konsentrasi
sedasi propofol menyebabkan penurunan respon hiperkapneia akibat efek
terhadap kemoreseptor sentral. Propofol menyebabkan penurunan lebih
besar pada refleks jalan nafas atas daripada thiopental, yang membuatnya
sangat cocok untuk instrumentasi jalan napas, seperti penempatan LMA. (1,4)

3. Efek pada Sistem Kardiovaskuler

Propofol lebih menurunkan tekanan darah sistemik dari pada obat


induksi lainnya. Penurunan tekanan darah sistemik ini adalah hasil dari
vasodilatasi dalam sirkulasi arteri dan vena yang mengarah pada penurunan
preload dan afterload. Efek ini pada tekanan darah sistemik lebih jelas
dengan bertambahnya usia, pada pasien dengan volume cairan intravaskular
yang berkurang, dan dengan injeksi cepat. Karena efek hipotensi meningkat
oleh inhibisi respon barorefleks normal, vasodilatasi hanya mengarah ke
peningkatan kecil pada denyut jantung. Penurunan tekanan darah ini juga
dipengaruhi perubahan volume kardiak dan resistensi pembuluh darah.
Relaksasi otot polos pembuluh darah disebabkan hambatan aktivitas
simpatis vasokontriksi. Stimulasi langsung laringoskop dan itubasi trakea
membalikkan efek propofol terhadap tekanan darah. Propofol juga
menghambat respon hipertensi selama pemasangan laringeal mask airways.
Sebagai tambahan N2O tidak mengubah respon tekanan darah pada pasien
yang diberikan propofol. Suatu penekan respon misalnya ephedrin dapat
dimanfaatkan pada pasien ini.(1)

8
Bradikardi dan asistol pernah dilaporkan pada pasien yang
mendapatkan propofol sehingga disarankan obat antikolinergik untuk
mengatasi stimulasi ke nervus vagus. Propofol sebenarnya juga
meningkatkan respon syaraf simpatis dalam skala ringan dibandingkan saraf
parasimpatis sehingga terjadi dominasi saraf parasimpatis.

Resiko bradikardia related death selama anestesi propofol sebesar


1,4/100.000. Bentuk bradikardi yang parah dan fatal pada anak di ICU
ditemukan pada pemberian sedasi propofol yang lama. Anestesi propofol
dibandingkan anestesi lain meningkatkan refleks oculokardiak pada
pembedahan strabismus anak selama pemberian antikolinergik.

Respon denyut jantung selama pemberian atropin intravena berbeda


tipis pasien yang mendapat propofol dan pasien yang sadar. Penurunan
respon atropin terjadi karena propofol menekan aktifitas saraf simpatis.
Pengobatan propofol yang menginduksi bradikardia adalah dengan
pemberian beta agonis contohnya isoproterenol.(1)

4. Efek pada fungsi hepar dan ginjal

Propofol tidak mengganggu fungsi hepar dan ginjal yang dinilai dari
enzim transamin hati dan konsentrasi kreatinin. Infus propofol yang lama
menimbulkan luka pada sel hepar akibat asidosis laktat. Infus propofol yang
lama menyebabkan urin berwarna kehijauan akibat adanya rantai phenol.
Namun perubahan warna urin ini tidak mengganggu fungsi ginjal. Namun
ekskresi asam urat meningkat pada pasien yang mendapatkan propofol yang
ditandai dengan urin yang keruh, terdapat kristal asam urat, pH dan suhu
urin yang rendah. Efek ini menandai gangguan ginjal akibat propofol.(1,4)

5. Efek pada tekanan intraokular

Pembedahan laparaskopi dinilai berhubungan dengan peningkatan


TIO dan posisi pasien saat laparoskopi meningkatkan resiko hipertensi
okular. Pada kasus ini propofol menurunkan TIO segera setelah induksi dan

9
selama tindakan intubasi trakea. Penurunan TIO ini meningkat pada pasein
yang juga mendapatkan isofluran.(1)

6. Efek pada koagulasi

Propofol tidak mengganggu koagulasi dan fungsi trombosit. Namun


ada laporan yang menunjukkan bahwa emulsi propofol yang bersifat
hidrofobil mempengaruhi koagulasi darah dan menghambat agregasi
trombosit melalui pengaruh mediator inflamasi lipid termasuk tromboxan
A2 dan faktor-faktor pengaktivasi platelet/platelet-activating factor (PAF).

7. Aplikasi Terapeutik Nonhipnotik

a. Efek antiemetik

Insiden mual dan muntah post operasi menurun pada pasien


yang diberikan propofol. Dosis subhipnotik propofol (10-15 mg iv)
mungkin digunakan untuk mengobati rasa mual dan muntah
terutama jika bukan disebabkan rangsangan nervus vagus. Selama
masa postoperasi, keuntungan propofol adalah onset kerja yang
cepat dan tiada efek samping obat yang serius. Propofol memiliki
efek umum dalam menatalaksana mual dan muntah pada konsentrasi
yang tidak menimbukan efek sedasi. Efek antiemetik timbul pada
pemberian propofol 10 mg diikuti dengan 10
mikrogram/kgBB/menit. Dosis subhipnotik propofol efektif
menatalaksana rasa mual dan muntah akibat kemoterapi. Ketika
induksi dan mempertahankan anestesi, penggunaan propofol lebih
efektif daripada pemberian ondansentron.

b. Aktivitas antikonvulsan

Propofol merupakan antiepileptik dengan merefleksi GABA


mediated presinaps dan postsinaps inhibition dari kanal ion klorida.
Dosis propofol> 1 mg/kgBB iv menurunkan durasi kejang 35%-45%
pada pasien yang mengalami elektrokonvulsif.

10
d. Attenuation Bronkokonstriksi

Dibandingkan thiopental, propofol menurunkan prevalensi


terjadinya mengi/wheezing setelah induksi dengan anestesia dan
intubasi trakea pada pasien tanpa riwayat asma dan pasien dengan
riwayat asma. Formula baru propofol yang menggunakan
metabisulfit sebagai pengawet. Metabisulfit menimbulkan
bronkokontriksi pada pasien asma. Pada studi di hewan, propofol
tanpa metabisulfit menimbulkan stimulus ke nervus vagus yang
menginduksi bronkokontriksi dan metabisulfit sendiri dapat
meningkatkan kurang responnya saluran pernapasan. Setelah
intubasi trakea, pasien dengan riwayat merokok, resistensi saluran
pernapasan meningkat pada pasien yang mendapat propofol dan
metabisulfit serta ethylenediaminetetraacetic (EDTA). Sehingga
penggunaan bahan pengawet propofol meningkatkan resiko
terjadinya bronkokontriksi. Propofol yang menginduksi
bronkokontriksi pernah dilaporkan pada pasien dengan riwayat
alergi.

E. PENGGUNAAN KLINIS

Propofol menjadi pilihan obat induksi terutama karena cepat dan efek
mengembalikan kesadaran yang komplit. Infus intravena propofol dengan atau
tanpa obat anestesi lain menjadi metode yang sering digunakan sebagai sedasi atau
penyeimbang atau anestesi total iv. Penggunaan propofol melalui infus secara terus
menerus sering digunakan di ruang ICU.

1. Induksi Anestesi

Dosis induksi propofol pada pasien dewasa adalah 1-2,5 mg/kgBB


intravena dengan kadar obat 2-5 μg/ml menimbulkan turunnya kesadaran
yang bergantung pada usia pasien. Mirip seperti barbiturat, anak-anak
membutuhkan dosis induksi yang lebih besar tiap kilogram berat badannya
(2.5 – 3.5 mg/kg IV) yang mungkin disebabkan volum distribusi yang besar

11
dan kecepatan bersihan yang lebih. Pasien lansia membutuhkan dosis
induksi yang lebih kecil (25%-50%) sebagai akibat penurunan volume
distribusi dan bersihan plasma. Kesadaran kembali saat kadar propofol di
plasma sebesar 1,0-1,5 μg/ml. Kesadaran yang komplit tanpa gejala sisa
SSP merupakan karakter dari propofol dan telah menjadi alasan
menggantikan thiopental sebagai induksi anestesi pada banyak situasi
klinis.(1)

2. Sedasi Intravena

Sensitive half-time dari propofol walau diberikan melalui infus yang


terus menerus, kombinasi efek singkat setara memberikan efek sedasi.
Pengembalian kesadaran yang cepat tanpa gejala sisa serta insidens rasa
mual dan muntah yang rendah membuat propofol diterima sebagai metode
sedasi. Dosis sedasinya adalah 1-2 mg/kgBB mL dengan dosis maintenance
0.5 mg/kgBB Pada beberapa pasien midazolam atau opioid dapat
dikombinasikan dengan propofol melalui infus. Sehingga intensitas nyeri
dan rasa tidak nyaman menurun.(1,2,3)

Propofol yang digunakan sebagai sedasi selama ventilasi mekanik di


ICU pada beberapa populasi termasuk pasien post operasi (bedah jantung
dan bedah saraf) dan pasien yang mengalami cedera kepala. Propofol juga
memiliki efek antikonvulsan, dan amnestik. Setelah pembedahan jantung,
sedasi propofol mengatur respon hemodinamik post operasi dengan
menurunkan insiden dan derajat takikardi dan hipertensi. Asidosis
metabolik, lipidemia, bradikardia, dan kegagalan myokardial yang progresif
pada beberapa anak yang mendapatkan sedasi propofol selama penanganan
gagal napas akut di ICU.

3. Pemeliharaan/Maintenance Anestesia

Dosis tipikal anestesi 100-200 μg/kgBB/menit iv sering di


kombinasikan dengan opioid kerja singkat. Anestesi umum dengan propofol

12
dihubungkan dengan efek yang minimal pada rasa mual dan muntah post
operasi, pengembalian kesadaran.(1,2,3)

F. EFEK SAMPING DAN KONTRAINDIKASI

Induksi anestesi dengan propofol dikaitkan dengan beberapa efek samping,


termasuk nyeri saat injeksi, myklonus, apneu, penurunan tekanan darah arterial dan
yang jarang adalah trombophlebitis pada vena lokasi injeksi propofol. Nyeri dapat
direduksi dengan pemilihan vena yang besar, mengindari vena di dorsum manus,
dan menambahkan lidokain pada larutan propofol. (1,5)

Efek samping yang paling signifikan adalah penurunan tekanan darah


sistemik. Penambahan opioid sebelum induksi cenderung menambah penurunan
tekanan darah. Mungkin pemberian dengan dosis lebih kecil dan cara pemberian
pelan serta rehidrasi yang adekuat akan mengatasi penurunan tekanan darah.
Berlawanan dengan hal tersebut, efek laringoskopy dan intubasi endotrakeal dan
peningkatan MAP, denyut nadi dan tahanan vascular sistemik kurang signifikan
pada propofol jika dibandingkan dengan thiopental.(5)

Sindroma infus Propofol (Propofol infusion syndrome) jarang terjadi namun


letal, dikaitkan dengan infuse propofal 5 mg/kg/jam atau lebih dari 48 jam atau
lebih. Gejala klinik berupa kardiomiopati dengan gagal jantung akut, asidosis
metabolic, miopati skeletal, hiperkalemia, hepatomegali dan lipemia. Bukti yang
ada menunjukkan kemungkinan sindrom ini disebabkan kegagalan metabolisme
asam lemak bebas yang disebabkan masuknya asam lemak bebas ke mitokondria
dan gangguan rantai respirasi mitokondria.(5,6)

Jika terjadi overdosis, pemberian injeksi harus segera dihentikan karena


kemungkinan besar dapat menyebabkan depresi kardiorespiratori harus ditangani
dengan ventilasi menggunakan oksigen. Depresi kardiovaskular mungkin

13
memerlukan pengubahan posisi pasien dengan menaikkan kaki asien,
meningkatkan laju aliran infus, dan pemberian obat anti kolinergik.

Propofol dikontraindikasikan bagi pasien dengan hipersensitivitas pada obat


atau bahan penyusun obat. Propofol injeksi juga dikontraindikasikan bagi pasien
alergi terhadap telur, produk telur, kedelai atau produk kedelai.

BAB III

KESIMPULAN

Propofol merupakan obat anestesi hipnotik sedative yang tidak termasuk


dalam golongan benzodiazepin maupun barbiturat. Propofol, obat anestesi
intravena yang sering digunakan sebagai induksi anestesi dikarenakan karakter
recovery anestesi yang cepat tanpa rasa pusing dan mual-mual. Injeksi intravena
pada dosis terapetik memberikan efek hipnotik dengan cepat, biasanya dalam waktu
30 detik dari awal pemberian injeksi. Serupa dengan obat anestesi dengan aksi cepat
yang lain, waktu paruh dalam darah otak + 1-3 menit, dihitung untuk induksi cepat
pada anestesi.

Propofol lebih cepat dan sempurna mengembalikan kesadaran


dibandingkan dengan obat anestesi lain yang disuntikan secara cepat. Selain cepat
mengembalikan kesadaran, propofol memberikan gejala sisa yang minimal pada
SSP. Nyeri pada tempat suntikan lebih sering apabila obat disuntikkan pada
pembuluh darah vena yang kecil. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan pemilihan
tempat masuk obat di daerah vena yang lebih besar dan penggunaan lidokain 1%.

Propofol relatif bersifat selektif dalam mengatur reseptor gamma


aminobutyric acid (GABA) dan tampaknya tidak mengatur ligand-gate ion channel
lainnya. Propofol dianggap memiliki efek sedative hipnotik melalui interaksinya
dengan reseptor GABA. GABA adalah salah satu neurotransmitter penghambat di

14
SSP. Ketika reseptor GABA diaktifasi, penghantar klorida transmembaran
meningkat dan menimbulkan hiperpolarisasi di membran sel post sinaps dan
menghambat fungsi neuron post sinaps. Interaksi propofol dengan reseptor
komponen spesifik reseptor GABA menurunkan neurotransmitter penghambat.
Ikatan GABA meningkatkan durasi pembukaan GABA yang teraktifasi melalui
chloride channel sehingga terjadi hiperpolarisasi dari membran sel.

DAFTAR PUSTAKA

1. McKeage Katty and Caroline M Perry. Propofol: A Review is use in Intesive


Care Sedation of Adults. New Zealand: Adis International Limited., 2003;
17 (4): 235-272.
2. Soenarjodkk. Anestesiologi. Semarang: Bagian Anestesiologi dan Terapi
Intensif Fakultas Kedokteran UNDIP/RSUP Kariadi;2010.
3. Latief,A,Said dkk. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. Propofol.
Fakultas Kedokteran UI. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2002.
4. Handoko, Tony, SK. Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat. Anestesi
Umum. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2004.
5. Marik PE. Propofol: therapeutic indications and side-effects. Curr Pharm
Des. 2004.

15

Anda mungkin juga menyukai