Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Anestesi merupakan suatu keadaan kehilangan sensasi akibat obat-obatan yang


menurunkan fungsi saraf atau terjadinya disfungsi neurologis. (Steadman 2006)
Secara luas, anestesi terbagi atas anestesi umum dan anestesi lokal. Anestesi umum
digunakan untuk mendapatkan efek anestesia, anxiolisis, amnesia, arefleksia,
inhibisi refleks autonomik dan analgesia disertai hilangnya kesadaran yang bersifat
reversibel. (Morgan and Mikhail 2013)

Pada mulanya obat anestesi intravena yang digunakan adalah golongan


hexobarbital, kemudian diikuti oleh penggunaan golongan thiopental. Seiring
dengan perkembangan teknologi, ditemukan obat-obatan intravena lainnya seperti
ketamin sintesis (1962), etomidat sintesis (1964), dan propofol (1977). Saat ini,
obat-obatan yang digunakan dalam induksi anestesi intravena secara garis besar
dibagi atas obat golongan barbiturat dan non-barbiturat (benzodiazepine, ketamine,
etomidat, propofol, dll.).

Adapun tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui lebih dalam
tentang obat induksi propofol anestesi melalui intravena. Hal yang dibahas akan
menitik beratkan pada mekanisme kerja obat, farmakokinetik, serta efek samping
obat terhadap sistem organ, seperti kardiovaskular, respirasi, serebral, renal,
hepatik, dll.
BAB II

PEMBAHASAN

Propofol merupakan suatu zat induksi yang paling sering digunakan dalam
tindakan anestesi umum. Lebih dari 50 negara menerima penggunaan propofol
bahkan tersedia juga dalam bentuk generik.(1)

Propofol merupakan obat anestesi intravena yang bekerja cepat dengan


karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa pusing dan mual-mual. Propofol
merupakan cairan emulsi minyak-air yang berwarna putih yang bersifat isotonik
dengan kepekatan 1% (1 ml/10mg) serta mengandung 10% minyak kedele, 2,25%
gliserol, dan 1,2% lecithin purified eggphosphatide komponen utama dari kuning
telur, yang dimurnikan dan mudah larut dalam lemak, oleh karena itu rentan
terhadap terjadinya reaksi alergi. Solusinya tampak putih susu dan sedikit kental,
memiliki pH sekitar 7, dan memiliki konsentrasi propofol 1% (10 mg / mL).
Penambahan metabisulfit dalam salah satu formulasi telah menimbulkan
kekhawatiran mengenai penggunaannya pada pasien dengan penyakit saluran napas
reaktif (mis. Asma) atau alergi sulfit. Propofol menghambat transmisi neuron yang
dihantarkan oleh GABA. Penggunaan propofol 1,5-2,5 mg/kgBB dengan
penyuntikan cepat (<15 detik) menimbulkan turunnya kesadaran dalam waktu
kurang dari 30 detik.(1)

Propofol lebih cepat dan sempurna mengembalikan kesadaran


dibandingkan dengan obat anestesi lain yang disuntikan secara cepat. Selain cepat
mengembalikan kesadaran, propofol memberikan gejala sisa yang minimal pada
SSP. Nyeri pada tempat suntikan lebih sering apabila obat disuntikkan pada
pembuluh darah vena yang kecil. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan pemilihan
tempat masuk obat di daerah vena yang lebih besar dan penggunaan lidokain
1%.(1,2)

Propofol adalah larutan yang tidak larut dalam air sehingga membutuhkan
pelarut untuk larut dalam lemak sehingga terjadi emulsifikasi. Saat ini digunakan
larutan kacang kedele sebagai pelarut lemak dan lechitin dari egg lechitinsebagai
zat pengemulsi yang dikomposisikan dengan rantai panjang trigliserida. Komposisi
seperti ini mendukung perkembangan bakteri dan meningkatkan kandungan
trigliserida plasma ketika diberikan melalui cairan infus yang lama.(2,3)

Campuran propofol dan obat lain tidak dianjurkan walau penggunaan


lidokain sering ditambahkan untuk mengurangi nyeri pada tempat suntikan.
Pencapuran lidokain dan propofol dapat menimbulkan gabungan pada droplet
minyak dan bentuk lain sehingga meningkatkan risiko embolisasi pulmonal.(2)

Gambar 1. Sediaan Propofol


A. SIFAT FISIK DAN KIMIA PROPOFOL

Propofol sedikit larut dalam air dengan pH sekitar 6-8,5. Propofol memiliki
nama kimia 2,6-diisopropilfenol dan struktur kimia sebagai berikut :

Gambar 2. Struktur kimia Propofol(1,3,4)

B. FARMAKOLOGI

Propofol merupakan obat hipnotik-sedative yang digunakan dalam induksi


dan pemeliharan anestesi maupun sedasi. Injeksi intravena pada dosis terapetik
memberikan efek hipnotik dengan cepat, biasanya dalam waktu 30 detik dari awal
pemberian injeksi. Serupa dengan obat anestesi dengan aksi cepat yang lain, waktu
paruh dalam darah otak + 1-3 menit, dihitung untuk induksi cepat pada
anestesi.(1,3,4)

Induksi propofol pada anestesi umum melibatkan neurotransmisi inhibisi


terfasilitasi yang dimediasi oleh ikatan reseptor GABAA. Propofol secara alosterik
meningkatkan afinitas ikatan GABA kepada reseptor GABAA. Reseptor ini,
bergandengan ke kanal klorida, dan aktivasi dari reseptor akan mengakibatkan
terjadi hiperpolarisasi pada membran saraf. Propofol berikatan dengan bermacam
kanal ion dan reseptor. Kerja propofol tidak dapat dibalikkan dengan benzodiazepin
antagonis tertentu, seperti flumazenil. Propofol relatif bersifat selektif dalam
mengatur reseptor gamma aminobutyric acid (GABA) dan tampaknya tidak
mengatur ligand-gate ion channel lainnya. Propofol dianggap memiliki efek
sedative hipnotik melalui interaksinya dengan reseptor GABA. GABA adalah salah
satu neurotransmitter penghambat di SSP. Ketika reseptor GABA diaktifasi,
penghantar klorida transmembaran meningkat dan menimbulkan hiperpolarisasi di
membran sel post sinaps dan menghambat fungsi neuron post sinaps. Interaksi
propofol dengan reseptor komponen spesifik reseptor GABA menurunkan
neurotransmitter penghambat. Ikatan GABA meningkatkan durasi pembukaan
GABA yang teraktifasi melalui chloride channel sehingga terjadi hiperpolarisasi
dari membran sel.(1,3)

Hubungan Struktur – Aktivitas

Propofol terdiri dari sebuah lingkar fenol yang disubstitusi dengan dua kelompok
isopropyl. Propofol tidak larut dalam air, tapi solusi aqueous 1% (10 mg/mL) dapat
digunakan untuk intravena sebagai emulsi lemak dalam air yang mengandung
minyak kedelai, gliserol, dan lecithin telur. Riwayat alergi telur bukan merupakan
kontraindikasi pemakaian propofol karena kebanyakan alergi yang ada adalah
terhadap putih telur (albumin telur), sedangkan lecithin telur diekstraksi dari kuning
telur. Formulasi ini sering menyebabkan nyeri saat injeksi yang dapat diturunkan
dengan injeksi lidocaine sebelumnya atau dengan mencampur lidocaine dengan
propofol sebelum injeksi (2 ml 1% lidocaine dalam 18 mL propofol), namun kurang
efektif. Formula propofol dapat memicu tumbuhnya bakteri, jadi teknik yang steril
harus selalu diperhatikan dalam persiapan. Propofol harus disuntikkan dalam waktu
6 jam setelah membuka ampul. Preparat propofol yang terkontaminasi dapat
menyebabkan sepsi dan kematian. Formula propofol yang sekarang mengandung
0.005% disodium edetat atau 0.025% sodium metabisulfit untuk membantu
menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
C. FARMAKOKINETIK

Penyerapan

Propofol secara intravena digunakan untuk induksi anestesi umum dan sedasi
sedang hingga dalam.

Distribusi

Propofol memiliki onset kerja yang cepat. Tersadarnya pasien setelah satu dosis
bolus diinjeksikan dikarenakan waktu paruh distribusi yang sangat singkat (2 – 8
menit). Dosis induksi yang semakin kecil direkomendasikan pada pasien lanjut usia
karena Vd yang kecil. Umur juga menjadi faktor untuk menentukan rasio infuse
pada TIVA. Di beberapa negara menggunakan Diprifusor untuk mengatur rasio
infusi propofol..(1)

Biotransformasi

Keluarnya propofol yang melebihi aliran darah hepatik, menunjukkan adanya


metabolisme ekstrahepatik. yang dapat terjadi di paru-paru dan dapat menyebabkan
penghapusan hingga 30% dari dosis bolus obat. Pemulihan dari propofol lebih
lengkap, dengan lebih sedikit "hangover" daripada yang diamati dengan thiopental,
yang dikarenakan tingginya plasma clearance.

Rasio keluar yang tinggi kemungkinan berkontribusi pada cepatnya pulih sadar
setelah infuse yang berkelanjutan. Konjugasi di hepar yang menghasilkan metabolit
inaktif akan dieliminasi oleh renal. Farmakokinetik dari propofol tidak dipengaruhi
oleh obesitas, sirosis atau gagal ginjal. Penggunaan infusi propofol dalam jangka
waktu lama untuk sedasi anak-anak yang sakit berat atau pasien bedah saraf dewasa
muda berhubungan dengan kasus lipemia, metabolik asidosism dan kematian,
disebut juga sindrom infusi propofol.
Waktu paruh propofol adalah 0,5-1,5 jam tapi yang lebih penting sensitive half time
dari propofol yang digunakan melalui infus selama 8 jam adalah kurang dari 40
menit. Maksud dari sensitive half time adalah pengaruh minimal dari durasi infus
karena metabolisme propofol yang cepat ketika infus dihentikan sehingga obat
kembali dari tempat simpanan jaringan ke sirkulasi.(1,4)

Setelah dosis bolus diberikan, terjadi keseimbangan dengan cepat antara


plasma dan otak yang menggambarkan kecepatan onset anestesi.Pemutusan dosis
setalah pemeliharaan anestesi selama lebih kurang 1 jam atau untuk sedasi pasien
ICU selama 1 hari, menyebabkan penurunan cepat konsentrasi propofol dalam
darah. Pemberian infus jangka panjang (10 hari pada sedasi pasien ICU)
menyebabkan akumulasi signifikan propofol dalam jaringan, maka sedasi propofol
menjadi lambat dan waktu sadar kembali menjadi meningkat.(1,4)

Meskipun metabolisme propofol cepat tidak ada bukti yang menunjukkan


adanya gangguan eliminasi pada pasien sirosis hepatis. Konsentrasi propofol di
plasma sama antara pasien yang meminum alkohol dan yang tidak. Disfungsi ginjal
tidak mempengaruhi metabolisme bersihan propofol dan selama pengamatan lebih
dari 34 tahun metabolisme propofol dimetabolisme di urin hanya 24 jam pertama.
Pasien yang berusia lebih dari 60 tahun menunjukkan penurunan bersihan plasma
propofol dibandingkan pasien dewasa. Kecepatan bersihan propofol
mengkonfirmasi bahwa obat ini dapat digunakan secara terus menerus intravena
tanpa efek kumulatif. Propofol mampu melewati sirkulasi plasenta namun secara
cepat dibersihkan dari sirkulasi fetus.(1,3)

D. FARMAKODINAMIK

1. Efek pada Susunan Saraf Pusat

Propofol menurunkan Cerebral Metabolism Ratet erhadap oksigen


(CRMO2), aliran darah, serta tekanan intrakranial (TIK). Pada pasien
dengan TIK normal terjadi penurunan TIK (30 %) yang berhubungan
dengan penurunan sedikit tekanan perfusi serebral (10 %). Pemberian
fentanyl dosis rendah bersama dengan propofol dosis suplemen mencegah
kenaikan TIK pada intubasi endotrakeal. (1)
Penggunaan propofol sebagai sedasi pada pasien dengan lesi yang
mendesak ruang intra kranial tidak akan meningkatkan TIK. Dosis besar
propofol mungkin menyebabkan penurunan tekanan darah yang diikuti
penurunan tekanan aliran darah ke otak. Autoregulasi cerebral sebagai
respon gangguan tekanan darah dan aliran darah ke otak yang mengubah
PaCo2 tidak dipengaruhi oleh propofol. Akan tetapi, aliran darah ke otak
dipengaruhi oleh PaCO2 pada pasien yang mendapatkan propofol dan
midazolam. Propofol menyebabkan perubahan gambaran EEG yang mirip
pada pasien yang mendapatkan thiopental. Cortical somatosensory evoked
potentials yang digunakan sebagai alat untuk memantau fungsi sumsum
tulang belakang menunjukkan tidak terdapat perbedaan hasil (penurunan
amplitudo) antara pasien yang mendapatkan propofol saja dan yang
mendapatkan propofol, N2O atau zat volatil lainnya. Propofol tidak
mengubah gambaran EEG pasien kraniotomi. Mirip seperti midazolam,
propofol menyebabkan ganguan ingatan yang mana thiopental memiliki
efek yang lebih sedikit serta fentanyl yang tidak memiliki efek gangguan
ingatan.(1)

2. Efek pada Sistem Respiratorik

Propofol adalah depresan pernapasan yang kuat dan umumnya


menghasilkan apnea setelah dosis induksi. Propofol menyebabkan
bronkodilatasi pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik.
Terdapat resioko apnea sebesar 25%-35% pada pasien yang mendapat
propofol. Pemberian agen opioid sebagai premedikasi meningkatkan resiko
apnea. Infus propofol menurunkan volume tidal dan frekuensi pernapasan.
Respon pernapasan menurun terhadap keadaan peningkatan karbon
dioksida dan hipoksemia. Propofol menyebabkan bronkokontriksi dan
menurunkan resiko terjadinya wheezing pada pasien asma. Konsentrasi
sedasi propofol menyebabkan penurunan respon hiperkapneia akibat efek
terhadap kemoreseptor sentral. Propofol menyebabkan penurunan lebih
besar pada refleks jalan nafas atas daripada thiopental, yang membuatnya
sangat cocok untuk instrumentasi jalan napas, seperti penempatan LMA. (1,4)
3. Efek pada Sistem Kardiovaskuler

Propofol lebih menurunkan tekanan darah sistemik dari pada obat


induksi lainnya. Penurunan tekanan darah sistemik ini adalah hasil dari
vasodilatasi dalam sirkulasi arteri dan vena yang mengarah pada penurunan
preload dan afterload. Efek ini pada tekanan darah sistemik lebih jelas
dengan bertambahnya usia, pada pasien dengan volume cairan intravaskular
yang berkurang, dan dengan injeksi cepat. Karena efek hipotensi meningkat
oleh inhibisi respon barorefleks normal, vasodilatasi hanya mengarah ke
peningkatan kecil pada denyut jantung. Penurunan tekanan darah ini juga
dipengaruhi perubahan volume kardiak dan resistensi pembuluh darah.
Relaksasi otot polos pembuluh darah disebabkan hambatan aktivitas
simpatis vasokontriksi. Stimulasi langsung laringoskop dan itubasi trakea
membalikkan efek propofol terhadap tekanan darah. Propofol juga
menghambat respon hipertensi selama pemasangan laringeal mask airways.
Sebagai tambahan N2O tidak mengubah respon tekanan darah pada pasien
yang diberikan propofol. Suatu penekan respon misalnya ephedrin dapat
dimanfaatkan pada pasien ini.(1)

Bradikardi dan asistol pernah dilaporkan pada pasien yang


mendapatkan propofol sehingga disarankan obat antikolinergik untuk
mengatasi stimulasi ke nervus vagus. Propofol sebenarnya juga
meningkatkan respon syaraf simpatis dalam skala ringan dibandingkan
saraf parasimpatis sehingga terjadi dominasi saraf parasimpatis.

Resiko bradikardia related death selama anestesi propofol sebesar


1,4/100.000. Bentuk bradikardi yang parah dan fatal pada anak di ICU
ditemukan pada pemberian sedasi propofol yang lama. Anestesi propofol
dibandingkan anestesi lain meningkatkan refleks oculokardiak pada
pembedahan strabismus anak selama pemberian antikolinergik.

Respon denyut jantung selama pemberian atropin intravena berbeda


tipis pasien yang mendapat propofol dan pasien yang sadar. Penurunan
respon atropin terjadi karena propofol menekan aktifitas saraf simpatis.
Pengobatan propofol yang menginduksi bradikardia adalah dengan
pemberian beta agonis contohnya isoproterenol.(1)

4. Efek pada fungsi hepar dan ginjal

Propofol tidak mengganggu fungsi hepar dan ginjal yang dinilai dari
enzim transamin hati dan konsentrasi kreatinin. Infus propofol yang lama
menimbulkan luka pada sel hepar akibat asidosis laktat. Infus propofol yang
lama menyebabkan urin berwarna kehijauan akibat adanya rantai phenol.
Namun perubahan warna urin ini tidak mengganggu fungsi ginjal. Namun
ekskresi asam urat meningkat pada pasien yang mendapatkan propofol yang
ditandai dengan urin yang keruh, terdapat kristal asam urat, pH dan suhu
urin yang rendah. Efek ini menandai gangguan ginjal akibat propofol.(1,4)

5. Efek pada tekanan intraokular

Pembedahan laparaskopi dinilai berhubungan dengan peningkatan


TIO dan posisi pasien saat laparoskopi meningkatkan resiko hipertensi
okular. Pada kasus ini propofol menurunkan TIO segera setelah induksi dan
selama tindakan intubasi trakea. Penurunan TIO ini meningkat pada pasein
yang juga mendapatkan isofluran.(1)

6. Efek pada koagulasi

Propofol tidak mengganggu koagulasi dan fungsi trombosit. Namun


ada laporan yang menunjukkan bahwa emulsi propofol yang bersifat
hidrofobil mempengaruhi koagulasi darah dan menghambat agregasi
trombosit melalui pengaruh mediator inflamasi lipid termasuk tromboxan
A2 dan faktor-faktor pengaktivasi platelet/platelet-activating factor (PAF).

7. Aplikasi Terapeutik Nonhipnotik

a. Efek antiemetik

Insiden mual dan muntah post operasi menurun pada pasien


yang diberikan propofol. Dosis subhipnotik propofol (10-15 mg iv)
mungkin digunakan untuk mengobati rasa mual dan muntah
terutama jika bukan disebabkan rangsangan nervus vagus. Selama
masa postoperasi, keuntungan propofol adalah onset kerja yang
cepat dan tiada efek samping obat yang serius. Propofol memiliki
efek umum dalam menatalaksana mual dan muntah pada konsentrasi
yang tidak menimbukan efek sedasi. Efek antiemetik timbul pada
pemberian propofol 10 mg diikuti dengan 10
mikrogram/kgBB/menit. Dosis subhipnotik propofol efektif
menatalaksana rasa mual dan muntah akibat kemoterapi. Ketika
induksi dan mempertahankan anestesi, penggunaan propofol lebih
efektif daripada pemberian ondansentron.

b. Aktivitas antikonvulsan

Propofol merupakan antiepileptik dengan merefleksi GABA


mediated presinaps dan postsinaps inhibition dari kanal ion klorida.
Dosis propofol> 1 mg/kgBB iv menurunkan durasi kejang 35%-
45% pada pasien yang mengalami elektrokonvulsif.

d. Attenuation Bronkokonstriksi

Dibandingkan thiopental, propofol menurunkan prevalensi


terjadinya mengi/wheezing setelah induksi dengan anestesia dan
intubasi trakea pada pasien tanpa riwayat asma dan pasien dengan
riwayat asma. Formula baru propofol yang menggunakan
metabisulfit sebagai pengawet. Metabisulfit menimbulkan
bronkokontriksi pada pasien asma. Pada studi di hewan, propofol
tanpa metabisulfit menimbulkan stimulus ke nervus vagus yang
menginduksi bronkokontriksi dan metabisulfit sendiri dapat
meningkatkan kurang responnya saluran pernapasan. Setelah
intubasi trakea, pasien dengan riwayat merokok, resistensi saluran
pernapasan meningkat pada pasien yang mendapat propofol dan
metabisulfit serta ethylenediaminetetraacetic (EDTA). Sehingga
penggunaan bahan pengawet propofol meningkatkan resiko
terjadinya bronkokontriksi. Propofol yang menginduksi
bronkokontriksi pernah dilaporkan pada pasien dengan riwayat
alergi.

E. PENGGUNAAN KLINIS

Propofol menjadi pilihan obat induksi terutama karena cepat dan efek
mengembalikan kesadaran yang komplit. Infus intravena propofol dengan atau
tanpa obat anestesi lain menjadi metode yang sering digunakan sebagai sedasi atau
penyeimbang atau anestesi total iv. Penggunaan propofol melalui infus secara terus
menerus sering digunakan di ruang ICU.

1. Induksi Anestesi

Dosis induksi propofol pada pasien dewasa adalah 1-2,5 mg/kgBB


intravena dengan kadar obat 2-5 μg/ml menimbulkan turunnya kesadaran
yang bergantung pada usia pasien. Mirip seperti barbiturat, anak-anak
membutuhkan dosis induksi yang lebih besar tiap kilogram berat badannya
(2.5 – 3.5 mg/kg IV) yang mungkin disebabkan volum distribusi yang besar
dan kecepatan bersihan yang lebih. Pasien lansia membutuhkan dosis
induksi yang lebih kecil (25%-50%) sebagai akibat penurunan volume
distribusi dan bersihan plasma. Kesadaran kembali saat kadar propofol di
plasma sebesar 1,0-1,5 μg/ml. Kesadaran yang komplit tanpa gejala sisa
SSP merupakan karakter dari propofol dan telah menjadi alasan
menggantikan thiopental sebagai induksi anestesi pada banyak situasi
klinis.(1)

2. Sedasi Intravena

Sensitive half-time dari propofol walau diberikan melalui infus yang


terus menerus, kombinasi efek singkat setara memberikan efek sedasi.
Pengembalian kesadaran yang cepat tanpa gejala sisa serta insidens rasa
mual dan muntah yang rendah membuat propofol diterima sebagai metode
sedasi. Dosis sedasinya adalah 1-2 mg/kgBB mL dengan dosis maintenance
0.5 mg/kgBB Pada beberapa pasien midazolam atau opioid dapat
dikombinasikan dengan propofol melalui infus. Sehingga intensitas nyeri
dan rasa tidak nyaman menurun.(1,2,3)

Propofol yang digunakan sebagai sedasi selama ventilasi mekanik


di ICU pada beberapa populasi termasuk pasien post operasi (bedah jantung
dan bedah saraf) dan pasien yang mengalami cedera kepala. Propofol juga
memiliki efek antikonvulsan, dan amnestik. Setelah pembedahan jantung,
sedasi propofol mengatur respon hemodinamik post operasi dengan
menurunkan insiden dan derajat takikardi dan hipertensi. Asidosis
metabolik, lipidemia, bradikardia, dan kegagalan myokardial yang progresif
pada beberapa anak yang mendapatkan sedasi propofol selama penanganan
gagal napas akut di ICU.

3. Pemeliharaan/Maintenance Anestesia

Dosis tipikal anestesi 100-200 μg/kgBB/menit iv sering di


kombinasikan dengan opioid kerja singkat. Anestesi umum dengan propofol
dihubungkan dengan efek yang minimal pada rasa mual dan muntah post
operasi, pengembalian kesadaran.(1,2,3)

F. EFEK SAMPING DAN KONTRAINDIKASI

Induksi anestesi dengan propofol dikaitkan dengan beberapa efek samping,


termasuk nyeri saat injeksi, myklonus, apneu, penurunan tekanan darah arterial dan
yang jarang adalah trombophlebitis pada vena lokasi injeksi propofol. Nyeri dapat
direduksi dengan pemilihan vena yang besar, mengindari vena di dorsum manus,
dan menambahkan lidokain pada larutan propofol. (1,5)

Efek samping yang paling signifikan adalah penurunan tekanan darah


sistemik. Penambahan opioid sebelum induksi cenderung menambah penurunan
tekanan darah. Mungkin pemberian dengan dosis lebih kecil dan cara pemberian
pelan serta rehidrasi yang adekuat akan mengatasi penurunan tekanan darah.
Berlawanan dengan hal tersebut, efek laringoskopy dan intubasi endotrakeal dan
peningkatan MAP, denyut nadi dan tahanan vascular sistemik kurang signifikan
pada propofol jika dibandingkan dengan thiopental.(5)

Sindroma infus Propofol (Propofol infusion syndrome) jarang terjadi namun


letal, dikaitkan dengan infuse propofal 5 mg/kg/jam atau lebih dari 48 jam atau
lebih. Gejala klinik berupa kardiomiopati dengan gagal jantung akut, asidosis
metabolic, miopati skeletal, hiperkalemia, hepatomegali dan lipemia. Bukti yang
ada menunjukkan kemungkinan sindrom ini disebabkan kegagalan metabolisme
asam lemak bebas yang disebabkan masuknya asam lemak bebas ke mitokondria
dan gangguan rantai respirasi mitokondria.(5,6)

Jika terjadi overdosis, pemberian injeksi harus segera dihentikan karena


kemungkinan besar dapat menyebabkan depresi kardiorespiratori harus ditangani
dengan ventilasi menggunakan oksigen. Depresi kardiovaskular mungkin
memerlukan pengubahan posisi pasien dengan menaikkan kaki asien,
meningkatkan laju aliran infus, dan pemberian obat anti kolinergik.

Propofol dikontraindikasikan bagi pasien dengan hipersensitivitas pada obat


atau bahan penyusun obat. Propofol injeksi juga dikontraindikasikan bagi pasien
alergi terhadap telur, produk telur, kedelai atau produk kedelai

Anda mungkin juga menyukai