Anda di halaman 1dari 11

Anamnesis:

Quality
1. Kontak mata dengan pasien
2. Muka bersahabat
3. Balance antara open question, close, & focus question
4. Mempersilahkan pasien untuk berbicara (jangan dipotong)
5. Pakai bahasa awam

Rectal bleeding
1. Klarifikasi – yg keluar itu apa sebenarnya? Keluarnya di mana (saluran
dubur, kencing atau vagina?)
2. Makin lama makin berat atau gak?
3. Sakit?
4. Warnanya apa? Udah berapa lama? Karakteristik (pendarahan dulu atau
faeces dulu atau barengan)? Progresivitasnya?
5. Konstipasi? Barengan sama bleeding?
6. bercampur dengan feses (seperti terjadi pada kolitis atau lesi di proksimal
rektum) atau terpisah/menetes (terduga hemoroid), pemakaian
antikoagulan, atau terdapat gejala sistemik lainnya seperti demam lama
(tifoid, kolitis infeksi), menurunnya berat badan (kanker), perubahan pola
defekasi (kanker), tanpa rasa sakit (hemoroid intema, angiodisplasia), nyeri
perut (kolitis infeksi, iskemia mesenterial), tenesmus ani (fisura, disentri).
Apakah kejadian ini bersifat akut, pertama kali atau berulang, atau kronik,
7. DD: hemmorhoid, infeksi, IBD, cancer
a. Hemmorhoid – ada massa yg menonjol atau gak pas BAB,
konstipasi, pola dietnya
b. IBD – demam, nyeri sendi, penurunan berat badan, gangguan
napsu makan
c. Malignancy – penurunan berat badan & fam history
d. Infeksi – demam, nyeri saat buang air besar

Sesak napas 2 bulan lalu, kaki tambah bengkak gak muat pake sepatu,
palpitasi (berdebar) – pemeriksaan jantung (vital sign {tensi dan pulse
cukup dibilang, tidak perlu dilakukan}, JVP, ekstrimitas) & interpretasi
suara jantung + auskultasi paru anterior posterior
1. Vital sign – cukup disebutin aja
2. Mata
3. Mulut – liat cyanosis
4. JVP
5. Inspeksi
a. Skar/bekas operasi/dll?
b. ictus cordis
6. Palpasi
a. Ictus cordis
Lalu dilakukan palpasi pada ictus cordis untuk merasakan denyut
jantung. Laporkan letaknya (normal: teraba di ICS 4 -5 di linea mid
clavicularis sinistra), teraba adanya trill, heaf, lift atau tidak

7. Perkusi
a. Batas jantung kanan, kiri, atas
Lalu dilakukan perkusi jantung untuk menentukan batas jantung kanan,
kiri dan pinggang jantung. Perkusi dimulai dari ICS2 linea mid clavicularis
dextra kebawah sampai ke batas paru hati.Jika suara telah berubah dari
sonor menjadi redup maka naik 2 jari dan dilanjutkan ke medial. Jika
suara telah berubah dari sonor menjadi redup maka itu merupakan batas
jantung kanan. Laporkan letaknya (normal: di ICS 4-5 linea
sternalis/para sternalis dextra).
Kemudian mencari batas jantung kiri dari linea axilaris anterior sinistra
kebawah sampai ke batas paru lambung. Jika suara telah berubah dari
sonor menjadi timpani maka naik 2 jari dan dilanjutkan ke medial. Jika
suara berubah dari sonor menjadi redup maka itu merupakan batas
jantung kiri. Laporkan letaknya (normal: di ICS 4-5 linea mid
clavicularis/lateral mid clavicularis)
Kemudian mencari batas pinggang jantung dari ICS2 linea para sternalis
sinistra kebawah. Jika suara telah berubah dari sonor menjadi redup
maka itu adalah pinggang jantung (atrium sinistra). Laporkan letaknya
(normal: di ICS 3-4)

8. Auskultasi
a. Jantung
i. Mitral
ii. Pulmo
iii. Mitral
iv. Tricuspid
Lalu dilakukan auskultasi pada saat inspirasi dan ekspirasi di keempat
katup jantung. Pertama mendengar di katup aorta, lalu katup pulmonal,
lalu katup tricuspid dan terakhir katup bicuspid. Auskultasi dilakukan
sambil memegang denyut nadi. Laporkan bunyi jantungnya (normal:
bunyi katup aorta lebih kencang dari katup pulmonal)

b. Paru
i. Anterior
Auskultasi

“Saya akan melakukan auskultasi yang dimulai dari ICS 2 linea midclaviularis.
Saya akan membandingkan antara paru kanan dan kiri. Pada paru kiri,
auskulatasi akan pindah ke linea axilaris anterior ketika mencapai ICS 4 / 5.
Suara paru yang normal terdengar adalah suara vesicular; yaitu ratio
inspirasi : ekspirasi adalah 2:1. Saya melakukan auskultasi untuk mencari
apakah ada suara tambahan lain selain suara vesicular, seperti wheezing,
ronchi, dll.”

ii. Posterior
auskultasi dan membandingkan antara kanan dengan kiri.
Suara yang seharusnya terdengar adalah vesicular.
Auskultasi dilakukan di antara spine dan scapula sampai ke
bawah scapula
9. Ekstrimitas
a. Tangan
i. Cyanosis
ii. CRT
iii. Clubbing finger
b. Kaki
i. Pretibial edema – pitting edem
Cowo 70 th, sulit berkemih, Anamnesa + periksa manequine
1. mucosal rectal & tonus sphincter
2. prostatnya gimana?
a. Konsistensi
b. Simetris atau gak?
c. Permukaan rata atau nodule?
3. DD:

OBSTRUCTIVE IRRITATIVE

Hesitancy Frequency

Weak stream Nocturia

Intermittency Urgency

Incomplete emptying dysuria

Dribbling
a. BPH
i. Dripping
ii. Nocturia
iii. Dysuria
iv. Hesitancy
v.
b. Ca/Tumor
i. Unintentional weight loss
c. Prostatitis
i. Nyeri
ii. demam
d. Batu
i. Ada riwayat sebelumnya?
ii. Nyeri pinggang?
iii. Kencing berpasir?
Site

Onset
 Sejak kapan? Bisa ceritakan rasa nyeri yang bapak rasakan? Seperti
datang secara tiba-tiba atau terus-menerus?
Characteristics
 Berapa kali dalam sehari pasien buang air kecil?
 Seberapa banyak (volume) yang ia keluarkan setiap kali buang air kecil?
Banyak atau sedikit?
 Apakah pasien sering terbangun tiap malam untuk buang air kecil?
 Bagaimana pancarannya setiap buang air kecil? Kencang atau tidak?
 Apakah pasien merasa bahwa buang air kecilnya tidak tuntas?
 Apakah pasien tidak dapat menahan kencingnya? Ngompol?
 Ketika mau kencing, apakah harus tunggu terlebih dahulu? Apakah harus
ngeden dulu?
 Ada sakit pas kencing? Ada darah?
 Apa bapak merasakan bahwa saat berkemih juga sulit keluar?(Hesitancy)
 Apa bapak merasa seperti anyang-anyangan?(polaksiuri)
Radiation
: Apa sakit yang bapak rasakan juga dirasakan ditempat lain?

Associated symptoms
 Ada demam atau gak?  kalo ada—prostatitis, kalo gak ada – BPH
 Ada trauma gak?
 Hubungan seksnya gimana?
o Kapan terakhir kali melakukan hubungan?
o Apakah pasangan mempunyai penyakit menular seks?
o apa istri bapak juga mengalami sakit serupa dengan bapak?
 Ada urethral discharge atau gak?
Time

Exacerbation/relieving factors
 Apa ada kegiatan yang memperburuk sakit atau juga membuat baikan
pada sakit bapak?

Severity
 dari skala 0-10 , dimana 0 adalah tidak sakit sama sekali dan 10 adalah
sakit sekali, sakit bapak pada nomor berapa?
Kebiasaan:
 Merokok?
 Minum alkohol?
 Narkoba?
Riwayat Penyakit Dahulu
 Pernah mengalami hal yang serupa?
 Diabetes/hipertensi/dll?
Riwayat Keluarga
 Ada yang punya keluhan yang sama?
 Riwayat penyakit lainnya?

KONFIRMASI: jadi pak, bapak merasakan sakit saat berkemih, sakit yang
dirasakan sudah sejak tiga hari yang lalu dan rasa sakitnya adalah terus-
terusan. Dari skala 0-10 dimana 0 adalah tidak sakit sama sekali dan 10
sakit sekalai, bapak mengatakan sakitnya berada pada nomor 5 sampai 6.
Bapak juga mengatakan sudah pernah merasakan sakit sebelumnya
dimana sakit sebelumnya terasa lebih parah. Bapak juga mengatakan
bahwa tidak ada aktivitas yang membuat sakitnya baikan dan juga tidak
ada aktivitas yang membuat sakitnya semakin parah. Bapak sudah
mengonsumsi air putih yang banyak untuk mengurangi rasa sakit, tetapi
tidak juga membaik. Bapak juga merasakan seperti buang air kecil yang
tidak bisa ditahan?(urgency), bahwa saat berkemih juga sulit keluar
(Hesitancy), saat buang air kecil juga seperti seperti sebentar-bentar
buang air kecil (Frequency) dan merasa seperti anyang-
anyangan(polaksiuri). Untuk aktivitas seksual bapak, bapak tidak pernah
berganti-ganti pasangan, serta selalu menggunakan kontrasepsi saat
melakukan hubungan seksual. Sakit yang dirasakan sebelumnya juga
menjalar ke bagian pinggang serta juga mengeluarkan darah saat
berkemih. Untuk pemeriksaan selanjutnya, saya akan melakukan
pemeriksaan fisik.
FIVE
Pemeriksaan thyroid (vital sign – tensi, pulse, dan temp, general
appearance, leher – lymph node, ekstrimitas, mata)

Counseling Asma – harus jawab pertanyaan pasien


Apa itu asma? Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di
negara maju maupun di negara-negara sedang berkembang1. Asma adalah penyakit
inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan berbagai sel imun terutama sel mast,
eosinofil, limposit T, makropag, neutrofil dan sel epitel, serta meningkatnya respon
saluran napas (hipereaktivitas bronkus) terhadap berbagai stimulant. Inflamasi
kronik ini akan menyebabkan penyempitan (obstruksi) saluran napas yang reversible,
membaik secara spontan dengan atau tanpa pengobatan. Gejala yang timbul dapat
berupa batuk, sesak nafas dan mengi2,3,4. Asma juga disebut complex clinical
syndrome yang ditandai dengan obstruksi saluran napas, hipereaktivitas bronkus dan
inflamasi saluran napas4. Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu
aktivitas, akan tetapi dapat bersifat menetap dan menggaggu aktivitas bahkan
kegiatan harian sehigga menurunkan kualitas hidup. Berdasarkan hal-hal di atas,
maka seseorang dicurigai menderita asma apabila:10
•Sesak atau batuk yang berkepanjangan setelah menderita influenza
•Batuk-batuk setelah olahraga, terutama pada anak-anak atau rasa berat atau
tercekik pada dada sehabis olahraga (yang terbukti tidak ada kelainan jantung)
•Sesak atau batuk-batuk pada waktu ruang berdebu atau berasap
•Batuk-batuk setelah mencium bau tertentu
•Batuk-batuk atau sesak yang sering timbul pada malam hari dan tidak berkurang
sesudah duduk. Dengan kata lain, bila seseorang mengeluh sesak, batuk atau mengi
yang tidak bisa diterangkan penyebabnya, kita perlu mencurigai itu suatu asma. Atau
yeng membedakan asma dengan penyakit paru lain yaitu pada asma serangan dapat
hilang dengan atau tanpa obat. Artinya, serangan asma ada yang hilang dengan
sendirinya tanpa pengobatan. Tetapi, membiarkan penderita asma dalam srangan
tanpa obat selain tidak etis, juga bisa membahayakan nyawa penderita.

1. Darimana anak saya dapat asma, padahal bapaknya ada riwayat


alergi, tidak ada asap / keluarga lain yg kena asma?
Ada komponen genetic, tidak harus diturunkan secara langsung,
biasanya orang tua memang memiliki riwayat alergi meskipun
tidak ada asma. Tergantung anaknya alerginya apa – cari faktor
pencetus
3. Bisa kambuh? Jika buah hati Anda mengidap asma dan sering
menggunakan nebulizer. Ada baiknya memahami kunci utama menghadapi

asma yaitu hindari pemicu atau alergennya, seperti ikan laut, cokelat, debu,

bulu binatang , AC kotor atau terlalu dingin, dan sebagainya. Jika serangan

asma datang, segera minum persediaan obat asma yang diresepkan dokter.

Patut diketahui tujuan kesehatan asma ialah menjarangkan serangan,

sejarang mungkin, karena serangan asma yang sering dalam jangka panjang

menimbulkan kerusakan jaringan paru yang menetap. Asma bisa timbul bila

dipicu adanya suatu alergi disekitarnya. Serangan asma mungkin terdengar

mirip seperti flu dengan batuk dan bengi namun asma bukan penyakit

menular. Prinsip asma sama dengan alergi, dimana pada setiap penderita
asma bila terpicu karena suatu hal maka akan terjadi serangan. Faktor

pemicu bisa beberapa hal lain seperti berolahraga, polusi udara, stres

ataupun panik. Beberapa zat dapat memicu kambuhnya asma karena zat

tersebut benar-benar mengganggu saluran pernafasan seperti serbuk sari,


bulu binatang, debu, parfum, debu kapur dan asap rokok.

2. Bagaimana meminimalisir serangan asma?


3. Kalo nanti terus asma, apa yg harus diperhatikan?
Kalo pakai inhaler, dan gak kerja, apa ini buruk? Apa yg hrs dilakukan?
Penatalaksanaan Saat Serangan di Rumah
1.Terapi awal
Berikan segera Inhalasi
agonis beta2 kerja cepat 3 kali dalam 1 jam berarti setiap 20 menit, contohnya
Salbutamol 5mg, Terbutalin 10 mg, Fenoterol 2,5 mg
Jika tidak tersedia inhalasi
agonis beta2 maka dapat diberikan agonis beta2 oral 3x1tablet 2 mg
2.Evaluasi
respon pasien
Jika keadaan pasien membaik yaitu gejala batuk, sesak dan mengi
berkurang atau tidak terjadi serangan ulang selama 4 jam maka pemberian beta2
agonis diteruskan setiap 3-4 jam selama 1-2 hari.

Jika keadaan pasien tidak membaik atau malah memburuk maka berikan
kortikosteroid oral seperti 60-80 mg metilprednisolon kemudian pemberian beta2
agonis diulangi dan segera rujuk pasien ke rumah sakit.

Gambar 2. Penatalaksanaan serangan Asama di rumah.

Dikutip dari: Peranan Edukasi dalam Penatalaksanaan Asma yang Rasional sehingga
Meningkatkan Kualitas Hidup. Buku pidato pengukuhan Guru Besar, Eddy Mart
Salim. Hal 10.

Pengelolaan Serangan Asma di Rumah Sakit
1.Terapi awal
Inhalasi beta2 agonis


kerja singkat secara nebulisasi 1 dosis tiap 20 menit selama 1 jam atau agonis beta2
injeksi seperti Terbutalin o,5 ml subkutan atau adrenalin 1/1000 0,3 ml
subkutan. Berikan oksigen dengan kanul nasal 4-6 l/menit untuk mencapai saturasi
90% pada dewasa dan 95% pada anak-anak. Berikan kortikosteroid sistemik seperti
hidrokortison 100-200mg atau metilprednisolon IV jika:
1.Serangan asma
berat
2.Tidak ada respon segera dengan beta2 agonis
3.Jika pasien sedang
mendapat kortikosteroid peroral
2.Lakukan penilaian ulang APE, saturasi oksigen
dan pemeriksaan lain bila diperlukan
Jika respon baik maka pasien dipulangkan,
teruskan pengobatan inhalasi beta2 agonis dan dapat ditambahkan kortikosteroid
oral, berikan arahan pada pasien untuk minum obat secara teratur. Jika respon
pasien tidak sempurna dalam 1-2 jam maka pasien dirawat di rumah sakit
dengan:
1.Pemberian inhalasi beta2 agonis dan inhalasi antikolinergik
2.Beri
kortikosteroid sistemik
3.Berikan oksigen sama seperti sebelumnya
4.Dapat
diberikan aminofilin IV
Jika respon buruk dalam 1 jam maka pasien dirawat di ICU dengan
diberikan
•Inhalasi beta2 agonis dan inhalasi antikolinergik,
•Kortikosteroid
IV
•Beta2 agonis subkutan, IM dan IV
•Beri oksigen
•Aminofilin IV
•Berikan
intubasi dan ventilasi mekanik

CARA PENGGUNAAN INHALER

• Sebelum menarik nafas, buanglah nafas seluruhnya, sebanyak mungkin


• Ambillah inhaler, kemudian kocok
• Peganglah inhaler, sedemikian hingga mulut inhaler terletak dibagian bawah
• Tempatkanlah inhaler dengan jarak kurang lebih dua jari di depan mulut (jangan
meletakkan mulut kita terlalu dekat dengan bagian mulut inhaler)
• Bukalah mulut dan tariklah nafas perlahan-lahan dan dalam, bersamaan dengan
menekan inhaler (waktu saat menarik nafas dan menekan inhaler adalah
waktu yang penting bagi obat untuk bekerja secara efektif)
• Segera setelah obat masuk, tahan nafas selama 10 detik (jika tidak membawa jam,
sebaiknya hitung dalam hati dari satu hingga sepuluh)
• Setelah itu, jika masih dibutuhkan dapat mengulangi menghirup lagi seperti cara
diatas, sesuai aturan pakai yang diresepkan oleh dokter
• Setelah selesai, bilas atau kumur dengan air putih untuk mencegah efek samping
yang mungkin terjadi.

4. Katanya harus pakai steroid? Apa efeknya?


Efek samping depresi sistem imun yg lokal sehingga bisa ada kandidiasis
oropharing, jadi abis pakai ahrus kumur
5. Boleh gak olahraga?
6. NEBULIZER : Tindakan ini dapat ditujukan untuk mengencerkan lendir, melebarkan
(dilatasi) bronkus dan megatasi proses radang (inflamasi) yang langsung ke target
organ sesuai dengan indikasi dan jenis obat yang dipilih. Terapi inhalasi lainnya yang
berupa obat hirupan dalam bentuk bubuk kering Dry Powder Inhaler (DPI). Contoh
obat-obat ygng termasuk DPI antara lain Spinhaler®, Rotahaler®, Diskhaler®,
Easyhaler, ® dan Turbuhaler®. Dibandingkan nebulizer, baik DPI maupun MDI
memerlukan edukasi cara pemakaian sehingga umumnya dianjurkan untuk anak usia
sekolah. Aerosol yang terbentuk dihirup anak melalui mouth piece atau
sungkup. Aerosol yang terbentuk menghasilkan partikel yang berukuran sangat kecil
sehingga dapat masuk ke saluran nafas yaitu berukuran < 10 µm. Ukuran inilah yang
menentukan target, partikel dengan ukuran yang sangat kecil dibutuhkan utk dapat
menjangkau bagian dari saluran nafas tersebut. Target organ sepanjang saluran
nafas yaitu hidung, sinus, trakea, bronkus, bronkiolus, bahkan sampai alveolus.
Indikasi

Nebulisasi atas indikasi seperti yang disampaikan sebelumnya, ditujukan untuk

meredakan masalah pada saluran pernafasan sesegera mungkin. Pada kasus asma

dalam serangan, bila pasca nebulisasi membaik dan sesak berkurang maka tidak
perlu diulang. Pengulangan tindakan itu dikerjakan berdasarkan baik tidaknya

respons pasca nebulisasi. Jika responsnya kurang baik, maka dapat diulang 15-30

menit kemudian. Serangan yang sudah reda perlu dikontrol agar tidak berulang

dengan obat-obatan yang diminum (oral). Nebulizer umumnya berupa cairan yang

diberi obat bronkodilator dan ekspektoran. Bronkodilator berfungsi untuk

melebarkan otot-otot saluran pernapasan, sedangkan ekspektoran sebagai

pengencer dahak. Cairan ini akan diubah menjadi uap oleh nebulizer yang diberikan
dengan cara menghirup uapnya.

Lewat pemberian obat melalui nebulizer, dahak akan lebih encer dan saluran napas

lebih meluas sehingga dahak lebih mudah keluar saat batuk dibantu dengan

menepuk ringan pada bagian dada dan punggung. Manfaat pemberian nebulizer

biasanya langsung terasa. Pada kasus berat, pemberian nebulizer harus rutin agar

tidak terjadi penumpukan dahak. Sebenarnya nebulizer bukanlah teknik baru dalam

pengobatan gangguan saluran pernapasan. Sebelum ada nebulizer, baskom berisi air

hangat biasa digunakan untuk melegakan pernapasan dengan menghirup uap air

hangat yang ada di baskom. Jika dahak terlalu lama menyumbat saluran napas

dampaknya adalah gangguan oksigenasi (sesak dan kekurangan oksigen) pada


jaringan tubuh. Pemakaian nebulizer ada aturan mainnya. Tidak boleh terlalu sering

karena nebulizer dapat menimbulkan iritasi pada saluran napas. Sebenarnya dampak

negatif dari meminum obat-obatan lebih banyak daripada nebulizer. Efek

dari nebulizer biasanya mengembangnya infeksi jamur pada mulut (thrush) dan

suara serak (dysphonia), tapi kondisi ini sangat jarang. Untuk menghindari efek

samping tersebut, beberapa dokter menyarankan bahwa orang yang


menggunakan nebulizer harus membilas mulutnya.

Tidak semua masalah pada saluran nafas perlu dilakukan nebulisasi. Pada kasus HRB
yang ringan tidak perlu dilakukan tindakan ini. Nebulisasi dilakukan umumnya
bertujuan untuk mengencerkan lendir, melebarkan saluran napas bronkus (dilatasi
bronkus) dan mengurangi proses radang. Pada keluhan batuk keras tanpa disertai
retensi lendir dan tidak sesak tentunya tidak diperlukan nebulisasi. Tindakan ini juga
tidak untuk terapi hidung buntu ataupun pilek.

Prosedur nebulisasi
Setiap pasien harus memiliki selang dan masker masing-masing. Pemberian obat-
obatan dan dosisnya sesuai dengan takaran yang dianjurkan oleh dokter. Pada saat
mesin dihidupkan, anak-anak cukup bernafas normal. Terapi dilangsungkan kurang
lebih 10-15 menit hingga cairan obat dalam alat habis.

Spine

Anda mungkin juga menyukai