Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

SYOK HIPOVOLEMIK

OLEH :
PRILICIA ZARADIPA
NIM: 17.31.1025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN

TAHUN 2017-2018

1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
SYOK HIPOVOLEMIK

OLEH :

PRILICIA ZARADIPA

NIM: 17.31.1025

Banjarmasin, 23 Agustus 2018

Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Doni Wibowo, Ns, M, Kep) ( )

2
1. Definisi
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai
dengan penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam
kompartemen intraselular dan ekstraseluler. Cairan intra seluler menempati
hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan
dalam salah satu kompartemen intravascular dan intersisial. Volume cairan
interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular.
Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai 25%.
Syok hipovolemik terjadi apabila ada defisit volume darah ≥15%, sehingga
menimbulkan ketidakcukupan pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan dan
penumpukan sisa-sisa metabolisme sel. Berkurangnya volume intravaskular
dapat diakibatkan oleh kehilangan cairan tubuh secara akut atau kronik, misalnya
karena oligemia, hemoragi, atau kebakaran (Hardiaman,2014).
Adapun klasifikasi syok hipovolemik, sebagai berikut :
a Kehilangan cairan
Akibat diare, muntah-muntah atau luka bakar, bisa berakibat dehidrasi.
Derajat dehidrasi:
Tanda klinis Ringan Sedang Berat
Defisit 3-5% 6-8% >10%
Hemodinamik Takikardi, Takikardi, nadi Takikardi,
nadi lemah sangat lemah, nadi tak
volume kolaps, teraba,
hipotensi akral
ortostatik dingin,
sianosis
Jaringan Lidah Lidah keriput, Atonia,
kering, turgor kurang turgor
turgor buruk
turun

3
Urine pekat Jumlah turun oliguria
SSP mengantuk apatis coma

b. Perdarahan
Syok yang diakibatkan oleh perdarahan dapat dibagai dalam beberapa
kelas:
Kelas Kelas Kelas
Variabel Kelas I
II III IV
Sistolik >11 >100 >90 <90
(mmHg) 0
Nadi <100 >100 >120 >140
(x/mnt)
Napas 16 16-20 21-26 >26
(x/mnt)
Mental Anxious Agitate Confuse Lethargi
d d c
Kehilanga <750 ml 750- 1500- >2000
n darah 1500 2000 ml ml
ml
<15% 15-30% 30-40% >40%

2. Etiologi
a. Kehilangan cairan eksternal:
1) Trauma
2) Pembedahan
3) Muntah-muntah
4) Diare
5) Dieresis
6) Diabetes insipidus
b. Perpindahan cairan internal:
1) Hemoragi internal
2) Luka bakar
3) Asites
4) peritonitis

4
3. Tanda dan Gejala / Manifestasi Klinik
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi
premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung.
Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis respon kompensasi.
Pasian muda dapat dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan
jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia. Kehilangan volume yang cukup
besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat
ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat.
(Toni Ashadi, 2006).
Apabila syok talah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan
hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali
dalam beberapa menit. Tanda-tanda syok adalah menurut Toni Ashadi, 2006
adalah:
1. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler
selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
2. Takhikardi: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon
homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah
ke homeostasis penting untuk hopovolemia.peningkatan kecepatan aliran
darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan.
3. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah
sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang esensial
dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat
dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak dibawah 70 mmHg.
4. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik.
Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30ml/jam.

5
4. Patofisiologi (patway)
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan mengaktivasi
sistem fisiologi utama sebagai berikut: sistem hematologi, kardiovaskuler, ginjal,
dan sistem neuroendokrin. Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan
darah yang berat dan akut dengan mengaktivasi kaskade koagulasi dan
vasokonstriksi pembuluh darah (melalui pelelepasan tromboksan A2 lokal).
Selain itu, platelet diaktivasi (juga melalui pelepasan tromboksan A2 lokal) dan
membentuk bekuan darah immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh darah
yang rusak menghasilkan kolagen, yang selanjutnya menyebabkan penumpukan
fibrin dan menstabilkan bekuan darah. Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk
menyempurnakan fibrinasi dari bekuan darah dan menjadi bentuk yang
sempurna.
Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok hipovolemik
dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard, dan
vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Respon ini terjadi akibat peningkatan
pelepasan norepinefrin dan penurunan ambang dasar tonus nervus vagus (diatur
oleh baroreseptor di arcus caroticus, arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh darah
pulmonal). Sistem kardiovaskuler juga berespon dengan mengalirkan darah ke
otak, jantung, dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus
gastrointestinal.
Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan peningkatan
sekresi renin dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan mengubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang selanjutnya akan dikonversi
menjadi angiotensin II di paru-paru dah hati. Angotensin II mempunyai 2 efek
utama, yang keduanya membantu perbaikan keadaan pada syok hemoragik, yaitu
vasokonstriksi arteriol otot polos, dan menstimulasi sekresi aldosteron dari
korteks adrenal. Aldosteron bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan
akhirnya akan menyebabkan retensi air.

6
Kehilangan cairan eksternal:
Trauma
Pembedahan Perpindahan cairan internal:
Muntah-muntah Hemoragi internal
Diare Luka bakar
Dieresis Asites
Diabetes insipidus peritonitis

Syok Hipovolemik

Tubuh kehilangan
Oksigen dan darah

Hipovolemia Defisit volume Metabolisme anaerob


cairan

menghasilkan energi tingkat


Cardiac filling
rendah (bersifat asam)

Cardiac output oksigen menurun dan karbondioksida


meningkat

TD
Hipoperfusi alveoli
Peningkatan
Tonus simpatik nadi
Nafas cepat Pola nafas tidak
efektif
Vasokonstriksi
Pembuluh darah

Kulit (pucat)

Gangguan perfusi
Akral dingin
jaringan (perifer)
Gangguan eliminasi Ginjal menahan air
urin output lebih banyak
Angiotensin I
Pelepasan aldosteron
dari korteks adrenal Retensi Na+air Pelepasan ADH oleh
Angiotensin II kelenjar pituitari

Sumber : (Hardiaman,2014).

7
5. Pemeriksaan Penunjang
No JenisPemeriksaan Nilai pemeriksaan
1 Sel Darah Putih Ht mungkin meningkat pada status
hipovolemik karena hemokonsentrasi.
leukopenia ( penurunan sdp ) terjadi
sebelumnya, dikuti oleh pengulangan
leukositosis ( 15.000 – 30.000 ) dengan
peningkatan pita ( berpiondah ke kiri )
yang mempublikasikan produksi sdp tak
matur dalam jumlah besar.
2 Elektrolit serum berbagai ketidakseimbangan mungkin
terjadi dan menyebabkan asidosis,
perpindahan cairan, dan perubahan fungsi
ginjal.
3 Pemeriksaan Trombosit terjadi penurunan (
pembekuan trombositopenia ) dapat terjadi karena
agregasi trombosit. PT/PTT mungkin
memanjang mengindentifikasikan
koagulopati yang diasosiasikan dengan
iskemia hati / sirkulasi toksin / status
syok.
4 Laktat serum meningkat dalam asidosis
metabolic,disfungsi hati, syok.
5 Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi
menunjukan glukoneogenesis dan
glikogenolisis di dalam hati sebagai
respon dari perubahan selulaer dalam
metabolism
6 Urinalisis adanya SDP / bakteri penyebab infeksi.
Seringkali muncul protein dan SDM.
7 Sinar X film yang mengindentifikasikan udara bebas
abdominal dan dada didalam abdomen dapat menunjukan
bagian bawah infeksi karena perforasi abdomen / organ
pelvis.
8 EKG dapat menunjukan perubahan segmen ST
dan gelombang T dan disritmia yang
menyerupai infark miokard.

8
7. Penatalaksanaan
a. Pasang insfus 2 jalur ( 20 cc/ Kg BB )
b. Berikan larutan kristaloid ( RL dan NS 0,9% )
c. Terapi obat medikamentosa seperti obat dopamine

8. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Di kaji


Pengkajian emergency nursing, secara umum terdiri dari : primary
survey, sekundery survey, dan tersier survey. Primery survey meliputi: airway,
breathing, circulation, disability, dan exposure. Sekundery survey meliputi
pengkajian fisik. Sedangkan tersier survey dilakukan selain pengkajian primery
dan sekundery survey, semisal riwayat penyakit keluarga.

a. Primari survey
Pemeriksaaan jasmaninya diarahkan kepada diagnosis cidera yang
mengancam nyawa dan meliputi penilaian dari A,B,C,D,E. Mencatat tanda
vital awal (baseline recordings) penting untuk memantau respon penderita
terhadap terapi. Yang harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin
dan tingkat kesadaran. Pemeriksaan penderita yang lebih rinci akan menyusul
bila keadaan penderita mengijinkan. Metode pengkajian dalam primary survey
ini yaitu: cepat, ermat, dan tepat yang dilakukan dengan melihat (look),
mendengar (listen), dan Merasakan (feel).
1) Airway dan breathing : Prioritas pertama adalah menjamin airway yang
paten dengan cukupnya pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberikan
tambahan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%.
- Airway (jalan napas):
Ada tiga hal utama dalam tahapan airway ini yaitu look, listen, dan feel.
Look atau melihat yaitu perawat melihat ada tidaknya obstruksi jalan
napas, berupa agitasi: (hipoksemia), penurunan kesadaran (hipercarbia),
pergerakan dada dan perut pada saat bernapas (see saw-rocking
respiration), kebiruan pada area kulit perifer pada kuku dan bibir
(sianosis), adanya sumbatan di hidung, posisi leher, keadaan mulut untuk

9
melihat ada tidaknya darah. Tahapan kedua yaitu listen atau mendengar,
yang didengar yaitu bunyi napas. Ada dua jenis suara napas yaitu suara
napas tambahan obstuksi parsial, antara lain: snoring, gurgling,
crowing/stidor, dan suara parau(laring) dan yang kedua yaitu suara napas
hilang berupa obstruksi total dan henti napas. Terakhir yaitu Feel, pada
tahap ini perawat merasakan aliran udara yang keluar dari lubang hidung
pasien.
- Breathing (bernapas):
Pada tahap look (melihat), yang dilakukan yaitu: melihat apakah pasien
bernapas, pengembangan dada apakah napasnya kuat atau tidak,
keteraturannya, dan frekuensinya. Pada tahap listen( mendengar) yang
didengar yaitu ada tidaknya vesikuler, dan suara tambahan napas. Tahap
terakir yaitu feel, merasakan pengembangan dada saat bernapas, lakukan
perkusi, dan pengkajian suara paru dan jantung dengan menggunakan
stetoskop.
2) Cirkulasi (kontrol perdarahan)
Pengkajian circulation, yaitu hubungan fungsi jantung, peredaran darah
untuk memastikan apakah jantung bekerja atau tidak. Pada tahap look atau
melihat, yang dilakukan yaitu mengamati nadi saat diraba, berdenyut
selama berapa kali per menitnya, ada tidaknya sianosis pada ekstremitas,
ada tidaknya keringat dingin pada tubuh pasien, menghitung kapilery
reptile, dan waktunya, ada tidaknya akral dingin. Pada tahap feel, yang
dirasakan yaitu gerakan nadi saat dikaji (nadi radialis, brakialis, dan
carotis),Lakukan RJP bila apek cordi tidak berdenyut. Pada tahapan
lesson, yang didengar yaitu bunyi aliran darah pada saat dilakukan
pengukuran tekanan darah.
3) Disability ( pemeriksaan neurologi)
Yang dikaji pada tahapan ini yaitu GCS (Glasgow Coma Scale), dan
kedaan pupil dengan menggunakan penlight. Pupil normal yaitu isokor,
mengecil: miosis, melebar: dilatasi.Dilakukan pemeriksaan neurologi

10
singkat untuk menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata dan respon
pupil, fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini bermanfaat dalam
menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan neurologi dan
meramalkan pemulihan.perubahan fungsi sistem saraf sentral tidak selalu
disebabkan cidera intra kranial tetapi mungkin mencerminkan perfusi otak
yang kurang. Pemulihan perfusi dan oksigenasi otak harus dicapai
sebelum penemuan tersebut dapat dianggap berasal dari cidera intra
kranial.

9. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah
d. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penyebab multiple

11
10. Nursing Care Planning (NCP)
NO Diagnosa NOC NIC
Keperawatan (Nursing Outcome) (Nursing Intervention Clasification)
1. Kekurangan setelah diberikan perawatan 1x24 jam manajemen hipovolemi : monitor status
volume cairan keseimbangan cairan pada tekanan hemodinamik,monitor asupan dan
berhubungan darah,denyut nadi radial,turgor kulit skala pengeluaran,berikan cairan IV isotonic (ringer
dengan kehilangan 4 sedikit terganggu laktat),berikan produk darah,monitor adanya
cairan aktif reaksi transfuse darah,lakukan autotransfusi untuk
kehilangan darah.
2. Ketidakefektifan setelah diberikan perawatan 1x24 jam manajemen jalan nafas:buka jalan nafas dengan
pola nafas statusa pernafasan membaik dibuktikn tehnik chin lift,posisikan pasien memaksimalkan
dengan frekuensi pernafasan,kedalaman
berhubungan ventilasi,identifikasi kebutuhan actual,masukkan
pernafasan,kepatenan jalan nafas skala 4
dengan deviasi ringan dari kisaran normal alat nasopharyngeal,auskultasi suara nafas dan
hiperventilasi catat area ventilasi yang menurun,lakukan
penyedotan melalui endotrakeal,kolaborasikan
obat
3. Ketidakefektifan setelah diberikan perawatan 1x24 jam perawatan sirkulasi insufisiensi arteri:
statusa pernafasan membaik dibuktikn
perfusi jaringan
dengan frekuensi pernafasan,kedalaman lakukan pemeriksaan fisik system
perifer pernafasan,kepatenan jalan nafas skala 4
deviasi ringan dari kisaran normal kardiovaskuler,tentunkan indeks
berhubungan
dengan

12
vasokontriksi brachial,evaluasi edema dan denyut,inspeksi
pembuluh darah
kulit adanya luka pada arteri,monitor tingkat

ketidaknyamanan,tempatkan ujung kaki dan

tangan dalam posisi tergantung,berikan obat

anti platelet

4. Gangguan setelah diberikan perawatan 1x24 jam manajemen cairan,katerisasi urin,bantuan


status nutrisi kalori,protein,karbohidrat dll perawatan diri
eliminasi urine
dengan skala 3 cukup adekuat
berhubungan
dengan penyebab
multiple

13
Daftar Pustaka

Hardiaman (2014). Buku Gawat Darurat Medis Praktik. Yogyakarta :


Gosyen Publishing.

Muslihah (2010). Buku Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta : Nuha


Medika

Moorhead,S.et all.(2015 - 2017).Buku Diagnosis Keperawatan Nanda Noc


Nic. edisi bahasa Indonesia. Jakarta : EGC

Purwadianto.A (2013). Buku Kedaruratan Medic. Edisi Revisi. Tanggerang


Selatan : Binarupa Aksara Publisher.

14

Anda mungkin juga menyukai