Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS JANUARI 2018

“KISTA DERMOID”

Nama : Sitti Hajar

No. Stambuk : N 111 16 006

Pembimbing : Dr. Heryani, Sp.OG

BAGIAN ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2018
BAB I
PENDAHULUAN

Teratoma berasal dari bahasa yunani terato yang berarti “suatu monster”
dan onkoma yang menunjukkan “suatu pembengkakan atau massa”. Terjadinya
teratoma karena diferensiasi tidak normal dari sel-sel germinal feus yang berasal
dari yolk sac. Migrasi normal dari sel-sel germinal primordial ini menimbulkan
tumor pada gonad sedangkan migrasi tidak normal menyebabkan terjadinya tumor
ekstragonad.1
Secara khas teratoma tumbuh ppada gonad atau garis midline tubuh.
Frekuensinya sebagai berikut : sakrokoksigeal 40%, ovarium 25%, testis 12%,
otak 5%, dan lain-lain termasuk leher dan mediastinum 1%.1
Teratoma terdiri dari komponen-komponen ketiga lapisan germinal yang
dapat bertumbuh sebagai campuran yang tidak terorganisasi dari elemen-elemen
matur dan imatur, yaitu jaringan ectodermal, mesodermal, dan endodermal.2
Sebagian besar teratoma mengandung jaringan yang terdiri atas berbagai
macam lapisan germinal tersebut diats, dan akibatnya mempunyai gambaran
morfologi yang berbeda-beda. Teratoma kistik jinak adalah jenis tersering dan
diperkirakan berkisar 26-44% dari semua tumor ovarium.2
Kista dermoid merupakan tumor jinak teratoma matur, ditemukan hamper
20% dari semua neoplasma ovarium dan merupakan tumor ovarium tersering pada
masa kanak-kanak. Terdapat unilateral pada 88% kasus dan sekitar 60%
menunjukkan tumor jinak ovarium. Lebih dari 80% kasus terjadi pada usia
reproduktif.2
Tumor ini dapat memberikan gejala dan tanda-tanda sebagai tumor
ovarium jinak walaupun lebih dari 60% asimptomatik. Tumor kecil, asimptomatik
dan biasanya hanya ditemukan secara insidentil. Tumor besar dapat memberi
gejala penekanan pada panggul yang disertai nyeri.2

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Kista dermoid yang disebut juga Mature Cystic Teratoma (MCT)
adalah kista jinak di mana struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi
sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi, dan produk glandula sebasea
berwarna putih kuning menyerupai lemak tampak lebih menonjol daripada
elemen-elemen endoderm dan mesoderm.6

2. Epidemiologi
Kista dermoid mencakup 10-25% dari semua tumor ovarium, 60%
dari tumor ini berdiameter 5-10cm. Pada 10% kasus ditemukan tumor
bilateral. Jika unilateral, umumnya ditemukan di adneksa kanan.3
Kebanyakan kista dermoid didiagnosis pada wanita usia
reproduktif dan sering ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan
pelvis.5
Diperkirakan 1-3% kista dermoid dapat berkomplikasi menjadi
suatu keganasan, maka dari itu perlu dilakukan pemeriksaan CA-125 dan
CA-19-9 untuk mengetahui apakah terjadi perubahan keganasan
karsinoma sel skuamosa dari kista dermoid.3

3. Faktor resiko
Kista dermoid ditemukan pada wanita mulai berumur anak-anak
sampai usia menopause. Pada studi kasus 1000 kejadian kista dermoid,
ditemukan 91 kasus pada wanita berumur 15-50 tahun dengan insidensi
tertinggi pada usia 20-40 tahun.3
Tumor ini sering ditemukan saat kehamilan, walaupun sebab dan
efeknya tidak berkaitan dengan kehamilan, tetapi hingga 10% kista
dermoid di temukan pada wanita hamil atau terhitung 40-50% kista pada
kehamilan.7

2
Faktor resiko timbulnya kista ovarium
• Gangguan pembentukan hormon
• Memiliki riwayat kista ovarium atau keluarga memiliki riwayat kista
ovarium
• Gangguan siklus haid
• Gaya hidup yang tidak sehat
• Penderita kanker yang menjalani kemoterapi dengan tamoxifen
• Penderita yang menjalani pengobatan infertilitas
• Pemakaian alat kontrasepsi hormonal

4. Etiologi/Patogenesis
Mekanisme pasti terbentuknya kista masih belum jelas.
Angiogenesis merupakan komponen paling penting dalam fase folikuler
dan fase luteal dari siklus ovarium. Ini juga turut berperan dalam berbagai
proses patologis ovarium, termasuk pembentukan kista folikuler, sindrom
polikistik ovarium, sindrom hiperstimulasi ovarium, dan pembentukan
neoplasma jinak atau ganas. Ada bukti bahwa faktor pertumbuhan
endotelial vaskuler memegang peran utama dalam angiogenesis dan
faktornya hingga terbentuknya neoplasma ovarium.8

5. Gejala klinis
Mayoritas pasien dengan kista dermoid umumnya asimtomatik,
dan sering ditemukan secara insidental saat pemeriksaan pelvis ataupun
kehamilan. Akan tetapi, pada pasien dengan kista dapat ditemukan adanya
nyeri abdomen akut jika terjadi torsio pada kista ataupun ruptur spontan
dari kista tersebut sehingga terjadi peritonitis.3,6,7

6. Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik

3
Evaluasi pasien dengan kista ovarium harus mencakup anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang sangat teliti untuk melihat ada tidaknya tanda-
tanda keganasan. Anamnesis harus fokus ke faktor resiko dan tanda-tanda
keganasan. Gejala seperti kembung, nyeri abdomen dan pelvis, adanya
gangguan nafsu makan harus dipikirkan oleh pemeriksa.9
Pemeriksaan fisik harus mencakup pemeriksaan abdomen dan
pemeriksaan pelvis termasuk pemeriksaan bimanual didalamnya. Pada
pemeriksaan, harus mengidentifikasi tanda-tanda bahayanya, massa solid,
irreguler, terfiksasi, noduler, unilateral atau bilateral. Adanya ascites dapat
menandakan kemungkinan keganasan.9
Dokter harus mengingat bahwa pemeriksaan fisik kurang sensitif
untuk mendeteksi massa ovarium (15-51%). Sebagai tambahannya,
pemeriksa juga perlu memperhatikan umur, dimana pada usia-usia muda
cenderung jinak, dan ganas pada usia lanjut.9
Pemeriksaan Laboratorium
Pada kasus massa ovarium jinak di usia reproduktif, CA-125 jarang
dilakukan. CA-125 pada usia produktif akan meningkat pada
endometriosis, adenomiosis dan infeksi panggul ataupun pada siklus
menstruasi normal. Sehingga CA-125 bukan merupakan marker yang
terpercaya pada usia reproduktif.9
CA-125 serum tidak perlu diperiksa jika pada USG tampak adanya
kista dengan dinding tipis, cairan jernih, tidak ada struktur intrakista, dan
diameternya kurang dari 50mm.9
Ultrasonografi (USG)
Gejala dari kista dermoid sama dengan kista ovarium lainnya.
Sehingga USG merupakan alat diagnosis utama untuk
mengidentifikasinya. Seperti yang di jelaskan sebelumnya, konsistensi
tumor ini beragam, mulai dari kista total, sampai ke solid. 8
Pada USG, kita dapat melihat adanya fat-fluid level, intracystic
floating balls, bayangan echogenik, Tip of the Iceberg(lemak, rambut dan
jaringan kulit yang terlihat seperti bayangan, dan terkadang dibelakangnya

4
terlihat struktur lain). Ketika 2 atau lebih karakteristik diatas ditemukan,
maka diagnosis kista dermoid dapat ditegakkan.8

7. Differensial diagnosis
Diferensial diagnosis untuk massa adneksa harus mencakup masalah
ginekologis dan non-ginekologis. Pada usia produktif, yang perlu
dipikirkan adalah masalah tumor jinak, tetapi perlu memperhatikan tanda-
tanda keganasan.7Kista ovarium jinak termasuk:
- Kista fungsional
 Kista folikuler
 Kista akibat terapi GnRH agonis
 Kista korpus luteum
 Kista theca luteal
- Kista teratoma benigna (kista dermoid)
- Endometrioma
- Kistadenoma serosa
- Kistadenoma mucinosa
Kista fungsional adalah kista jinak dan biasanya asimtomatik, kista
ini tidak perlu intervensi lebih lanjut, follow-up dan pencitraan berulang
perlu dilakukan untuk melihat apakah kista hilang spontan atau kista
mungkin membesar.9
Kista teratoma benigna (dermoid) merupakan kista paling sering
pada ovarium pada wanita umur 20-30 tahun dan tentunya jinak. Jika tidak
ada gejala (nyeri abdomen akut akibat torsio atau peritonitis akibat
pecahnya kista), dapat dipikirkan untuk melakukan pembedahan untuk
menyelamatkan jaringan ovarium yang masih sehat dan mencegah torsio
ataupun peritonitis. 8,9
Endometrioma biasanya jinak dan merupakan tanda kelanjutan dari
endometriosis yang dapat mengakibatkan infertilitas. 9

8. Penatalaksanaan

5
Pada kebanyakan wanita dengan kista dermoid, pembedahan
merupakan terapi utama, menghilangkan gejala dan mencegah torsi, ruptur
dan keganasan. Sama seperti kista ovarium lainnya, kista dapat dieksisi
dengan tindakan laparoskopi ataupun laparotomi dan jika memang
diindikasikan, dapat dilakukan oophorektomi selama tindakan berlangsung
jika ovarium tidak dapat diselamatkan lagi.9
Akan tetapi, kistektomi terkadang lebih sering dilakukan daripada
oophorektomi jika pasien masih ingin punya keturunan. Menurut studi,
tidak ada rekurensi kista dermoid pada wanita yang sudah menjalani
kistektomi.8
Sebelumnya, eksplorasi ovarium sebelah sangat sering dilakukan
karena kemungkinan lesi bilateral. Akan tetapi, seiring ditemukannya
USG, maka prosedur ini mulai jarang dilakukan. 7

9. Komplikasi
Hampir 15% kasus kista dermoid terdapat torsio, tapi ruptur kista
sangat jarang. Ini dikarenakan tebalnya dinding kista dibandingkan dengan
kista ovarium lainnya. Jika kista ruptur, maka peritonitis akut akan
muncul. Maka dari itu, kista perlu diangkat untuk mencegah peritonitis
dan perlengketan jaringan sebum dan rambut ke organ abdomen.8
Kista adneksa dengan mobilitas tinggi beresiko tinggi terjadi torsio.
Selain itu, torsio juga terjadi pada kista adneksa dengan ukuran lebih dari
6cm dan mempunyai tangkai. Kista dermoid dilaporkan merupakan kista
dengan kejadian torsio terbanyak. Pasien dengan torsio akan mengeluhkan
nyeri abdomen akut yang berat, unilateral dan nyeri pelvis. Sekitar 60%
pasien juga mengeluhkan adanya mual muntah. Dengan adanya torsio,
terjadi obstruksi arteri, vena dan limfatik, sehingga terjadi penurunan
suplai darah ke ovarium, terjadi hipoksia, nekrosis, dan demam serta
leukositosis. Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan anamnesis,
sedangkan pada pemeriksaan penunjang, USG kurang mendukung, karena
temuan pada USG mirip dengan kehamilan ektopik, abses tubaovarial,

6
pendarahan kista ovarium, dan endometrioma. Maka dari itu,
kemungkinan diagnosisnya hanya 50-75%.
Penanganan torsio adalah dengan laparotomi dengan pertimbangan
mengembalikan torsi dari adneksa sebelumnya agar arteri, vena, dan
limfatik yang sebelumnya terhambat dapat kembali seperti sebelumnya
dan mencegah emboli paru akibat adanya pembentukan trombus selama
stasis aliran darah.8

BAB III

LAPORAN KASUS

Tanggal Pemeriksaan : 26/12/2017 Ruangan: Santo Husada


Jam : 14.00 WITA

IDENTITAS
Nama : Ny. A
Umur : 19-12-2001 (16 thn)
Alamat : BTN Tinggede
Pekerjaan : Siswi
Agama : Islam
Pendidikan : SMA

ANAMNESIS
Menarche : 14 tahun
lama haid : 5 hari
Frekuensi haid : 2-3x/bulan
disminorhea :+

Keluhan Utama : Sakit perut

7
Riw. Penyakit Sekarang :
Seorang wanita masuk Rumah Sakit dengan keluhan sakit perut yang
dirasakan sejak 1 bulan yang lalu yang dirasakan hilang timbul. Pasien juga
mengeluh perut semakin membesar sekitar 3 bulan terakhir. Sesak (-), pusing
(-), sakit kepala (-), mual (-) muntah (-), BAB lancar danBAK lancar. Pasien
kontrol ke dokter dan dilakukan USG dengan hasil kista ovarium.

Riwayat Obstetri : G0P0A0


Riwayat. Penyakit Dahulu : pasien memiliki riwayat kista ovarium pada tahun
2012, dan telah menjalani operasi kista ovarium
tanun 2012.
Riwayat penyakit dalam keluarga : tidak keluarga yang memiliki riwyat sakita
yang sama dengan pasien.

PEMERIKSAAN FISIK
KU : Baik Tekanan Darah :110/80mmHg
Kesadaran : Kompos mentis Nadi : 86x/menit
BB : 43 Kg Respirasi : 18x/menit
TB : 155 cm Suhu : 36,6ºC
- Kepala : Kepala bentuk simetris, kedua konjungtiva tidak anemis, kedua
sklera tidak ikterik, telinga normal, tidak ada sekret yang keluar dari liang
telinga, hidung bentuk normal, dan tidak ada sekret, tenggorokan tidak
hiperemis, karies dentis (-).
- Leher : Tidak ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening.
- Dada : Bentuk simetris normal.
- Jantung :Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar bising jantung.
- Paru-paru :Tidak ditemukan rhonki dan wheezing di kedua lapangan paru.
- Abdomen : Hepar dan lien sukar di evaluasi, teraba massa abdomen solid,
mobile, tidak nyeri, dengan ukuran 25 x 27 cm
- Alat kelamin : Alat kelamin wanita normal
- Anggota gerak : Edema (-) , varises (-)

8
- Refleks : Refleks fisiologis normal, refleks patologis negatif

 Ekstremitas : Akral hangat (-/-), oedem (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Darah Rutin :
RBC : 5,32 x 109/l
HGB : 10,4 gr/dl
HCT : 33.3 %
PLT : 274 x 109/l
WBC : 5,7 x 1012/l
 Kimia Darah :
GDS : 120 mg/dl
SGOT/SGPT : 19/22 mg/dl
Ureum/creatinin : 17/0,9 mg/dl
 Immunoserologi :
HbsAg : Nonreaktif
HIV : Nonreaktif
 USG :
Hasil USG : kista ovarium
RESUME
Pasien perempuan usia 16 tahun datang dengan sakit perut hilang timbul
yang dirasakan sejak 1 bulan. Pasien juga mengeluh perut semakin membesar
sudah sekitar 3 bulan.
Pada pemeriksaan fisik kesadaran composmentis, TD : 110/80, Nadi : 86
x/m, Respirasi : 18 x/m. Suhu : 36,6 0C. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan
massa 4 jari bawa proc. Xhipoideus dengan ukuran 25x27 cm, massa teraba solid

9
27 Desember 2017 S : Nyeri perut (+), Pusing (-), sakit kepala (-), mual(-),
mutah (-), BAB (+), BAK (+) Lancar
07.00
O : KU : sakit sedang
TD : 110/80 mmHg
N : 76 x/menit
P : 20 x/menit
S : 36,50C
A : kista ovarium

P:
- Observasi KU,TTV
- Rencana SC besok pagi
- EKG
- Konsul anastesi
- Siapkan darah 2 kantong Whole blood

dan mobile. Pemeriksaan penunjang hemoglobin 10,4 g/dl dan hasil USG
ditemukan bahwa terdapat kista ovarium.
DIAGNOSIS
Kista ovarium
PENATALAKSANAAN
- Rencana operasi hari kamis 28/12/2017
- Observasi KU,TTV

10
28 desember 2017 S : nyeri perut (+) berkurang
O : KU : sakit sedang
07.00
Kesadaran : compos mentis
TD : 100/70 mmHg
N : 82x/menit
P : 18x/menit
S : 36,60C
A : kista ovarium
P:
- Observasi KU, TTV
- Rencana op hari ini jam 8.00
- Persiapkan pasien untuk operasi (pasang kateter,
infus)

Laporan Operasi (28 / 12 / 2017)


1. Memposisikan pasien pada posisi berbaring
telentang di bawah pengaruh spinal anastesi
2. Disinfeksi lapangan operasi dan sekitarnya
(memasang duk steril)
3. Insisi abdomen dengan metode midline lapis demi
lapis secara tajam dan tumpul, Kontrol perdarahan
4. Observasi kavum abdomen, bersihkan kasa steril
Kontrol perdarahan
5. Observasi kavum abdomen, di temukan kista
ovarium dextra uk. 31x26 cm, kista diidentifikasi
ditemukan struktur-struktur rambut, epitel kulit dan
produk glandula sebasea berwarna putih kuning
menyerupai lemak tampak lebih menonjol sehingga
disebut kista dermoid, pada pasien ini dilakukan

11
cystectomy (dextra).
6. Observasi ovarium sinistra, tidak ditemukan adanya
ovarium sinistra, pasien riwayat post oophorectomy
(sinistra)
7. Jahit dinding abdomen lapis demi lapis hingga kulit
kontrol perdarahan
8. Disinfeksi lapangan operasi dan sekitarnya
9. Tutup luka operasi dengan kasa steril dan betadine
10. Operasi selesai
Terapi post op :
- Inj. Cefotaxime 1gr/12 jam

- Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam


- Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam
- Inj. Kalnex 1 amp /8 jam
- Drips Metronidazole 500 mg
28 desember 2017 S : Nyeri luka operasi (+), flatus (+), BAB (-) dan BAK
(+) kateter.
07.00
O : KU : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Konjungtiva Anemis : (-/-)
TD : 100/70 mmHg R : 20 x/mnt
N : 88 x/mnt S : 36,5˚C
BAK (+) diuresis 600 cc
Hasil Laboratorium Post. Op
RBC : 3,9 x 10⁶/mm3 (3,6-5,8)
WBC : 10,1 x 103 / mm3 (4,0-10,0)
HCT : 25,5 % (35-47)
PLT : 212 x 103 / mm3 (150-500)
HGB :8,2 g/dL (12-16)
A : kista dermoid + post op laparotomy H-1

12
P:
- Observasi ku,ttv
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. cefotaxime 1 gr/ 12 jam/ IV
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam/ IV
- Metronidazol 0,5 gr/ 8 jam/ drips
- Inj.ketorolac 1 amp/ 8 jam/IV
- Inj. kalnex 1 amp/ 8 jam/IV
- Dulcolax Supp
29 desember 2017 S : Nyeri luka operasi (+), BAB (+)
O : KU : baik
Kesadaran : Compos mentis
Konjungtiva Anemis : (-/-)
TD : 110/70 mmHg R : 16 x/mnt
N : 92x/mnt S : 36,9˚C
BAK (+) diuresis 1000 cc
A : kista dermoid + post op laparotomy H-2
P:
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. cefotaxime 1 gr/ 12 jam/ IV
- Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam/ IV
- Metronidazol 0,5 gr/ 8 jam/ drips
- Inj.ketorolac 1 amp/ 8 jam/IV
- Inj. kalnex 1 amp/ 8 jam/IV
- Mobilisasi bertahap
- Aff Infus
- Aff Kateter

30 desember 2017 S : Nyeri luka bekas operasi (-), BAB dan BAK lancar.
O : KU : baik

13
Kesadaran : Compos mentis
Konjungtiva Anemis : (-/-)
TD : 110/70 mmHg R : 20 x/mnt
N : 80x/mnt S : 36,7˚C
Abdomen: luka operasi baik, kering (+)
A : kista dermoid + post op laparotomy H-3
P:
- Cefadroxil 2x 500 mg
- Metronidazol 3 x 500 mg
- Asam mefenamat 3x 500 mg
- SF 2 x 1
- Ganti verban
- Rencana pulang, kontrol di poli 3 hari kemudian

14
Gambar : kista dermoid

15
BAB III
PEMBAHASAN

Pada kasus ini berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


penunjang, pasien perempuan berusia 16 tahun, pasien awalnya mengatakan
mengalami nyeri perut dan juga perut membesar. Pasien lalu memeriksakan diri
ke dokter spesialis kandungan dan dilakukan pemeriksaan USG dan didapatkan
hasil bahwa pasien didiagnosa menderita penyakit kista ovarium, kemudian dokter
menganjurkan pasien untuk dilakukan operasi pengangkatan kista.
Selanjutnya pasien masuk rumah sakit dan dilakukan pemeriksaan fisik
pada pasien dan didapatkan massa pada perut solid, mobile, tidak nyeri, dengan
ukuran 25 x 27 cm. Setelah dilakukan operasi laparotomy, dari hasil operasi
tersebut ditemukan adanya kista ovarium dextra yang berukuran 31x26cm, pada
saat di lakukan inspeksi pada kista ditemukan struktur-struktur rambut, epitel kulit
dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak tampak
lebih menonjol daripada elemen-elemen endoderm dan mesoderm yang disebut
dengan kista dermoid sehingga diagnosa berubah menjadi Kista Dermoid. Pasien
memiliki riwayat kista ovarium dan post operasi kista 5 tahun yang lalu.
Berdasarkan teori, Kista dermoid yang disebut juga Mature Cystic
Teratoma (MCT) adalah kista jinak di mana struktur-struktur ektodermal dengan
diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut gigi dan produk glandula
sebasea berwarna putih kuning menyerupai lemak tampak lebih menonjol
daripada elemen-elemen endoderm dan mesoderm.1 hal ini telah sesuai dengan
temuan pada kasus.
Berdasarkan teori Kista dermoid ditemukan pada wanita mulai berumur
anak-anak sampai usia menopause. Pada studi kasus 1000 kejadian kista dermoid,
ditemukan 91 kasus pada wanita berumur 15-50 tahun dengan insidensi tertinggi
pada usia 20-40 tahun.1 Teori ini mendukung pada kasus dimana pasien masih
berumur 16 tahun dan termasuk populasi yang rentang menderita kista dermoid.
Ada beberapa factor yang mendukung terjadinya kista ovarium pada kasus
yaitu usia muda/produktif, riwayat siklus haid tidak teratur dan riwayat kista

16
ovarium sebelumnya. Untuk mekanisme terjadinya kista sampai saat ini masih
belum dapat dipastikan. Angiogenesis merupakan komponen paling penting
dalam fase folikuler dan fase luteal dari siklus ovarium hingga terbentuknya
neoplasma ovarium.
Untuk penanganan pada kasus ini dilakukan laparotomy dengan
cystectomy dengan melakukan pengangkatan kista tidak dengan ovariumnya.
dengan mempertimbangkan bahwa pasien telah menjalani operasi oophorektomi 5
tahun yang lalu, usia muda, sehingga jaringan ovarium dipertahankan untuk
mencegah terjadinya menopause dini dan untuk mempertahankan fungsi dari
ovarium bagi tubuh maka jaringan ovarium dextra masih tetap dipertahankan.
Menurut studi, tidak ada rekurensi kista dermoid pada wanita yang sudah
menjalani kistektomi.
Komplikasi yang bisa terjadi pada kista ovarium adalah ruptur kista dan
torsio kista. Rupture kista jarang terjadi, namun apabila terjadi rupture dapat
mengakibatkan peritonitis dan perlengketan pada orga-organ abdomen. Torsio
kista adalah komplikasi yang sering terjadi yang berbahaya bagi pasien adalah
dapat terjadinya emboli paru akibat stasis aliran darah sekitar torsi, iskemi
ovarium sampai nekrosis dan syok neurogenik akibat nyeri abdomen akut. Pada
pasien ini komplikasi yang disebutkan diatas tidak ditemukan.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Adkins ES. Teratomas and other germ cell tumors [homepage on the internet]
2008. Update 2008 may ; cited 2017 december] available from : http
://emedicine.medscape.com
2. Lintong PM. Keanekaragaman Teratoma Ovarium. Jurnal Biomedik vol.3
no.1 maret 2011, hlm 31-42.
3. Ulkumen, B.U. Asli G. Halil G.P. Sercin O. Abnormal Elevated CA 19-9 in
the Dermoid Cyst: A Sign of the Ovarian Torsion?. Turkey: Celal Bayar
University; 2013.
4. Nezhat C.R. Senol K. Ceana H.N. Ehrin J. Laparoscopic Management of
Ovarian Dermoid Cysts: Ten Years' Experience. New York: JSLS; 1999.
5. Hoo, W.L. J. Yazbek. T. Holland. D. Mavrelos. Expectant Management of
Ultrasonically Diagnosed Ovarian Dermoid Cyst: is it possible to predict
outcome?. London: Ultrasound Obstet Gynecol; 2010.
6. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kandungan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2007: 103-131, 421-446
7. Williams, K. M. Charles J.B. Michael D.K. Laparoscopic resection of a
torted ovarian dermoid cyst. World Journal of Emergency Surgery. 2(12);
2007
8. Schorge, J.O. Joseph I.S. Lisa M.H. Barbara L.H. Karen D. B. Gary C.
Williams Gynecology. New York: McGraw-Hill Companies; 2010.
9. Rofe G. Ron A. Martha D. Benign ovarian cysts in reproductive-age women
undergoing assisted reproductive technology treatment. Haifa: Carmel
Medical Center; 2013.

18

Anda mungkin juga menyukai