Anda di halaman 1dari 36

NOMOR SOP

TANGGAL PEMBUATAN
TANGGAL REVISI

TANGGAL EFEKTIF

DISAHKAN OLEH Kepala Puskesmas Kediri

PUSKESMAS
KEDIRI Rosmayadi, SKM.MPH
NIP: 19681212 199003 1 014

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR LABORATORIUM NILAI KRITIS

DASAR HUKUM Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas

PENGERTIAN Nilai kritis merupakan nilai dari hasil pemeriksaan laboratorium yang bila
tidak segera ditangani dapat menyebabkan pasien dalam kondisi yang
serius atau mengancam jiwa pasien.

TUJUAN Memberikan laporan formal ke dokter penanggung jawab 9DPJP)/perawat


jaga ruangan tentang hasil kritis.
Mendokumentasikan komunikasi hasil kritis tersebut.

KEBIJAKAN SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soegiri Lamongan.


Nomor : 188 / 345.2 / Kep / 413.209 / 2009. Tanggal 25 Mei 2009 tentang
pemberlakuan standar operating procedur.
PETUGAS Analis kesehatan

ALAT,BAHAN dan
REAGEN

PROSEDUR KRITERIA LAPORAN HASIL KRITIS


1. Tiap hasil pemeriksaan laboratorium yang termasuk kategori kritis
(lampiran)
2. Hasil pemeriksaan kritis yang dilaporkan hanya pemeriksaan yang
diminta saja.

CARA PELAPORAN
1. Petugas laboratorium melaporkan hasil pemeriksaan yang masuk
kategori kritis ke dokter patologi klinik.
2. Setelah dilakukan validasi dan verifikasi, petugas laboratorium
menyampaikan hasil pemeriksaan yang termasuk kategori kritis ke
dokter penanggung jawab (DPJP).
3. Laporan hasil kritis disampaikan via telepon/lisan.
4. Bila tidak ada dokter penanggung jawab/dokter tersebut tidak bisa
dihubungi, petugas laboratorium menghubungi perawat jaga tempat
pasien dirawat atau poli tempat pasien berobat.
5. Pada lembar hasil pemeriksaan, hasil yang kritis diberi tanda stabilo.
6. Laporan hasil kritis didokumentasikan di buku laporan hasil kritis.

WAKTU PELAPORAN
1. Hasil laboratorium yang masuk kategori nilai kritis dilaporkan ke
dokter penanggung jawab/perawat maksimal 5 menit setelah hasil
terdeteksi kategori nilai kritis.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


REFERENSI - Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas.Penerbit Depkes
RI 1998

UNIT TERKAIT 1. Petugas Patologi Klinik.


2. Dokter penanggung jawab pasien.
3. Perawat ruangan/poli/IRD.
Dokumen Terkait

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


NOMOR SOP

TANGGAL PEMBUATAN

TANGGAL REVISI

TANGGAL EFEKTIF

DISAHKAN OLEH
Kepala Puskesmas Kediri

PUSKESMAS Rosmayadi, SKM.MPH


KEDIRI NIP: 19681212 199003 1 014

PENYERAHAN HASIL LAB


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

DASAR HUKUM Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas

KETERKAITAN Berkaitan dengan cara mennyerahkan blanko hasil pemeriksaan

Meliputi serangkaian kegiatan mulai dari menyerahkan hasil pemeriksaan


PENGERTIAN laboratorium kepada pasien ataupun keluarga pasien hingga didapat bukti
penerimaan hasil laboratorium dari pasien ataupun keluarga pasien

Agar terhidar dari kekeliruan dalam memberikan hasil pemeriksaan


TUJUAN
laboratorium kepada pasien
KEBIJAKAN Meningkatkan ketelitian analis saat menyerahkan hasil pemeriksaan

PETUGAS Analis kesehatan

1. Stempel
PERALATAN 2. Bantalan stempel
3. Boll point
1. Hasil laboratorium disteples (klip)
PROSEDUR 2. Selanjutnya diserahkan kepada pasien ataupun keluarga pasien
3. Pasien ataupun keluarga pasien yang sudah menerima hasil
laboratorium diminta untuk paraf dan menulis nama terang atau cap
jempol di tempat yang telah tersedia.
4. Kemudian pasien diminta kembali ke poli atau ke dokter yang
merujuk
5. Untuk pasien Balita tanda tangan diwakili oleh anggota keluarga

REFERENSI Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas.Penerbit Depkes RI 1998

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


NOMOR SOP
TANGGAL PEMBUATAN
TANGGAL REVISI

TANGGAL EFEKTIF
DISAHKAN OLEH Kepala Puskesmas Kediri

PUSKESMAS
Rosmayadi, SKM.MPH
KEDIRI
NIP: 19681212 199003 1 014

PEMERIKSAAN HITUNG JENIS


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
LEKOSIT

DASAR HUKUM Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas

KETERKAITAN Pemeriksaan ini berkaitan dengan kasus-kasus infeksi

PENGERTIAN Hitung Jenis Lekosit adalah perhitungan jenis lekosit yang ada dalam
darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis lekosit dari seluruh jumlah
leokosit
TUJUAN Sebagai pedoman dalam Mengetahui jumlah dari masing-masing jenis
leukosit dalam setiap 100 leukosit

KEBIJAKAN Mampu meningkatkan kemampuan analis dalam melakukan pemeriksaan

PETUGAS Analis kesehatan

ALAT,BAHAN dan 1. Alat- alat


REAGEN 1.1. Rak pengecatan
1.2. Blood lancet
1.3. Obyek glass
1.4. Mikroskop
1.5. Pipet tetes

2. Bahan.
2.1. Darah vena / kapiler
2.2. Kapas
2.3. Tisue

3. Reagen.
3.1. Oil Imersi
3.2. Aquades
3.3. Metanol
3.4. Larutan kerja giemsa(1bag larutan stok giemsa+9bag aquades)

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


PROSEDUR
1. Cara Kerja
1.1 Pada obyek glass di teteskan 1 tetes darah.
1.2 Dengan sebuah kaca penggeser tetesan darah tersebuat
geserkan tetesan hingga terbentuk apusan tipis darah.
1.3 Biarkan apusan tersebut kering dalam suhu kamar.
1.4 Kemudian apusan tersebut difiksasi menggunakan methanol
1.5 Keringkan kembali apusan darah tersebut dalam suhu kamar
1.6 Selanjutnya apusan darah tersebut di tetesi dengan larutan
kerja giemsa dan didiamkan selama 10 menit.
1.7 Slide darah kemudian dicuci pada air yang mengalir untuk
menghilangkan sisa cat.
1.8 Selanjutnya slide darah tersebut di keringkan kembali dalam
suhu kamar.
1.9 Kemudian slide darah tersebut di amati di bawah mikroskop
dengan obyektif pembesaran 10x, kemudian dipilih area
pengamatan pada daerah dimana erytrosit tampak merata dan
tidak bertumpuk
1.10 Selanjutnya pengamatan di lanjutkan dengan menggunakan
obyektif pembesaran 100x dengan bantuan anilsol
1.11 Hitung jumlah dari masing-masing jenis leukosit dalam 100
leukosit dilaporkan dalam prosentase
2. Nilai Normal Lekosit
1. Eosinofil : 1-3 %
2. Basofil : 0-1 %
3. Netrofil staf : 2-6 %
4. Netrofil segmen : 50-70 %
5. Limfosit : 20-40 %
6. Monosit : 2-8 %

REFERENSI - Buku petunjuk pemeriksaan laboratorium puskesmas diterbitkan


oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia Pada Desember
1998
- http://id.scribd.com/doc/94305564/Hitung-Jenis-Lekosit

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


NOMOR SOP
TANGGAL PEMBUATAN
TANGGAL REVISI

TANGGAL EFEKTIF

DISAHKAN OLEH Kepala Puskesmas Kediri

PUSKESMAS
KEDIRI Rosmayadi, SKM.MPH
NIP: 19681212 199003 1 014

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN LEKOSIT

DASAR HUKUM Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas

KETERKAITAN Pemeriksaan ini berkaitan dengan kasus-kasus infeksi


Lekosit (sel darah putih) adalah sel yang membentuk komponen darah.Sel
darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai
penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.Sel darah
putih tidak berwarna,memiliki inti,dapat bergerak secara amuboid
PENGERTIAN dandapat menembus dinding kapiler/diapedesis.Dalam keadaan normal
terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah
manusia yang sehat, sekitar 7000-25000 sel per tetes.Dalam setiap kubik
darah terdapat 6000 sampai 10000 (rata-rata 8000) sel darah putih.Dalam
kasus leukemia,jumlah dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes.
TUJUAN Sebagai pedoman dalam mengetahui jumlah lekosit dalam darah
KEBIJAKAN Meningkatkan kemampuan analis dalam melakukan pemeriksaan
Analis kesehatan
PETUGAS
ALAT,BAHAN dan 4. Alat- alat
REAGEN 1.6. Pipet lekosit
1.7. Blood lancet
1.8. Obyek glass
1.9. Cover Glass
1.10. Mikroskop
1.11. Pipet tetes
1.12. Kamar Hitung
1.13. Counter cell
5. Bahan.
2.4. Darah vena / kapiler
2.5. Kapas
2.6. Tisue
6. Reagen.
3.5. Larutan Turk

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


PROSEDUR 3. Cara Kerja
1.12 Hisap darah kapiler/darah EDTA dengan pipet lekosit
sampai tepat pada garis 0,5.
1.13 Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung luar pipet
dengan cara menghapus dari pertengahan pipet kebawah
dengan tissu
1.14 Masukkan ujung pipet dalam larutan turk kemudian dihisap
perlahan (jangan sampai timbul gelembung udara) sampai garis
11
1.15 Angkat pipet dari cairan dan tutup ujungnya dengan ujung jari
lalu lepaskan karet penghisap.
1.16 Kocoklah pipet dengan menutup ujung-ujung pipet dengan ibu
jari dan jari tengah selama 2-3 menit.Bila tidak akan segera
diperiksa,letakkan pipet tersebut dalam posisi horisontal.
1.17 Teteskan pada kamar hitung yang telah ada cover glassnya
1.18 Inkubasi ± 2 menit (Bila tidak akan segera diperiksa,disimpan
dalam petridis yang berisi kapas basah)
1.19 Cara menghitung jumlah lekosit
- Meja mikroskop harus dalam posisi horizontal.Turunkan lensa
atau kecilkan diafragma.
- Aturlah focus terlebih dahulu dengan obyektif 10x
- Hitung semua lekosit yang terdapat dalam 4 bidang besar pada
susut- sut seluruh permukaan
- Mulailah menghitungdari sudut kiri atas terus ke
kanan,kemudian turun ke bawah,dari kanan ke kiri,lalu turun
lagi ke bawah dan mulai lsgi ke kiri ke kanan dan
seterusnya.Cara ini berlaku untuk keempat bidang besar.
- Untuk sel-sel yang menyinggung garis batas sebelah atas dan
kiri harus dihitung.Sebaliknya sel-sel yang menyinggung
garis batas sebelah bawah dan kanan tidak boleh dihitung.
4. Perhitungan jumlah lekosit
Faktor perkalian = 20 =50
4x1/10
Jumlah lekosit=∑ lekosit yang dihitung dalam 4 bidang x 50

5. Nilai Normal Lekosit


Nilai normal = 5000-10.000/mm3

REFERENSI - Buku petunjuk pemeriksaan laboratorium puskesmas diterbitkan


oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia Pada Desember
1998
- http://www.google.com/search?hl=en&ie=ISO-8859-

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


NOMOR SOP
TANGGAL PEMBUATAN
TANGGAL REVISI

TANGGAL EFEKTIF

DISAHKAN OLEH Kepala Puskesmas Kediri

PUSKESMAS
KEDIRI Rosmayadi, SKM.MPH
NIP: 19681212 199003 1 014

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN LED

DASAR HUKUM Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas

KETERKAITAN Pemeriksaan ini berkaitan dengan kasus-kasus infeksi

Laju Endap Darah (LED) atau juga biasa disebut Erithrocyte


Sedimentation Rate (ESR) adalah ukuran kecepatan endap eritrosit,
PENGERTIAN menggambarkan komposisi plasma serta perbandingan eritrosit dan
plasma. Laju Endap Darah dipengaruhi oleh berat sel darah dan luas
permukaan sel serta gravitasi bumi
Sebagai pendoman dalam pemeriksaan LED serta untuk menegakkan
TUJUAN
diagnosa penyakit

KEBIJAKAN Meningkatkan kemampuan analis dalam melakukan pemeriksaan.


Analis kesehatan
PETUGAS
7. Alat- alat
1.1. Botol penampung
1.2. Tabung Westergreen
1.3. Spuit 2,5 ml.
1.4. Rak Westergren
ALAT,BAHAN dan
REAGEN
8. Bahan.
2.1. Darah vena / kapiler.

9. Reagen.
3.1. Na Citrat 3,8%.
PROSEDUR
1. Cara kerja
1.1 Dengan spuilt diambil darah vena masukkan ke botol penampung
1.2 Hisap larutan Na.Citrat 3,8% sebanyak 0,4 ml dengan pipet
Westergren masukkan ke dalam botol penampung berbeda
1.3 Dengan pipet Westergren dimbil darah sampai tanda 0 masukkan
kedalam tabung
1.4 Kocok sehingga isinya dapat tercampur dengan baik.
1.5 Kemudian campuran tersebut ditempatkan kedalam tabung
westergren sampai pada garis bertanda 0.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


1.6 Tempatkan tabung westergren pada rak westergren pada posisi
tegak lurus.
1.7 Pasang pengatur waktu tepat 60 menit
1.8 LED dibaca dengan cara membaca tinggi plasma dari tanda 0
hingga batas plasma dengan endapan darah.

2. Nilai Normal
2.1 Dibawah 50 tahun
- Laki-laki : 0-15 mm/jam
- Wanita : 0-20 mm/jam
2.2 Diatas 50 tahun
- Laki- laki : 0-15 mm/jam
- Wanita : 0-30 mm/jam
REFERENSI
- Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas.Penerbit
Depkes RI 1998
- http//ericandhilaryrose.blogspot.com/2014/03/interpretasi-hasil-
laju-endap-darah-esr.htm?m=1

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


NOMOR SOP
TANGGAL PEMBUATAN
TANGGAL REVISI

TANGGAL EFEKTIF

DISAHKAN OLEH Kepala Puskesmas Kediri

PUSKESMAS
KEDIRI Rosmayadi, SKM.MPH
NIP: 19681212 199003 1 014

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN MALARIA

DASAR HUKUM Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas

KETERKAITAN Pemeriksaan ini berkaitan dengan kasus malaria.


Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit barnama
Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles
PENGERTIAN yang terinfeksi parasit tersebut. Gejala awal menyerupai influenza namun
bila tidak diobati maka akan terjadi komplikasi yang berujung pada
kematian..
TUJUAN Sebagai pendoman dalam Pemeriksaan Darah Malaria.
KEBIJAKAN Meningkatkan kemampuan analis dalam melakukan pemeriksaan
PETUGAS Analis kesehatan
10. Alat- alat
1.1. Objek Glass
1.2. Bak Pengecatan
1.3. Pinset
1.4. Pipet pasteur
ALAT,BAHAN dan 11. Bahan.
REAGEN 2.2. Darah vena / kapiler.
12. Reagen.
3.1. Larutan Giamsa
3.2. Aquades/buffer pH 7.2
3.3. Alkohol 70%
3.4. Oil imersi
PROSEDUR 1. Cara kerja
1.1. Sediaan Darah Tebal
- Teteskan 1 tetes darah pada salah satu sisi obyek glass
buat lingkaran dengan diameter 1 cm.
- Kemudian dikeringkan sampai benar-benar kering.
- Lalu sediaan dicat dengan cat giemsa yang diencerkan
dengan perbandingan 1:9(1 ml giemsa induk diencerkan
dalam 9 ml aquades) selama 30 menit.
- Kemudian sediaan dicuci dan dikeringkan.
- Dibaca dengan mikroskop perbesaran 100 x
menggunakan oil immersi,diidentifikasi adanya
plasmodium.

1.2. Sediaan Darah Tipis


- Teteskan 1 tetes darah pada salah satu sisi obyek glass.
- Letakkan kaca penggeser dan letakkan sisi pendeknya di
sebelah kiri dari tetesan darah
- Kemudian gerakkan ke arah tetesan darah sehingga
mengenai tetesan darah tersebut,tunggu sampai darah
menyebar keseluruh sisi kaca sediaan.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


- Geserkan segera kaca penggeser ke kiri dengan sudut
30°-45°
- Periksa apakah lapisan tersebut:
-berbentuk lidah kucing
-tebal disebelah kanan dan makin menipis disebelah kiri
-bagian akhir dari geseran kaca penggeser bentuknya
bergerigi
- Kemudian dikeringkan sampai benar-benar kering.
- Fiksasi sediaan dengan metanol sebelum dilakukan
pengecatan kemudian biarkan kering
- Lalu sediaan dicat dengan cat giemsa yang diencerkan
dingan perbandingan1 : 9 (1 ml giemsa induk diencerkan
dalam 9 ml aquades) selama 30 menit.
- Kemudian sediaan dicuci dan dikeringkan.
- Dibaca dengan mikroskop perbesaran 100 x
menggunakan oil immersi, diidentifikasi adanya
plasmodium

2. Nilai Normal
4.1. Plasmodium negatif.

REFERENSI - Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas.Penerbit Depkes


RI 1998
- http//id.m.wikipedia.org/wiki/Malaria

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


NOMOR SOP
TANGGAL PEMBUATAN
TANGGAL REVISI

TANGGAL EFEKTIF

DISAHKAN OLEH Kepala Puskesmas Kediri

PUSKESMAS
KEDIRI Rosmayadi, SKM.MPH
NIP: 19681212 199003 1 014
PEMERIKSAAN WIDAL
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

DASAR HUKUM Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas

KETERKAITAN Pemeriksaan ini berkaitan dengan kasus Thipoid

Pemeriksaan Widal adalah prosedur uji serologi untuk mendeteksi bakteri


Salmonella yang menyebabkan penyakit thipoid.Uji ini akan
PENGERTIAN
memperlihatkan reaksi antibody Salmonella terhadap antigen O-somatik
dan H-flagellar didalam darah.

TUJUAN Sebagai pedoman dalam Pemeriksaan Widal

KEBIJAKAN Meningkatkan kemampuan analis dalam melakukan pemeriksaan

Analis kesehatan
PETUGAS

13. Alat- alat


1.1 Spuit 2,5 cc
1.2 Tabung Centrifuge.
1.3 Kapas Alkohol 70 %.
1.4 Centrifuge Listrik
1.5 Micropipet 1-10 mikroliter.
1.6 Slide widal
1.7 Batang pengaduk
ALAT,BAHAN dan 1.8 Reagen Widal ( 4 unit antigen)
REAGEN
14. Bahan.
2.3. Darah vena / kapiler.

15. Reagen.
3.1. Tydal

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


PROSEDUR
6. Cara Kerja
1.1 Ambil Darah vena sebanyak 1-2 ml meggunakan spuit
kemudian masukkin kedalam tabung yang sudah disediakan
1.2 Masukkan sampel darah 1 – 2 ml dalam tabung centrifuge
1.3 Tabung centrifuge diputar pada alat centrifuge dengan kecepatan
3000 rpm selama 5 menit sampai berbentuk serum.
1.4 Ambil serum dengan pipet sahli 0,02 ml dan taruh pada obyek
glass sesuai jumlah reagen yang ada.
1.5 Tambahkan 1 tetes reagen / 0.02 ml yang berbeda pada
masing-masing serum.
1.6 Dengan pengaduk campur serum dan reagen
1.7 Obyek glass digoyang-goyang selama 1 menit untuk masing-
masing reagen
1.8 Amati adanya aglutinasi.
- Widal dinyatakan positif bila terjadi aglutinasi
- Widal dinyatakan negatif bila tidak terjadi aglutinasi.

7. Nilai Normal
- Salmonella typhi H : Negatif / -
- Salmonella typhi O : Negatif / -
- Salmonella paratyphi AH : Negatif / -
- Salmonella paratyphi BH : Negatif / -
- Salmonella paratyphi AO : Negatif/-
- Salmonella paratyphi BO : Negatif/-

REFERENSI - http://www.id.m.wikipedia.org/wiki/Widal

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


NOMOR SOP
TANGGAL PEMBUATAN
TANGGAL REVISI

TANGGAL EFEKTIF

DISAHKAN OLEH Kepala Puskesmas Kediri

PUSKESMAS
KEDIRI Rosmayadi, SKM.MPH
NIP: 19681212 199003 1 014

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN BTA

DASAR HUKUM Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas

KETERKAITAN Pemeriksaan ini berkaitan dengan kasus Tuberculosis


BTA (Bacil Tahan Asam) adalah bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu
berantai karbon (C) yang panjangnya 8-95 dan memiliki dinding sel yang
tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat,lipid yang ada
biasanya mencapai 60% dari berat dinding sel.Salah satu contohnya
PENGERTIAN
adalah Mycobacterium tuberculosae merupakan bakteri pathogen yang
dapat menyebabkan penyakit tuberculose dan bersifat tahan asam
sehingga digolongkan sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).Penularan
Mycobacterium tuberculosae terjadi melalui pernafasan
TUJUAN Sebagai pedoman dalam pembuatan slide BTA
KEBIJAKAN Meningkatkan kemampuan analis dalam melakukan pemeriksaan
Analis kesehatan
PETUGAS
16. Alat- alat
1.14. Lampu spiritus
1.15. Tusuk Lidi
1.16. Botol pasir alkohol
1.17. Mikroskop
ALAT dan BAHAN 1.18. Antiseptik
1.19. Objek glass
1.20. Desinfektan
1.21. Masker
17. Bahan.
2.7. Sputum / Dahak
3. Cara kerja
1. Pembuatan sediaan
1.1 Bersihkan obyek glass, dan bebaskan lemak dengan cara
lewatkan diatas api lampu spritus.
PROSEDUR 1.2 Buat pola ukuran 3 x 2 Cm.
1.3 Ambil sputum dengan tusuk lidi yang telah dikeprak dan oleskan
pada obyek glass dengan pola 3x2 cm
1.4 Dengan menggunakan tusuk lidi runcing buatlah spiral-spiral kecil
sesuai pola.
1.5 Keringkan diudara terbuka sampai benar-benar kering.
1.6 Masukkan bekas lidi keprak dan lidi runcing pada desinfektan
sambil diaduk - aduk.
1.7 Setelah sediaan kering difiksasi dengan cara lewatkan diatas
api lampu spritus 3 – 5 kali
1.8 Sediaan siap diwarnai.
1.9 Cuci tangan dengan antiseptik dan bersihkan meja kerja
dengan desinfektan.
Sisa sputum diberi desinfektan dan dimasukkan dengan limbah medis

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


khusus dahak.
2. Pewarnaan BTA ( Ziehls-Nelson)
3. 2.1. Atur sediaan pada rak pengecatan dengan jarak 1 jari dan
sediaan menghadapke atas
4. 2.2. Genangi seluruh sediaan dengan Cat Carbol Fuchsin 0,3%,
panasi dari bawah dengan menggunakan sulut api setiap sediaan
sampai keluar uap (jangan sampai mendidih), diamkan selama
5 menit.
5. 2.3. Bilas sediaan dengan air mengalir (jangan ada percikan ke
sediaan lain)
6. 2.4. Miringkan sediaan dengan pinset untuk membuang air
7. 2.5. Genangi sediaan dengan Asam Alkohol 3% sampai warna
merah carbol fuchsin hilang,ulangi sampai sediaan berwarna
pucat, bilas dengan air mengalir pelan
8. 2.6. Genangi sediaan satu persatu dengan Methylen Blue 0,3%.
selama 10-20 detik dan bilas kemudian di ulangi untuk sediaan
yang lainnya.
9. 2.7.Miringkan sediaan untuk menuangkan air dan keringkan di rak
pengering. Jangan dikeringkan dengan kertas tissue
18. Pemeriksaan Sediaan dengan Mikroskop
1. Gunakan lensa obyektif 1x untuk menetapkan fokus dan lapangan
pandang serta nilai kualitas sediaan dengan mengamati sel lekosit
yang terlihat > 25 sel LP
2. Teteskan satu tetes oil imersi
3. Putar lensa obyektif 1x dengan hati-hati jangan menyentuh kaca
sediaan
4. Sesuaikan fokus dengan hati-hati sampaisel-sel terlihat dengan
jelas menggunakan mikrometer
5. Lakukan pembacaan secara sistematis untuk memastikan hasil
yang dilaporkan mewakili seluruh bagian sediaan. Pembacaan dimulai
dari ujungkiri ke kanan sediaan yang selnya terlihat, bila tampak
kosong geser pada LP berikutnya.
6. Bila sudah selesai , bersihkan oil imersi dari sediaan apus dengan
meletakkan di atas tissue dengan posisi menghadap kebawah.
7. Simpan sediaan pada kotak penyimpanan untuk kontrol kualitas
cross cek

. Pelaporan Hasil Pembacaan

Pelaporan Hasil pembacaan


BTA Negatif Tidak ditemukan BTA minimal 100 LP
Scanty (Tuliskan jumlah BTA 1-9 BTA dalam 100 LP
yang ditemukan 100 LP)
1+ 10-99 BTA dalam 100 LP
2+ 1-10 BTA ∕ LP, periksa 50 LP
3+ >10 BTA ∕ LP periksa minimal 20 LP

Nilai Normal
1. Tidak ditemukan BTA pada sediaan

REFERENSI 2. Diagnostik Tuberkulosis secara


Laboratorium dengan Pemeriksaan Mikroskopis Dahak. Penerbit
Institute. Of Medical and Veterinary Science,2004.
3. http//id.wikipedia.org/wiki/Tuberculosis

NOMOR SOP

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


TANGGAL PEMBUATAN
TANGGAL REVISI

TANGGAL EFEKTIF

DISAHKAN OLEH Kepala Puskesmas Kediri

PUSKESMAS Rosmayadi, SKM.MPH


KEDIRI NIP: 19681212 199003 1 014

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGECATAN SLIDE BTA

DASAR HUKUM Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas

KETERKAITAN Pemeriksaan ini berkaitan dengan kasus Tuberculosis

Pengecatan slide BTA merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan


PENGERTIAN untuk mewarnai sediaan BTA yang telah difiksasi sehingga ornamen-
ornamen yang ada dapat terlihat jelas.

TUJUAN Sebagai pedoman dalam pengecatan slide BTA

KEBIJAKAN Meningkatkan kemampuan analis dalam melakukan pemeriksaan


Analis kesehatan
PETUGAS

ALAT,BAHAN dan 1. Alat


REAGEN 1.1 Lampu spiritus
1.2 Bak pengecatan
1.3 Pinset
1.4 Rak sediaan
1.5 Stopwacth
1.6 Air mengalir

2. Bahan
2.1 Sediaan BTA yang telah difiksasi

3. Reagen
3.1 Cat Zielhl-Neelsen

 Cara kerja
2.1. Bersihkan obyek glass, dan bebaskan lemak dengan cara
lewatkan diatas api lampu spritus.
PROSEDUR
2.2. Buat pola ukuran 3 x 2 Cm.
2.3. Ambil sputum dengan tusuk lidi yang telah dikeprak dan
oleskan pada obyek glass dengan pola 3x2 cm

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


2.4. Dengan menggunakan tusuk lidi runcing buatlah spiral-spiral
kecil sesuai pola.
2.5. Keringkan diudara terbuka sampai benar-benar kering.
2.6. Masukkan bekas lidi keprak dan lidi runcing pada desinfektan
sambil diaduk - aduk.
2.7. Setelah sediaan kering difiksasi dengan cara lewatkan
diatas api lampu spritus 3 – 5 kali
2.8. Sediaan siap diwarnai.
2.9. Cuci tangan dengan antiseptik dan bersihkan meja kerja
dengan desinfektan
2.10.Sisa sputum diberi desinfektan dan dimasukkan dengan
limbah
medis khusus dahak.

REFERENSI 1. Diagnostik Tuberkulosis secara


Laboratorium dengan Pemeriksaan Mikroskopis Dahak. Penerbit
Institute. Of Medical and Veterinary Science,2004.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


NOMOR SOP
TANGGAL PEMBUATAN
TANGGAL REVISI

TANGGAL EFEKTIF
DISAHKAN OLEH Kepala Puskesmas Kediri

PUSKESMAS
KEDIRI Rosmayadi, SKM.MPH
NIP: 19681212 199003 1 014

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGECATAN SLIDE BTA

DASAR HUKUM Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas

KETERKAITAN Pemeriksaan ini berkaitan dengan kasus Tuberculosis.

Pebacaan slide BTA merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan


PENGERTIAN
untuk menemukan adanya basil tahan asam pada sediaan BTA

TUJUAN Sebagai pedoman dalam pembacaan slide BTA


KEBIJAKAN Meningkatkan kemampuan analis dalam melakukan pemeriksaan
Analis kesehatan
PETUGAS

1. Alat
1.1 Mikroskop
1.2 Tissu
ALAT dan BAHAN
2. Bahan
2.1 Sediaan BTA yang telah diwarnai
2.2 Oil emersi
PROSEDUR
1 Cara kerja
1.1 Letakkan sediaan pada meja benda mikroskop
1.2 Gunakan lensa obyektif 10x untuk enemukan bagian yang
purulen yang baik untuk diperiksa
1.3 Teteskan satu tetes minyak emersi pada sediaan
1.4 Putarlah lensa obyektif 100x dengan hati-hati ke atas sediaan
1.5 Sesuaikan fokus dengan hati-hati sampai sel-sel terlihat
dengan jelas
1.6 Arah menggeser sediaan yang telah diwarnai dari ujung kiri ke
ujung kanan atau sebaliknya dengn arak zig-zag.(periksa
sekurang kurangnya 100 LPB sebelum melaporkan hasil
dengan waktu kurang lebih 5 menit untuk sediaan negatif)

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


1.7 Letakkan slide yang telah terbaca pada tisu dengan arah oil
emersi manghadap ke tissu kemudian ditekan agar oil
menempel pada tisu
1.8 Simpan sediaan menurut Nomor Register
Laboratorium,karena sediaan ini dibutuhkan untukkeperluan
pengkajian mutu eksternal
1.9 Hapuslah lensa dengan lembut menggunakan kertas lensa
untuk menghilangkan minyak emersi jika telah selesai
melakukan pemeriksaan sekelompok sediaan.

2 Pembacaan Hasil
2. Tidak ditemukan BTA dalam 100
LP : BTA Negatif
3. 1-3 BTA dalam 100 lapangan
pandang :Minta spesiman kedua
4. 4-9 BTA dalam 100 lapangan
pandang :Positif jarang
5. 10-99 BTA dalam 100 lapangan
pandang : 1+
6. 1-10 BTA dalam 1 lapangan pandang
periksa minimal 50 lapangan pandang : 2+
7. Lebih dari 10 BTA dalam 1 lapangan
pandang periksa minimal 20 lapangan pandang :3+

REFERENSI Diagnostik Tuberkulosis secara Laboratorium dengan


Pemeriksaan Mikroskopis Dahak. Penerbit Institute. Of Medical
and Veterinary Science,2004.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


NOMOR SOP
TANGGAL PEMBUATAN
TANGGAL REVISI

TANGGAL EFEKTIF
DISAHKAN OLEH Kepala Puskesmas Kediri

PUSKESMAS
Rosmayadi, SKM.MPH
KEDIRI NIP: 19681212 199003 1 014

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN URIN MULTISTIK

DASAR HUKUM Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas

KETERKAITAN Pemeriksaan ini berkaitan dengan kasus ISK (Infeksi Saluran Kemih)

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan
oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
proses urinasi.Eksresi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul
PENGERTIAN sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga hemeostatis
cairan tubuh.Urin disaring di dalam ginjal dibawa melalui ureter menuju
kandung kemih,akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.Beberapa
macam pemeriksaan yang terdapat pada urin multistik diantaranya adalah
PH,Protein ,Glukosa ,Urobilin, Bilirubin ,Keton, Blood, Leucocyt, Nitrit,dan
BJ

TUJUAN Sebagai pendoman dalam pemeriksaan urin multistik

KEBIJAKAN Meningkatkan kemampuan analis dalam melakukan pemeriksaan


Analis kesehatan
PETUGAS

ALAT, BAHAN & 1. Alat- alat


REAGEN 1.1. Tabung reaksi
1.2. Wadah penampung urin

2. Bahan.
2.1. Urine.

3. Reagen.
3.1. Urin Multistik

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


PROSEDUR
1. Cara kerja
1.1. Masukkan urine dalam tabung reaksi
1.2. Lalu masukkan stik ke dalam urine.
1.3. Stik diangkat dan ditekan dengan tissue dengan posisi miring.
1.4. Perubahan warna pada stik dicocokkan dengan warna standar
kurang dari 60 detik.

2. Nilai Normal
2.1. PH = 5,0 – 9,0
2.2. Protein = Negatif
2.3. Glukosa = Negatif
2.4. Urobilin = Negatif
2.5. Bilirubin = Negatif
2.6. Keton = Negatif
2.7. Blood = Negatif
2.8. Leucocyt = Negatif
2.9. Nitrit = Negatif
2.10.B J = 1.003 – 1.030

REFERENSI - Uriscan Diagnostics


- www.id.m.wikipedia.org/wiki/Urin

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


NOMOR SOP
TANGGAL PEMBUATAN
TANGGAL REVISI

TANGGAL EFEKTIF

DISAHKAN OLEH Kepala Puskesmas Kediri

PUSKESMAS Rosmayadi, SKM.MPH


KEDIRI NIP: 19681212 199003 1 014

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN SEDIMEN URINE

DASAR HUKUM Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas

KETERKAITAN Pemeriksaan ini berkaitan dengan kasus ISK (Infeksi Saluran Kemih)

Sedimen Urin adalah pemeriksaan urin secara mikroskopik.Ini penting


untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluransaluran
kemihserta berat ringannya penyakit.Lazimnya unsure sedimen urin dibagi
PENGERTIAN
2 yaitu unsur organik organik dan unsur anorganik.Unsur organik seperti
epitel,eritrosit,leukosit,silinder,potongan jaringan,sperma,bakteri,dan
parasit sedangkan unsure anorganik seperti amorph urat dan Kristal
TUJUAN Sebagai pendoman dalam Pemeriksaan sedimen Urine.
KEBIJAKAN Meningkatkan kemampuan analis dalam melakukan pemeriksaan
Analis kesehatan
PETUGAS

2. Alat- alat
1.5. Centrifuge
1.6. Tabung Centrifuge / tabung reaksi.
1.7. Pipet pastur
1.8. Objek Glass
ALAT,BAHAN dan
1.9. Cover Glass
REAGEN
1.10. Mikroskop

3. Bahan.
Urin

PROSEDUR 3. Cara kerja


1.1. Kocoklah urin dalm botol supaya bila ada sedimen akan
tercampur rata.
1.2. Masukkan 10 ml atau 5 ml urine dalan tabung reaksi dan diputar
selama 5 menit dengan kecepatan 2000 rpm
1.3. Tuang cairan atas sehingga volume cairan dan sedimen tinggal
kira- kira 1 ml.

1.4. Dengan pipet pasteur ambil 1 tetes sedimen diatas obyek glass
dan ditutup dengan deck glass.
1.5. Periksa dengan microskop dengan perbesaran 40 x dan diambil
1–10 lapangan pandang dicatat elemen-elemen yang ada.

2. Nilai Normal
2.1. Leucocyt = 0 - 5 / LPB

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


2.2. Erytrocyt = 0 - 3 / LPB
2.3. Silinder = Negatif
2.4. Kristal = Negatif
- Epitel = Beberapa/LPB

REFERENSI - Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas.Penerbit Depkes


RI.1998.
- Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Penerbit ECG
Edisi II Tahun 2004 Jakarta
- www.crymata.blogspot.com/2011/05/sedimen-urin.html?m=1

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


NOMOR SOP

TANGGAL PEMBUATAN

TANGGAL REVISI

TANGGAL EFEKTIF

DISAHKAN OLEH Kepala Puskesmas Kediri

PUSKESMAS
KEDIRI Rosmayadi, SKM.MPH
NIP: 19681212 199003 1 014

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN URIN PP TES

DASAR HUKUM Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas

KETERKAITAN Pemeriksaan ini berkaitan dengan kasus kehamilan


Pemeriksan urin kehamilan atau Pregnosticon Plano Test (PPT) berguna
untuk memastikan kehamilan seseorang. Hormon HCG yang dihasikan
oleh jaringan placenta yang sedang berkembang sesaat setelah terjadi
pembuahan,dalam kehamilan yang normal hCG muncul dalam urine dan
konsentrasinya meningkat denan cepat,oleh karena itu hCG merupakan
petunjuk baik untuk mendeteksi kehamilan secara dini.Ketika wanita
PENGERTIAN
sedan hamil maka hari pertama ia tidak mendapat haid,kadar hCG
mencapai 100 mIU/ml,kadar hCG mencapai puncaknya kira-kira 8
minggu setelah haid terakhir,lalu urun pada masa kehamilan
berikutnya.Setelah bersalin,kadar hCG akan turun dengan cepat dan
kembalinormal dalam beberapa hari.Dengan cara ini kehamilan sudah
dapat dideteksi pada hari ke 3-6 setelah terlambat haid.
TUJUAN Sebagai pendoman dalam pemeriksaan urin PPTes
KEBIJAKAN Meningkatkan kemampuan analis dalam melakukan pemeriksaan.
PETUGAS Analis kesehatan
2. Alat- alat
2.1. Wadah penampung
3. Bahan.
ALAT,BAHAN dan
3.1. Urin
REAGEN
4. Reagen.
3.1. Stik HCG
PROSEDUR 1. Cara kerja
1.1. Tampung urin dalam botol penampung
1.2. Celupkan stik dalam urine sesuai dengan tanda panah
batas garis maksimum selama 30 - 60 detik.
1.3. Angkat strip tunggu 1 - 3 menit baca hasilnya.
2. Pembacaan Hasil :
2.1 Hasil Positif : Terbentuk garis dua
2.2 Hasil Negatif : Terbentuk garis satu

REFERENSI - One Med Label

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


NOMOR SOP
TANGGAL PEMBUATAN
TANGGAL REVISI

TANGGAL EFEKTIF

DISAHKAN OLEH Kepala Puskesmas Kediri

PUSKESMAS
KEDIRI Rosmayadi, SKM.MPH
NIP: 19681212 199003 1 014

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN JAMUR PERMUKAAN

DASAR HUKUM Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas

KETERKAITAN Pemeriksaan ini berkaitan dengan kasus jamur pada manusia


Jamur permukaan (mikosis superfisial) ialah penyakit jamur yang
PENGERTIAN mengenai permukaan kulit yaitu stratum korneum,rambut dan kuku.

Sebagai pedoman dalam menemukan hypha atau spora pada


TUJUAN
kulit,rambut atau kuku

KEBIJAKAN Meningkatkan kemampuan analis dalam melakukan pemeriksaan

PETUGAS Analis kesehatan


ALAT,BAHAN dan 4. Alat- alat
REAGEN 1.22. Skalpel
1.23. Pinset
1.24. Lampu spiritus
1.25. Wadah kertas
1.26. Objek Glass
1.27. Cover Glass

5. Bahan.
3.1. Kapas alkohol
3.2. Kerokan kulit
3.3. Kerokan/guntingan kuku
3.4. Rambut

6. Reagen.
3.6. KOH 10 %

PROSEDUR
8. Cara Kera
1.20 Kulit : bagian tepi kelainan kulit
- Bersihkan kulit dengan alcohol 70% untuk menghilangkan
lemak,debu,dan kotoran lainnya serta kuman yang ada
diatasnya.Biarkan kering

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


- Keroklah bagian yang aktif dengan scalpel dengan arah
dari atas ke bawah
- Letakkan hasil kerokan diatas kertas atau wadah yang
bersih
- Teteskan 1-2tetes larutan KOH di atas objek glass
- Letakkan bahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut
dengan pinset yang telah dibasahi dengan larutan
KOH.Kemudian tutup dengan kaca penutup
- Biarkan selama !% menit atau dihangatkan diatas nyala api
selama beberapa detik untuk mempercepat proses lisis
- Periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran awal 10x
kemudian dilanjutkan perbesaran 40x untuk mencari
adanya hypa dan atau spora

1.2 Kerokan / guntingan kuku :kuku yang mengalami penebalan


- Bersihkan kuku yang sakit dengan kaps alcohol 70% untuk
menghilangkan lemak,debu,dan kotoran lainnya serta
kuman yang ada diatasnya.Biarkan kering
- Keroklah kuku yang sakit pada bagian permukaan dan
bagian bawah kuku yang sakit,bila perlu kuku tersebut
digunting
- Letakkan kuku diatas kertas atau wadah yang bersih
- Teteskan 1-2tetes larutan KOH di atas objek glass
- Letakkan bahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut
dengan pinset yang telah dibasahi dengan larutan
KOH.Kemudian tutup dengan kaca penutup
- Biarkan selama !% menit atau dihangatkan diatas nyala api
selama beberapa detik untuk mempercepat proses lisis
- Periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran awal 10x
kemudian dilanjutkan perbesaran 40x untuk mencari
adanya hypa dan atau spora

1.3 Rambut: Rambut rapuh dan berwarna agak pucat,yang


terdapat benjolan,atau daerah sekitar rambut yang menunjukkan
kelainankulit,missal bersisik
- Bersihkan kuku yang sakit dengan kaps alcohol 70% untuk
menghilangkan lemak,debu,dan kotoran lainnya serta
kuman yang ada diatasnya.Biarkan kering
- Keroklah kuku yang sakit pada bagian permukaan dan
bagian bawah kuku yang sakit,bila perlu kuku tersebut
digunting
- Letakkan kuku diatas kertas atau wadah yang bersih
- Teteskan 1-2tetes larutan KOH di atas objek glass
- Letakkan bahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut
dengan pinset yang telah dibasahi dengan larutan
KOH.Kemudian tutup dengan kaca penutup
- Biarkan selama !% menit atau dihangatkan diatas nyala api
selama beberapa detik untuk mempercepat proses lisis
- Periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran awal 10x
kemudian dilanjutkan perbesaran 40x untuk mencari
adanya hypa dan atau spora

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


PROSEDUR 9. Pelaporan
- Positif: Bila ditemukan adanya hypha atau spora
- Negatif : Bila tidak ditemukan adanya hypha atau spora

REFERENSI - Buku petunjuk pemeriksaan laboratorium puskesmas


diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Pada Desember 1998
- Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga diterbitkan oleh Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1998

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


NOMOR SOP

TANGGAL PEMBUATAN

TANGGAL REVISI

TANGGAL EFEKTIF

DISAHKAN OLEH Kepala Puskesmas Kediri

PUSKESMAS
KEDIRI Rosmayadi, SKM.MPH
NIP: 19681212 199003 1 014

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENULISAN HASIL LABORATORIUM

DASAR HUKUM Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas

KETERKAITAN Berkaitan dengan cara mengisi blanko hasil pemeriksaan

Meliputi serangkaian kegiatan penulisan hasil laboratorium pada lembar


PENGERTIAN
hasil laboratorium

TUJUAN Sebagai pedoman dalam penulisan hasil laboratorium

KEBIJAKAN Meningkatkan ketelitian analis saat penulisan hasil pemeriksaan

PETUGAS Analis kesehatan

1. Bolpoint
2. Buku register
PERALATAN
3. Blanko Hasil

PROSEDUR 1. Hasil pemeriksan ditulis pada blanko hasil pemeriksaan


laboratorium.
2. Selanjutnya hasil pemeriksan laboratorium ditulis di buku register.
3. Selanjutnya hasil laboratorium diserahkan kepada pasien atau
keluarga pasien.

REFERENSI - Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas.Penerbit


Depkes RI 1998

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


NOMOR SOP
TANGGAL PEMBUATAN
TANGGAL REVISI

TANGGAL EFEKTIF
DISAHKAN OLEH Kepala Puskesmas Kediri

PUSKESMAS
Rosmayadi, SKM.MPH
KEDIRI NIP: 19681212 199003 1 014
PENGAMBILAN DARAH VENA DAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KAPILER

DASAR HUKUM Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas

KETERKAITAN Berkaitan dengan cara memperoleh sampel darah yang dibutuhkan.


Pengambilan darah (flebotomi) baik itu melalui vena atau kapiler
merupakan prosedur pengambilan sampel yang paling umum di
laboratorium untuk memperoleh bahan pemeriksaan (darah) yang
dibutuhkan.Disisi lain ,laboratorium harus mengambil sampel darah
PENGERTIAN
dengan prosedur yang benar,demi keamanan dan keselamatan pasien
(patient safety)untuk menghasilkan sampel yang berkualitas dan hasil
pemeriksaan yang akurat dan tentu saja memperhitungkan keamanan
dan keselamatan petugas flebotomi.
Sebagai pedoman dalam pengambilan darah (flebotomi) baik itu
TUJUAN
melalui vena atau kapiler.
KEBIJAKAN Meningkatkan kemampuan analis dalam melakukan flebotomi.
PETUGAS Analis kesehatan
ALAT,BAHAN dan
REAGEN 7. Alat- alat
1.1. Spuit.
1.2. Lancet / Autoklik.
1.3. Kapas
1.4. Tissue.
1.5. Botol penampung.
1.6. Manset / Tourniquet
1.7. Plester / Hypafic
8. Reagen
2.1. EDTA.
2.2. Alkohol 70 %

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


1. Cara kerja
PROSEDUR 1.1.Pengambilan darah vena.
- Lengan pasien diletakkan lurus diatas meja dengan
telapak
tangan menghadap keatas
- Lengan bagian atas diberi torniquet, tangan pasien
dikepalkan, dilakukan palpasi pada lengan pasien,
dicari vena yang paling besar.
- Tempat yang akan diambil darahnya disterilkan dengan
kapas alkohol 70
% kemudian ditunggu kering.
- Tusukkan spuit steril pada vena cubiti (vena besar)
setelahdarah masuk pada spuit, tarik gagang spuit sampai
darah yang masuk sesuai yang diinginkan.
- Buka kepalan tangan, cabut spuit dari lengan pasien, beri
kapas bekas pada tusukan.
- Lepaskan torniquet dari lengan pasien.
- Bekas luka ditutup dengan plester.
- Masukkan darah pada botol penampung yang telah diberi
EDTA

1.2. Pengambilan darah kapiler.


- Pilih jari yang sehat, untuk bayi pada tumitnya, daerah
yang akan diambil darahnya disterilkan dengan kapas
alkohol 70% dan ditunggu keringLepaskan torniquet dari
lengan pasien.
- Daerah yang akan ditusuk ditegakkan dengan cara dijepit,
lalu ditusuk dengan lancet / autoklik steril dengan gerakan
cepat dan arahnya melintang dari garis jari Bekas luka
ditutup dengan plester.
- Darah yang pertama keluar dihapus dengan tissue.
- Tetesan berikutnya dimasukkan kebotol yang diberi anti-
coagulan atau langsung dipipet sesuai jenis pemeriksaan.

REFERENSI - Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas.Penerbit


Depkes RI 1998

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


NOMOR SOP

TANGGAL PEMBUATAN

TANGGAL REVISI

TANGGAL EFEKTIF

DISAHKAN OLEH Kepala Puskesmas Kediri

PUSKESMAS
KEDIRI Rosmayadi, SKM.MPH
NIP: 19681212 199003 1 014
PENGELOLAHAN SAMPAH dan LIMBAH
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MEDIS

DASAR HUKUM Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas

Berkaitan dengan bagaimana cara memusnakan sampah medis dan non


KETERKAITAN
medis
Pengelolaan sampah dan limbah medis merupakan serangkaian
kegiatan mulai dari penempatan sampah dan limbah medis pada
PENGERTIAN tempat khusus untuk sampah medis dan limbah medis hingga
penyerahan sampah medis dan limbah medis tersebut pada petugas
sanitarian
Agar sampah dan limbah medis tidak menjadi sumber penularan
TUJUAN
penyakit di lingkungan Puskesmas Gunungsari
Meningkatkan kemampuan analis dalam pengelolaan sampah baik itu
KEBIJAKAN
sampah medis maupun non medis
PETUGAS Analis kesehatan
9. Alat- alat
1.1.Tempat sampah bertutup
ALAT dan BAHAN
10. Bahan.
2.1. Larutan kaporit/xylol/lysol

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


PROSEDUR 1. Sampah medis
1.1 Sampah di tempatkan pada satu tempat sampah khusus
untuk sampah medis yang sudah diberi tanda dan dilapis
plastik berwarna kuning
1.2 Dan apabila tempat sampah tersebut sudah penuh plastik
dilepaskan dari tempat sampah
1.3 Selanjutnya plastik diikat dan sampah diserahkan
kepada petugas sanitarian.
1.4 Sampah medis sisa sample sputum pemeriksaan BTA
1.5 Kedalam Pot berisi sisa sample sputum dimasukan
larutan kaporit (NaClO3 5,25%)
1.6 Kemudian sputum pot ditutup kembali dengan rapat dan
dimasukan kedalam kantong plastik yang sudah diberi
larutan desinfektan kemudian kantong tersebut diikat.
1.7 Selanjutnya ditempatkan pada satu bak sampah besar
bertutup yang berlapis plastik berwarna kuning.
2. Sampah medis spuilt dan blood lancet
2.1 Sampah ini ditempatkan pada satu wadah khusus berupa
sebuah box kertas yang berwarna kuning bertuliskan
safety box
2.2 Pada saat safety box tersebut sudah terisi penuh
kemudian di serahkan kepada petugas sanitarian

3. Limbah medis
3.1 Limbah medis dibuang melalui bak di sebelah kanan
3.2 Selanjutnya limbah tersebut ditampung pada sebuah
jerigen bertutup setelah di dekontaminasi terlebuh dahulu.
3.3 Setelah jerigen tersebut penuh kemudian diserahkan
kepada petugas sanitarian.

REFERENSI http://www.depkes.go.id

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


NOMOR SOP
TANGGAL PEMBUATAN
TANGGAL REVISI

TANGGAL EFEKTIF

DISAHKAN OLEH Kepala Puskesmas Kediri

PUSKESMAS
KEDIRI Rosmayadi, SKM.MPH
NIP: 19681212 199003 1 014

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR OPERASIONAL ALAT LABORATORIUM

DASAR HUKUM Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas

Berkaitan dengan cara mengoprasionalkan alat-alat yang ada di


KETERKAITAN
laboratorium.
Operasional alat-alat laboratorium merupakan suatu bentuk rangkaian
PENGERTIAN kerja yang harus dilakukan dalam mengoperasionalkan alat-alat
laboratorium.

TUJUAN Sebagai pedoman dalam mengoperasionalkan alat-alat laboratorium


Meningkatkan kemampuan analis dalam mengoperasionalkan alat-alat
KEBIJAKAN
yang ada di laboratorium
PETUGAS Analis kesehatan
PROSEDUR 1. Mikroskop Binokuler OLYMPUS CX21
- Pasang steker pada arus listrik yang sesuai.
- Hidupkan lampu dengan menekan tombol pada bagian kiri
bawah alat.
- Preparat / sediaan diletakkan pada meja preparat dan dijepit
bagian preparat yang ada spesimennya tepat dilubang meja
benda.
- Lensa Obyektif 10 x didekatkan pada sediaan sampai jaraknya
kira-kira 0,5 Cm.
- Kondensor dinaikkan setinggi-tingginya sampai menyentuh meja
benda.
- Diagfrahma ditutup
- Sambil dilihat melalui okuler, cermin distel diarahkan pada
sumber cahaya untuk mendapatkan cahaya terang semaksimal
mungkin .
- Diagfrahma ditutup kembali.
- Sambil dilihat melalui okuler, lensa objektif dinaikkan perlahan-
lahan dengan makrometer skrup, sehingga terlihat sel-sel atau
bagian lain spesimen.
- Untuk memperbesar sel / parasit yang sudah terlihat, objektif 10
x yang digunakan diganti dengan objektif 40 sampai 45 x
dengan memutar revolver.
- Supaya sel / parasit yang dilihat menjadi jelas, maka diagfrahma
dibuka sedikit obyektif diturunkan atau dinaikkan menggunakan
mikrometer skrup.

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


- Apabila menggunakan lensa objektif 100 x , maka bagian
preparat yang diamati ditetesi oil imersi, ditepatkan pada meja
preparat.
- Diagfrahma dibuka selebar-lebarnya, lensa objektif diganti
perbesar 100 x .
- Lensa harus menyentuh oil imersi. Sambil dilihat melalui lensa
okuler, Mikrometer sekrup diputar kedepan kebelakang sampai
spesimen terlihat jelas.
- Pemeliharaan dilakukan servis 1 tahun sekali
2. Centrifuge Listrik VIOLET JAPAN
- Pasang steker pada arus yang sesuai.
- Buka penutup rotor, masukkan tabung centrifuge yang telah
berisi sampel pada tempat tabung dalam centrifuge, pastikan
penempatan tabung sampel seimbang dengan tabung
pembandingnya ( posisi diagonal dengan tabung sampel ).
- Tutup penutup centrifuge secara sempurna.
- Atur waktu yang diingkan dengan mengatur tombol penganyur
waktu dalam interval waktu 0 – 60 menit.
- Atur kecepatan yang diingkan dengan mengatur tombol
penganyur kecepatan dalam interval 1000-4000 rpm
- Lampu petunjuk menunjukkan power ON ( menyala ).
- Tekan enter untuk menyimpan program
- Alat akan mati secara otomatis saat waktu yang diseting habis
dan lampu petunjuk mati.
- Tunggu sampai rotor benar-benar berhenti, buka penutup rotor,
ambil tabung centrifuge.
- Dilakukan kalibrasi 1 tahun sekali

REFERENSI Buku petunjuk masing-masing alat

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


NOMOR SOP
TANGGAL PEMBUATAN
TANGGAL REVISI

TANGGAL EFEKTIF
DISAHKAN OLEH Kepala Puskesmas Kediri

PUSKESMAS
KEDIRI Rosmayadi, SKM.MPH
NIP: 19681212 199003 1 014

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYIMPANAN REAGEN

DASAR HUKUM Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas

KETERKAITAN Berkaitan dalam penyimpanan reagen yang baik dan benar.

Penyimpanan reagen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan


PENGERTIAN
untuk menyimpan reagen yang digunakan dengan baik dan benar.

TUJUAN Sebagai pedoman dalam melakukan penyimpanan reagen.

Meningkatkan kemampuan analis dalam melakukan penyimpanan


KEBIJAKAN
reagen yang baik dan benar.

PETUGAS Analis kesehatan

1.Kulkas
PERALATAN
2.Lemari penyimpanan

PROSEDUR 1. Penyimpanan reagen memakai wadah pertama


masuk pertama keluar, yaitu reagen yang lebih dahulu masuk
untuk menghindari kerusakan reagen akibat terlalu lama
disimpan.
2. Larutan berwarna dan larutan organik disimpan
dalam botol coklat
3. Tempat penyimpanan harus bersih dan tidak
terkena sinar matahari langsung
4. Suhu penyimpanan pada suhu kamar atau suhu
dingin ( 2º C – 8º C ) tergantung jenis reagen (untuk reagen
golongan darah dan Widal)
5. Lama penyimpanan reagen tergantung tanggal
kadaluwarsa reagen
6. Penyimpanan reagen dan penggunaannya
dilengkapi kartu stok
7. Daftar Penyimpanan

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015


PROSEDUR
WADAH / SUHU
NO NAMA REAGEN
KEMASAN PENYIMPANAN
1 Alkohol 70 % Botol coklat Suhu ruangan
2 Metanol Botol coklat Suhu ruangan
3 Larutan truk Botol coklat Suhu ruangan
4 Na Citrat 3,8 % Botol coklat Suhu ruangan
5 Giemsa stain Botol coklat Suhu ruangan
6 HCL 0,1 N Botol coklat Suhu ruangan
7 Saline Botol coklat Suhu ruangan
8 EDTA 10 % Botol coklat Suhu ruangan
9 Oil immersi Botol coklat Suhu ruangan
10 Glucosure stik Tube Suhu ruangan
11 UA sure stik Tube Suhu ruangan
12 Cholesterol stik Tube Suhu ruangan
13 Combistik Tube Suhu ruangan
14 PP Tes Box Suhu ruangan
15 Widal Vial 2o C – 8 o C
16 Golongan Darah Vial 2o C – 8 o C
17 KOH 10 % Botol coklat Suhu ruangan
18 Cat Ziehl Neelsen Botol coklat Suhu ruangan
19 Buffer fosfat Botol coklat Suhu ruangan

REFERENSI

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP), PUSKESMAS KEDIRI, 2015

Anda mungkin juga menyukai