Anda di halaman 1dari 6

TERM OF REFERENCE

MODUL (TOR)
PELAKSANAAN
PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)
DI RUMAH SAKIT

PROGRAM PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
TOR PKPA RUMAH SAKIT

Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan upaya masyarakat, swasta, maupun
pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap orang agar dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tinginya. Menurut H.L Blum, terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap
derajat kesehatan, yaitu genetik yang berkaitan dengan faktor risiko, sikap dan tindakan
(behaviour), lingkungan, dan sarana pelayanan kesehatan. Salah satu sarana pelayanan
kesehatan yang turut berperan dalam mewujudkan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat adalah rumah sakit.
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi Rumah
Sakit (IFRS) yang dipimpin oleh apoteker. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah
satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu.
Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit dituntut untuk
memiliki kemampuan manajerial, pelayanan farmasi klinik, kemampuan komunikasi antar
personal, dan kepemimpinan yang baik sebagai konsekuensi berkembangnya pelayanan
kefarmasian dari paradigma drug oriented menjadi patient oriented dengan filosofi
Pharmaceutical Care. Oleh karena itu, penting bagi calon apoteker untuk mengetahui dan
melihat secara langsung bagaimana pekerjaan kefarmasian yang dilakukan di rumah sakit,
mengetahui permasalahan yang biasa terjadi, beserta cara penyelesaiannya.
Menyadari pentingnya hal tersebut, maka Program Studi Profesi Apoteker (PSPA)
Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran menyelenggarakan Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit. Kegiatan PKPA ini diharapkan dapat memberikan
gambaran kepada calon apoteker mengenai dunia kerja di bidang pelayanan khususnya di
rumah sakit.

Tujuan PKPA
Adapun tujuan penyelenggaraan PKPA di Rumah Sakit adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi dan
tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, ketrampilan, dan
pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit.
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan mempelajari
strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan
praktek farmasi komunitas di Rumah Sakit.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional.
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di
Rumah Sakit.

1
TOR PKPA RUMAH SAKIT

Manfaat PKPA
Adapun manfaat penyelenggaraan PKPA di Rumah Sakit adalah calon apoteker:
1. Mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam menjalankan
pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit.
2. Memperoleh pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit.
3. Memperoleh pengetahuan manajemen praktis di Rumah Sakit.
4. Memiliki rasa percaya diri untuk menjadi apoteker yang professional.

Kompetensi yang dicapai


Adapun kompetensi yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan PKPA di Rumah Sakit ini
adalah calon apoteker:
1. Mampu membuat keputusan profesi pada pekerjaan kefarmasian di rumah
sakit berdasarkan IPTEKS, standar praktek kefarmasian, per-UU yang berlaku,
dan etika profesi farmasi.
2. Mampu mempraktekkan asuhan Kefarmasian agar tercapai tujuan terapi bagi
penderita di rumah sakit.
3. Mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lain.
4. Mampu menyusun rencana pengelolaan perbekalan farmasi dan alat kesehatan
serta pengembangan sumber daya manusia.
5. Mampu menyusun rencana pengembangan praktek kefarmasian yang berorientasi
pada layanan kefarmasian.
6. Mampu mengelola sediaan steril dan sitotoksik

Metode
Adapun tahapan metode penyelenggaraan kegiatan PKPA di Rumah Sakit adalah sebagai
berikut:
1. Mengajukan perizinan penyelenggaraan PKPA
2. Membekali calon apoteker dengan gambaran dan pengetahuan umum mengenai
lingkup kerja pelayanan kefarmasian di rumah sakit, antara lain:
a. Organisasi rumah sakit
b. Paradigma pelayanan yang berorientasi pharmaceitical care dan public health
pharmacist
c. Pelayanan farmasi dalam aspek manajemen
d. Pelayanan farmasi dalam aspek klinis
e. Peran apoteker membantu meningkatkan kualitas hidup pasien
3. Setiap calon Apoteker didampingi oleh pembimbing akademisi dan preseptor tempat
menjalankan PKPA.
4. Menetapkan rencana kerja calon Apoteker selama melakukan PKPA.
5. Melakukan evaluasi kegiatan PKPA: Evaluasi dilakukan oleh oleh pembimbing
akademis dan preseptor dalam bentuk evaluasi praktik dan ujian komprehensif
Apoteker.

Waktu dan Tempat Kegiatan


Kegiatan PKPA di Rumah Sakit ini dilakukan selama 1-2 bulan oleh setiap calon Apoteker.
Kegiatan dilaksanakan di beberapa Rumah Sakit di Kota Bandung. Rumah sakit yang dipilih

2
TOR PKPA RUMAH SAKIT

adalah rumah sakit tipe A, B, atau C yang memiliki Komite Farmasi dan Terapi dan
melaksanakan standar pelayanan kefarmasian sesuai peraturan yang berlaku.

Rencana Kegiatan
Kegiatan PKPA di Rumah Sakit dilakukan selama 1-2 bulan dengan gambaran sebagai
berikut:

Waktu Kegiatan

Minggu pertama Orientasi

Minggu kedua Kegiatan PKPA

Minggu ketiga Kegiatan PKPA

Minggu keempat Kegiatan PKPA

Minggu kelima Kegiatan PKPA

Minggu keenam Kegiatan PKPA

Minggu ketujuh Evaluasi oleh perseptor

Minggu kedelapan Penyusunan Laporan

Adapun materi kegiatan yang dilakukan selama PKPA di Rumah Sakit adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari struktur organisasi rumah sakit, klasifikasi rumah sakit, instalasi farmasi,
panitia farmasi dan terapi, standar pelayanan farmasi rumah sakit, akreditasi rumah
sakit.
2. Mempelajari dan ikut serta dalam pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit,
sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit:
a. Pemilihan
1) Ikut serta dalam meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit
2) Identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis
3) Menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,
standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat
b. Perencanaan
1) Mempelajari alur dan tata cara perencanaan
2) Menghitung kebutuhan berdasarkan pendekatan konsumsi, epidemiologi, atau
kombinasi
3) Menentukan jumlah permintaan
4) Memahami berbagai formulir dan laporan dalam kegiatan perencanaan
5) Memahami berbagai pedoman yang digunakan dalam perencanaan (Daftar
Obat Esensial Nasional (DOEN), formularium rumah sakit, standar terapi
rumah sakit, ketentuan setempat yang berlaku, data catatan medis, anggaran
yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa persediaan, data
pemakaian periode yang lalu, dan encana pengembangan.

3
TOR PKPA RUMAH SAKIT

c. Pengadaan
Memahami tata cara pengadaan di rumah sakit yang tediri atas:
1) Pembelian
2) Produksi/pembuatan sediaan farmasi
3) Sumbangan/droping/hibah
d. Produksi, calon apoteker harus memahami cara membuat, merubah bentuk, dan
pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril dengan kriterian sebagai
berikut:
1) Sediaan farmasi dengan formula khusus
2) Sediaan farmasi dengan harga murah
3) Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil
4) Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran
5) Sediaan farmasi untuk penelitian
6) Sediaan nutrisi parenteral
7) Rekonstruksi sediaan obat kanker
e. Penerimaan, calon apoteker memahami prosedural penerimaan dan kontrol
kualitas yang benar seperti kategori berikut:
1) Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa.
2) Barang harus bersumber dari distributor utama.
3) Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS).
4) Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate of origin.
5) Expire date minimal 2 tahun
f. Penyimpanan
1) Mengatur tata ruang penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan
(kemudahan bergerak. Sirkulasi, rak/pallet, penyimpanan khusus)
2) Penyusunan stok obat dan perbekalan kesehatan (FIFO/FEFO)
3) Pencatatan stok obat dan perbekalan kesehatan
4) Pengamatan mutu obat dan perbekalan kesehatan (organoleptis atau sampling
pemeriksaan laboratorium)
5) Pengaturan tata ruangan harus memperhatikan:
a) Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya.
b) Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya.
c) Mudah tidaknya meledak/terbakar.
d) Tahan/tidaknya terhadap cahaya.
g. Distribusi
1) Memahami alur kegiatan distribusi obat dan perbekalan kesehatan di rumah
sakit
2) Memahami berbagai sistem distribusi yang memungkinan untuk dilakukan di
rumah sakit seperti:
a) Sistem distribusi pasien rawat inap: Sistem Distribusi Obat Resep
Individual Sentralisasi, Sistem Distribusi Obat Persediaan Lengkap di
Ruang, Sistem Distribusi Obat Kombinasi Resep Individual dan Persediaan
di Ruang, Sistem Distribusi Obat Dosis Unit
b) Sistem distribusi untuk pasien rawat jalan
3) Pencatatan seluruh kegiatan distribusi
3. Memahami dan turut serta dalam pelayanan aspek klinis di rumah sakit, meliputi:
a. Ikut serta dalam pengkajian, pelayanan resep dan quality assurance obat, meliputi:
1) Penerimaan resep

4
TOR PKPA RUMAH SAKIT

2) Peracikan obat
3) Penyerahan obat
b. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat
c. Pelayanan informasi obat baik untuk pasien maupun tenaga kesehatan profesional
lainnya.
d. Konseling
e. Pemantauan kadar obat dalam darah
f. Total parenteral nutrition
g. Drug Utility Evaluation (DUE) dan Rational Drug Use (RDU)
h. Farmakoekonomi
i. Ronde/Visite
j. Pengendalian infeksi
k. Pusat sterilisasi perlengkapan medis
l. Penanganan limbah rumah sakit
4. Turut serta dalam kegiatan Upaya Kesehatan Pribadi (UKP) dan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) melalui kegiatan promosi kesehatan
a. Bekerjasama dengan profesional kesehatan lainnya dalam menentukan strategi
promosi kesehatan, antara lain:
1) Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
2) Kesehatan Lingkungan
3) Mendidik masyarakat untuk mengutamakan preventif dibandingkan kuratif
b. Pendekatan public health dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat baik dari perilaku ataupun budaya masyarakat setempat
5. Pengerjaan tugas khusus (sesuai dengan kebutuhan dan masukan dari pembimbing
akademis serta perseptor)

Hasil yang Diharapkan


1. Hasil yang dapat diukur dalam aspek pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit baik nilai
deskriptif maupun kuantitatif (tingkat kepuasan konsumen, dimensi waktu, dan
prosedur tetap).
2. Perubahan sistem pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit ke arah yang lebih baik
(before and after study)
3. Calon Apoteker memiliki kompetensi sesuai dengan manfaat kegiatan ini, penilaian
kompetensi dilakukan berdasarkan evaluasi pembimbing, perseptor, dan ujian
komprehensif Apoteker.

Anda mungkin juga menyukai