Anda di halaman 1dari 120

KETERLAKSANAAN PRAKTIKUM KIMIA DI SMA LABORATORIUM

UNDIKSHA SINGARAJA TAHUN AJARAN 2016/2017

Oleh
Ni Wayan Sri Ratmini
1313031046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2017
KETERLAKSANAAN PRAKTIKUM KIMIA DI SMA LABORATORIUM
UNDIKSHA SINGARAJA TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Kepada
Universitas Pendidikan Ganesha
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan

Oleh
Ni Wayan Sri Ratmini
1313031046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2017

SKRIPSI
DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS-TUGAS DAN
MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK MENCAPAI
GELAR SARJANA PENDIDIKAN

MENYETUJUI,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Drs. I Wayan Subagia, M.App.Sc., Ph.D. Drs. I Ketut Sudiana, M.Kes.
NIP. 19621231 198803 1 015 NIP. 19631023 199103 1 001
Diterima oleh Panitia Ujian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Ganesha guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Pendidikan

pada

hari :
tanggal :

Mengetahui,

Ketua Ujian, Sekretaris Ujian,

Prof. Dr. Ida Bagus Jelantik Swasta, M.Si. Dr. Siti Maryam, M.Kes.
NIP. 19611231 198603 1 013 NIP. 19620221 198601 2 001

Mengesahkan,
Dekan Fakultas MIPA
Universitas Pendidikan Ganesha

Prof. Dr. I Nengah Suparta, M.Si.


NIP. 19650711 199003 1 003

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul

“KETERLAKSANAAN PRAKTIKUM KIMIA DI SMA LABORATORIUM

UNDIKSHA SINGARAJA TAHUN AJARAN 2016/2017” beserta seluruh isinya

adalah benar-benar karya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan dan

mengutip dengan cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam

masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya bersedia menanggung resiko/sanksi

yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas

etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap karya saya ini.

Singaraja, Juli 2017


Yang Membuat Pernyataan

Ni Wayan Sri Ratmini


NIM 1313031046
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang

Hyang Widhi Wasa, karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya penulis dapat

menyelesaikan karya tulis berupa skripsi yang berjudul “Keterlaksanaan

Praktikum Kimia di SMA Laboratorium Tahun Ajaran 2016/2017”. Penulisan

skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Pendidikan Ganesha.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menemui berbagai macam

kesulitan, kendala dan hambatan, akan tetapi berkat bimbingan, bantuan, dan

dukungan dari berbagai pihak, penulis dapat meyelesaikannya. Untuk itu, melalui

kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan

dan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Drs. I Wayan Subagia, M.App.Sc., Ph.D., selaku Dosen

Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing

dan mengarahkan penulis sampai terselesainya skripsi ini.

2. Bapak Drs. I Ketut Sudiana, M.Kes., selaku Dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan yang bermanfaat bagi penulis sampai

terselesaikannya skripsi ini.

3. Bapak Drs. I Wayan Sukarta, M.Pd., selaku Kepala SMA Laboratorium

Undiksha, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan

penelitian.

4. Bapak Drs. I Wayan Padayasa dan Dra. Ni Nengah Masni, M.Pd., selaku

guru mata pelajaran kimia yang mengajar di SMA Laboratorium Undiksha


i
atas segala bantuan serta masukan-masukan yang diberikan selama proses

pengambilan data.

5. Bapak I Made Mudiana selaku laboran kimia di SMA Laboratorium

Undiksha atas segala bantuan serta masukan-masukan yang diberikan selama

proses pengambilan data.

6. Siswa-siswi kelas X, XI IPA, dan XII IPA atas kerjasamanya selama proses

pengambilan data.

7. Bapak Drs. I Wayan Muderawan, M.S., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Kimia

8. Ibu Dr. Siti Maryam, M.Kes., selaku Koordinator program Studi Pendidikan

Kimia

9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Kimia Universitas

Pendidikan Ganesha atas segala didikan, wawasan, serta pengetahuan yang

telah diberikan selama mengikuti perkuliahan.

10. Bapak Prof. Dr. I Nengah Suparta, M.Si., selaku Dekan Fakultas MIPA yang

telah memberikan fasilitas kepada penulis selama menempuh pendidikan di

Fakultas MIPA.

11. Bapak Dr. Nyoman Jampel, M.Pd., selaku Rektor Universitas Pendidikan

Ganeshayang telah memberikan fasilitas kepada penulis selama menempuh

pendidikan di Undiksha.

12. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia yang banyak

memberikan motivasi, masukan dan pengalaman bagi penulis selama

melakukan studi di Program Studi Pendidikan Kimia.

13. Rekan-rekan Alumni Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia yang sudah

banyak memberikan masukan dan refrensi hingga terselesainya skripsi ini.


ii
14. Pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang juga telah

memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Singaraja, 2017

Penulis

KETERLAKSANAAN PRAKTIKUM KIMIA DI SMA LABORATORIUM


UNDIKSHA SINGARAJA TAHUN AJARAN 2016/2017

Oleh

iii
Ni Wayan Sri Ratmini, NIM. 1313031046
Jurusan Kimia

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan dan menjelaskan topik


atau materi praktikum yang dilaksanakan dalam pembelajaran kimia; (2)
mendeskripsikan dan menjelaskan cara guru melaksanakan pembelajaran praktikum;
dan (3) mendeskripsikan dan menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi
keterlaksanaan praktikum kimia di SMA Laboratorium Undiksha Singaraja. Jenis
penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Subjek yang terlibat dalam
penelitian ini berupa dokumen laboratorium, guru kimia, laboran, dan siswa. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen, observasi dan wawancara.
Data penelitian dianalisis secara deskriptif interpretatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) topik atau materi praktikum yang dilaksanakan dalam
pembelajaran kimia di SMA Laboratorium Undiksha Singaraja, yaitu: pada kelas X
membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit; pada kelas XI reaksi eksoterm dan
endoterm, penentuan reaksi berdasarkan percobaan, faktor-faktor yang
memengaruhi laju reaksi, mengidentifikasi asam dan basa dengan indikator, dan
titrasi asam basa; pada kelas XII menentukan penurunan titik beku dan kenaikan
titik didih larutan elektrolit dan non elektrolit, elektrolisis larutan dengan elektrode
inert dan tidak inert, mengidentifikasi kereaktifan dan reaksi nyala senyawa logam
(terutama alkali dan alkali tanah) dan pembuatan senyawa ester; (2) cara guru
melaksanakan pembelajaran praktikum kimia di SMA Laboratorium Undiksha
Singaraja adalah dengan cara berkelompok; dan (3) faktor-faktor yang memengaruhi
keterlaksanaan praktikum kimia di SMA Laboratorium Undiksha Singaraja adalah
alat dan bahan praktikum, kesiapan guru dan siswa, laboran, waktu pembelajaran,
dan ruang laboratorium.
Kata kunci: praktikum kimia, SMA Laboratorium Undiksha

DAFTAR ISI

HALAMAN
PRAKATA ..................................................................................................................i
ABSTRAK ………………………………………………………………………iv
DAFTAR ISI ..............................................................................................................v
iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................... 7
1.5 Batasan Penelitian ............................................................................................... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Deskripsi Teori ....................................................................................................9
2.1.1 Hakikat Ilmu Kimia ..................................................................................9
2.1.2 Pembelajaran Kimia Tingkat SMA............................................................11
2.1.3 Laboratorium Kimia..................................................................................14
2.1.4 Pelaksanaan Praktikum dalam Pembelajaran Kimia ................................16
2.1.5 Materi yang Dipraktikumkan dalam Pembelajaran Kimia .......................22
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan ..........................................................................29
2.3 Model Penelitian..................................................................................................37

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................................39
3.2 Situasi Sosial .......................................................................................................39
3.2.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................39
3.2.2 Subjek Penelitian ......................................................................................40
3.2.3 Aktivitas Penelitian ...................................................................................40
3.3 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................41
3.4 Instrumen Penelitian ...........................................................................................44
3.5 Teknik Analisis Data ...........................................................................................48
3.6 Pengujian Keabsahan Data..................................................................................50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................................52

v
4.2 Hasil Penelitian ...................................................................................................55
4.2.1 Topik atau Materi Praktikum yang Dilaksanakan .....................................56
4.2.2 Cara Guru Melaksanakan Pembelajaran Praktikum .................................66
4.2.3 Faktor-faktor yang memengaruhi Keterlaksanaan Praktikum ..................76
4.3 Pembahasan .........................................................................................................82
4.3.1 Topik atau Materi Praktikum yang Dilaksanakan .....................................82
4.3.2 Cara Guru Melaksanakan Pembelajaran Praktikum .................................85
4.3.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Keterlaksanaan Praktikum ..................93

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan..............................................................................................................100
5.2 Saran....................................................................................................................101
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

HALAMAN
Tabel 2.1 Uraian Pemetaan Materi Kimia yang Dipraktikumkan Kelas X, XI, dan
XII Semester I dan II Sesuai dengan Silabus Kimia dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

vi
....................................................................................................................
27
Tabel 3.1 Data Penelitian, Metode, Subjek dan Instrumen yang Digunakan
.....................................................................................................................
45
Tabel 4.1 Judul Praktikum yang Direncanakan dan Dilaksanakan Tahun Ajaran
2016/2017 di SMA Laboratorium Undiksha
.....................................................................................................................
61

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

vii
Gambar 2.1 Bagan Model Penelitian yang Digunakan ........................................... 38
Gambar 3.1 Triangulasi Sumber............................................................................... 50
Gambar 3.2 Triangulasi Metode............................................................................... 50

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01. Daftar Materi yang Dipraktikumkan Menurut KTSP

Lampiran02. Jadwal Pelajaran Kimia SMA Laboratorium Undiksha Tahun Ajaran


2016/2017

Lampiran 03. Judul Praktikum yang Direncanakan dan Dilaksanakan di SMA


Laboratorium Undiksha Tahun Ajaran 2016/2017
viii
Lampiran 03-A. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas X

Lampiran 03-B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas XI

Lampiran 03-C. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas XII

Lampiran 04. Pedoman Wawancara

Lampiran 05. Transkrip Hasil Wawancara Guru

Lampiran 06. Transkrip Hasil Wawancara Laboran

Lampiran 07. Transkrip Hasil Wawancara Siswa

Lampiran 08. Data Hasil Wawancara

Lampiran 09-A. Pedoman Observasi Sarana dan Prasarana di Laboratorium

Lampiran 09-B. Pedoman Observasi Pembelajaran Praktikum

Lampiran 10. Transkrip Data Hasil Observasi Pembelajaran Praktikum

Lampiran 11. Transkrip Data Hasil Observasi Kelengkapan Sarana dan Prasarana di
Laboratorium Kimia

Lampiran 12. Dokumentasi Sarana yang ada di Laboratorium Kimia

Lampiran 13. Dokumentasi Pembelajaran Praktikum

Lampiran 14. Surat-surat

ix
x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kimia merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan

teknologi maju dan konsep-konsep penting dalam kehidupan sehari-hari. Kimia

merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

percobaan (induktif), namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh

dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Hakikat ilmu kimia mencakup

dua hal, yaitu kimia sebagai produk dan proses. Kimia sebagai produk meliputi

sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan

prinsip-prinsip kimia. Kimia sebagai proses meliputi keterampilan-keterampilan

dan sikap-sikap yang dimiliki oleh para ilmuan untuk memperoleh dan

mengembangkan pengetahuan kimia (BSNP, 2006).


Salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan proses adalah

melaksanakan kegiatan praktikum dalam pembelajaran kimia. Praktikum

merupakan kegiatan penting untuk dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan

kemampuan peserta didik dalam segi pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Melalui praktikum peserta didik juga dilatih untuk mengembangkan kemampuan

memecahkan masalah dengan pendekatan ilmiah. Hal tersebut menunjukkan

bahwa pembelajaran kimia tidak hanya dilakukan dengan pemberian fakta dan

konsep, tetapi keterampilan dan sikap ilmiah peserta didik juga harus

1
2

dikembangkan. Pengembangan keterampilan dan sikap ilmiah dapat dilakukan

melalui kegiatan praktikum atau eksperimen secara individu maupun kelompok di

laboratorium.
Sesuai dengan Permendiknas No 21 Tahun 2016 kegiatan praktikum

merupakan salah satu kegiatan yang penting untuk dilaksanakan yang bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam bidang pengetahuan, sikap dan

keterampilan. Peserta didik tidak hanya harus menguasai konsep/teori ilmiah

melainkan harus memiliki sikap ilmiah dan keterampilan. Sesuai dengan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mana pada komponen silabus terdapat

hampir setiap SK dan KD mempunyai tujuan agar siswa memahami pengertian

konsep yang dipelajari dengan melakukan percobaan dan menafsirkan hasilnya.

Rustaman (2002) juga mengemukakan tiga aspek tujuan pelaksanaan praktikum,

yakni (1) mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen; (2)

mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dengan pendekatan ilmiah; (3)

meningkatkan pemahaman mengenai materi pelajaran.


Hasil penelitian yang diperoleh oleh Mamlok (2012) di Israel menunjukkan

kegiatan laboratorium memiliki peranan dan manfaat penting dalam kurikulum

sains. Guru kimia di Israel dalam 15 tahun terakhir telah mulai mengadakan

perubahan terhadap cara mengajar pada pelajaran kimia yang dimulai dari

melibatkan kegiatan praktikum dalam pembelajarannya. Dinyatakan juga bahwa

kegiatan praktikum dapat meningkatkan pembelajaran kimia yang lebih bermakna

dan lebih konseptual terhadap pemahaman peserta didik. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa pelaksanaan praktikum bisa meningkatkan hasil belajar peserta

didik.
Penelitian yang dilakukan oleh Laksmi, dkk. (2014) di SMAN 1 Seririt

menunjukkan bahwa pengelolaan alat dan bahan praktikum belum dilakukan dengan
3

baik, khususnya pada proses pemanfaatan, pemeliharaan, dan pemusnahan, yang

terlihat dari jumlah materi yang dipraktikumkan. Pada kelas X dari lima topik

praktikum yang ditegaskan dalam kurikulum yang digunakan, hanya satu topik yang

dipraktikkan, kelas XI dari 14 topik hanya empat yang dipraktikkan, dan kelas XII

dari 10 topik hanya tiga topik yang dipraktikkan. Selain itu, ada beberapa masalah

yang dihadapi guru dalam melaksanakan kegiatan praktikum, yaitu manajemen

waktu dan kondisi laboratorium yang dialihfungsikan sebagai ruang belajar.

Penelitian tersebut menunjukkan praktikum yang dilaksanakan belum optimal,

belum sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Penelitian yang dilakukan oleh Samiasih, dkk. (2013) menunjukkan

intensitas penggunaan laboratorium SMK Negeri 2 Negara pada tahun ajaran

2012/2013 termasuk kategori cukup dengan persentase 67%. Untuk semua program

kejuruan di kelas X hanya satu judul praktikum yang dilaksanakan, untuk kelas XI

ada lima praktikum dilaksanakan, dan untuk kelas XII ada empat praktikum

dilaksanakan. Pelaksanaan jumlah praktikum yang rendah pada kelas X, XI, dan XII

pada semua program kejuruan disebabkan oleh banyak faktor yaitu: adanya

keterbatasan alat dan bahan kimia sehingga praktikum tidak dapat dilaksanakan,

siswa lebih fokus pada pelajaran-pelajaran produktif seperti melaksanakan praktik

mata pelajaran produktif, keterbatasan waktu guru dalam mempersiapkan praktikum,

serta tidak adanya tenaga laboran.

Fakta-fakta dari hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan

praktikum di sekolah belum optimal dan belum terlaksana sesuai dengan kompetensi

dasar yang telah ditetapkan oleh kurikulum. Berdasarkan hal tersebut, perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan keterlaksanaan praktikum yang

mencakup tiga hal, yaitu (1) topik/materi praktikum yang dilaksanakan dalam
4

pembelajaran kimia; (2) cara guru melaksanakan pembelajaran praktikum; dan (3)

faktor-faktor yang memengaruhi keterlaksanaan praktikum.


SMA Laboratorium Undiksha Singaraja adalah salah satu sekolah swasta

yang terakreditasi A di kota Singaraja yang telah menggunakan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP). Sekolah ini mempunyai dua guru kimia yang sudah

tersertifikasi. Kelas X yang terdiri dari 9 kelas mendapat pelajaran kimia sekali

dalam seminggu (2 jam pelajaran). Kelas XI IPA terdiri dari 2 kelas yang masing-

masing kelas mendapat pelajaran kimia dua kali dalam seminggu (4 jam pelajaran).

Begitu pula dengan kelas XII yang mendapat pelajaran kimia dua kali dalam

seminggu (4 jam pelajaran) hanya saja jumlah kelas IPA untuk kelas XII berjumlah 3

kelas.
SMA Laboratorium Undiksha Singaraja memiliki sebuah laboratorium kimia.

Walaupun laboratorium kimia dibangun terpisah dengan laboratorium biologi, tidak

semua praktikum dilaksanakan sesuai dengan silabus yang digunakan. Berdasarkan

hasil studi pendahuluan di SMA Laboratorium Undiksha Singaraja yang dilakukan

pada saat pelaksanaan PPL-Real dengan cara bertanya dengan salah satu guru kimia,

laboran, dan beberapa alumni, didapatkan informasi sebagai berikut. Berdasarkan

informasi dari guru kimia dikatakan bahwa memang ada laboratorium yang didesain

sebagai laboratorium untuk penelitian bukan untuk pembelajaran kimia. Menurut

pernyataan guru tersebut, peneliti berasumsi jika pelaksanaan praktikum membuat

siswa akan berdesakan dalam beraktivitas. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007

menyatakan bahwa siswa setidaknya menghabiskan luas 2,4 m2/siswa. Selain itu

guru juga mengatakan bahwa adanya keterbatasan waktu pembelajaran yang mana

waktu pelaksanaan praktikum dalam jam tatap muka selalu tidak mencukupi serta

tidak lengkapnya keberadaan alat dan bahan kimia.


5

Berdasarkan informasi dari alumni tahun 2015, dikatakan bahwa praktikum

jarang dilakukan. Rata-rata dalam satu tahun ajaran, praktikum dilaksanakan rata-

rata 3-4 kali. Biasanya guru melaksanakan pembelajaran menggunakan media

virtual. Hal tersebut didukung oleh informasi dari laboran bahwa pengelolaan

laboratorium kimia sudah cukup baik serta dilengkapi dengan berbagai administrasi

yang menunjang keefektifan pelaksanaan praktikum. Namun, menurut laboran

aktivitas praktikum sedikit tersendat karena masalah alat dan bahan yang belum

memadai dan waktu pembelajaran yang tidak cukup.


Informasi hasil studi pendahuluan di atas perlu dikaji lebih dalam lagi. Oleh

karena itu, penelitian mengenai “Keterlaksanaan Praktikum Kimia di SMA

Laboratorium Undiksha Singaraja” sangat perlu dilaksanakan. Penelitian ini

dilakukan pada tahun ajaran 2016/2017 dengan memokuskan pada tiga

permasalahan, yaitu (1) topik/materi praktikum yang dilaksanakan dalam

pembelajaran kimia; (2) cara guru melaksanakan pembelajaran praktikum; dan (3)

faktor-faktor yang memengaruhi keterlaksanaan praktikum kimiadi SMA

Laboratorium Undiksha Singaraja.


Penelitian terhadap keterlaksanaan praktikum penting dilakukan karena

kegiatan praktikum merupakan kegiatan yang penting dilakukan dalam proses

belajar mengajar. Pelaksanaan praktikum bisa mengukur kemampuan siswa dalam

aspek kognitif, apektif, dan psikomotor sekaligus. Selain itu, pada komponen silabus

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdapat hampir setiap SK dan KD

mempunyai tujuan agar siswa memahami pengertian konsep yang dipelajari dengan

melakukan percobaan dan menafsirkan hasilnya. Dengan demikian pelaksanaan

praktikum sangat penting untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kimia.


Keterlaksanaan praktikum yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan

kegiatan praktikum yang dilaksanakan di sekolah meliputi jenis praktikum yang


6

dilaksanakan beserta cara pelaksanaannya. Kegiatan praktikum dapat dikatakan

terlaksana apabila kegiatan tersebut dilaksanakan oleh siswa secara individu maupun

kelompok di laboratorium.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Subjek yang terlibat

dalam penelitian ini berupa dokumen laboratorium (jurnal kegiatan praktikum), guru

kimia, laboran kimia, dan siswa.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

studi dokumen, observasi dan wawancara. Data penelitian dianalisis secara

deskriptif interpretatif. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran,

penjelasan dan tambahan wawasan mengenai pentingnya pelaksanaan praktikum

kimia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut.
1. Apa sajakah topik atau materi praktikum yang dilaksanakan dalam

pembelajaran kimia di SMA Laboratorium Undiksha Singaraja?


2. Bagaimanakah cara guru melaksanakan pembelajaran praktikum kimia di SMA

Laboratorium Undiksha Singaraja?


3. Apakah faktor-faktor yang memengaruhi keterlaksanaan praktikum kimia di

SMA Laboratorium Undiksha Singaraja?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, rumusan tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:


1. mendeskripsikan dan menjelaskan topik atau materi praktikum yang

dilaksanakan dalam pembelajaran kimia di SMA Laboratorium Undiksha

Singaraja,
7

2. mendeskripsikan dan menjelaskan cara guru melaksanakan pembelajaran

praktikum, dan

3. mendeskripsikan dan menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi

keterlaksanaan praktikum kimia di SMA Laboratorium Undiksha Singaraja.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah

sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Adapun manfaat teoretis dalam penelitian ini yaitu dapat memberikan

informasi atau menggambarkan tentang keterlaksanaan praktikum kimia di sekolah.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah informasi mengenai

pentingnya pelaksanaan praktikum dalam menunjang pembelajaran kimia, serta

sebagai bahan acuan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.


2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mendorong pelaksanaan praktikum

kimia dan memperbaiki kinerja guru dalam pelaksanaan praktikum kimia.


3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki

pengelolaan laboratorium kimia di sekolah guna meningkatkan pelaksanaan

praktikum dalam menunjang pembelajaran kimia, serta sebagai bahan acuan dan

referensi untuk penelitian selanjutnya.


4. Bagi Pemerintah
8

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

melakukan pengawasan terkait dengan pelaksanaan praktikum kimia di sekolah-

sekolah negeri maupun swasta.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini digunakan untuk menghindari terjadinya salah

penafsiran dan kemungkinan adanya kegandaan makna serta agar permasalahan

tidak meluas. Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu observasi pembelajaran

kimia hanya dilakukan pada tahun ajaran 2016/2017 semester genap. Subjek yang

terlibat dalam penelitian ini berupa dokumen laboratorium (jurnal kegiatan

praktikum), guru kimia, laboran kimia, dan siswa kelas X, XI IPA, dan XII IPA.

Penelitian ini dilakukan dengan memokuskan pada tiga permasalahan, yaitu (1)

topik/materi praktikum yang dilaksanakan dalam pembelajaran kimia; (2) cara guru

melaksanakan pembelajaran praktikum; dan (3) faktor-faktor yang memengaruhi

keterlaksanaan praktikum kimiadi SMA Laboratorium Undiksha Singaraja..


9
47

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Teori
2.1.1 Hakikat Ilmu Kimia
Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA. Oleh karena itu kimia

mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu

kimia, cara memeroleh, serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya

diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif), namun pada

perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori

(deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan

bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat,

perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di

SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan

sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan

penalaran (BSNP, 2006).


Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia

sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan

teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu,

pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik

ilmu kimia sebagai proses dan produk. Mata pelajaran kimia perlu diajarkan untuk

tujuan yang lebih khusus yaitu membekalipeserta didik pengetahuan, pemahaman dan

sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang

lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran kimia menekankan

pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan

pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (BSNP, 2006).

9
10

Ilmu kimia adalah ilmu yang abstrak, sehingga ilmu kimia dipelajari dengan

cara penyederhanaan dari kebanyakan objek yang ada di dunia ini dan pembahasannya

tidak hanya sekadar dengan pemecahan soal-soal yang terdiri dari angka-angka (soal

numerik) melainkan juga menyertakan penjelasan-penjelasan tentang fenomena

kimiawi yang terkandung di dalamnya melalui percobaan ataupun eksperimen.

Berdasarkan hal tersebut percobaan atau praktikum merupakan bagian terpenting dari

pembelajaran kimia. Praktikum kimia membantu peserta didik mendapatkan

keterampilan-keterampilan teknis, misalnya memanipulasi peralatan dan material,

observasi, pengumpulan data, analisis data, interpretasi hasil observasi, pemecahan

masalah,kerja tim, mendesain eksperimen dan keterampilan berkomunikasi (Suardana,

2010).
Ilmu kimia mempunyai kedudukan yang sangat penting di antara ilmu-ilmu

lain karena ilmu kimia dapat menjelaskan secara mikro (molekuler) terhadap fenomena

makro. Di samping itu, ilmu kimia memberikan kontribusi yang penting dan berarti

terhadap perkembangan ilmu-ilmu terapan, seperti pertanian, kesehatan, dan perikanan

serta teknologi. Kajian-kajian yang dilakukan dalam ilmu kimia kebanyakan bersifat

mikroskopis. Namun demikian, banyak konsep-konsep ilmu kimia yang keberadaannya

dapat ditunjukkan melalui percobaan (eksperimen). Misalnya konsep reaksi kimia,


11

kesetimbangan kimia, elektrokimia, dan lain-lain. Konsep-konsep semacam itu

hendaknya dipelajari oleh peserta didik melalui demonstrasi atau eksperimen. Dengan

cara tersebut, konsep-konsep kimia akan lebih mudah dipahami karena di samping

penguasaan konsep-konsep ilmu yang diperoleh dari buku-buku teks, peserta didik juga

lebih memahami materi dengan praktik atau melihat secara langsung. Jadi,

pembelajaran ilmu kimia melalui eksperimen akan dapat menjadikan ilmu kimia sesuai

dengan fungsinya sebagai cabang ilmu pengetahuan alam, yakni mendeskripsikan,

menjelaskan, dan meramalkan kejadian-kejadian alam (Wiratini, 2012).

Berdasarkan uraian di atas, ilmu kimia adalah salah satu cabang IPA yang

khusus mempelajari struktur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang

menyertai perubahan tersebut. Ilmu kimia memiliki kedudukan yang sangat penting

karena dapat menjelaskan secara mikro terhadap fenomena makro. Pembahasan ilmu

kimia tidak hanya sekadar dengan pemecahan soal-soal yang terdiri dari angka-angka,

namun banyak konsep-konsep dalam ilmu kimia yang keberadaannya dapat ditunjukkan

melalui percobaan (eksperimen) secara individu maupun kelompok di laboratorium.

2.1.2 Pembelajaran Kimia Tingkat SMA

Pada hakikatnya belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak

dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Belajar adalah suatu proses, usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya (Slameto, 2003). Menurut Winkel (2004) belajar adalah suatu aktivitas

mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
12

menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai

sikap. Hasil dari belajar tidak hanya sekedar perubahan tingkah laku namun juga

perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Menurut

Hamalik (2008) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun dari manusia,

material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur, yang saling mempengaruhi dalam

mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan beberapa definisi tersebut disimpulkan

bahwa pembelajaran kimia adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan

bahan ajar materi kimia dan dilaksanakan dengan menarik sehingga siswa memperoleh

berbagai pengalaman di bidang kimia sesuai dengan standar isi sehingga timbul

perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, serta nilai sikap dalam diri

siswa terhadap kimia.

Sementara itu, tujuan pembelajaran kimia menurut Sastrawijaya (1988) adalah

memperoleh pemahaman yang tahan lama perihal berbagai fakta, kemampuan mengenal

dan memecahkan masalah, mempunyai keterampilan dalam menggunakan

laboratorium, serta mempunyai sikap ilmiah dalam kehidupan sehari-hari. Belajar kimia

dikatakan berhasil jika tujuan pembelajaran kimia dapat tercapai.

Hal tersebut sejalan dengan tujuan mata pelajaran kimia di SMA dalam

Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa:

Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar para siswa SMA/MA memiliki


kemampuan: (1) melakukan percobaan, antara lain merumuskan masalah,
mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variable, merancang dan merakit
instrument, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, menarik
kesimpulan, serta mengomunikasikanhasil percobaan secara lisan dan tertulis; (2)
memahami hukum dasar dan penerapannya, cara perhitungan dan pengukuran,
fenomena reaksi kimia yang terkait dengan kinetika, kesetimbangan, kekekalan
13

masa, dan kekekalan energy; (3) memahami sifat berbagai larutan asam-basa,
larutan koloid, larutan elektrolit-non elektrolit, termasuk cara pengukurannya dan
kegunaannya; (4) memahami konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia
serta penerapannya dalam fenomena pembentukan energi listrik, korosi logam,
dan pemisahan bahan (elektrolisis); dan (5) memahami struktur molekul dan
reaksi senyawa organic yang meliputi benzene dan turunanya, lemak, karbohidrat,
protein, dan polimer serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, ruang lingkup pembelajaran

kimia di SMA/MA merupakan kelanjutan IPA di SMP/MTs yang menekankan pada

fenomena alam dan pengukurannya dengan perluasan pada konsep abstrak yang

meliputi struktur atom, sistem periodik, dan ikatan kimia, stoikiometri, larutan

nonelektrolit dan elektrolit, reaksi oksidasi-reduksi, senyawa organik dan

makromolekul, termokimia, laju reaksi dan kesetimbangan, larutan asam basa,

stoikiometri larutan, kesetimbangan ion dalam larutan dan sistem koloid, sifat koligatif

larutan, redoks dan elektrokimia, karakteristik unsur, kegunaan, dan bahayanya,

senyawa organik dan reaksinya, benzena dan turunannya, dan makromolekul.

Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar

dan Menengah menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi

dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan

kegiatan penutup. Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk

mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup

bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode
14

yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat

meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

Berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007, penilaian pembelajaran

dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian

kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan

hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara

konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam ben-

tuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya

berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil

pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian

Kelompok Mata Pelajaran.

2.1.3 Laboratorium Kimia


Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang sarana dan prasarana menyatakan

bahwa sebuah sekolah sekurang-kurangnya memiliki prasarana sekolah yang memadai

guna sebagai penunjang dalam keterampilan proses dalam pembelajaran di sekolah,

terutama yang berhubungan dengan kegiatan praktikum adalah laboratorium.

Laboratorium berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang

memerlukan peralatan khusus yang tidak mudah dihadirkan di ruang kelas.

Salah satu ruang laboratorium yang umumnya terdapat di SMA yaitu

laboratorium kimia. Laboratorium kimia adalah suatu bangunan yang di dalamnya

dilengkapi dengan alat dan bahan kimia untuk pelaksanaan eksperimen (Depdiknas,

2004). Menurut Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2004 tentang Cara Menata
15

Alat dan Bahan di Laboratorium Kimia, fungsi laboratorium dikategorikan ke dalam

tiga kelompok, yaitu:

a. Fungsi laboratorium yang berkaitan dengan pengetahuan akan meningkatkan

kemampuan (keterampilan intelektual) meliputi kemampuan memecahkan masalah,

mengemukakan hipotesis, mengidentifikasi informasi, mengidentifikasi hubungan

sebab akibat, mengaplikasikan konsep, merancang prosedur eksperimen, memahami

penggunaan alat, memahami teknik pengukuran, mengklasifikasi data, mengolah

data, menginterpretasi data, menyusun hasil eksperimen, menyimpulkan hasil

eksperimen, dan menyusun laporan eksperimen.

b. Fungsi laboratorium yang berkaitan dengan keterampilan fisik akan meningkatkan

keterampilan yang meliputi keterampilan mengenali alat bahan, mengenali cara kerja

alat, merangkai alat, menggunakan alat, menyimpan alat, membersihkan alat,

mengikuti prosedur eksperimen, mengamati fenomena, mengumpulkan data, dan

menjaga keamanan kerja.

c. Fungsi laboratorium yang berkaitan dengan menumbuhkan sikap meliputi sikap

objektif, toleran/menerima pandangan orang lain, keingintahuan tinggi, cermat, teliti,

kreatif, terbuka, mau bekerja keras, percaya diri, menghargai data, dan taat pada

aturan.

Laboratorium kimia harus dilengkapi sarana yang ada di laboratorium untuk

melaksanakan praktikum untuk menunjang pembelajaran. Menurut Permendiknas

Nomor 24 Tahun 2007 standar minimal laboratorium kimia di SMA yaitu sebagai

berikut.
16

a. Ruang laboratorium kimia berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan

pembelajaran kimia secara praktek yang memerlukan peralatan khusus.

b. Ruang laboratorium kimia dapat menampung minimum satu rombongan belajar.

c. Rasio minimum ruang laboratorium kimia 2,4 m2/peserta didik. Untuk rombongan

belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium

48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m 2. Lebar ruang

laboratorium kimia minimum 5 m.

d. Ruang laboratorium kimia memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan

memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan.

e. Ruang laboratorium kimia dilengkapi sarana sebagaimana tercantum dalam

Permendiknas No. 24 Tahun 2007.

Laboratorium kimia sebagai salah satu sarana prasarana pembelajaran untuk

melaksanakan kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum dapat memberikan pengalaman

belajar langsung secara nyata kepada siswa sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa

akan semakin konkret dan pembelajaran akan menjadi lebih efektif.

2.1.4 Pelaksanaan Praktikum dalam Pembelajaran Kimia


Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses yang menyatakan

bahwa standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran

pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Proses

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisifasi aktif, serta memberikan ruang
17

yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.


Rustaman (2002) mengemukakan bahwa terdapat tiga aspek tujuan

pelaksanaan praktikum, yakni (1) mengembangkan keterampilan dasar melakukan

eksperimen; (2) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dengan

pendekatan ilmiah; dan (3) meningkatkan pemahaman mengenai materi pelajaran.

Berikut ini dijelaskan maksud aspek-aspek tersebut di atas.


1) Praktikum untuk mengembangkan keterampilan dasar
Tujuan pertama lebih bersifat “atomistik”, karena mengembangkan

keterampilan-keterampilan spesifik seperti mengamati, mengukur, menfsirkan data,

menggunakan alat. Tujuan ini tak kalah pentingnya dengan dua tujuan lain. Penugasan

keterampilan dasar ini memberikan kemudahan bagi pencapaian tujuan praktikum

lainnya. Di samping itu kebiasaan kerja secara cermat, berih, dan sistematis dapat

berkembang bersamaan dengan pencapaian tujuan ini.


2) Praktikum untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dengan

pendekatan ilmiah
Tujuan kedua menunjukkan kegiatan praktikum yang mengembangkan

kemampuan bekerja seperti seorang scientist. Melalui kegiatan praktikum peserta didik

memperoleh pengalaman mengidentifikasi masalah nyata yang dirasakannya, serta

dapat merumuskan secara operasional, merancang cara terbaik untuk memecahkan

masalah dan mengimplementasikan dalam laboratorium. Serta peserta didik dapat

menganalisis dan mengevaluasi hasilnya.


3) Praktikum untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi pelajaran
Tujuan ketiga dari kegiatan praktikum adalah kontribusi kegiatan praktikum

pada peningkatan pemahaman serta perluasan wawasan pengetahuan (fakta, konsep,

prinsip, dan teori). Kontribusi ini hanya dapat terwujud jika ada kegiatan praktikum
18

yang bersifat memberikan pengalaman bagi peserta didik untuk mengindera fenomena

alam dengan segenap inderanya. Pengalaman langsung peserta didik dengan fenomena

alam menjadi prasyarat vital untuk pemahaman materi.


Sejalan dengan tujuan di atas, kegiatan praktikum merupakan suatu kegiatan

yang penting dalam proses belajar mengajar untuk mata pelajaran kimia. Kegiatan ini

dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jika kegiatan praktikum

tidak dilakukan sesuai dengan tujuan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP), tentu beberapa tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai oleh peserta didik dan

ini dapat berpengaruh terhadap hasil belajarnya.


Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses,

kegiatan yang tercakup dalam pembelajaran berbasis kegiatan laboratorium adalah

sebagai berikut.
1. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar secara

psikis dan fisik siap mempelajari pengetahuan, keterampilan dan sikap baru. Pada tahap

ini guru memusatkan perhatian siswa ke topik pembelajaran dan meningkatkan motivasi

siswa untuk memperlajari materi pembelajaran baru. Menurut Widyastono (2007),

langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam kegiatan pendahuluan dinyatakan sebagai

berikut.
a. Menjelaskan singkat isi pelajaran. Pada permulaan pelajaran, siswa ingin segera

mengetahui apa yang akan dipelajari pada pertemuan saat itu. Keingintahuan itu

akan terpenuhi apabila guru menjelaskan secara singkat sehingga siswa mendapat

gambaran tentang pelajaran yang akan dibahas maupun praktikum yang akan

dilaksanakan.
19

b. Penjelasan relevansi isi pelajaran baru. Siswa akan lebih cepat mengetahui atau

mempelajari sesuatu baru apabila sesuatu yang akan dipelajari dikaitkan dengan

sesuatu yang telah diketahui atau dikaitkan dengan sesuatu yang biasa dilakukan

sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan oleh guru dapat berupa penjelasan secara

langsung atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan

sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari baik itu melalui pembelajaran

langsung maupun dengan kegiatan praktikum.


c. Penjelasan kompetensi siswa yang ingin dicapai. Penjelasan tentang kompetensi

yang ingin dicapai, penyampaian cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan

sesuai silabus memungkinkan siswa mengorganisasikan atau mengatur sendiri

proses belajarnya menggunakan sumber-sumber yang ada di lingkungannya serta

meningkatkan motivasi selama proses pembelajaran.


2. Kegiatan Inti
Langkah-langkah pada kegiatan inti disusun sedemikian rupa agar peserta didi

dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagaimana dituangkan pada tujuan

pembelajaran dan indikator. Kegiatan inti menggunakan metode yang sesuai dengan

karakteristik peserta didik dan menyesuaikan dengan kegiatan pembelajaran pada

silabus. Sebelum praktikum dilakukan,guru harus memaparkan alat dan bahan yang

akan digunakan saat praktikum. Kegiatan inti dalam pembelajaran berbasis kegiatan

laboratorium menekankan pada pelaksanaan praktikum yang meliputi proses eksplorasi,

elaborasi, dan konfirmasi.


a. Eksplorasi berarti 1) melibatkan siswa mencari informasi yang luas tentang topik

yang dipelajari melalui sumber yang ada baik berupa buku, pengamatan saat

praktikum maupun melalui diskusi; 2) menggunakan beragam pendekatan

pembelajaran, alat dan bahan yang digunakan serta sumber belajar; 3)


20

memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik, antara siswa dengan guru

maupun dengan lingkungan sekitar saat melakukan kegiatan praktikum; 4)

melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan praktikum yang

meliputi proses persiapan, pelaksanaan langkah-langkah praktikum, pengamatan,

pengambilan data serta analisis data hasil percobaan; 5) memfasilitasi peserta

didik melakukan percobaan di laboratotium.


b. Elaborasi berarti 1) guru membiasakan peserta didik menjawab LKS yang

disediakan berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dalam praktikum; 2)

memfasilitasi peserta didik melalui diskusi baik itu antar siswa mauun interaksi

siswa dengan guru untuk memunculkan gagasan baru berupa simpulan hasil

praktikum baik tertulis maupun lisan; 3) memberi kesempatan siswa dalam

menganalisis data yang diperoleh dari hasil praktikum dengan pengetahuan yang

dimiliki siswa sebelumnya sehingga menemukan suatu konsep baru; 4) memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengatasi masalah yang dialami saat melakukan

praktikum; 5) memfasilitasi peserta didik berkompetensi secara sehat dalam

melakukan praktikum antar kelompok; 6) memfasilitasi peserta didik dalam

membuat laporan hasil prraktikum.


c. Konfirmasi berarti 1) memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan

hasil praktikum yang diperoleh baik secara lisan maupun tulisan; 2) memberi

apresiasi terhadap apa yang disampaikan siswa; 3) meluruskan kesalahan konsep

yang terjadi pada siswa; 4) memberi umpan balik yang positif dan penguatan

secara lisan, tulisan atau isyarat terhadap keberhasilan siswa dalan melaksanakan

praktikum; 5) memfasilitasi peserta didik untuk melakukan refleksi.


3. Kegiatan Penutup
21

Kegiatan ini merupakan komponen terakhir dalam proses pembelajaran yang

terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut.


a. Membuat kesimpulan pembelajaran. Simpulan dibuat oleh siswa melalui tuntunan

guru dengan tujuan untuk merangkum pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan sehingga siswa memiliki konsep baru.


b. Memberi tes atau tugas dan umpan balik. Tes atau tugas diberikan dengan tujuan

untuk mengukur tingkat pemahaman siswa setelah menyelesaikan suatu tahapan

pembelajaran berupa kegiatan praktikum, di mana tugas ini juga dapat berupa

laporan hasil praktikum. Tes maupun tugas tersebut seharusnya diberikan kepada

siswa disertai penjelasan kemajuan siswa. Hal itu bertujuan agar siswa

mengetahui sejauh mana kemampuannya, mengetahu letak kekurangan mereka

dan memungkinkan untuk meningkatkan motivasi siswa menjadi lebih baik lagi.
c. Kegiatan tindak lanjut. Tindak lanjut adalah kegiatan yang dilakukan siswa

setelah mengerjakan tes dan tugas serta telah mendapat umpan balik. Siswa yang

telah mencapai hasil baik dapat meneruskan ke kegiatan berikutnya atau

mempelajari bahan tambahan untuk memperdalam pengetahuan yang telah

dimiliki, sedangkan siswa yang belum menunjukkan hasil yang maksimal dapat

mengulang praktikum atau menggali informasi melalui sumber-sumber terkait

(Widyastono, 2007).
d. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Penyampaian

ini sangat penting dilakukan dalam suatu proses pembelajaran agar siswa dapat

mempersiapka diri untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya.

2.1.5 Materi yang Dipraktikumkan dalam Pembelajaran Kimia


Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, ruang lingkup pembelajaran

kimia di SMA/MA meliputi struktur atom, sistem periodik, dan ikatan kimia,
22

stoikiometri, larutan nonelektrolitdan elektrolit, reaksi oksidasi-reduksi, senyawa

organik dan makromolekul, termokimia, laju reaksi dan kesetimbangan, larutan asam

basa, stoikiometrilarutan, kesetimbangan ion dalam larutan dan sistem koloid, sifat

koligatif larutan, redoks dan elektrokimia, karakteristik unsur, kegunaan, dan

bahayanya, senyawa organik dan reaksinya, benzena dan turunannya, dan

makromolekul. Berikut ini uraian pemetaan kompetensi dasar dan materi pembelajaran

kimia kelas X, XI, dan XII Semester I dan II berdasarkan silabus Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) yang dibuat oleh pemerintah pusat.

Tabel 2.1Uraian Pemetaan Materi Kimia yang Dipraktikumkan Kelas X, XI, dan
XII Semester I dan II sesuai dengan Silabus Kimia dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

STANDAR MATERI
KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI PRAKTIKUM
Kelas X Semester I
1. Memahami struktur 1.1 Memahami struktur atom -
atom, sifat-sifat berdasarkan teori atom Bohr,
periodik unsur, dan sifat – sifat unsure, massa
ikatan kimia atom relatif, dan sifat periodik
unsur dalam table periodik
serta menyadari
keteraturannya, melalui
pemahaman konfigurasi
elektron.
1.2 Membandingkanproses Kepolaran senyawa
pembentukan ikatan ion,
ikatan kovalen, ikatan kovalen
koordinasi, dan ikatan logam
serta hubungannya dengan
sifat fisik senyawa yang
terbentuk.
23

2. Memahami hukum- 2.1 Mendeskripsikan tata nama -


hukum dasar kimia senyawa anorganik dan
dan penerapannya organik sederhana serta
dalam perhitungan persamaan reaksinya.
kimia (stoikiometri) 2.2 Membuktikan dan Hukum Dasar Kimia
mengkomunikasikan
berlakunya hukum – hukum
dasar kimia melalui percobaan
serta menerapkan konsep mol
dalam menyelesaikan
perhitungan kimia.
Kelas X Semester II
3. Memahami sifat- 3.1. Mengidentifikasi sifat Membedakan larutan
sifat larutan non- larutan elektrolit berdasarkan elektrolit dan non
elektrolit dan data hasil percobaan. elektrolit
elektrolit, serta
reaksi oksidasi- 3.2. Menjelaskan perkembangan Mengamati reaksi
redukasi konsep reaksi oksidasi redoks
reduksi dan hubungannya
dengan tata nama senyawa
serta penerapannya.
4. Memahami sifat- 4.1 Mendeskripsikan kekhasan Mengenali adanya C,
sifat senyawa atom karbon dalam H,dan O
organik atas dasar membentuk senyawa
gugus fungsi dan hidrokarbon.
senyawa 4.2 Menggolongkan senyawa -
makromolekul hidrokarbon berdasarkan
strukturnya dan hubungannya
dengan sifat senyawa.
4.3 Menjelaskan proses -
pembentukan dan tehnik
pemisahan fraksi – fraksi
minyak bumi serta
kegunaannya.

4.4 Menjelaskan kegunaan dan


komposisi senyawa
hidrokarbon dalam kehidupan
sehari – hari dalam bidang
pangan, sandang, papan,
perdagangan, seni dan
estetika.
Kelas XI Semester I
24

1. Memahami struktur -
atom untuk 1.1 Menjelaskan teori atom Bohr
meramalkan sifat- dan mekanika kuantum untuk
sifat periodik unsur, menuliskan konfigurasi
struktur molekul, elektron dan diagram orbital
dan sifat sifat serta menentukan letak unsur
senyawa dalam tabel periodik
-
1.2 Menjelaskan teori jumlah
pasangan elektron di sekitar
inti atom dan teori hibridisasi
untuk meramalkan bentuk
molekul
1.3 Menjelaskan interaksi antar -
molekul (gaya antar
molekul) dengan sifatnya
4. Memahami Reaksi Eksoterm dan
perubahan energi 2.1 Mendeskripsikan perubahan Endoterm
dalam reaksi kimia entalpi suatu reaksi, reaksi
dan cara eksoterm, dan reaksi
pengukurannya endoterm
2.2 Menentukan ∆H reaksi Penentuan H reaksi
berdasarkan percoban, hukum
Hess, data perubahan entalpi berdasarkan
pembentukan standar, dan percobaan
data energi ikatan
6. Memahami kinetika 3.1 Mendeskripsikan pengertian -
reaksi, laju reaksi dengan
kesetimbangan melakukan percobaan
kimia, dan faktor- tentang faktor-faktor yang
faktor yang mempengaruhi laju reaksi
mempengaruhinya, Faktor-faktor yang
serta penerapannya 3.2 Memahami teori tumbukan memengaruhi laju
dalam kehidupan (tabrakan) untuk reaksi
sehari-hari dan menjelaskan faktor-faktor
industri penentu laju dan orde reaksi,
dan terapannya dalam
kehidupan sehari-hari
Faktor-faktor yang
3.3 Menjelaskan keseimbangan memengaruhi arah
dan faktor-faktor yang pergeseran
mempengaruhi pergeseran kesetimbangan
arah keseimbangan dengan
melakukan percobaan
25

3.4 Menentukan hubungan


kuantitatif antara pereaksi
dengan hasil reaksi dari
suatu reaksi keseimbangan
3.5 Menjelaskan penerapan -
prinsip keseimbangan dalam
kehidupan sehari-hari dan
industri

Kelas XI Semester II
7. Memahami sifat- 4.1 Mendeskripsikan teori-teori Menentukan larutan
sifat larutan asam- asam basa dengan bersifat asam dan
basa, metode menentukan sifat larutan basa menggunakan
pengukuran, dan dan menghitung pH larutan indikator
terapannya
Titrasi asam basa
4.2 Menghitung banyaknya
pereaksi dan hasil reaksi
dalam larutan elektrolit dari
hasil titrasi asam basa
1) Menentukan trayek
4.3 Menggunakan kurva pH
perubahan harga pH pada
2) Menentukan kadar
titrasi asam basa untuk
suatu zat dengan
menjelaskan larutan
cara titrasi
penyangga dan hidrolisis
Menganalisis larutan
4.4 Mendeskripsikan sifat penyangga dan bukan
larutan penyangga dan penyangga
peranan larutan penyangga
dalam tubuh makhluk hidup
Menentukan ciri-ciri
4.5 Menentukan jenis garam beberapa jenis garam
yang mengalami hidrolisis yang dapat
dalam air dan pH larutan terhidrolisis dalam air
garam tersebut
4.6 Memprediksi terbentuknya Kelarutan dan hasil
endapan dari suatu reaksi kali kelarutan
berdasarkan prinsip kelarutan
dan hasil kali kelarutan
26

8. Menjelaskan sistem 5.1 Membuat berbagai sistem Mengelompokkan


dan sifat koloid koloid dengan bahan-bahan berbagai sistem
serta penerapannya yang ada di sekitarnya koloid
dalam kehidupan
sehari-hari 5.2 Mengelompokkan sifat-sifat 1) Pembuatan koloid
koloid dan penerapannya 2) Pengelompokan
dalam kehidupan sehari-hari sifat-sifat koloid

Kelas XII Semester I


1. Menjelaskan sifat- 1.1 Menjelaskan penurunan -
sifat koligatif tekanan uap, kenaikan titik
larutan non- didih, penurunan titik beku
elektrolit dan larutan, dan tekanan osmosis
elektrolit termasuk sifat koligatif
larutan

1.2 Membandingkan antara sifat Menentukan


koligatif larutan non penuruna titik beku
elektrolit dengan sifat dan kenaikan titik
koligatif larutan elektrolit didih larutan
yang konsentrasinya sama elektrolit dan non
berdasarkan data percobaan elektrolit
3. Menerapkan konsep 2.1 Menerapkan konsep reaksi Penentuan potensial
reaksi oksidasi- oksidasi-reduksi dalam sel (sel volta)
reduksi dan sistem elektrokimia yang
elektrokimia dalam melibatkan energi listrik dan
teknologi dan kegunaannya dalam
kehidupan sehari- mencegah korosi dan dalam
hari industri

2.2 Menjelaskan reaksi oksidasi- 1) Elektrolisis


reduksi dalam sel elektrolisis dengan inert dan
non inert
2) Mengidentifikasi
faktor-faktor yang
memengaruhi
korosi
2.3 Menerapkan hukum Faraday Penyepuhan logam
untuk elektrolisis larutan
elektrolit
27

6. Memahami -
karakteristik unsur- 3.1 Mengidentifikasi kelimpahan
unsur penting, unsur-unsur utama dan
kegunaan dan transisi di alam dan produk
bahayanya, serta yang mengandung unsur
terdapatnya di alam tersebut
1) Mengidentifikasi
3.2 Mendeskripsikan daya pengoksidasi
kecenderungan sifat fisik dan halogen dan daya
kimia unsur utama dan unsur pereduksi halida
transisi (titik didih, titik leleh,
2) Mengidentifikasi
kekerasan, warna, kelarutan,
reaksi nyala
kereaktifan, dan sifat khusus
senyawa logam
lainnya)
alkali dan alkali
tanah
3) Kereaktifan logam
4) Menyelidiki dan
menghilangkan
kesadahan air
-
3.3 Menjelaskan manfaat,
dampak dan proses
pembuatan unsur-unsur dan
senyawanya dalam kehidupan
sehari-hari
3.4 Mendeskripsikan unsur- -
unsur radioaktif dari segi
sifat-sifat fisik dan sifat-sifat
kimia, kegunaan, dan
bahayanya

Kelas XII semester II


4. Memahami Mengidentifikasi
senyawa organik 4.1 Mendeskripsikan struktur, gugus fungsi
dan reaksinya, cara penulisan, tata nama,
benzena dan sifat, kegunaan, dan
turunannya, dan identifikasi senyawa karbon
makromolekul (halo alkana, alkanol, alkoksi
alkana, alkanal, alkanon,
asam alkanoat, dan alkil
alkanoat)
28

-
4.2 Mendeskripsikan struktur,
cara penulisan, tata nama,
sifat, dan kegunaan benzena
dan turunannya
Mengidentifikasi
4.3 Mendeskripsikan struktur, karbohidat dan
tata nama, penggolongan, protein
sifat dan kegunaan
makromolekul (polimer,
karbohidrat, dan protein)
4.4 Mendeskripsikan struktur, -
tata nama, penggolongan,
sifat, dan kegunaan lemak

Berdasarkan silabus mata pelajaran kimia kelas X, XI, dan XII semester I dan

II, materi kimia untuk kelas X terdiri dari 4 Standar Kompetensi (SK). Masing-masing

SK dikembangkan menjadi 10 Kompetensi Dasar (KD). Materi yang dipraktikumkan

selama setahun berjumlah 5 judul praktikum. Materi kimia untuk kelas XI terdiri dari 5

SK yang dikembangkan menjadi 18 KD. Materi yang dipraktikumkan berjumlah 8

dengan 14 judul praktikum. Materi kimia untuk kelas XII terdiri dari 4 SK yang

dikembangkan menjadi 13 KD. Materi yang dipraktikumkan berjumlah 5 dengan 11

judul praktikum.

Berdasarkan uraian tersebut, terlihat bahwa lebih banyak kompetensi dasar

keterampilan dalam proses pembelajarannya menuntut adanya kegiatan praktikum

sehingga untuk mencapai kriteria kualifikasi kemampuan yang mencakup keterampilan

yang telah disebutkan di Standar Kompetensi Lulusan pada Permendiknas No. 23 Tahun

2006 agar semua kompetensi dasar keterampilan bisa terlaksana sesuai dengan silabus

mata pelajaran kimia.


29

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya tentang

laboratorium dan kegiatan praktikum, antara lain penelitian yang dilakukan oleh

Sundari (2008) melakukan penelitian tentang evaluasi pemanfaatan laboratorium dalam

pembelajaran biologi di Madrasah Aliyah Negeri se-Kabupaten Sleman. Hasil

penelitiannya menunjukkan pelaksanaan kegiatan dan pemanfaatan laboratorium, pada

kategori cukup efektif persentase sebesar 55,71%, dan kendala-kendala yang dihadapi

guru dalam melaksanakan kegiatan dengan memanfaatkan laboratorium termasuk cukup

banyak, kendala terbesar adalah dana, diikuti jarangnya diklat, waktu yang tersedia juga

sangat terbatas dan tidak adanya laboran yang dapat membantu dalam pelaksanaan

kegiatan laboratorium.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sundari (2008)

adalah sama-sama meneliti tentang kegiatan praktikum beserta faktor-faktor yang

mempengaruhi kegiatan praktikum. Sedangkan perbedaannya, penelitian yang

dilakukan oleh Sundari (2008) lebih memfokuskan pada evaluasi pemanfaatan

laboratorium dalam pembelajaran biologi. Penelitian ini lebih memfokuskan pada

keterlaksanaan praktikum, cara guru melaksanakan pembelajaran praktikum dan faktor-

faktor yang memengaruhi keterlaksanaan praktikum.

Lubis (2012) melakukan penelitian tentang analisis pelaksanaan praktikum dan

pengelolaan laboratorium kimia sekolah menegah atas di kabupaten Mandailing Natal.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengelolaan laboratorium kimia di SMA

Kabupaten Mandailing Natal meliputi pemahaman pengelolaan laboratorium, dimana

guru memiliki kategori sangat baik sebesar 87,77 %, tentang administrasi laboratorium
30

guru menyatakan sudah berjalan baik sebesar 75,83%, selanjutnya guru kimia

menyetujui pentingnya organisasi laboratorium dan adanya hambatan dalam proses

pengelolaan laboratorium masing-masing sebesar 76,04% dan 72,57%. Untuk kondisi

laboratorium guru kimia menyetujui tersedianya fasilitas laboratorium sebesar 70,53%

dan penyimpanan alat/bahan kimia disimpan sesuai aturan pengelolaan laboratorium

sebesar 74,91%. Hambatan yang dihadapi guru kimia dalam pelaksanaan praktikum dan

pengelolaan laboratorium adalah kurang lengkapnya jenis perabot terutama pada bak

cuci, lemari alat dan lemari asam, kurang lengkapnya alat/bahan praktikum dan

kurangnya alokasi waktu untuk melaksanakan praktikum. Adanya hambatan dalam

pelaksanaan praktikum dan pengelolaan laboratorium menyebabkan praktikum jarang

dilaksanakan di SMA Kabupaten Mandaililng Natal.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Lubis

(2012)adalah meneliti tentang pelaksanaan praktikum dan faktor pendukung dan

penghambat pelaksanaan praktikum. Sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada

tujuan atau fokus penelitiannya. Penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2012) lebih

memfokuskan pada pengelolaan laboratoriumnya. Penelitian ini lebih memfokuskan

pada keterlaksanaan praktikum dan cara guru melaksanakan pembelajaran praktikum.

Samiasih, dkk. (2013) melakukan penelitian analisis standar laboratorium kimia

dan efektivitasnya terhadap capaian kompetensi adaptif di SMK Negeri 2 Negara. Hasil

penelitiannya menunjukkan intensitas penggunaan laboratorium SMK Negeri 2 Negara

pada tahun ajaran 2012/2013 termasuk kategori cukup dengan persentase 67%. Untuk

semua program kejuruan di kelas X hanya satu judul praktikum yang dilaksanakan,

untuk kelas XI ada lima praktikum dilaksanakan, dan untuk kelas XII ada empat
31

praktikum dilaksanakan. Pelaksanaan jumlah praktikum yang rendah pada kelas X, XI,

dan XII pada semua program kejuruan disebabkan oleh banyak faktor yaitu: adanya

keterbatasan alat dan bahan kimia sehingga praktikum tidak dapat dilaksanakan, siswa

lebih fokus pada pelajaran-pelajaran produktif seperti melaksanakan praktik mata

pelajaran produktif, keterbatasan waktu guru dalam mempersiapkan praktikum, serta

tidak adanya tenaga laboran.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Samiasih, dkk.

(2013)adalah sama-sama meneliti tentang topik praktikum yang dilaksanakan dan faktor

faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan perbedaannya, penelitian yang dilakukan

oleh Samiasih, dkk. (2013) bertujuanmenganalisis daya dukung fasilitas laboratorium,

intensitas penggunaan laboratorium, use factor alat dan bahan serta efektivitas

penjabaran standar laboratorium kimia terhadap capaian kompetensi adaptif. Sedangkan

penelitian ini hanya fokus pada keterlaksanaan pratikum yang meliputi topik praktikum

yang dilaksanakan, cara guru melaksanakan pembelajaran praktikum berserta faktor-

faktor yang memengaruhi keterlaksanaan praktikum.

Dewi (2013) melakukan penelitian di SMA Laboratorium Undiksha Singaraja

tentang pemanfaatan laboratorium dalam mendukung pengelolaan pembelajaran kimia.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perencanaan pemanfaatan laboratoium dalam

bentuk silabus dan RPP; pelaksanaan pembelajaran di lab hanya mencapai 13 dari 37

topik yang tertera dalam KTSP; penilaian hasil belajar di laboratorium meliputi

penilaian dalam bentuk keterampilan dan laporan; pengawasan pemanfaatan

laboratorium yang dilakukan kepala sekolah adalah sewaktu-waktu sedangkan

pengawas sekolah datang setiap tiga kali dalam satu semester. Berdasarkan temuan-
32

temuan, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan laboratorium belum sesuai dengan

kurikulum yang berlaku.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2013)

adalah mendeskripsikan perencanaan pemanfaatan laboratorium (praktikum) dan materi

praktikum yang dilaksanakan. Sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada tujuan atau

fokus penelitiannya. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2013) bertujuan untuk

mendeskripsikan penilaian hasil belajar di laboratorium. Penelitian ini tidak

memfokuskan pada penilaian hasil belajar di laboratorium. Selain itu, penelitian yang

dilakukan oleh Dewi (2013) tidak mengobservasi langsung pelaksanaan pembelajaran

praktikum. Pada penelitian ini dilakukan observasi langsung terhadap pelaksanaan

pembelajaran praktikum.

Purnawidiastini (2013) melakukan penelitian di SMA Negeri 3 Singaraja

tentang pemanfaatan laboratorium dalam mendukung pengelolaan pembelajaran kimia.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perencanaan pemanfaatan laboratorium pada

pembelajaran disusun oleh guru secara berkelompok dan individu, pelaksanaan

pembelajaran di laboratorium belum sesuai dengan perencanaan yang disusun, penilaian

yang dilakukan oleh guru meliputi penilaian laporan, kinerja, dan sikap. Pengawasan

yang dilakukan oleh kepala sekolah sekali dalam satu semester secara langsung dan

tidak langsung, sedangkan pengawas sekolah datang tiga kali dalam satu semester untuk

mengawasi dan mengevalusai dokumen administrasi yang dimiliki oleh guru. Faktor

yang memengaruhi pemanfaatan laboratorium adalah menejemen waktu dan sumber

daya manusia (SDM). Berdasarkan temuan-temuannya Purnawidiastini menyimpulkan


33

bahwa pemanfaatan laboratorium dalam pengelolaan pembelajaran kimia masih belum

sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnawidiastini

(2013) adalah meneliti tentang pelaksanaan pembelajaran di laboratorium dan faktor-

faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan perbedaannya, penelitian ini tidak meneliti

tentang penilaian pembelajaran di laboratorium,penelitian ini lebih memfokuskan pada

keterlaksanaan praktikum dan faktor-faktor yang memengaruhinya.

Darsana, dkk. (2014) melakukan penelitian tentang analisis standar kebutuhan

laboratorium kimia dalam implementasi kurikulum 2013 pada SMA Negeri di

Kabupaten Bangli. Penelitiannya bertujuan untuk mendeskripsikan daya dukung

ketersediaan alat/bahan laboratorium Kimia, kebutuhan alat/bahan praktikum

berdasarkan Kurikulum 2013, efektifitas dari intensitas pemanfaatan alat/bahan

praktikum kimia, faktor penghambat dalam pelaksanaan praktikum dan efektifitas

pemanfaatan laboratorium terhadap capaian hasil belajar. Hasil penelitiannya

menunjukkan rata-rata persentase ketersediaan alat/bahan adalah 81,2%. Identifikasi

kebutuhan alat/bahan praktikum sesuai kurikulum 2013 terdapat 19 judul praktikum

dengan rasio keutuhan alat/bahan 62,61% sehingga optimis kurikulum 2013

diimplementasikan. Efektivitas dari intensitas pemanfaatan alat/bahan kualifikasinya

sedang atau cukuf efektif. Faktor penghambat praktikum terbesar adalah kurangnya

waktu. Efektifitas pemanfaatan laboratorium terhadadap capaian hasil belajar

berimplikasi secara signifikan.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Darsana, dkk.

(2014) adalah mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan


34

praktikum dan melihat jumlah praktikum yang dilaksanakan. Sedangkan perbedaannya

yaitu terletak pada tujuan atau fokus penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Darsana,

dkk. (2014) bertujuan untuk mendeskripsikan daya dukung ketersediaan alat/bahan

laboratorium imia, kebutuhan alat/bahan praktikum berdasarkan Kurikulum 2013,

efektifitas dari intensitas pemanfaatan alat/bahan praktikum kimia, dan efektifitas

pemanfaatan laboratorium terhadap capaian hasil belajar. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan dan menjelaskan keterlaksanaan praktikum kimia, dan cara guru

melaksanakan pembelajaran praktikum.

Laksmi, dkk. (2014) melakukan penelitian tentang pengelolaan alat dan bahan

pada laboratorium kimia di SMA 1 Seririt. Hasil penelitiannya menunjukkan (1)

pengelolaan alat dan bahan praktikum belum dilakukan dengan baik, khususnya pada

proses pemanfaatan, pemeliharaan, dan pemusnahan, yang terlihat dari jumlah materi

yang dipraktikumkan. Pada kelas X dari lima topik praktikum yang ditegaskan dalam

kurikulum yang digunakan,hanya satu topik yang dipraktikkan, kelas XI dari 14 topik

hanya empat yang dipraktikkan, dan kelas XII dari 10 topik hanya tiga topik yang

dipraktikkan (2) masalah yang dihadapi oleh sekolah dalam pengelolaan adalah dana

terbatas, kondisi laboratorium yang digunakan sebagai ruang kelas dan kurang

mendukung kegiatan pemeliharaan alat dan bahan praktikum, serta ketiadaan tempat

pemusnahan, (3) solusi yang dilakukan oleh sekolah untuk mengatasi masalah yang

dihadapi adalah mengalokasikan dana sekolah untuk merencanakan perbaikan

laboratorium dan menunda proses pemusnahan dengan menyimpan barang yang rusak.

Berdasarkan temuan-temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa alat dan bahan

praktikum belum terkelola secara optimal.


35

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Laksmi, dkk.

(2014) adalah sama-sama meneliti tentang topik praktikum yang dilaksanakan.

Sedangkan perbedaannya, penelitian yang dilakukan oleh Laksmi, dkk. (2014) lebih

memfokuskan pada pengelolaan alat dan bahan khususnya pada proses pemanfaatan,

pemeliharaan, dan pemusnahan. Sedangkan penelitian ini hanya fokus pada

keterlaksanaan pratikum yang meliputi topik praktikum yang dilaksanakan, cara guru

melaksanakan pembelajaran praktikum berserta faktor-faktor yang memengaruhi

keterlaksanaan praktikum.

Suandewi (2015) melakukan penelitian mengenai analisis keterlaksanaan

praktikum kimia di SMA Negeri 1 Seririt. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa (1)

keterlaksanaan praktikum kimia di SMA Negeri 1 Seririt tidak sesuai dengan

kompetensi dasar yang terdapat pada silabus kimia dalam KTSP, (2) faktor-faktor yang

memengaruhi pelaksanaan praktikum kimia yaitu guru, peserta didik, alat-bahan,

laboratorium, dan laboran, (3) solusi yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi

masalah yang dihadapi adalah dengan melakukan demonstrasi, mengubah kelompok

kecil menjadi kelompok besar, dan berdiskusi dengan berbantuan media di kelas.

Berdasarkan temuan-temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa praktikum kimia tidak

dilaksanakan sesuai dengan kompetensi dasar pada silabus kimia dalam KTSP.

Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Suandewi (2015)

adalah meneliti tentang keterlaksanaan praktikum kimia, faktor-faktor pendukung dan

penghambat keterlaksanaan praktikum beserta solusi yang dilakukan oleh guru untuk

mengatasu masalah yang dihadapi. Sedangkan perbedaannya yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Suandewi (2015) merupakan jenis penelitian studi kasus sedangkan
36

penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Selain itu penelitian yang

dilakukan oleh Suandewi (2015) tidak mengobservasi langsung bagaimana cara guru

melaksanakan pembelajaran praktikum. Pada penelitian ini dilakukan observasi

langsung terhadap pelaksanaan pembelajaran praktikum.

Perbedaan penelitian-penelitian yang disebut di atas dengan penelitian yang

dilakukan adalah penelitian ini lebih memfokuskan pada keterlaksanaan praktikum

kimia di SMA Laboratorium Undiksha Singaraja tahun ajaran 2015/2016 sesuai dengan

tuntutan silabus kimia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

mencakup tiga permasalahan, yaitu (1) mendeskripsikan dan menjelaskan topik/materi

praktikum yang dilaksanakan dalam pembelajaran kimia di SMA Laboratorium

Undiksha Singaraja; (2) mendeskripsikan dan menjelaskan cara guru melaksanakan

pembelajaran praktikum; dan (3) faktor-faktor yang memengaruhi keterlaksanaan

praktikum kimia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran, penjelasan

dan tambahan wawasan mengenai pentingnya pelaksanaan praktikum kimia.

2.3 Model Penelitian

Area dan fokus penelitian yang dilaksanakan digambarkan dalam bentuk model

penelitian sebagai berikut.

Pembelajaran Kimia

Secara teoretis Secara eksperimen

di kelas di laboratorium
Guru, laboran,
Pelaksanaan Praktikum siswa dan
Silabus Kimia laboratorium
37

Apa sajakah topik Bagaimanakah guru Apakah faktor-


atau materi melaksanakan faktor yang
praktikum yang pembelajaran memengaruhi
dilaksanakan dalam praktikum kimia? keterlaksanaan
pembelajaran kimia? praktikum kimia?

Gambar 2.1 Bagan Model Penelitian yang Digunakan

Keterangan tanda:
= garis yang memengaruhi
= garis yang saling memengaruhi

Pembelajaran kimia mencakup dua aspek yaitu kimia sebagai proses dan kimia

sebagai produk. Pembelajaran kimia sebagai produk merupakan ilmu kimia yang

didapatkan siswa di sekolah maupun di luar sekolah, sedangkan pembelajaran kimia

sebagai proses merupakan pembelajaran kimia yang melibatkan kerja ilmiah yang bisa

diwujudkan dalam kegiatan praktikum. Praktikum kimia bertujuan untuk membantu

siswa mendapat keterampilan-keterampilan teknis misalnya memanipulasi peralatan dan

material, observasi, pengumpulan data, analisis data, interpretasi hasil observasi,

pemecahan masalah, kerja tim, mendesain eksperimen dan keterampilan berkomunikasi.

Selain itu, praktikum kimia dimaksudkan untuk meningkatkan penguasaan konsep

dalam kimia dan aplikasinya, kemampuan pemecahan masalah dan keterampilan-

keterampilan ilmiah, kebiasaan berpikir ilmiah, memahami bagaimana kimia dan

ilmuan bekerja dan menumbuhkan minat dan motivasi dalam belajar kimia. Mengingat

hal tersebut, maka kegiatan praktikum perlu dilaksanakan dengan optimal.


Untuk menunjang hal-hal tersebut di atas, pemerintah telah mengeluarkan

silabus sebagai pedoman yang di dalamnya terdapat indikator yang diharuskan tercapai
38

selama proses pembelajaran. Kondisi guru, peserta didik dan kondisi riil setiap sekolah

tentu memengaruhi pelaksanaan praktikum kimia tersebut. Oleh karena itu, setiap

sekolah diharapkan mampu melaksanakan kegiatan pelaksanaan praktikum yang

disesuaikan dengan kondisi sekolah, guru maupun peserta didik dengan tetap mengacu

pada silabus yang sudah ditetapkan. Maka dari itu penelusuran terhadap topik atau

materi praktikum yang dilaksanakan dalam pembelajaran kimia, cara guru

melaksanakan pembelajaran praktikum dan faktor-faktor yang memengaruhi

pelaksanaan praktikum kimia perlu dilaksanakan. Lebih lanjut, hasil penelitian ini dapat

dijadikan refleksi mengenai pelaksanaan praktikum kimia yang ada di sekolah dan

dapat dijadikan acuan peningkatan pelaksanaan praktikum kimia.


39

.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi

atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu

kondisi apa adanya (Syaodih, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan dan menjelaskan (1) topik/materi praktikum yang dilaksanakan

dalam pembelajaran kimia di SMA Laboratorium Undiksha Singaraja; (2) cara

guru melaksanakan pembelajaran praktikum; dan (3) faktor-faktor yang

memengaruhi keterlaksanaan praktikum kimia.

3.2 Situasi Sosial


3.2.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Laboratorium Undiksha yang

beralamat di Jalan Jatayu 10 Singaraja pada bulan Januari sampai April 2017.

Peneliti memilih SMA Laboratorium Undiksha karena SMA Laboratorium

Undiksha merupakan salah satu sekolah swasta yang terakreditasi A di Singaraja

dan memiliki laboratorium kimia. Peneliti ingin mengetahui bagaimana

keterlaksanaan praktikum kimia di sekolah tersebut untuk menunjang

keberhasilan pembelajaran kimia.


3.2.2 Subjek Penelitian
Subjek yang terlibat dalam penelitian ini berupa dokumen laboratorium,

guru kimia, laboran kimia, dan siswa. Pada penelitian ini dilakukan pencarian

data dari setiap subjek penelitian mengenai keterlaksanaan praktikum kimia di

SMA Laboratorium Undiksha Singaraja yang dilihat dari tiga aspek, yaitu

39
40

topik/materi praktikum yang dilaksanakan dalam pembelajaran kimia, cara guru

melaksanakan pembelajaran praktikum, dan faktor-faktor yang memengaruhi

keterlaksanaan praktikum kimia.

3.2.3 Aktivitas Penelitian


Masing-masing pelaku penelitian diteliti terkait tindakannya dalam

keterlaksanaan praktikum. Informasi yang dikumpulkan dari dokumen

laboratorium berupa jurnal kegiatan praktikum adalah topik/materi praktikum

yang dilaksanakan. Aktivitas yang diteliti dari guru kimia adalah perencanaan

praktikum dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), cara guru

melaksanakan praktikum, serta faktor-faktor yang memengaruhi keterlaksanaan

praktikum kimia. Aktivitas yang diteliti dari siswa adalah pembelajaran praktikum

kimia yang dilakukan oleh siswa. Selain itu, siswa juga merupakan sumber

informasi mengenai praktikum yang dilaksanakan oleh guru di laboratorium.

Informasi yang dikumpulkan dari laboran adalah perencanaan praktikum berupa

penyiapan alat dan bahan, cara guru melaksanakan pembelajaran kimia, dan

faktor-faktor yang memengaruhi keterlaksanaan praktikum kimia.


Pencarian data untuk mendapatkan informasi dilakukan dengan teknik

studi dokumen, observasi, dan wawancara. Teknik studi dokumen yang dilakukan

dalam penelitian ini yaitu untuk mendapatkan data terkait inventaris berupa

silabus mata pelajaran kimia kelas X, XI, XII semester I dan II yang digunakan

oleh sekolah, jenis-jenis praktikum yang direncanakan dilihat dari rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas X, XI, XII semester I dan II, dan jurnal

praktikum yang berisi judul praktikum yang dilaksanakan tahun pelajaran

2016/2017 di SMA Laboratorium Undiksha Singaraja. Teknik observasi

digunakan untuk mendapatkan data terkait dengan cara guru melaksanakan


41

pembelajaran praktikum. Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan data-

data topik/materi praktikum yang direncanakan dan dilaksanakan dalam

pembelajaran kimia, cara guru melaksanakan pembelajaran praktikum, dan faktor-

faktor yang memengaruhi keterlaksanaan praktikum kimia.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan proses pengadaan data untuk keperluan

suatu penelitian yang merupakan langkah penting dalam metode ilmiah. Teknik

pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah teknik studi

dokumen, observasi, dan wawancara.

3.3.1 Studi Dokumen

Studi dokumen merupakan salah satu cara memperoleh informasi dari

bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau

tempat, dimana responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-

harinya (Sukardi, 2003). Teknik studi dokumen yang dilakukan dalam penelitian

ini yaitu data terkait inventaris berupa silabus mata pelajaran kimia kelas X, XI,

XII semester I dan II yang digunakan oleh sekolah, jenis-jenis praktikum yang

direncanakan dilihat dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas X, XI,

XII semester I dan II, dan jurnal praktikum yang berisi judul praktikum yang

dilaksanakan tahun pelajaran 2016/2017 di SMA Laboratorium Undiksha

Singaraja.

Analisis dokumen silabus dilakukan dengan memetakan materi

praktikum dari kompetensi dasar. Berdasarkan analisis tersebut, akan ditemukan

materi apa saja yang dipraktikumkan dalam pembelajaran kimia. Analisis

dokumen RPP dan jurnal kegiatan praktikum dilakukan dengan mengisi check-list.

Informasi yang didapatkan dari dokumen RPP dan jurnal praktikum adalah
42

topik/materi praktikum yang direncanakan dan dilaksanakan. Kridibilitas data

ditingkatkan dengan cara triangulasi. Analisis akhir dilakukan dengan teknik

interpretatif dengan menimbang seluruh data/informasi yang berhasil

dikumpulkan.

3.3.2 Teknik Observasi

Teknik observasi lebih efektif jika informan yang hendak diambil berupa

kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil kerja responden dalam situasi

alami (Sukardi, 2003). Teknik observasi digunakan untuk mendapatkan data

terkait dengan cara guru melaksanakan pembelajaran praktikum dan observasi

sarana prasarana laboratorium. Teknik observasi dilakukan dengan mengamati

langsung kegiatan pembelajaran di laboratorium dan sarana prasarana yang

menunjang pelaksanaan praktikum. Setelah melakukan observasi, selanjutnya

dibuat transkrip hasil observasi. Kredibilitas data ditingkatkan dengan cara

triangulasi. Analisis akhir dilakukan dengan teknik interpretatif dengan

menimbang seluruh data/informasi yang berhasil dikumpulkan.

3.3.3 Teknik Wawancara

Pada teknik ini peneliti datang bertatap muka secara langsung dengan

responden atau subjek yang diteliti dan menanyakan sesuatu yang telah

direncanakan kepada responden. Hasilnya dicatat sebagai informasi penting dalam

penelitian. Pada wawancara memungkinkan adanya tanya jawab interaktif

maupun secara sepihak antara peneliti dengan responden (Sukardi, 2003).

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

semi terstruktur dan mendalam.Wawancara dilakukan dengan mengajukan


43

pertanyaan-pertanyaan terbuka yang memungkinkan responden memberikan

jawaban secara luas. Pada penelitian ini, teknik wawancara digunakan untuk

memperkuat data-data yang telah didapatkan oleh peneliti melalui studi dokumen

dan observasi. Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan data-data terkait

data-data topik/materi praktikum yang direncanakan dan dilaksanakan dalam

pembelajaran kimia, cara guru melaksanakan pembelajaran praktikum, dan faktor-

faktor yang memengaruhi keterlaksanaan praktikum kimia. Teknik wawancara

dilakukan kepada guru kimia, laboran, dan peserta didik.

Analisis hasil wawancara diperkuat dengan pembuatan transkrip hasil

wawancara. Hasil wawancara akan dikuatkan dengan melakukan pengecekan

kembali informasi oleh informan (member check). Kridibilitas data ditingkatkan

juga dengan cara triangulasi. Analisis akhir dilakukan dengan teknik interpretatif

dengan menimbang seluruh data/informasi yang berhasil dikumpulkan.

3.4 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik, dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah

(Arikunto, 2014). Beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

check-list, pedoman observasi, dan pedoman wawancara.

3.4.1 Check-list
Check-list adalah daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Dalam

hal ini peneliti tinggal memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala yang

dimaksud (Arikunto, 2014). Data yang bersumber dari catatan dokumen

dikumpulkan dengan check-list. Catatan dokumen yang dimaksud adalah catatan


44

dokumen-dokumen yang dimiliki sekolah yang berkaitan dengan jenis-jenis

praktikum yang direncanakan dan yang sudah dilaksanakan. Catatan dokumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus mata pelajaran kimia kelas X,

XI, XII semester I dan II yang digunakan oleh sekolah, jenis-jenis praktikum yang

direncanakan dilihat dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kelas X, XI,

XII semester I dan II, dan jurnal praktikum yang berisi judul praktikum yang

dilaksanakan tahun pelajaran 2016/2017.

3.4.2 Lembar Observasi


Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini tidak menggunakan

instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati proses

pembelajaran praktikum yang dilaksanakan di laboratorium dan sarana prasarana

yang tersedia di laboratorium sebagai penunjang praktikum.

3.4.3 Pedoman Wawancara


Pedoman wawancara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan

wawancara mengenai topik/materi praktikum yang dilaksanakan dalam

pembelajaran kimia, cara guru melaksanakan pembelajaran kimia dan faktor-

faktor yang memengaruhi keterlaksanaan praktikum kimia. Tujuan melakukan

teknik wawancara adalah untuk menggali segala hal yang diketahui oleh subjek

maupun yang tersembunyi di dalam diri subjek.

Hubungan antara data, metode, subjek, dan instrumen penelitian pada

penelitian ini diungkapkan dalam tabel berikut.

Tabel 3.1Data Penelitian, Metode, Subjek dan Instrumen yang Digunakan


45

No Data Penelitian Metode Subjek/Sumber Instrumen


1 - Topik/materi Studi - Silabus mata
praktikum Dokumen pelajaran kimia
kimia kelas X, XI, dan Check-list
berdasarkan XII semester I dan
silabus II
- Praktikum Studi - RPP Praktikum
yang Dokumen Kimia yang
direncanakan direncanakan di Check-list
kelas X, XI, dan
XII semester I dan
II
Wawancara - Guru kimia Pedoman
wawancara
- Praktikum Studi - Judul praktikum
kimia yang dokumen yang dilaksanakan
telah tahun ajaran
dilaksanakan 2016/2017 di SMA Check-list
Laboratorium
UNDIKSHA
Singaraja
Wawancara - Guru kimia Pedoman
- Siswa wawancara
2 - Cara guru Observasi - Guru kimia Pedoman
melaksanaka langsung observasi
n
pembelajaran Wawancara - Guru kimia Pedoman
praktikum - Laboran wawancara
- Siswa
3. - Faktor-faktor Wawancara - Guru kimia
Pedoman
yang - Laboran
wawancara
mendukung
pelaksanaan
praktikum Observasi - Sarana prasarana Pedoman
kimia laboratorium observasi
- Faktor-faktor Wawancara - Guru kimia
yang - Laboran
menghambat Pedoman
pelaksanaan wawancara
praktikum
kimia
47

3.5 Teknik Analisis Data


Pada penelitian kualitatif, analisis data adalah proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan bahan-

bahan lainnya sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain (Sugiyono, 2014).


Analisis data dalam penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu analisis sebelum di

lapangan, analisis selama peneliti masih berada di lapangan, dan analisis setelah

pengumpulan data berakhir.

3.5.1 Analisis Sebelum di Lapangan


Analisis sebelum di lapangan dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan

atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian (Sugiyono,

2010). Analisis sebelum di lapangan dilakukan terhadap hasil studi pendahuluan berupa

wawancara yang dilakukan pada guru kimia, laboran, dan alumni mengenai

keterlaksanaan praktikum di SMA Laboratorium Undiksha.

3.5.2 Analisis Selama Peneliti Masih Berada di Lapangan


Aktivitas dalam analisis meliputi reduksi data, penyajian data, serta penarikan

kesimpulan dan verifikasi data.


1. Reduksi data
Menurut Sugiyono (2010), mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu. Semakin lama seorang peneliti berada di lapangan

maka jumlah data yang didapatkan akan semakin banyak sehingga dilakukan

analisis data melalui reduksi data. Data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya. Data yang akan direduksi dalam penelitian ini

adalah data hasil wawancara.


48

2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian data.

Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam

pola hubungan, sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan

dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antarkategori, diagram alur, dan lain

sejenisnya. Penyajian data dalam bentuk-bentuk tersebut akan memudahkan

peneliti memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja penelitian selanjutnya.

Data dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk deskriptif.


3. Verifikasi Data
Langkah berikutnya dalam proses analisis data kualitatif adalah menarik

kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data. Kesimpulan awal

yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan

bukti-bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses

untuk mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut verifikasi data. Pada tahap

verifikasi data, akan ditarik kesimpulan dari temuan yang didapatkan selama

penelitian diantaranya yaitu meliputi topik/materi praktikum yang dilaksanakan,

cara guru melaksanakan pembelajaran praktikum dan faktor-faktor yang

memengaruhi keterlaksanaan praktikum.


3.5.3 Analisis Setelah Pengumpulan Data Berakhir
Setelah melewati tahap analisis sebelum di lapangan dan analisis selama peneliti

masih di lapangan, tahap selanjutnya yaitu analisis setelah pengumpulan data berakhir.

Setelah semua pengumpulan data berakhir, maka kegiatan yang terakhir yaitu menyusun

laporan.

3.6 Pengujian Keabsahan Data


Dalam suatu penelitian diperlukan adanya pengujian keabsahan untuk menjamin

dan meyakinkan suatu data yang diperoleh. Dalam penelitian kualitatif pengujian
49

keabsahan data dapat menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai

teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2015). Pada penelitian ini

digunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Pengumpulan data yang

sama dari sumber yang berbeda dan metode yang berbeda, dimaksudkan untuk

memperoleh data yang valid.


Triangulasi sumber adalah mengumpulkan data dari sumber yang berbeda

dengan teknik yang sama. Melalui teknik ini diperoleh kredibilitas data, yaitu dengan

membandingkan kesesuaian uraian sumber data antara satu dan lainnya. Dengan

demikian sumber yang dikumpulkan akan teruji kebenarannya, bahwa data sejenis yang

diperoleh dari berbagai sumber memperkuat data yang diperoleh.


Dalam penelitian ini, data yang dicari menggunakan teknik triangulasi meliputi

topik/materi praktikum yang dilaksanakan dalam pembelajaran kimia di SMA

Laboratorium Undiksha Singaraja, cara guru melaksanakan pembelajaran praktikum,

dan faktor-faktor yang memengaruhi keterlaksanaan praktikum kimia. Teknik

triangulasi sumber ini secara lebih jelas digambarkan pada Gambar 3.1.

Guru kimia
Wawancara
mendalam Laboran

Siswa

Gambar 3.1 Triangulasi Sumber


Triangulasi metode yaitu mengumpulkan data sejenis dengan metode atau teknik

pengumpulan data yang berbeda. Melalui teknik ini diperoleh validitas data, yaitu

dengan membandingkan data sejenis yang diperoleh antara teknik satu dengan teknik

lainnya. Dengan demikian akan teruji kebenaran dari data tersebut. Dalam penelitian ini
50

data yang dicari menggunakan triangulasi metode adalah topik/materi praktikum yang

dilaksanakan dalam pembelajaran kimia di SMA Laboratorium Undiksha Singaraja,

cara guru melaksanakan pembelajaran praktikum. Teknik triangulasi metode ini secara

lebih jelas digambarkan pada Gambar 3.2.

topik/materi Observasi
praktikum yang
dilaksanakan, cara Guru, laboran,
guru Wawancara siswa, dokumen
melaksanakan
Gambar 3.2 Triangulasi Metode
pembelajaran Studi
praktikum Dokumen
Ketika melakukan triangulasi data dengan teknik wawancara maka perlu

dilakukan member check. Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh

peneliti dari pemberi data. Tujuan dari member check adalah untuk mengetahui seberapa

jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila

data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data berarti datanya valid, sehingga

semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan

berbagai penafsiran tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan

diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus

merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi

data. Jadi tujuan member check adalah agar informasi yang akan digunakan dalam

penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan

(Sugiyono, 2014). Member check dilakukan kepada guru, laboran, dan siswa.
51
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian dan

pembahasannya sesuai dengan permasalahan yang menjadi fokus penelitian.

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Gambaran umum yang disajikan pada pemaparan ini adalah aspek-aspek

yang berkaitan dengan keterlaksanaan praktikum kimia meliputi letak geografis

sekolah, sarana dan prasarana praktikum beserta fasilitas penunjang (alat bahan

praktikum, laboratorium kimia, LCD, proyektor), profesionalitas guru kimia,

laboran, jumlah siswa beserta jam pelajaran kimia.

Sekolah Laboratorium Undiksha merupakan sekolah yang didirikan oleh

Yayasan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Singaraja, yang

sekarang dikenal dengan nama Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha).

Sekolah tersebut memiliki jenjang pendidikan dari Taman Kanak-kanak (TK)

sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). SMA Laboratorium Undiksha dan

jenjang sekolah Laboratorium lainnya (TK, SD, SMP) dahulu bertempat di Jalan

Udayana 11 Singaraja, di sebelah selatan Fakultas Teknik dan Kejuruan (FTK),

Undiksha. Mulai awal tahun ajaran 2012/2013 seluruh jenjang sekolah

Laboratorium menempati gedung baru yang bertempat di Jalan Jatayu 10

Singaraja.

52
53

Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah swasta yang terakreditasi A

di kota Singaraja dan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

dalam proses belajar mengajar. Setelah pindah ke jalan Jatayu Singaraja, sekolah

tersebut mempunyai laboratorium kimia secara khusus dengan luas keseluruhan

54 m2 sudah termasuk luas ruang pengelola laboratotium 4 m 2. Permendiknas RI

No. 24 Tahun 2007 menyatakan bahwa untuk kegiatan laboratorium setidaknya

menghabiskan luas 2,4 m2/siswa. Jika ditinjau dari jumlah siswa di tiap-tiap kelas,

rata-rata jumlah siswa adalah 28 orang. Jadi, luas laboratorium yang diperlukan

sebagai tempat pembelajaran minimal 60 m2. Hal tersebut menyebabkan dalam

pelaksanaan praktikum membuat siswa berdesakan dalam beraktivitas. Jadi,

laboratorium kimia di SMA tersebut belum memenuhi standar karena

laboratorium kimia di-setting untuk penelitian bukan untuk pembelajaran.

Pada laboratorium tersebut terdapat sebuah ruang laboran yang berukuran

2 m x 2 m dan di dalamnya terdapat sebuah meja yang di atasnya terdapat sebuah

printer, sebuah lemari dan sebuah kipas angin. Meja tersebut digunakan oleh

laboran sehari-hari dan lemari digunakan untuk menyimpan dokumen administrasi

lab. Terdapat ruang persiapan di sebelah ruang laboran berukuran 1,5 m x 1,5 m

yang di dalamnya terdapat sebuah meja persiapan yang memanjang. Meja kerja

siswa terbuat dari keramik dan permanen sebanyak dua buah. Terdapat juga meja

dinding yang terbuat secara permanen dilengkapi dengan listrik. Permendiknas RI

No. 24 Tahun 2007 menyatakan bahwa untuk kegiatan laboratorium setidaknya

memiliki ruang penyimpanan dan persiapan dengan luas 18 m2.


54

Laboratorium tersebut tidak memiliki ruang alat, ruang bahan, ruang

timbang, dan ruang asam. Permendiknas RI No. 24 Tahun 2007 menyatakan

bahwa untuk kegiatan laboratorium setidaknya memiliki lemari alat dan lemari

bahan khusus. Meskipun ada komponen dalam pembelajaran tidak tersedia,

laboratorium tersebut tetap dilengkapi dengan fasilitas penunjang laboratorium

seperti LCD, proyektor, dan papan tulis. Terdapat juga bangku siswa yang terbuat

dari kayu, pemadam kebakaran, kotak P3K, dan jam dinding.

Pada laboratorium tersebut terdapat dua tempat penyimpanan bahan, yakni

dua buah lemari yang diletakkan di ruang praktikum. Pada bagian depan kedua

lemari ditempeli dengan kertas yang berisi keterangan jenis bahan yang ada dalam

lemari tersebut. Kedua lemari tersebut dalam keadaan terkunci. Salah satu lemari

dibagi menjadi delapan ruang atau tersekat menjadi delapan ruang dari atas ke

bawah. Lemari yang satunya lagi dibagi menjadi tiga ruang atau tersekat menjadi

tiga ruang dari atas ke bawah.

Alat-alat praktikum di laboratorium kimia SMA Laboratorium Undiksha

disimpan pada beberapa tempat penyimpanan yaitu pada lemari kaca dan loker

bawah yang terbuat dari kayu. Kedua lemari tersebut berada di ruang praktikum.

Lemari kaca tersebut dibagi menjadi tiga ruang atau tersekat menjadi tiga ruang

dari atas ke bawah dan diletakkan menempel pada dinding, dan loker bawah

terletak di bagian bawah dinding lab. Alat-alat yang terbuat dari kaca seperti gelas

kimia, erlenmeyer, corong dan lain-lain disimpan pada lemari kaca dan alat-alat

yang terbuat dari kayu dan porselen seperti penjepit kayu dan plat tetes disimpan

pada loker bawah.


55

Keberadaan alat dan bahan praktikum cukup memadai apabila

dilaksanakan praktikum secara berkelompok (6 kelompok). Alat dan bahan yang

disediakan untuk kegiatan praktikum selama ini berasal dari dana BOS. Jika alat

dan bahan praktikum yang ada di laboratorium tidak mencukupi atau habis, maka

laboran akan berkoordinasi dengan guru kimia dan waka sarana prasarana agar

alat dan bahan praktikum bisa dianggarkan untuk tahun ajaran berikutnya.

Sekolah tersebut mempunyai dua guru kimia yang sudah profesional

ditunjukkan dengan kualifikasi pendidikan dan sertifikat yang dimilikinya. Selain

itu terdapat seorang laboran khusus kimia yang membantu menyiapkan alat dan

bahan praktikum, namun laboran tersebut bukan lulusan pendidikan kimia.

Laboran tersebut hanya lulusan SMK namun sudah menjadi laboran sejak tahun

1997 di SMA Laboratorium dan sudah pernah mendapat pelatihan sebagai laboran

sebanyak tiga kali. Salah satu guru kimia mengampu mata pelajaran kimia kelas X

dan XI. Sedangkan untuk kelas XII diampu oleh guru kimia lainnya. Kelas X

terdiri dari sembilan kelas dengan jumlah siswa sebanyak 248 orang. Kelas XI

IPA terdiri dari dua kelas dengan jumlah siswa sebanyak 72 orang dan kelas XII

IPA terdiri dari tiga kelas dengan jumlah siswa sebanyak 76 orang. Kelas X

mendapat pelajaran kimia sekali dalam seminggu (2 jam pelajaran). Kelas XI dan

XII IPA masing-masing kelas mendapat pelajaran kimia dua kali dalam seminggu

(4 jam pelajaran).

4.2 Hasil Penelitian


Hasil penelitian ini berupa topik/materi praktikum yang dilaksanakan, cara

guru melaksanakan pembelajaran praktikum, dan faktor-faktor yang memengaruhi

keterlaksanaan praktikum di SMA Laboratorium Undiksha. Data permasalahan

pertama mengenai topik/materi praktikum yang dilaksanakan bersumber dari


56

dokumen, yaitu silabus kimia SMA Laboratorium Undiksha, RPP praktikum

kimia yang direncanakan di kelas X, XI, dan XII semester I dan II, dan jurnal

kegiatan praktikum di laboratorium kimia SMA Laboratorium Undiksha tahun

ajaran 2016/2017. Data hasil studi dokumen diperkuat dengan wawancara

mendalam kepada dua guru kimia, seorang laboran dan 27 siswa.


Data permasalahan kedua mengenai cara guru melaksanakan pembelajaran

praktikum diperoleh dengan cara observasi langsung dan wawancara. Observasi

pembelajaran praktikum hanya dilakukan pada semester dua karena keterbatasan

waktu.
Data permasalahan ketiga mengenai faktor-faktor yang memengaruhi

keterlaksanaan praktikum diperoleh dengan cara wawancara mendalam kepada

dua guru kimia dan seorang laboran. Temuan hasil penelitian tersebut dipaparkan

sebagai berikut.

4.2.1 Topik atau Materi Praktikum yang Dilaksanakan


Data mengenai topik/materi praktikum dilaksanakan diperoleh melalui

studi dokumen dan diperkuat dengan hasil wawancara. Berdasarkan studi

dokumen berupa silabus mata pelajaran kimia dalam Kurikulum KTSP yang

digunakan di SMA Laboratorium didapatkan data mengenai jenis-jenis praktikum

kimia kelas X, XI, dan XII semester 1 dan 2 yang secara terperinci disajikan pada

Lampiran 01.

Berdasarkan hasil wawancara kepada dua guru kimia, diperoleh bahwa

sebelum melakukan praktikum kimia persiapan awal yang dilakukan meliputi

pembuatan RPP, LKS, dan penyiapan alat bahan praktikum. Temuan ini didukung

penuh oleh data hasil wawancara sebagai berikut.

P : “Apa saja bentuk perencanaan pembelajaran praktikum yang Bapak/Ibu


buat?”
57

J : “ Perencanaannya mulai dari pembuatan RPP, kemudian petunjuk


praktikum dalam bentuk LKS, bekerja sama dengan laboran untuk
penyiapan alat bahan.” (GK-1)
“Persiapan alat dan bahan dengan meminta kepada laboran agar
menyiapkan semuanya, kemudian membuat RPP dan LKS yang
utama, sehingga bisa dibaca oleh siswa sebelum melaksanakan
praktikum.” (GK-2)

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru-guru kimia, jenis-jenis

praktikum kimia yang direncanakan sesuai dengan silabus kimia yang digunakan

di sekolah. Temuan ini didukung oleh beberapa pernyataan dari informan

mengenai kesesuaian jenis-jenis praktikum kimia yang direncanakan dengan

silabus yang digunakan.

P : “Apakah praktikum kimia yang direncanakan sesuai dengan tuntutan


silabus Pak/Bu?”
J : “Berbicara dengan kesesuaian, ya kita selalu berpedoman kepada
silabus.” (GK-1)
“Ya sesuai.” (GK-2)

Berdasarkan hasil studi dokumen yang diperoleh mengenai jenis-jenis

praktikum yang direncanakan di SMA Laboratorium Undiksha dalam bentuk RPP,

diketahui bahwa tidak semua jenis-jenis praktikum yang dituntut pada silabus

mata pelajaran kimia kelas X, XI, dan XII direncanakan oleh guru. Pada kelas X

terdapat satu praktikum yang direncanakan, kelas XI terdapat lima praktikum

yang direncanakan, dan kelas XII terdapat lima praktikum yang direncanakan.

Jenis-jenis praktikum yang direncanakan di kelas X yaitu, membedakan larutan

elektrolit dan nonelektrolit. Jenis-jenis praktikum yang direncanakan di kelas XI

yaitu reaksi eksoterm dan endoterm, penentuan reaksi berdasarkan percobaan,

faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi, mengidentifikasi asam dan basa


58

dengan indikator, dan titrasi asam basa. Jenis-jenis praktikum yang direncanakan

di kelas XII yaitu titik beku larutan, sel elektrolisis, kereaktifan dan reaksi nyala

beberapa logam alkali dan alkali tanah, pembuatan senyawa ester.


Hasil pengumpulan data yang dilakukan melalui studi dokumen yang

diperkuat dengan wawancara mendalam menunjukkan fakta yang tidak berbeda.

Tidak semua jenis-jenis praktikum yang dituntut pada silabus mata pelajaran

kimia kelas X, XI, dan XII direncanakan oleh guru. Temuan ini didukung oleh

beberapa pernyataan dari informan yaitu sebagai berikut.

P : “Apakah semua topik praktikum yang dituntut silabus Bapak


rencanakan?”
J : “Tidak, saya pilih terlebih dahulu topik praktikumnya, kemudian yang
sudah dipilih dibuat perencanaannya dan yang direncanakan sudah
pasti dilaksanakan. Dasar pengukuran untuk memilih topik praktikum
yang akan direncanakan itu saya melihat dari soal-soal yang paling
sering muncul di ujian nasional.” (GK-1)

“Tidak, itu sesuai dengan waktu. Kalau cukup waktunya Ibu


rencanakan, kalau tidak ya tidak direncanakan. Yang mana lebih
penting, itu yang Ibu buat perencanaan untuk praktikumnya. Kalau
sudah direncanakan praktikumnya, pasti nanti dilaksanakan
praktikumnya.” (GK-2)

Persiapan pembelajaran praktikum berupa pembuatan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) praktikum

disiapkan jauh hari sebelum praktikum dilaksanakan. Temuan ini didukung oleh

beberapa pernyataan informan sebagai berikut.

P : “Kapan Bapak/Ibu membuat persiapan perencanaan praktikum


tersebut?”
J : “RPP dan LKS jelas sebelumnya disiapkan, koordinasi dengan laboran
minimal sehari sebelum praktikum. Saya berikan list alat dan bahan
yang diperlukan kepada laboran, nanti laboran yang akan
menyiapkannya.” (GK-1)
“Biasanya kalau RPP jauh hari sebelumnya Ibu buat, kemudian LKS
nya biasanya dua atau tiga hari sudah ibu buat, dan kalau alat dan
bahan biasanya berkoordinasi kepada laboran dua hari sebelum
59

praktikum. Ibu kasi LKS nya, kan di sana udah tertera alat dan bahan
yang diperlukan sehingga dia bisa menyiapkan.”(GK-2)

Penyiapan alat dan bahan dilakukan oleh laboran dan saling berkoordinasi

dengan masing-masing guru kimia. Proses penyiapan alat dan bahan dilakukan

sehari atau dua hari sebelum kegiatan praktikum kimia dimulai atau kemungkinan

penyiapan alat dan bahan dilakukan beberapa jam sebelum kegiatan praktikum

dimulai. Sebelum praktikum dilaksanakan, laboran juga mengecek kemampuan

alat dan bahan praktikum. Contohnya mengecek alat uji elektrolit non elektrolit

dan bahan untuk praktikum menguji asam dan basa dengan indikator. Temuan ini

didukung oleh pernyataan informan perihal penyiapan alat dan bahan yang

dilakukan sebelum kegiatan praktikum dimulai.

P : “Apakah Bapak yang menyiapkan alat dan bahan praktikum sebelum


kegiatan praktikum dilaksanakan?”
J : “Ya.”(Laboran)

P : “Apakah guru selalu menghubungi Bapak sebelum melakukan


pembelajaran praktikum di laboratorium?”
J : “Ya, ada yang dua hari, satu hari, dan ada yang pada hari H
menghubungi langsung.”(Laboran)

P : “Kapan Bapak melakukan persiapan tersebut?”


J : “Dua atau sehari sebelumnya dan pada saat hari H atau pada saat
praktikum berlangsung mungkin ada yang kurang gitu.”(Laboran)

P : “Siapa yang biasanya menyiapkan alat dan bahan sebelum praktikum?”


J : “Laboran.” (Siswa)

P : “Apakah Bapak mengecek kemampuan alat dan bahan sebelum


praktikum dimulai?”
J : “Kalau alat-alat listrik ya, trus kalau yang lainnya kalau diminta oleh
gurunya baru, kalau ndak ya ndak. Contohnya disuruh ngecek alat uji
elektrolit dan mengecek bahan untuk menguji asam basa.”(Laboran)
60

Kegiatan praktikum dijadwalkan setiap tahun ajaran baru dan mengikuti

jadwal pembelajaran kimia di masing-masing kelas. Jadwal tersebut dibuat oleh

bidang Waka Kurikulum. Kelas X mendapat kesempatan menggunakan

laboratorium sebanyak dua jam pelajaran setiap minggu untuk kegiatan

praktikum. Kelas XI dan XII masing-masing mendapat jadwal penggunaan

laboratorium sebanyak empat jam setiap minggu untuk kegiatan praktikum.

Berikut adalah jadwal penggunaan laboratorium kimia kelas X, XI, dan XII yang

secara terperinci disajikan pada lampiran 02. Temuan ini diperkuat dengan hasil

wawancara sebagai berikut.

P : “Apakah penggunaan lab kimia dijadwalkan? Kapan membuat jadwal


tersebut?”
J : “Ya, ada jadwalnya sesuai dengan jadwal mata pelajarannya. Untuk
pembuatan jadwalnya mulai dari jadwal pelajaran yang dibuat oleh
bidang kurikulum kita berpedoman pada itu.” (GK-1)

“Ya, sesuai dengan jadwal mata pelajaran, sehingga penggunaan


laboratorium tidak tabrakan dengan kelas X ataupun kelas XI.
Pembuatan jadwalnya itu dibuat di awal tahun ajaran dan dibuat oleh
bidang kurikulum.” (GK-2)

“Ya dijadwalkan sesuai dengan jadwal mata pelajaran. Itu dibuat di


awal tahun ajaran oleh bidang kurikulum.” (Laboran)

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan melalui studi

dokumen yang diperkuat dengan wawancara mendalam menunjukkan fakta yang

tidak berbeda. Perencanaan pelaksanaan praktikum kimia di SMA Laboratorium

Undiksha meliputi pembuatan RPP , LKS, dan penyiapan alat bahan praktikum.

Jenis-jenis praktikum kimia kelas X, XI dan XII secara keseluruhan direncanakan

sesuai dengan silabus yang digunakan, namun tidak semua jenis-jenis praktikum

yang dituntut pada silabus mata pelajaran kimia kelas X, XI, dan XII

direncanakan oleh guru. Persiapan pembelajaran praktikum berupa pembuatan


61

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS)

praktikum disiapkan jauh hari sebelum praktikum dilaksanakan. Penyiapan alat

dan bahan dilakukan oleh laboran dan saling berkoordinasi dengan masing-

masing guru kimia. Proses penyiapan alat dan bahan dilakukan sehari atau dua

hari sebelum kegiatan praktikum kimia dimulai atau kemungkinan penyiapan alat

dan bahan dilakukan beberapa jam sebelum kegiatan praktikum dimulai. Sebelum

praktikum dilaksanakan, laboran juga mengecek kemampuan alat dan bahan

praktikum. Pengaturan jadwal penggunaan laboratorium dilakukan setiap tahun

ajaran baru dan mengikuti jadwal pembelajaran kimia di masing-masing kelas.

Jadwal tersebut dibuat oleh Waka Kurikulum.


Berdasarkan hasil studi dokumen yang didapat dari jurnal kegiatan

pembelajaran praktikum di laboratorium didapat judul-judul praktikum yang

dilaksanakan tahun ajaran 2016/2017 di SMA Laboratorium Undiksha. Data

mengenai judul praktikum kimia yang direncanakan dan dilaksanakan tahun

ajaran 2016/2017 secara terperinci termuat dalam Tabel 4.1.


Tabel 4.1 Judul Praktikum yang Direncanakan dan Dilaksanakan Tahun Ajaran 2016/2017
di SMA Laboratorium Undiksha

Guru A Guru B
No Judul Praktikum Sesuai KTSP
R P R P
Kelas X Semester I
1. Menyelidiki kepolaran senyawa - - - -
2. Hukum kekekalan massa - - - -
Kelas X Semester II
3. Membedakan larutan elektrolit dan non
√ √ - -
elektrolit
4. Mengamati reaksi redoks - - - -
5. Uji unsur C, H, dan O - - - -
Jumlah 1 1
62

Kelas XI Semester I
1. Reaksi eksoterm dan endoterm √ √ - -
2. Penentuan reaksi berdasarkan percobaan √ √ - -

3. Faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi √ √ - -


4. Faktor-faktor yang memengaruhi arah
- - - -
pergeseran kesetimbangan
Kelas XI Semester II
5. Mengidentifikasi asam dan basa dengan
√ √ - -
indicator
6. Menentukan trayek pH - -
7. Titrasi asam basa √ √ - -
8. Menentukan kadar suatu zat dengan cara
- - - -
titrasi
9. Menganalisis larutan penyangga dan bukan
- - - -
penyangga
10. Menentukan ciri-ciri beberapa jenis garam
- - - -
yang dapat terhidrolisis dalam air
11. Kelarutan dan hasil kali kelarutan - - - -
12. Pembuatan koloid - - - -
13. Mengelompokkan berbagai sistem koloid - - - -
14. Pengelompokan sifat-sifat koloid - - - -
Jumlah 5 5
Kelas XII Semester I
1. Menentukan penurunan titik beku dan
kenaikan titik didih larutan elektrolit dan - - √ √
non elektrolit
2. Sel Volta - -
3. Elektrolisis larutan dengan elektrode inert
- - √ √
dan tidak inert
4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang
- - - -
memengaruhi terjadinya korosi
5. Penyepuhan logam - - - -
6. Kereaktifan logam - - √ √
63

7. Mengidentifikasi daya pengoksidasi halogen


- -
dan daya pereduksi halogen
8. Mengidentifikasi reaksi nyala senyawa
- - √ √
logam (terutama alkali dan alkali tanah)
9. Menyelidiki dan menghilangkan kesadahan
- -
air
Kelas XII Semester II
10. Mengidentifikasi gugus fungsi - - √ √
11. Mengidentifikasi karbohidrat dan protein - -
Jumlah 5 5

Keterangan:

R : Rencana P : Pelaksanaan

Tabel di atas adalah tabel mengenai judul praktikum kimia yang

direncanakan dan dilaksanakan tahun ajaran 2016/2017 di SMA Laboratorium

Undiksha. Data di atas menunjukkan bahwa kegiatan praktikum kimia jarang

dilakukan oleh guru-guru kimia. Pada kelas X, dari lima praktikum yang

seharusnya dilaksanakan sesuai tuntutan KTSP hanya satu praktikum yang

dilaksanakan yakni, membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit. Pada kelas

XI, dari 14 praktikum yang seharusnya dilaksanakan sesuai tuntutan KTSP hanya

lima praktikum yang dilaksanakan yakni, reaksi eksoterm dan endoterm,

penentuan reaksi berdasarkan percobaan, faktor-faktor yang memengaruhi

laju reaksi, mengidentifikasi asam dan basa dengan indikator, dan titrasi asam

basa. Pada kelas XII, dari 11 praktikum yang seharusnya dilaksanakan sesuai

tuntutan KTSP hanya lima praktikum yang dilaksanakan yakni menentukan

penurunan titik beku dan kenaikan titik didih larutan elektrolit dan non elektrolit,

elektrolisis larutan dengan elektrode inert dan tidak inert, mengidentifikasi


64

kereaktifan dan reaksi nyala senyawa logam (terutama alkali dan alkali tanah) dan

pembuatan senyawa ester.

Data studi dokumen diperkuat dengan wawancara mengenai jenis-jenis

praktikum yang sudah dilaksanakan di kelas X, XI, dan XII menunjukkan fakta

yang tidak berbeda. Temuan ini didukung oleh beberapa pernyataan informan

sebagai berikut.

P : “Khusus untuk mata pelajaran kimia, topik praktikum apa saja yang
pernah Adik lakukan?”
J : “Larutan elektrolit dan non elektrolit” (SX-1/ SX-2/ SX-3/ SX-4/ SX-5/
SX6/ SX-7/ SX-8/ SX-9/ SX-10/ SX-11/ SX-12/ SX-13/ SX-14/ SX-
15)
“Waktu semester satu itu ada penentuan delta H reaksi yang makek
kalorimeter, trus faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Semester dua ada asam basa yang diuji pake kertas lakmus, dan
titrasi.”(SXI-1/ SXI-2/ SXI-3/ SXI-4/ SXI-5/ SXI-6/ SXI-7)
“Titik beku larutan, elektrolisis, kereaktifan logam alkali dan alkali
tanah, reaksi nyala, dan pembuatan ester kak.”(SXII-1/ SXII-2/ SXII-
3/ SXII-4/ SXII-5)

Data studi dokumen diperkuat dengan wawancara mengenai jenis-jenis

praktikum yang sudah dilaksanakan di kelas X, XI, dan XII. Berdasarkan

informasi yang didapat dinyatakan bahwa tidak semua jenis praktikum yang

dituntut silabus bisa terlaksana. Temuan ini didukung oleh pernyataan informan

sebagai berikut.

P : “Setelah saya rekap hasil studi dokumen yang ada di jurnal kegiatan
praktikum, kenyataannya tidak semua praktikum dilakukan sesuai
dengan tuntutan silabus. Bagaimana bisa terjadi seperti itu?”
J : “Itu penyebabnya, pertama masalah waktu. Waktu kurikulum dengan
waktu riil yang ada itu jauh berbeda. Kemudian yang kedua melihat
alat dan bahan yang ada. Kadang-kadang alat dan bahannya tidak ada
sehingga praktikum tidak bisa jalan.”(GK-1)
65

“Itu dah sesuai dengan waktunya juga. Karena keterbatasan waktu.


Kalau semuanya dilaksanakan praktikumnya, kemudian materinya
bisa kurang jadinya. Karena yang pertama praktikum yang kedua
harus nambah materi. Kalau praktikum saja dia tidak bisa menguasai
materi, atau sebaliknya. Kalau masalah alat dan bahan, sementara
yang ibu laksanakan praktikumnya sih tidak terkendala oleh alat dan
bahan. Alat dan bahannya cukup. Ada juga bahan yang bisa disiapkan
dari rumah, untuk bahan kehidupan sehari-hari gitu. Kalau misalnya
ibu sendiri ada kepentingan mendadak, ya paling praktikumnya
digeser jadi hari lain. Praktikum tetap terlaksana, hanya saja waktunya
molor. Kalau praktikumnya sudah direncanakan, pasti akan
terlaksana.” (GK-2)
“Kalo itu bisa gurunya yang lebih tau, kalo saya sebagi laboran kan
tugasnya cuma membantu menyiapkan alat dan bahan sesuai dengan
permintaan guru. Kalo bisa saya jelaskan sedikit, kenapa praktikum
tidak bisa jalan sesuai dengan silabus, itu kendalanya waktu. Watu
kurikulum tidak sesuai dengan waktu kondisi di lapangan. Kadang-
kadang pelaksanaan praktikumnya molor. Kan bisa saja kita sudah
rencanakan minggu depan praktikum ternyata ada kegiatan nonteknis
misalnya sekolah ada kegiatan apa gitu, trus mungkin gurunya
berhalangan hadir sehingga bisa molor. Dan lagi satu bisa karena
kekurangan alat dan bahan.” (Laboran)
Berdasarkan data hasil studi dokumen yang diperkuat dengan wawancara

mendalam yang telah dijabarkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa jenis-

jenis praktikum kimia yang dituntut silabus KTSP di SMA Laboratorium

Undiksha tidak semua bisa dilaksanakan. Pada kelas X hanya melaksanakan satu

praktikum dari lima praktikum yang seharusnya dilaksanakan. Pada kelas XI

hanya melaksanakan lima praktikum dari 14 praktikum yang seharusnya

dilaksanakan. Pada kelas XII hanya melaksanakan lima praktikum dari 11

praktikum yang seharusnya dilaksanakan.

4.2.2 Cara Guru Melaksanakan Pembelajaran Praktikum

Data mengenai cara guru melaksanakan pembelajaran praktikum diperoleh

melalui metode observasi langsung dan wawancara. Metode observasi dilakukan


66

menggunakan instrumen lembar observasi. Peneliti hanya melaksanakan observasi

pada semester genap karena jadwal penelitian berlangsung pada semester genap

dan sebagian pembelajaran praktikum sudah terlaksana pada semester ganjil. Oleh

karena itu, data tentang cara guru melaksanakan pembelajaran praktikum

diperkuat dengan wawancara mendalam kepada dua guru kimia dan 27 siswa.

Kelas yang diobservasi sebanyak 13 kelas yang terdiri dari delapan kelas

di kelas X, dua kelas di kelas XI, dan tiga kelas di kelas XII. Pada kelas X,

pelaksanaan observasi pembelajaran praktikum dilaksanakan satu kali untuk

setiap kelas. Pada kelas XI, pelaksanaan observasi pembelajaran praktikum

dilaksanakan dua kali untuk setiap kelas. Pada kelas XII, pelaksanaan observasi

pembelajaran praktikum dilaksanakan satu kali untuk setiap kelas. Dengan

demikian, pelaksanaan observasi pembelajaran praktikum dilaksanakan sebanyak

15 kali. Berikut dipaparkan hasil observasi pembelajaran praktikum guru kimia di

SMA Laboratorium Undiksha.

4.2.2.1 Pelaksanaan Pembelajaran Praktikum Guru Kimia I


Observasi pelaksanaan pembelajaran praktikum guru kimia I dilaksanakan

di 10 kelas yaitu delapan kelas di kelas X dan dua kelas di kelas XI. Pada kelas X,

pelaksanaan observasi pembelajaran praktikum dilaksanakan satu kali untuk

setiap kelas. Pada kelas XI, pelaksanaan observasi pembelajaran praktikum

dilaksanakan dua kali untuk setiap kelas. Topik pembelajaran praktikum yang

diobservasi yaitu tentang membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit.

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan meliputi tiga tahapan, yaitu

pembukaan, inti dan penutup. Berikut catatan yang dibuat peneliti selama

pelaksanaan observasi menggunakan pedoman observasi.


67

Kegiatan pembukaan diawali dengan mengucapkan salam dari siswa dan

guru di dalam kelas. Kemudian guru mengarahkan siswa untuk menuju ke

laboratorium kimia. Kegiatan pembelajaran praktikum di laboratorium diawali

dengan guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok yang mana satu

kelompok terdiri dari 4 – 5 orang. Sebelum pembelajaran praktikum dimulai, guru

memeriksa ketertiban siswa dan perlengkapan belajar siswa (Lembar Kerja

Siswa). Lembar Kerja Siswa (LKS) diberikan guru sehari sebelum praktikum

dilaksanakan.

Guru mengantarkan siswa untuk melanjutkan materi yang akan

dipraktikumkan dengan cara mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan

meliputi materi yang sudah dipelajari dan dikaitkan dengan materi yang akan

dipelajari. Berikut ini adalah petikan kegiatan pendahuluan yang dilakukan oleh

guru.

Guru : “(guru mengambil gelas kimia yang berisi air) Ini gelas kimia yang berisi
air, kemudian ke dalam air akan saya campurkan cuka dapur. (guru
menuangkan cuka dapur ke dalam gelas kimia yang telah berisi air
kemudian mengaduknya). Guru kemudian bertanya, “apa tadi yang saya
campurkan?”
Siswa : “Cuka” (semua siswa serentak menjawab)
Guru : “Dicampurkan dengan apa?”
Siswa : “Air” (semua siswa serentak menjawab)
Guru : “Setelah bercampur, apa nama sistem ini?”
Siswa : “Larutan” (salah satu siswa menjawab)
Guru : “Larutan apa?”
Siswa : “Larutan asam”
Guru : “ Larutan asam apa?”
Siswa : “ Larutan asam cuka”
Guru : “Komponen penyusun larutan ini apa saja?”
Siswa : “Air dan cuka dapur”
Guru : “Dalam konsep larutan secara umum air bernama apa?”
Siswa : “Pelarut” (salah satu siswa menjawab)
Guru : “Kemudian asam cukanya kita beri sebutan apa?”
Siswa : “Zat terlarut” (salah satu siswa menjawab)
Guru : “Ya, jadi komponen larutan apa saja?”
Siswa : “Pelarut dan zat terlarut”
68

Guru : “Ya, secara umum komponen larutan itu ada yang dinamakan pelarut dan
zat terlarut”

Selanjutnya guru menyampaikan tentang penggolongan larutan.

Guru : “Kemudian yang kedua kita akan menggolongkan larutan. Mungkin sudah
ada yang mencermati LKS nya, kira-kira yang bagaimana yang dimaksud
penggolongan larutan?”
Siswa : “Elektrolit” (salah satu siswa menjawab)
Guru : “Ya ada yang menyebut elektrolit. Apa lagi?”
Siswa : “Non elektrolit” (salah satu siswa menjawab)
Guru : “Ya, untuk menggolongkan sebuah larutan kita perlu menentukan dasar
tinjauan untuk membedakan larutan itu. Nah, dalam hal ini kita akan
membedakan atau menggolongkan larutan berdasarkan apa?
Siswa: “Berdasarkan sifat daya hantar listrik” (salah satu siswa menjawab)
Guru : “Nah itu dasar yang akan kita pergunakan untuk menggolongkan apakah
larutan itu bersifat elektrolit atau non elektrolit. Nah, selanjutnya kalian
melakukan pengujian, menguji daya hantar listrik larutan.”

Pada kegiatan inti, guru mengarahkan siswa untuk mencermati LKS. Guru

menunjuk setiap kelompok secara bergantian untuk membaca LKS mulai dari

judul, tujuan, alat dan bahan serta langkah kerja. Selanjutnya siswa diarahkan

untuk merangkai alat uji elektrolit kemudian akan dicek oleh guru apakah alatnya

sudah berfungsi atau belum. Skema alat uji elektrolit sudah ditulis di papan tulis

oleh guru. Setelah semua kelompok selesai merangkai alat, selanjutnya siswa

melakukan percobaan dengan berpedoman pada LKS. Guru berkeliling ke setiap

meja untuk memantau kerja siswa dalam kerja kelompok.

Setelah masing-masing kelompok selesai melakukan percobaan, guru

mengarahkan siswa untuk merapikan alat dan bahan seperti semula. Kemudian

guru mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi dalam kelompoknya masing-

masing mengenai hasil percobaan yang mereka dapatkan. Guru mengawasi dan

membimbing siswa dalam berdiskusi. Guru membagikan format laporan

kelompok. Guru mengarahkan siswa untuk menulis hasil data pengamatan dalam

format laporan kelompok yang kemudian akan dikumpul. Setelah melakukan


69

diskusi, guru menunjuk salah satu kelompok untuk menuliskan hasil data

percobaan di papan tulis. Selanjutnya guru mengarahkan siswa untuk melakukan

diskusi kelas. Guru memandu diskusi kelas. Perwakilan kelompok yang menulis

data hasil percobaan melakukan presentasi. Guru meluruskan hal-hal yang masih

keliru dari hasil diskusi kelas.

Pada kegiatan penutup, guru menuntun siswa untuk menyimpulan hasil

percobaan yang telah dilakukan. Salah satu siswa menulis kesimpulan di papan

tulis dalam bentuk bagan bahwasannya penggolongan larutan berdasarkan daya

hantar listriknya dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan non elektrolit

yang mana larutan elektrolit dibagi lagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit kuat

dan elektrolit lemah. Selanjutnya guru memberikan tugas untuk membuat laporan

praktikum secara berkelompok yang dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.

Kemudian guru memberi arahan untuk pertemuan pembelajaran selanjutnya masih

pada pokok bahasan yang sama.Guru dan siswa mengucapkan salam penutup.

Topik pembelajaran praktikum yang dilaksanakan di kelas XI yaitu tentang

mengidentifikasi asam dan basa dengan indikator dan titrasi asam basa.

Pembelajaran yang dilaksanakan meliputi tiga tahapan, yaitu pembukaan, inti dan

penutup. Berikut catatan yang dibuat peneliti selama pelaksanaan observasi

menggunakan pedoman observasi.


Pada pembelajaran praktikum mengenai mengidentifikasi asam dan basa

dengan indikator, pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam dari siswa

dan guru di dalam kelas. Kemudian guru mengarahkan siswa untuk menuju ke

laboratorium kimia. Kegiatan pembelajaran praktikum di laboratorium diawali

dengan guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok yang mana satu

kelompok terdiri dari 6-7 orang. Sebelum pembelajaran praktikum dimulai, guru
70

memeriksa ketertiban siswa dan perlengkapan belajar siswa (Lembar Kerja

Siswa). Lembar Kerja Siswa (LKS) diberikan guru sehari sebelum praktikum

dilaksanakan. Guru mengantarkan siswa untuk melanjutkan materi yang akan

dipraktikumkan dengan cara mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan

meliputi materi yang sudah dipelajari dan dikaitkan dengan materi yang akan

dipelajari. Berikut ini adalah petikan kegiatan pendahuluan yang dilakukan oleh

guru.

Guru : “Saya akan mengajak kalian mengingat materi yang sudah lewat yang
mendukung materi yang akan kita pelajari hari ini. (guru mengambil gelas
kimia yang berisi air) saya punya segelas air. Ke dalam air ini saya akan
campurkan cuka dapur. (guru menuangkan cuka dapur ke dalam gelas
kimia yang telah berisi air kemudian mengaduknya). Guru kemudian
bertanya, “apa yang saya campurkan tadi?”
Siswa : “Cuka ” (semua siswa serentak menjawab)
Guru : “Dicampurkan dengan apa?”
Siswa : “Air” (semua siswa serentak menjawab)
Guru : “Nah, setelah dicampur apa yang terbentuk dalam gelas kimia ini?”
Siswa : “Larutan” (salah satu siswa menjawab)
Guru : “Kita akan melihat kembali komponen yang menyusun larutan. Tadi
komponen yang menyusun larutan ini apa saja?”
Siswa : “Air dan cuka”
Guru : “Nah sekarang, air kita katakan apa, dan cuka dapur kita katakan apa?
Waktu kita mencampurkan, mana bagian yang lebih banyak?”
Siswa : “Air” (semua siswa serentak menjawab)
Guru : “Kalau begitu air diistilahkan dengan apa?”
Siswa : “Pelarut”
Guru : “Kemudian asam cukanya diistilahkan dengan apa?”
Siswa : “Zat terlarut”
Guru : “Ya zat terlarut. Jadi apa saja komponen penyusun larutan?”
Siswa : “Pelarut dan zat terlarut”
Guru : “Ya, secara umum komponen larutan itu ada yang dinamakan pelarut dan
zat terlarut”
Selanjutnya guru memberikan motivasi kepada siswa dengan
menampilkan buah jeruk dan botol berisi larutan yang tidak dikenal. Berikut ini
adalah petikan kegiatan pemberian motivasi yang dilakukan oleh guru.
Guru : “Bagaimana cara mengetahui bahwa buah jeruk ini merupakan asam, basa
atau netral?”
Siswa : “dirasain” (beberapa siswa mencicipi buah jeruk)
Guru : “Ya, itu salah satu langkah yang bisa dilakukan” (kemudian guru
mengambil botol berisi larutan yang tidak dikenal) bagaimana caranya
mengetahui bahwasannya larutan ini bersifat asam, basa atau netral?”
71

Siswa : “Diuji secara ilmiah” (beberapa siswa menjawab)


Guru : “Saya tawarkan dan pikirkan masak-masak. Apakah bisa larutan ini
langsung kalian cicipi?”
Siswa : “Tidak, bahaya.” (salah satu siswa menjawab)
Guru : “Nah, sekarang timbul masalah kan? Bagaimana caranya mengetahui sifat
larutan ini? Coba sekarang kalian rumuskan masalah”

Pada kegiatan inti, guru mengarahkan siswa untuk merumuskan masalah.

Setelah siswa merumuskan masalah, guru meminta siswa untuk membuat

hipotesis sesuai permasalahan yang dibuat. Setelah membuat hipotesis selanjutnya

melakukan pengujian terhadap hipotesis dengan percobaan. Guru mengarahkan

siswa untuk mencermati LKS beberapa menit. Guru menunjuk salah satu

kelompok untuk membaca langkah kerja yang ada pada LKS. Kemudian guru

mengenalkan nama alat yang digunakan. Sedangkan untuk nama bahannya, siswa

diajak untuk mencermati langsung label yang ada pada bahan. Setelah itu siswa

melakukan percobaan. Guru mendampingi siswa melakukan prcobaan dan

membimbing siswa apabila ada yang belum dimengerti.

Setelah masing-masing kelompok selesai melakukan percobaan, guru

mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi dalam kelompoknya masing-masing

mengenai hasil percobaan yang mereka dapatkan. Guru mengawasi dan

membimbing siswa dalam berdiskusi kelompok. Setelah melakukan diskusi

kelompok, guru menunjuk salah satu kelompok untuk menuliskan tabel hasil

pengamatan kemudian mempresentasikannya. Guru mengarahkan siswa untuk

melakukan diskusi kelas. Guru memandu diskusi kelas dan membantu meluruskan

permasalahan yang tidak bisa dipecahkan oleh siswa. Guru memberikan

penekanan-penekanan terhadap hasil diskusi yang dilakukan.

Pada kegiatan penutup, guru menuntun siswa untuk menyimpulkan hasil

percobaan yang telah dilakukan. Salah satu siswa menulis kesimpulan di papan
72

tulis dalam bentuk skema bahwasannya larutan dibagi menjadi tiga berdasarkan

sifatnya yaitu larutan asam, basa, dan garam. Selanjutnya guru memberikan tugas

untuk mengkaji permasalahan terkait hasil percobaan yang tidak sesuai dengan

teori dan membuat laporan praktikum secara berkelompok yang akan

dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Guru dan siswa mengucapkan salam

penutup.

Pada pembelajaran praktikum mengenai titrasi asam basa, pembelajaran

diawali dengan mengucapkan salam dari siswa dan guru di dalam kelas.

Kemudian guru mengarahkan siswa untuk menuju ke laboratorium kimia.

Kegiatan pembelajaran praktikum di laboratorium diawali dengan guru

mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok yang mana satu kelompok terdiri

dari 6-7 orang.Sebelum pembelajaran praktikum dimulai, guru memeriksa

ketertiban siswa dan perlengkapan belajar siswa (Lembar Kerja Siswa). Lembar

Kerja Siswa (LKS) diberikan guru sehari sebelum praktikum dilaksanakan. Guru

mengantarkan siswa untuk melanjutkan materi yang akan dipraktikumkan dengan

cara mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan meliputi materi yang

sudah dipelajari dan dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari. Berikut ini

adalah petikan kegiatan pendahuluan yang dilakukan oleh guru.

Guru : “Sebelum kalian akan melakukan kegiatan, saya akan mengajak kalian
untuk mengingat kembali komponen apa yang perlu kalian ingat kembali
untuk nanti memperlancar kegiatan. Yang pertama tentang kadar atau
konsentrasi (guru menulis di papan tulis). Siapa yang masih ingat apa arti
dari konsentrasi?”
Siswa : “Kepekatan.” (salah satu siswa menjawab)
Guru : “Ya, kepekatan. Jadi konsentrasi menyatakan ukuran kepekatan larutan.
Nah, satuan konsentrasi yang sudah kalian kenal apa?”
Siswa : “Molaritas, molalitas, normalitas, kadar, fraksi mol.
Guru : “Nah, dalam percobaan yang akan kalian lakukan, satuan konsentrasi yang
akan digunakan apa? Coba cermati LKS nya.”
Siswa : “Molaritas.”
73

Guru : “Ya, molaritas yang akan kita gunakan dalam percobaan kali ini. Siapa
yang masih ingat apa itu molaritas?”
Siswa : “Banyaknya mol dalam satu liter larutan.”
Guru : “Ya benar. Nah, sekarang kalian sudah mengingat kembali tentang
konsentrasi dan satuan konsentrasi. Selanjutnya kalian akan melakukan
kegiatan titrasi.”

Selanjutnya guru memberikan motivasi kepada siswa dengan

menampilkan larutan HCl yang tidak diketahui konsentrasinya.Berikut ini adalah

petikan kegiatan pemberian motivasi yang dilakukan oleh guru.

Guru : “Ini adalah larutan HCl yang labelnya telah rusak, tidak terbaca. Kita akan
mengetes atau menguji berapa konsentrasi larutan ini. Untuk itu kalian
akan melakukan kegiatan titrasi asam basa. Jadi, apa manfaat atau guna
kita melakukan titrasi?”
Siswa : “Untuk menentukan konsentrasi.”
Guru : “Ya, seperti tadi yang sudah saya sampaikan, seandainya ada larutan yang
labelnya sudah rusak kalian bisa cari kembali berapa konsentrasinya lewat
titrasi.”

Pada kegiatan inti, Guru mengarahkan siswa untuk mencermati LKS

beberapa menit. Guru menunjuk setiap kelompok untuk membaca langkah kerja

yang ada pada LKS secara bergantian. Kemudian guru mengenalkan nama alat

dan bahan yang digunakan. Setelah itu siswa merangkai alat titrasi dan melakukan

percobaan. Guru mendampingi siswa melakukan prcobaan dan membimbing

siswa apabila ada yang belum dimengerti. Setelah melakukan percobaan, siswa

merapikan alat dan bahan seperti semula. Selanjutnya guru mengarahkan siswa

untuk melakukan diskusi dalam kelompoknya masing-masing mengenai hasil

percobaan yang mereka dapatkan. Guru mengawasi dan membimbing siswa

dalam berdiskusi kelompok.

Pada kegiatan penutup, guru memberikan tugas untuk melanjutkan diskusi

kelompok di rumah dan membuat laporan praktikum secara berkelompok yang


74

akan dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.Guru dan siswa mengucapkan

salam penutup.

4.2.2.2 Pelaksanaan Pembelajaran Praktikum Guru Kimia II


Observasi pelaksanaan pembelajaran praktikum guru kimia II

dilaksanakan di tiga kelas, yaitu kelas XII IPA 1, XII IPA 2, XII IPA 3 dan

pelaksanaan observasi pembelajaran praktikum dilaksanakan satu kali untuk

setiap kelas. Topik pembelajaran praktikum yang dilaksanakan yaitu tentang

pembuatan senyawa ester. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan meliputi tiga

tahapan, yaitu pembukaan, inti dan penutup. Berikut catatan yang dibuat peneliti

selama pelaksanaan observasi menggunakan pedoman observasi.


Kegiatan pembukaan diawali dengan mengucapkan salam dari siswa dan

guru. Kemudian guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok yang mana

satu kelompok terdiri dari 4-5 orang. Selanjutnya guru memfokuskan perhatian

siswa. Kemudian guru membagikan LKS praktikum. Guru mengarahkan siswa

untuk mencermati LKS praktikum. Kemudian guru memperkenalkan alat dan

bahan yang digunakan dan menjelaskan langkah kerja percobaan. Selanjutnya

guru menyampaikan SK, KD, dan indikator. Guru menyajikan materi tentang ester

secara ringkas menggunakan media power point. Guru mengingatkan kembali

pada siswa jenis-jenis gugus fungsi senyawa karbon. Guru memotivasi siswa

dengan mengajukan pertanyaan: Apa kegunaan ester dalam kehidupan sehari-

hari? Guru memberti latihan kepada siswa untuk menuliskan beberapa stuktur dari

senyawa ester.
Pada kegiatan inti, guru mengarahkan siswa untuk melakukan percobaan.

Siswa melakukan percobaan dengan bimbingan guru. Setelah melakukan

percobaan, guru mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi kelompok


75

mengenai hasil percobaan yang mereka dapatkan. Siswa melakukan diskusi

kelompok dibimbing oleh guru. Setelah selesai berdiskusi kelompok, salah satu

perwakilan kelompok mempresentasikan hasil percobaannya di depan. Guru

meluruskan hal-hal yang masih keliru dari hasil diskusi kelas


Pada kegiatan penutup, guru menuntun siswa untuk menyimpulkan hasil

percobaan. Siswa mengumpulkan laporan kelompok. Siswa membersihkan dan

merapikan alat dan bahan seperti semula. Guru dan siswa menutup pelajaran.

Selain melakukan observasi, dilakukan juga wawancara terhadap dua guru

kimia dan siswa terkait pelaksanaan praktikum. Berdasarkan hasil wawancara,

pembelajaran praktikum dilaksanakan secara berkelompok. Jumlah siswa dalam

satu kelompok pada kelas X yaitu 4-5 orang, pada kelas XI 6-7 orang, dan pada

kelas XII 4-5 orang. Hal tersebut disesuaikan dengan jumlah siswa di setiap kelas.

Untuk kegiatan praktikum yang sudah dilaksanakan, jumlah kelompok yang ada

yaitu enam kelompok. Temuan ini didukung penuh oleh data hasil wawancara

sebagai berikut.

P : “Praktikum dilaksanakan secara berkelompok atau individu Pak/Bu?”


J : “Kembali ke masalah alat dan bahan yang terbatas, sementara ini kita
buat kelompok. Jadi yang sudah jalan untuk semester ini maksimal
kita bisa membentuk 6 kelompok.” (GK-1)
“Selalu berkelompok, kalau ujian baru individu.” (GK-2)
“Biasanya itu dibentuk kelompok-kelompok kalau untuk praktikum
biasa, tapi kalo ujian praktikum seperti yang kemarin itu ya
perorangan.” (Laboran)
P : “Kegiatan praktikum dilaksanakan secara berkelompok/individu?”
J : “Biasanya berkelompok.” (SX-1/SX-2/SX-3/SX-4/SX-5/SX-6/SX-7/
SX-8/SX-9/SX-10/SX-11/SX-12/SX-13/SX-14/SX-15/SXI-1/SXI-2/
SXI-3/SXI-4/SXI-5/SXI-6/SXI-7/SXII-1/SXII-2/SXII-3/SXII-4/SXII-5)

P : “Berapa jumlah anggota kelompok dalam melaksanakan kegiatan


praktikum Pak?”
J : “Tergantung jumlah siswa di setiap kelas. Kalau misalnya jumlah
siswanya 36 ya yang satu kelompok 6 orang.” (GK-1)
76

“Biasanya ada jumlah siswa di bawah 30 di atas 25 biasanya ibu


membuat 6-8 kelompok. Jadi dalam satu kelompok ada 4-5 orang.”
(GK-2)
“Tergantung jumlah siswa di setiap kelas sih. Yang sudah jalan jumlah
kelompoknya 6 kelompok. Kalau misalnya jumlah siswanya 36 ya
yang satu kelompok 6 orang.”(Laboran)

P : “Berapa jumlah anggota kelompok dalam melaksanakan kegiatan


praktikum?”
J : “Satu kelompok biasanya 4-5 orang.” (SX-3/SX-4/SX-5/SX-6/SX-
7/SX-8/SX-9/SX-11/SX-12/SX-15)
“Satu kelompok biasanya 6-7 orang.” (SXI-1/SXI-2/SXI-3/SXI-
4/SXI-5)
“Satu kelompok biasanya 4-5 orang.”( SXII-1/SXII-2/SXII-3/SXII-
4/SXII-5)

4.2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Keterlaksanaan Praktikum


Data mengenai faktor-faktor yang memengaruhi keterlaksanaan praktikum

diperoleh dengan teknik wawancara. Faktor-faktor yang memengaruhi

keterlaksanaan praktikum dibagi menjadi dua, yaitu faktor yang mendukung dan

faktor yang mengahambat. Berikut ini dipaparkan temuan-temuan yang berkaitan

mengenai faktor-faktor yang mendukung dan menghambat keterlaksanaan

praktikum kimia.

1. Faktor- faktor yang Mendukung Keterlaksanaan Praktikum Kimia


Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terdapat faktor-faktor

yang mendukung keterlaksanaan praktikum kimia, yaitu kelengkapan sarana dan

prasarana praktikum di SMA Laboratorium Undiksha.


Sarana dan prasarana pendukung antara lain; laboratorium kimia,

kelengkapan alat dan bahan yang mendukung pelaksanaan praktikum kimia dalam

keadaan layak pakai. Dapat dikatakan bahwa fasilitas yang mendukung

keterlaksanaan praktikum kimia sudah tersedia. Laboratorium kimia yang terpisah

dari laboratorium IPA lainnya di dalamnya terdapat ruangan khusus untuk laboran.
77

Walaupun tidak terdapat ruangan khusus untuk penyimpanan alat dan bahan,

namun alat dan bahan yang menunjang keterlaksanaan praktikum kimia tersusun

rapi di dalam lemari kaca. Ada juga beberapa alat tersimpan dalam loker kayu

yang terletak di bawah jendela. Terdapat juga fasilitas penunjang pembelajaran di

laboratorium seperti LCD dan proyektor. Selain itu terdapat seorang laboran

khusus kimia yang membantu menyiapkan alat dan bahan praktikum, namun

laboran tersebut bukan lulusan pendidikan kimia. Laboran tersebut hanya lulusan

SMK namun sudah menjadi laboran sejak tahun 1997 di SMA Laboratorium dan

sudah pernah mendapat pelatihan sebagai laboran sebanyak tiga kali.


Data hasil observasi diperkuat dengan wawancara mendalam mengenai

faktor-faktor yang mendukung keterlaksanaan praktikum kimia. Berdasarkan

informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dikatakan bahwa yang mendukung

keterlaksanaan praktikum kimia yaitu; (1) kelengkapan alat dan bahan praktikum;

(2) kesiapan guru dan siswa untuk melaksanakan kegiatan praktikum; (3) adanya

laboran; dan (4) waktu pembelajaran yang mencukupi untuk melaksanakan

kegiatan praktikum. Berikut ini hasil wawancara yang dilakukan kepada dua

orang guru kimia dan seorang laboran.

P : “Apasajakah faktor-faktor yang mendukung keterlaksanaan praktikum di


SMA Laboratorium Undiksha Pak/Bu?”
J : “Faktor-faktor yang mendukung ya sudah tentu pertama yang akan
mendampingi dalam praktikum yaitu guru dan laborannya, dan tentu
juga tidak lepas dari siswa itu sendiri, di dalam melaksanakan
praktikum. Yang mendukung yang lain ya juga kelengkapan alat dan
bahannya. Waktu juga berpengaruh. Karena kenyataannya waktu riil
dengan waktu kurikulum itu jauh berbeda. Belum dipotong oleh
kegiatan-kegiatan insidental. Sementara daya capai kurikulum
menuntut agar pencapaian kurikulum itu sesuai dengan target.” (GK-
1)

“Yang mendukung tersedianya alat dan bahan, kemudian gurunya


sendiri, kalau gurunya ndak bisa kan ndak terlaksananya jadinya
praktikumnya, terus siswa juga. Waktu juga harus ada.” (GK-2)
78

“Waktu, alat dan bahan, guru dan siswa. Kalau laboran, tanpa laboran
saya kira praktikum bisa jalan sepanjang gurunya ada waktu untuk
mempersiapkan alat dan bahan praktikum dan guru selalu
berkoordinasi dengan laboran. Contoh kalau laboran ndak sekolah dan
nanti laboran ada koordinasi dengan guru, saya rasa praktikum bisa
dilaksanakan. Atau ambil aja contoh, dulu sekolah pernah vakum
dalam artian ndak ada laboran sekian bulan, dan praktikum bisa
dilaksanakan.” (Laboran)

Keberadaan alat dan bahan praktikum cukup memadai apabila

dilaksanakan praktikum secara berkelompok (6 kelompok). Alat dan bahan yang

disediakan untuk kegiatan praktikum selama ini berasal dari dana BOS. Hal

tersebut didukung oleh pernyataan salah satu guru kimia.

“Untuk di sekolah kami ini sudah mulai berangsur-angsur pemenuhan alat,


itu berkat adanya bantuan pemerintah berupa dana BOS. Itu kami
manfaatkan untuk keperluan di laboratorium. Demikian pula pemenuhan
bahan-bahannya yang diperlukan juga dananya ada yang bersumber dari
dana BOS.” (GK-1)

Jika alat dan bahan praktikum yang ada di laboratorium tidak mencukupi

atau habis, maka laboran akan berkoordinasi dengan guru kimia dan waka sarana

prasarana agar alat dan bahan praktikum bisa dianggarkan untuk tahun ajaran

berikutnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh laboran.

“Mungkin solusinya saya tanya pada guru pamong yang bersangkutan,


mungkin dikasi solusi dengan mengganti dengan zat lain dan lebih lanjut
nanti berkoordinasi dengan waka sarana prasarana agar bisa dianggarkan
untuk tahun ajaran berikutnya.” (Laboran)

Penyiapan alat dan bahan dilakukan oleh laboran. Laboran yang

menyiapkan alat dan bahan praktikum adalah laboran khusus kimia namun bukan

lulusan pendidikan kimia. Walaupun tidak memenuhi kualifikasi, hal tersebut

bukanlah menjadi hambatan untuk melaksanakan kegiatan praktikum. Tanpa

adanya laboran, praktikum tetap bisa dilaksanakan sepanjang guru memiliki


79

waktu untuk menyiapkan alat dan bahan dan ada koordinasi antara guru dan

laboran. Hal tersebut didukung penuh oleh pernyataan informan sebagai berikut.

“Waktu, alat dan bahan, guru dan siswa. Kalau laboran, tanpa laboran saya
kira praktikum bisa jalan sepanjang gurunya ada waktu untuk
mempersiapkan alat dan bahan praktikum dan guru selalu berkoordinasi
dengan laboran. Contoh kalau laboran ndak sekolah dan nanti laboran ada
koordinasi dengan guru, saya rasa praktikum bisa dilaksanakan. Atau
ambil aja contoh, dulu sekolah pernah vakum dalam artian ndak ada
laboran sekian bulan, dan praktikum bisa dilaksanakan.” (Laboran)

Berdasarkan hasil observasi yang diperkuat dengan wawancara mendalam

yang telah dijabarkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang

mendukung keterlaksanaan praktikum kimia yaitu; (1) kelengkapan alat dan bahan

praktikum; (2) kesiapan guru dan siswa untuk melaksanakan kegiatan praktikum;

(3) adanya laboran; dan (4) waktu pembelajaran yang mencukupi untuk

melaksanakan kegiatan praktikum.

2. Faktor- faktor yang Menghambat Keterlaksanaan Praktikum Kimia


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada dua orang guru

kimia dan seorang laboran, diketahui bahwa faktor-faktor yang menghambat

keterlaksanaan praktikum kimia yaitu; (1) keterbatasan alat dan bahan; (2)

kurangnya waktu pelaksanaan praktikum; (3) kurangnya pemahaman peserta didik

terhadap langkah kerja praktikum; dan (4) ruang laboratorium yang sempit.

Temuan ini didukung penuh oleh data hasil wawancara sebagai berikut.

P : “Apasajakah faktor-faktor yang menghambat keterlaksanaan praktikum


di SMA Laboratorium Undiksha Pak/Bu?”
J : “Kalau faktor-faktor yang menghambat ya kebalikan dari faktor
pendukung yang tadi. Jika yang mendukung itu tidak ada jadilah
faktor penghambat.” (GK-1)
“Yang menghambat ya kebalikan dari yang mendukung tadi. Tidak
tersedianya alat dan bahan, tidak tersedianya waktu, dan kalau
gurunya ndak bisa.” (GK-2)
“Tidak tersedianya alat dan bahan, tidak tersedianya waktu, gurunya
ada kepentingan di luar pembelajaran sehingga praktikumnya molor
misalnya dijadwalkan minggu ini tapi karena guru ada kepentingan
80

mendadak di luar jam pelajaran, praktikumnya minggu depan baru


bisa jalan.” (Laboran)

P : “Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai sarana dan prasarana yang


telah disediakan sekolah khususnya mengenai praktikum?”
J : “Untuk di sekolah kami ini sudah mulai berangsur-angsur pemenuhan
alat, itu berkat adanya bantuan pemerintah berupa dana BOS. Itu kami
manfaatkan untuk keperluan di laboratorium. Demikian pula
pemenuhan bahan-bahannya yang diperlukan juga dananya ada yang
bersumber dari dana BOS. Untuk kondisi ruang laboratorium yang ada
di sekolah kami ini anda sudah bisa liat sendiri, kalau kita kaitkan
dengan settingan pembelajaran untuk peserta didik itu kurang
memenuhi karena settingannya itu disetting untuk laboratorium
penelitian, bukan untuk laboratorium pembelajaran yang melibatkan
sekian siswa.” (GK-1)
“Sarana prasarana lumayan cukup di sini. Tidak sih terlalu mengalami
hambatan. Kebetulan yang ibu ajarkan di sini cukup untuk kimianya,
ndak tau pelajaran yang lain. Kalau ruang laboratoriumnya seperti
yang adik lihat ya agak kecil sedikit dan suhunya juga agak panas di
sana, karena tempatnya di atas kemudian kalau kita pake kipas angin
yang menggunakan nyala api nggak bisa sehingga kipas angin harus
dimatikan tidak bisa kita pakai. Apalagi jam-jam terakhir, jam-jam 7-
8, dari segi tempatnya itu agak kecil gitu belum memenuhi standar.
Dari kelengkapan sarana seperti LCD dan proyektor sudah lengkap,
papan tulis ada, dan untuk alat dan bahan praktikum juga sudah cukup
khusus untuk yang ibu ajarkan.” (GK-2)

“Saya kira udah cukup kok. Semua dalam keadaan layak. Kalau
masalah ruangan itu belum standar karena ruangannya terlalu kecil.
Itu laboratorium cocok untuk penelitian bukan untuk pembelajaran
siswa. Kita selaku penerima hibah nggak bisa ngomong apa karena
sudah didesai seperti itu. Mungkin itu karena terbatas areal atau lahan.
Yang jelas ruangan praktikum belum standar.” (Laboran)

P : “Apasajakah kendala/permasalahan yang biasanya muncul dalam


pelaksanaan praktikum kimia?”
J :“Kendalanya siswa padahal sebelumnya sudah diberitahu untuk
mencermati petunjuk kerjanya, tapi kadang-kadang siswa belum
mencermati petunjuk dalam praktikum. Kemudian masih ada terjadi
penggunaan alat yang dilakukan oleh siswa itu kurang tepat. Nah jika
itu teramati saat PBM, saya langsung investigasi bagaimana
mengambil bahan yang benar, menuangkan bahan yang benar,
membaca skala yang benar, itu langsung saya investigasi saat itu.”
(GK-1)
“Kalau dalam pelaksanaanya hambatannya terhadap siswa. Siswanya
sering tidak jelas, tidak bisa memahami cara kerja atau langkah-
langkah kerja yang sudah ada dalam LKS, selalu minta bantuan.
Kemudian tidak percaya diri untuk membuat suatu kesimpulan. Ambil
81

contoh misalnya dari segi warna, warna yang timbul ini warna apa, dia
lagi bertanyasehingga saya selalu kembalikan, menurut kamu itu apa.
Seperti kemarin bau, bau apa ini, dia lagi nanya. Sehingga siswa itu
tidak percaya pada dirinya sendiri, bertanya lagi pada gurunya.
Solusinya ya ibu kembalikan kepada siswa, ibu suruh dia baca buku,
ibu bimbing dan tuntun dia, tidak langsung ibu jawab.” (GK-2)

3. Solusi yang Ditawarkan Guru untuk Mengatasi Permasalahan yang Dihadapi


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada dua orang guru kimia

dan seorang laboran, diketahui bahwa solusi yang ditawarkan guru untuk

mengatasi masalah keterbatasan alat bahan dan keterbatasan waktu untuk

melaksanakan praktikum, yaitu melakukan demonstrasi dan berdiskusi dengan

berbantuan media. Temuan ini didukung penuh oleh data hasil wawancara sebagai

berikut.

P : “Apakah solusi yang Bapak/Ibu tawarkan jika kegiatan praktikum


terhambat oleh keterbatasan waktu/ keterbatasan alat dan bahan?”
J : “Solusi yang bisa dilakukan, bila tidak bisa praktikum kita ubah jadi
demonstrasi, tidak bisa demonstrasi kita gunakan media visual atau
audiovisual. Kalau bahannya ada di sekitar kita, bisa dilakukan dengan
mengganti bahannya, tetapi masalah waktu tetap saja kurang. Untuk
bahan yang kurang itu lebih lanjut nanti dianggarkan untuk tahun ajaran
berikutnya.” (GK-1)

“Kecuali ada waktu tambahan misalnya paginya dilaksanakan


praktikumnya kemudian di rumah dia membahas materinya, itu
misalnya kalau dia bisa. Cuma dia selalu minta bimbingan, tanpa
bimbingan menjelaskan materi kan ndak bisa menjawab. Saya juga
pernah menggantikan praktikum dengan demonstrasi, tergantung kalau
rasanya bisa didemonstrasikan di kelas kita demonstrasikan atau
kadang-kadang juga ibu pakai media audiovisual.” (GK-2)

“Kalau itu gurunya yang lebih tau. Biasanya sih kalau tidak bisa
praktikum, ya dipake demonstrasi atau pembelajaran dengan media
visual atau audiovisual.” (Laboran)

4.3 Pembahasan
Pada bagian ini dibahas mengenai hasil yang telah dipaparkan sebelumnya

yaitu topik/materi praktikum yang dilaksanakan di SMA Laboratorium Undiksha,


82

cara guru melaksanakan pembelajaran praktikum, dan faktor-faktor yang

memengaruhi keterlaksanaan praktikum.

4.3.1 Topik atau Materi Praktikum yang Dilaksanakan


Perencanaan pelaksanaan praktikum kimia di SMA Laboratorium

Undiksha meliputi pembuatan RPP, LKS, dan penyiapan alat bahan praktikum.

Jenis-jenis praktikum kimia kelas X, XI dan XII secara keseluruhan direncanakan

sesuai dengan silabus yang digunakan, namun tidak semua jenis-jenis praktikum

yang dituntut pada silabus mata pelajaran kimia kelas X, XI, dan XII

direncanakan oleh guru. Persiapan pembelajaran praktikum berupa pembuatan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS)

praktikum disiapkan jauh hari sebelum praktikum dilaksanakan. Penyiapan alat

dan bahan dilakukan oleh laboran dan saling berkoordinasi dengan masing-

masing guru kimia. Proses penyiapan alat dan bahan dilakukan sehari atau dua

hari sebelum kegiatan praktikum kimia dimulai atau kemungkinan penyiapan alat

dan bahan dilakukan beberapa jam sebelum kegiatan praktikum dimulai. Sebelum

praktikum dilaksanakan, laboran juga mengecek kemampuan alat dan bahan

praktikum. Pengaturan jadwal penggunaan laboratorium dilakukan setiap tahun

ajaran baru dan mengikuti jadwal pembelajaran kimia di masing-masing kelas.

Jadwal tersebut dibuat oleh Waka Kurikulum.


Ditinjau dari proses perencanaan praktikum kimia di SMA Laboratorium

Undiksha Singaraja sudah dibuat dengan baik. Permendiknas No. 41 Tahun 2007

tentang standar proses menyatakan bahwa perencanaan pembelajaran meliputi

silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Menurut teori yang tercantum

dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007, dinyatakan bahwa silabus bisa disusun

secara mandiri maupun berkelompok. Jadi, pelaksanaan pengembangan silabus


83

sudah sesuai dengan teori. Dalam standar proses juga mewajibkan bahwa setiap

guru harus menyusun RPP sendiri. Jadi, kegiatan perencanaan praktikum kimia

yang dilakukan oleh guru kimia dilihat dari Permendiknas No. 41 Tahun 2007

tentang standar proses sudah memenuhi standar yang ditetapkan.


Tahap perencanaan dalam pembelajaran praktikum tidak terbatas pada

penyusunan silabus dan RPP saja. Penyiapan alat dan bahan juga salah satu tahap

perencanaan pembelajaran praktikum. Alat dan bahan yang menunjang kegiatan

praktikum disiapkan oleh laboran. Keberadaan laboran sangatlah diperlukan

dalam laboratorium kimia. Sebelum kegiatan praktikum dilaksanakan alat dan

bahan harus disiapkan dengan matang. Apabila persiapan tersebut hanya

dilakukan oleh guru yang bersangkutan, maka akan membuat guru-guru tersebut

kewalahan, mengingat guru kimia juga mempunyai tanggung jawab sehari-hari

yang tidak sedikit. Hal tersebut dipertegas oleh pendapat Kertiasa (2006) bahwa

guru perlu dibantu oleh teknisi laboratorium dan/ atau asisten laboratorium. Jika

sekolah memiliki lebih dari satu laboratorium, setiap laboran sekuang-kurangnya

memerlukan satu orang pembantu dan mungkin juga satu teknisi laboratorium

untuk memimpin petugas-petugas tersebut. Penyiapan alat dan bahan oleh pihak

laboran juga dinyatakan dalam Permendiknas No. 26 Tahun 2008 mengenai

standar tenaga laboratorium sekolah/madrasah yang menyatakan bahwa

kompetensi laboran adalah salah satu melayani kegiatan praktikum. Jadi,

penyiapan alat dan bahan sebelum praktikum sudah memenuhi standar yang

ditetapkan.
Kegiatan praktikum kimia yang sudah dilaksanakan masih dalam jumlah

terbatas. Jenis-jenis praktikum kimia yang dituntut silabus KTSP di SMA

Laboratorium Undiksha tidak semua bisa dilaksanakan. Hal ini ditemukan


84

berdasarkan hasil pengambilan data yang telah dilakukan. Pada kelas X hanya

melaksanakan satu praktikum dari lima praktikum yang seharusnya dilaksanakan.

Pada kelas XI hanya melaksanakan lima praktikum dari 14 praktikum yang

seharusnya dilaksanakan. Pada kelas XII hanya melaksanakan lima praktikum dari

11 praktikum yang seharusnya dilaksanakan.


Dalam konteks pelaksanaan praktikum kimia di SMA Laboratorium

Undiksha, jika dilihat dari jumlah praktikum yang sudah dilaksanakan masih

dalam jumlah terbatas dan tidak memenuhi seluruh kompetensi dasar yang

terdapat pada silabus kimia dalam KTSP. Hal tersebut menandakan bahwa

pembelajaran kimia di SMA Laboratorium Undiksha belum optimal. Hal ini

sesuai dengan yang diungkapkan oleh Wiratini (2012) bahwa konsep-konsep

kimia akan lebih mudah dipahami peserta didik juga lebih memahami materi

dengan praktik atau melihat secara langsung di samping penguasaan konsep-

konsep ilmu yang diperoleh dari buku-buku teks. Jadi, pembelajaran ilmu kimia

melalui eksperimen akan dapat menjadikan ilmu kimia sesuai dengan fungsinya

sebagai cabang ilmu pengetahuan alam, yakni mendeskripsikan, menjelaskan, dan

meramalkan kejadian-kejadian alam.


Pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi dalam hal

pelajaran kimia di SMA/MA disebutkan bahwa ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis sehingga

IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja melainkan juga merupakan suatu proses

penemuan. Pembelajaran kimia dan penilaian haasil belajar kimia harus

memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk. Jadi,

pembelajaran praktikum dalam belajar ilmu kimia tidak bisa diabaikan karena
85

merupakan hal yang sangat prinsip sesuai dengan karakteristik ilmu kimia sebagai

proses.

4.3.2 Cara Guru Melaksanakan Pembelajaran Praktikum


Cara guru melaksanakan pembelajaran praktikum dilihat dari proses

pelaksanaan pembelajaran praktikum dari awal sampai akhir. Pelaksanaan

pembelajaran praktikum tersebut merupakan implementasi dari perencanaan yang

telah disusun. Menurut Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007, tahap pelaksanaan

meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Dalam pelaksanaan

pembelajaran dengan memanfaatkan laboratorium, tahapan pelaksanaannya tidak

jauh berbeda dengan tahapan kegiatan pembelajaran di dalam kelas.


Pada pembelajaran praktikum mengenai membedakan larutan elektrolit

dan non elektrolit di kelas X dan titrasi asam basa di kelas XI IPA, terlihat bahwa

guru I menggunakan pendekatan induktif dan metode eksperimen-diskusi. Pada

kegiatan pendahuluan, guru memberikan apersepsi dan motivasi sehingga siswa

mendapat gambaran tentang praktikum yang akan dilaksanakan. Pada kegiatan

apersepsi, guru I memberikan pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan

dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari yaitu tentang komponen larutan

pada materi elektrolit-non elektrolit dan arti kadar/konsentrasi beserta beberapa

satuan konsentrasi yang telah dikenal pada materi titrasi asam basa.
Pada pembelajaran praktikum mengenai identifikasi asam dan basa

dengan indikator, terlihat bahwa guru I menggunakan model discovery learning,

pendekatan proses, dan metode eksperimen-diskusi. Pada kegiatan pendahuluan,

guru memberikan apersepsi dan motivasi sehingga siswa mendapat gambaran

tentang praktikum yang akan dilaksanakan. Pada apersepsi, guru I memberikan

pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan dikaitkan dengan materi yang

akan dipelajari yaitu tentang komponen larutan. Guru memberikan motivasi


86

kepada siswa dengan menampilkan buah jeruk dan botol berisi larutan yang tidak

dikenal kemudian memberikan pertanyaan bagaimana cara mengetahui buah jeruk

dan larutan yang tak dikenal tersebut bersifat asam atau basa.
Pemberian apersepsi dan motivasi oleh guru I tersebut sudah sesuai

dengan tuntutan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 bahwa pada kegiatan

pendahuluan guru wajib memberi motivasi belajar peserta didik secara

kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari,

dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional,

serta disesuaikan dengan karakteristik dan jenjang peserta didik; mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi

yang akan dipelajari.

Kegiatan inti pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru I pada

pembelajaran praktikum mengenai membedakan larutan elektrolit dan non

elektrolit dan titrasi asam basa dilaksanakan dengan tiga tahapan, yaitu tahap

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi sesuai dengan KTSP. Pada kegiatan

eksplorasi, guru mengarahkan siswa untuk mencermati LKS, menunjuk setiap

kelompok secara bergantian untuk membaca LKS mulai dari judul, tujuan, alat

dan bahan serta langkah kerja, merangkai alat uji elektrolit dan titrasi, dan

melakukan percobaan dengan berpedoman pada LKS.

Pada kegiatan elaborasi, guru mengarahkan siswa untuk melakukan

diskusi dalam kelompoknya masing-masing mengenai hasil percobaan yang

mereka dapatkan dan menulis hasil data pengamatan dalam format laporan

kelompok. Pada tahap ini, guru mengawasi dan membimbing siswa dalam

berdiskusi. Pada kegiatan konfirmasi, guru menunjuk salah satu kelompok untuk

menuliskan hasil data percobaan di papan tulis dan mempresentasikannya. Guru


87

meluruskan hal-hal yang masih keliru dari hasil diskusi kelas. Pada pembelajaran

praktikum titrasi asam basa, konfirmasi dilakukan di kelas pada pembelajaran

selanjutnya. Hal tersebut dikarenakan jam pelajaran telah berakhir. Tahap

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang dilakukan oleh guru I sudah sesuai

dengan Permendiknas No. 41 Tahun 2007.

Kegiatan inti pembelajaran praktikum mengenai mengidentifikasi asam

dan basa dengan indikator yang dilaksanakan oleh guru I terdiri atas enam tahapan

diantaranya; (1) pada tahap stimulus, guru I memberikan stimulus kepada siswa

tentang bagaimana cara mengetahui sifat asam-basa suatu larutan melalui

pertanyaan-pertanyaan; (2) pada identifikasi masalah, guru I mengarahkan siswa

untuk merumuskan masalah dan membuat hipotesis; (3) pada tahap pengumpulan

data, guru mengarahkan siswa untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis

yang mereka ajukan dengan melakukan percobaan sesuai dengan prosedur yang

ada pada LKS praktikum. Guru mengarahkan siswa melakukan percobaan dan

membimbing siswa apabila ada yang belum dimengerti; (4) pada tahap

memproses data, guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi kelompok mengenai

hasil percobaan yang telah didapat dan menarik kesimpulan; (5) pada tahap

verifikasi data, guru menunjuk salah satu kelompok untuk menuliskan tabel hasil

pengamatan kemudian mempresentasikannya. Guru memandu diskusi kelas dan

memfasilitasi siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas; (6) pada tahap

akhir yaitu generalisasi, guru menuntun siswa untuk menyimpulkan hasil

percobaan yang telah dilakukan. Salah satu siswa menulis kesimpulan di papan

tulis dalam bentuk skema bahwasannya larutan dibagi menjadi tiga berdasarkan

sifatnya yaitu larutan asam, basa, dan garam.


88

Berdasarkan tahapan-tahapan tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru I

sudah melaksanakan tahap-tahap model pembelajaran discovery learning. Model

pembelajaran discovery leraning merupakan salah satu model pembelajaran

dimana guru tidak langsung memberikan hasil akhir atau kesimpulan dari materi

yang disampaikannya, melainkan siswa diberi kesempatan mencari dan

menemukan hasil data tersebut. Sehingga proses pembelajaran ini yang akan

diingat oleh siswa sepanjang masa, sehingga hasil yang ia dapat tidak mudah

dilupakan (Aini, 2015). Dengan menggunakan model pembelajaran penemuan

siswa akan dibimbing untuk mencari dan menemukan sendiri materi atau jawaban

yang sedang dipelajari. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Kadri (2015)

menunjukkan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan

menggunakan model discovery learning memberikan pengaruh yang signifikan

daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Pada kegiatan akhir/penutup pembelajaran praktikum mengenai

membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit, titrasi asam basa, dan

mengidentifikasi asam dan basa dengan indikator, guru memberikan tugas untuk

membuat laporan praktikum secara berkelompok dan menyampaikan rencana

pembelajaran selanjutnya. Namun, pada materi pembelajaran titrasi asam basa

dan mengidentifikasi asam dan basa dengan indikator yang dilakukan oleh guru I

tidak sampai pada menyampaikan rencana pembelajaran selanjutnya. Kegiatan

tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas sudah sesuai dengan Permendikbud

No. 22 Tahun 2016. Seharusnya guru menyampaikan rencana kegiatan

pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. Widyastono (2007) menyatakan bahwa

penyampaian rencana pembelajaran selanjutnya ini sangat penting dilakukan


89

dalam suatu proses pembelajaran agar siswa dapat mempersiapkan diri untuk

mengikuti pembelajaran selanjutnya.

Hal tersebut di atas tercantum dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016

bahwa pada kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara individual

maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi seluruh rangkaian

aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara

bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil

pembelajaran yang telah berlangsung, memberikan umpan balik terhadap proses

dan hasil pembelajaran, melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk

pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok, dan menginformasikan

rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

Hasil observasi pembelajaran praktikum yang dilakukan oleh guru I

menunjukkan bahwa guru I melaksanakan pembelajaran praktikum dengan

sistematis, komunikatif, percaya diri, antusias dan simpatik. Selain itu, guru juga

selalu berusaha menumbuhkan partisipasi aktif siswa dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan dasar yang berkaitan dengan materi dan selalu

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang

diajukan sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Hal tersebut sesuai dengan

Depdiknas Tahun 2008 tentang Penilaian Kinerja Guru, bahwa guru harus

berperan sebagai komunikator yang baik, memberikan dorongan kepada siswa

agar tumbuh semangat untuk belajar, melaksanakan diskusi dalam kelas dan

mengajukan pertanyaan.

Pada pembelajaran praktikum mengenai pembuatan senyawa ester yang

dilakukan oleh guru II, terlihat bahwa guru II menggunakan pendekatan deduktif
90

dan metode eksperimen-diskusi. Pembelajaran praktikum yang dilakukan oleh

guru II terlihat tidak sistematis, tidak sesuai dengan langkah-langkah

pembelajaran yang ada pada RPP. Pada kegiatan pendahuluan, sebelum pemberian

apersepsi dan motivasi guru memperkenalkan alat dan bahan yang digunakan dan

menjelaskan langkah kerja percobaan. Selanjutnya guru menyampaikan SK, KD,

dan indikator.

Guru II menggunakan pendekatan deduktif. Hal ini terlihat dari guru

menyajikan materi tentang ester secara ringkas terlebih dahulu sebelum

melakukan praktikum. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh

Widyastono (2007), langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam kegiatan

pendahuluan salah satunya menjelaskan secara singkat isi pelajaran. Pada

permulaan pelajaran, siswa ingin segera mengetahui apa yang akan dipelajari pada

pertemuan saat itu. Keingintahuan itu akan terpenuhi apabila guru menjelaskan

secara singkat sehingga siswa mendapat gambaran tentang pelajaran yang akan

dibahas maupun praktikum yang akan dilaksanakan.

Pada apersepsi, guru II mengingatkan kembali tentang jenis-jenis gugus

fungsi senyawa karbon. Guru memotivasi siswa dengan mengajukan pertanyaan:

Apa kegunaan ester dalam kehidupan sehari-hari? Guru memberti latihan kepada

siswa untuk menuliskan beberapa stuktur dari senyawa ester. Pemberian apersepsi

dan motivasi yang dilakukan oleh guru II tersebut sudah sesuai dengan tuntutan

Permendikbud No. 22 Tahun 2016.

Kegiatan inti yang dilakukan oleh guru II dilaksanakan dengan tiga

tahapan, yaitu tahap eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi sesuai dengan KTSP.

Pada kegiatan eksplorasi, guru mengarahkan siswa untuk mencermati LKS, dan
91

melakukan percobaan dengan berpedoman pada LKS. Pada kegiatan elaborasi,

guru mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi kelompok mengenai hasil

percobaan yang mereka dapatkan. Siswa melakukan diskusi kelompok dengan

bimbingan guru. Pada kegiatan konfirmasi, guru menunjuk salah satu kelompok

untuk menuliskan hasil data percobaan di papan tulis dan mempresentasikannya.

Guru meluruskan hal-hal yang masih keliru dari hasil diskusi kelas. Pada kegiatan

penutup, siswa mengumpulkan laporan kelompok dan guru menuntun siswa untuk

menyimpulkan hasil percobaan.

Hasil observasi pembelajaran praktikum yang dilakukan oleh guru II

menunjukkan bahwa guru II melaksanakan pembelajaran praktikum dengan

komunikatif, percaya diri, antusias dan simpatik, namun kurang sistematis. Guru

juga selalu berusaha menumbuhkan partisipasi aktif siswa dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan dasar yang berkaitan dengan materi dan selalu

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang

diajukan sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Selain itu guru II juga

memanfatkan media pembelajaran (power point) untuk memudahkan siswa dalam

memahami materi. Hal tersebut sesuai dengan Depdiknas Tahun 2008 tentang

Penilaian Kinerja Guru, bahwa kemampuan lainnya dalan pelaksanaan

pembelajaran yang perlu dikuasai guru di samping pengelolaan kelas adalah

menggunakan media baik media visual maupun audiovisual.

Seperti yang tertera pada Permendiknas RI, guru wajib memfasilitasi

siswa saat mengeksplorasi dan mengumpulkan data sehingga diperoleh data yang

berkaitan dengan konsep. Di lapangan, guru I dan guru II sudah memfasilitasi


92

siswa dengan cara pemberian LKS agar dapat menuntun siswa untuk menemukan

informasi.

4.3.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Keterlaksanaan Praktikum


Faktor-faktor yang memengaruhi keterlaksanaan praktikum terdiri dari

faktor-faktor yang mendukung dan faktor-faktor yang menghambat. Faktor-faktor

yang mendukung keterlaksanaan praktikum yaitu; (1) kelengkapan alat dan bahan

praktikum; (2) kesiapan guru dan siswa untuk melaksanakan kegiatan praktikum;

(3) adanya laboran; dan (4) waktu pembelajaran yang mencukupi untuk

melaksanakan kegiatan praktikum. Sedangkan faktor- faktor yang menghambat

keterlaksanaan praktikum yaitu; (1) keterbatasan alat dan bahan; (2) kurangnya

waktu pelaksanaan praktikum; (3) kurangnya pemahaman peserta didik terhadap

langkah kerja praktikum; dan (4) ruang laboratorium yang sempit. Temuan ini

hampir sama dengan hasil temuan peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Lubis

(2012) dengan hasilhambatan yang dihadapi guru kimia dalam pelaksanaan

praktikum dan pengelolaan laboratorium adalah kurang lengkapnya alat/bahan

praktikum dan kurangnya alokasi waktu untuk melaksanakan praktikum.

Penelitian yang dilakukan oleh Suandewi (2015) menunjukkan faktor-faktor yang

memengaruhi pelaksanaan praktikum kimia yaitu guru, peserta didik, alat-bahan,

laboratorium, dan laboran.


Dilihat dari ketersediaan alat dan bahan yang mendukung keterlaksanaan

praktikum, semestinya kegiatan praktikum dapat dilaksanakan untuk 6 kelompok.

Hal ini menunjukkan bahwa faktor yang menyebabkan tidak terlaksananya

kegiatan praktikum bukan karena tidak tersedianya alat dan bahan. Namun,

penyebabnya terdapat pada guru mata pelajaran kimia yang mengelola


93

pembelajaran. Terlihat bahwa guru tidak siap melaksanakan pembelajaran

praktikum. Guru lebih mengutamakan pemberian materi di kelas.


Menurut Sylvias Kerr dan Olaf Runquist (2005) seorang guru sebaiknya

berusaha meningkatkan kualitias profesionalnya. Selain memiliki bekal

bagaimana mengajar kimia yang baik, guru juga perlu memiliki keterampilan

laboratorium sebagai penunjang pelaksanaan tugas di lapangan serta kemampuan

pemecahan masalah, sehingga tidak mudah menyerah ketika menghadapi masalah

yang berkaitan dengan tugas mengajarnya. Dengan keterampilan laboratorium

yang baik dan kemampuan memecahkan masalah seorang guru senantiasa dapat

berbuat dan berkreasi merancang kegiatan praktikum bagi peserta didiknya

meskipun dalam kondisi sarana dan prasarana laboratorium yang serba

kekurangan.
Laboran menjadi faktor pendukung terlaksananya kegiatan praktikum.

Walaupun laborantersebut tidak memenuhi kualifikasi, hal tersebut bukanlah

menjadi hambatan untuk melaksanakan kegiatan praktikum. Tanpa adanya

laboran, praktikum tetap bisa dilaksanakan sepanjang guru memiliki waktu untuk

menyiapkan alat, bahan dan ada koordinasi antara guru dan laboran.
Kendala yang selanjutnya dialami oleh guru kimia adalah waktu untuk

melaksanakan kegiatan praktikum kurang. Waktu yang ada pada kurikulum tidak

sesuai dengan waktu riil yang ada di lapangan. Waktu untuk melaksanakan

praktikum selalu tidak mencukupi jika disesuaikan dengan sumber daya manusia

(kemampuan siswa) yang ada. Hal ini menyebabkan keterampilan yang dimiliki

oleh siswa masih sangat minim.


Sebagaimana yang diketahui bahwa ilmu kimia adalah ilmu yang abstrak,

sehingga ilmu kimia dipelajari dengan cara penyederhanaan dari kebanyakan

objek yang ada di dunia ini dan pembahasannya tidak hanya sekadar dengan
94

pemecahan soal-soal yang terdiri dari angka-angka (soal numerik) melainkan juga

menyertakan penjelasan-penjelasan tentang fenomena kimiawi yang terkandung di

dalamnya melalui percobaan ataupun eksperimen. Maka dari itu percobaan atau

praktikum merupakan bagian terpenting dari pembelajaran kimia. Hal ini

dikarenakan ilmu kimia adalah ilmu alam yang didasarkan pada penemuan

berdasarkan gejala-gejala fisis pada kehidupan sehari-hari. Praktikum kimia

membantu peserta didik mendapatkan keterampilan-keterampilan teknis, misalnya

memanipulasi peralatan dan material, observasi, pengumpulan data, analisis data,

interpretasi hasil observasi, pemecahan masalah,kerja tim, mendesain eksperimen

dan keterampilan berkomunikasi (Suardana, 2010). Hal tersebut berarti dalam

pembelajaran kimia tidak hanya belajar melalui aspek kognitif saja, melainkan

terdapat aspek afektif dan psikomotor mutlak dilibatkan.


Kendala lain yang dialami guru adalah kurangnya pemahaman peserta

didik terhadap langkah kerja praktikum. Peserta didik masih berpikir bahwa

dalam proses pembelajaran guru sebagai sumber utama proses belajar. Rasa ingin

tahu siswa terhadap hal-hal baru juga masih kurang sehingga pada saat praktikum

mereka kurang persiapan. Jika sumber daya peserta didik masih rendah, tentu

waktu pelaksanaan praktikum akan selalu tidak mencukupi.


Laboratorium kimia memegang peranan penting dalam pelaksanaan

praktikum. Laboratorium kimia merupakan tempat untuk melakukan percobaan

kimia yang ditunjang oleh alat-alat dan bahan-bahan untuk percobaan. Namun,

berdasarkan observasi, wawancara dan dokumentasi, didapatkan bahwa luas

laboratorium kimia secara keseluruhan adalah 54 m2 sudah termasuk luas ruang

pengelola laboratorium 4 m2. Menurut Permendiknas No 24 Tahun 2007, setiap

peserta didik melakukan aktivitas dengan luas 2,4 m 2. Jika ditinjau dari jumlah
95

siswa di tiap-tiap kelas, rata-rata jumlah siswa adalah 28 orang. Jadi, luas

laboratorium yang diperlukan sebagai tempat pembelajaran minimal 60 m2.

Dilihat dari segi jumlah siswa, laboratorium kimia di SMA Laboratorium

Undiksha tergolong sempit.


Dari segi fasilitas pembelajaran, sarana yang harus ada menurut

Permendiknas No 24 Tahun 2007 meliputi kursi untuk masing-masing siswa, meja

kerja di tiap-tiap kelompok, meja demonstrasi, meja persiapan, lemari alat, lemari

bahan, lemari asam, bak cuci, dan media pembelajaran seperti papan tulis.

Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut, kelengkapan fasilitas laboratorium

masih terbilang minim. Hal itu ditandai dengan jumlah meja yang tidak memadai,

tidak adanya lemari asam yang digunakan untuk mereaksikan zat asam. Meja

demonstrasi yang digunakan guru untuk mendemonstrasikan praktikum juga tidak

ada. Terlihat jelas bahwa guru lebih mengambil demonstrasi di kelas agar suasana

pembelajaran lebih nyaman. Ditinjau dari fungsinya, sudah jelas pelaksanaan

praktikum di kelas sudah melanggar fungsi laboratorium.


Solusi yang ditawarkan guru untuk mengatasi masalah keterbatasan alat

bahan dan keterbatasan waktu untuk melaksanakan praktikum, yaitu melakukan

demonstrasi dan berdiskusi dengan berbantuan media. Metode demonstrasi

merupakan salah satu metode yang dianjurkan dalam pembelajaran IPA. Metode

demonstrasi dilakukan untuk mengatasi keterbatasan waktu. Beberapa kelebihan

metode demonstrasi yaitu perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang

dianggap penting oleh guru sehingga hal-hal yang penting dapat diamati

seperlunya dan tidak tertuju pada hal-hal lain, dapat mengurangi kesalahan-

kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca dalam buku, karena siswa

telah memperoleh gambaran yang lebih besar dari hasil pengamatannya, beberapa
96

masalah yang menimbulkan pertanyaan dalam diri siswa dapat dijawab waktu

mengamati proses demonstrasi, membentuk anak didik memahami dengan jelas

jalannya suatu proses atau kerja suatu benda, memudahkan berbagai jenis

penjelasan, dan kesalahan-kesalahan yang terajadi dari hasil ceramah dapat

diperbaiki dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dari contoh

konkrit, dengan menghadirkan objek sebenarnya (Silitonga & Situmorang, 2009).


Metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Situmorang (2013). Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada pengajaran sistem koloid pada siswa SMK karena siswa dapat

melihat secara langsung proses kimia yang menjelaskan konsep sistem koloid.

Perbedaan tingkat kemampuan penguasaan siswa disebabkan oleh metode

penyampaian yang memberi kesan pembelajaran lebih lama diingat oleh siswa.

Metode demonstrasi sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada

pengajaran materi sistem koloid bila dibandingkan dengan metode ceramah yang

ditunjukkan dari persentase pencapaian siswa kelompok eksperimen (96%) lebih

tinggi dibandingkan kelompok kontrol (91%) baik siswa yang berprestasi tinggi

maupun rendah.
Solusi lain yang ditawarkan adalah berdiskusi dengan berbantuan media.

Media pembelajaran memiliki peranan penting dalam menunjang kualitas proses

belajar mengajar. Media juga dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan

menyenangkan. Secara umum media memiliki kegunaan yaitu: memperjelas pesan

agar tidak terlalu verbalistis, mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan

daya indra, menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid

dengan sumber belajar, memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat
97

dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya, memberi rangsangan yang sama,

mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama (Purwono dkk,

2014).
Purwono, dkk. (2014) menyatakan bahwa media audio-visual memiliki

beberapa kelebihan atau kegunaan, antara lain; (1) Memperjelas penyajian pesan

agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata, tertulis atau lisan);

(2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti: objek yang

terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, film bingkai, film atau model; (3)

Media audio-visual bisa berperan dalam pembelajaran tutorial.


Secara umum, solusi yang dilakukan oleh guru kimia tersebut dapat

bermanfaat terhadap pemahaman peserta didik mengenai konsep yang diajarkan.

Namun, kekurangan dari metode demonstrasi adalah sebagai berikut; (1)

demonstrasi menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan

tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alat terlalu kecil atau

penjelasan-penjelasan tidak jelas; (2) demonstrasi menjadi kurang efektif bila

tidak diikuti dengan sebuah aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut

bereksperimen dan menjadikan aktivitas itu pengalaman yang berharga; (3) tidak

semua hal tidak dapat didemonstrasikan di dalam kelas. Misalnya alat-alat yang

sangat besar atau yang berada di tempat lain yang jauh dari kelas; dan (4) kadang-

kadang bila suatu alat dibawa ke dalam kelas, kemudian didemonstrasikan siswa

melihat sesuatu yang berlainan dengan proses jika berada dalam situasi yang

sebenarnya (Situmorang dkk, 2013). Kekurangan dari metode diskusi berbantuan

media adalah peserta didik tidak mendapat pengalaman langsung sehingga aspek

keterampilan siswa tidak bisa dikembangkan.


Pada hakikatnya praktikum berbeda dan lebih unggul daripada

demonstrasi. Pada praktikum siswa bekerja secara langsung dengan alat dan bahan
98

kimia sedangkan pada demonstrasi sebagian besar siswa hanya sebagai pengamat.

Keterlibatan siswa inilah yang mungkin menjadi penyebab motivasi siswa yang

dibelajarkan melalui praktikum lebih tinggi daripada motivasi siswa yang

dibelajarkan melalui demonstrasi. Hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Rizkiana (2016) yang menjelaskan bahwa ada perbedaan

motivasi belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan praktikum dan

demonstrasi dalam pembelajaran inkuiri terbimbing. Siswa yang dibelajarkan

dengan menggunakan praktikum-inkuiri terbimbing memiliki motivasi belajar

yang lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan

demonstrasi-inkuiri terbimbing. Oleh sebab itu, pelaksanaan praktikum kimia

sangat penting dilakukan agar aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik bisa

dikembangkan
99
BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan di atas,

disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1. Topik atau materi praktikum yang dilaksanakan dalam pembelajaran kimia di

SMA Laboratorium Undiksha Singaraja, yaitu: (1) pada kelas X membedakan

larutan elektrolit dan non elektrolit; (2) pada kelas XI reaksi eksoterm dan

endoterm, penentuan reaksi berdasarkan percobaan, faktor-faktor yang

memengaruhi laju reaksi, mengidentifikasi asam dan basa dengan indikator,

dan titrasi asam basa; (3) pada kelas XII menentukan penurunan titik beku

dan kenaikan titik didih larutan elektrolit dan non elektrolit, elektrolisis

larutan dengan elektrode inert dan tidak inert, mengidentifikasi kereaktifan

dan reaksi nyala senyawa logam (terutama alkali dan alkali tanah) dan

pembuatan senyawa ester.

2. Cara guru melaksanakan pembelajaran praktikum kimia di SMA

Laboratorium Undiksha Singaraja yaitu dilaksanakan secara berkelompok.

Jumlah siswa dalam satu kelompok pada kelas X yaitu 4-5 orang, pada kelas

XI 6-7 orang, dan pada kelas XII 4-5 orang. Hal tersebut disesuaikan dengan

jumlah siswa di setiap kelas. Untuk kegiatan praktikum yang sudah

dilaksanakan, jumlah kelompok yang ada yaitu enam kelompok. Guru I

100
101

menggunakan pendekatan induktif, metode eksperimen-diskusi, siklus belajar

EEK, dan model pembelajaran Discovery Learning. Guru II menggunakan

pendekatan deduktif , metode eksperimen-diskusi, dan siklus belajar EEK.

3. Faktor-faktor yang memengaruhi keterlaksanaan praktikum kimia di SMA

Laboratorium Undiksha Singaraja, yaitu terdiri atas faktor pendukung dan

penghambat. Faktor-faktor yang mendukung keterlaksanaan praktikum, yaitu: (1)

kelengkapan alat dan bahan praktikum; (2) kesiapan guru dan siswa untuk

melaksanakan kegiatan praktikum; (3) adanya laboran; dan (4) waktu pembelajaran

yang mencukupi untuk melaksanakan kegiatan praktikum. Sedangkan faktor- faktor

yang menghambat keterlaksanaan praktikum, yaitu: (1) keterbatasan alat dan

bahan; (2) kurangnya waktu pelaksanaan praktikum; (3) kurangnya pemahaman

peserta didik terhadap langkah kerja praktikum; dan (4) ruang laboratorium yang

sempit.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas,

diajukan beberapa saran sebagai berikut.

1. Untuk guru-guru kimia, diharapkan tidak hanya

mengutamakan pemberian materi saja tetapi kegiatan praktikum juga harus

dilaksanakan sehingga kompetensi dasar yang ada pada silabus dapat terlaksana.
DAFTAR PUSTAKA

Aini, I. M., Riswandi, & Sabdaningtyas, L. 2015. “Pengaruh Penggunaan Model


Pembelajaran Discovery learning Terhadap Hasil belajar Tematik Siswa.”
(Jurnal tidak diterbitkan). Bandar Lampung: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Darsana, I W., Sadia, I W., & Tika, I W. 2014. “Analisis Standar Kebutuhan
Laboratorium Kimia dalam Implementasi Kurikulum 2013 pada SMA
Negeri di Kabupaten Bangli”. E-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 4.
Depdiknas. 2004. Cara Menata Alat dan Bahan di Laboratorium Kimia. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan
Depdiknas. 2008. Penilaian Kinerja Guru. Jakarta
Dewi, Krisna. 2013. “Pemanfaatan Laboratorium Dalam Mendukung Pengelolaan
Pembelajaran Kimia (Studi kasus di SMA Laboratorium Undiksha
Singaraja)”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Kimia,
Universitas Pendidikan Ganesha.
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Kadri, M., Rahmawati, M. 2015. “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery
Learning Terhadap Hasil belajar Siswa pada Materi Pokok Suhu dan
Kalor”. Jurnal Ikatan Alumni Fisika Universitas negeri Median, Volume 1
(1)
Kertiasa, N. 2006. Laboratorium Sekolah dan Pengelolaannya. Bandung: Pudak
Scientific
Laksmi, G. A. Ari, Wiratma, & Subagia. 2014. “Equipments and Materials
Management of Chemistry Laboratory at SMA N 1 Seririt”. E-journal
Kimia Visvitaslis Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan
Kimia, Volume 2(1), (hal. 53)
Lubis, N. F. 2012. “Analisis Pelaksanaan Praktikum dan Pengelolaan Laboratorium
Kimia Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Mandailing Natal”. Tesis.
Program Pascasarjana Unimed, Medan.
Mamlok-Naaman, Rachel & Nitza Barnea. 2012. “Laboratory Activities in Israel”.
Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, Volume
8(1), (hal. 49-57).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi,
2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan, 2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar
Sarana dan Prasarana, 2007. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
2007. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26 Tahun 2008 tentang Standar
Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah, 2006. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, 2016. Jakarta: Mendikbud
Purnawidiastini, M. 2013. “Pemanfaatan Laboratorium dalam Mendukung
Pengelolaan Pembelajaran Kimia Studi Kasus di SMA negeri 3 Singataja”.
Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas
Pendidikan Ganesha.
Purwono, J., Yutmini, & S., Anitah, S.. 2014. “Penggunaan Media Audio-Visual
Pada Mata Pelajaran IlmuPengetahuan Alam Di Sekolah Menengah
Pertama Negeri 1 Pacitan”.Jurnal Teknologi Pendidikan Dan
Pembelajaran, Volume 2(1) (Hal. 127-144)
Rizkiana, F., Dasna, I. W., & Marfu’ah, S. 2016. “Pengaruh Praktikum dan
Demonstrasi dalam Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Motivasi
Belajar Siswa pada Materi Asam Basa Ditinjau dari Kemampuan Awal”.
Jurnal Pendidikan, Volume1 (3)(Hal. 354- 362)
Rustaman, N. Y. 2002. “Perencanaan dan Penilaian praktikum di Perguruan Tinggi”.
Indonesia: Universitas Pendidikan Indonesia.
Samiasih, L., Muderawan, & Karyasa. 2013. “Analisis Standar Laboratorium Kimia
dan Efektivitasnya Terhadap Capaian Kompetensi Adaktif di SMK Negeri 2
Negara”. E-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha Program Studi IPA, Volume 3
Sastrawijaya, Tresna. 1988. Proses Belajar Mengajar Kimia. Jakarta: Depdikbud
Silitonga, L.L., dan Situmorang, M. 2009.“Efektivitas Media Audiovisual Terhadap
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Pengajaran Sistim Koloid”.Jurnal
Pendidikan Kimia, Volume 1(1) (Hal.1-9)
Situmorang, H., dan Situmorang, M. 2013. “Efektivitas Metode Demonstrasi dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Kejuruan pada
Pengajaran Sistem Koloid”. Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan, Volume
19(1) (Hal. 28-36)
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Suandewi, Repli. 2015. “Analisis Keterlaksanaan Praktikum Kimia di SMA Negeri
1 Seririt”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Kimia,
Universitas Pendidikan Ganesha
Suardana, I. N. 2010. “Pengembangan Model Praktikum Kimia Dasar berbasis
Budaya Bali untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa
Calon Guru Kimia”. Disertasi (tidak diterbitkan). Sekolah Pasca Sarjana,
Universitas Pendidikan Indonesia.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
-------. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
-------. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sundari, R. 2008. “Evaluasi Pemanfaatan Laboratorium dalam Pembelajaran Biologi
di Madrasah Aliyah Negeri se-Kabupaten Sleman”. Jurnal Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan, Volume 12(2) (hal. 206- 210)
Sylvia, K dan Olaf, R. 2005. “Are we serious about preparing chemistry for the 21st
century workplace or are we just teaching chemistry?”.Journal of Chemical
Education. Volume 82 (2), (hal. 231-239)
Syaodih Sukmdinata, Nana. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Widyastono, H. 2007. Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan.069 tahun ke-13. 1041-1054
Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Wiratini, N. M. 2012. “Pengembangan Model Pembelajaran Bilingual Concurrent
Approach Berbasis TIK untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Kimia
Rintisan SMA Bertaraf Internasional”. Laporan Hasil Penelitian (tidak
diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Anda mungkin juga menyukai