Anda di halaman 1dari 188

PENGEMBANGAN MODUL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

BERORIENTASI GREEN CHEMISTRY PADA MATERI HIDROLISIS


GARAM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Pendidikan Matemetika dan Ilmu Pengetahuan


Alam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Mataram Untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

NURUL FAUZIAH
12231040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MATARAM
2016
ii
PENGEMBANGAN MODUL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
BERORIENTASI GREEN CHEMISTRY PADA MATERI HIDROLISIS
GARAM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program
Sarjana (S1) Pendidikan Kimia

OLEH:

NURUL FAUZIAH
12 231 040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MATARAM
2016

iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“MOTTO”

“Jadilah karang di lautan yang tetap kokoh diterjang ombak, walau demikian air
laut tetap masuk kedalam pori-porinya”.

“PERSEMBAHAN”

Rasa syukur dan puji ku panjatkan kepada ALLAH SWT. yang telah
memberikanku kehidupan, dan berkat kuasanya dan kehendaknya segala
keajaiban datang mewarnai hidupku.

Rasa syukur dan terimakasih kepada kedua malaikatku (Ayahanda


Syahrudin dan Ibunda Fatmah) yang selalu membantu, dan mendo’akan
keberhasilanku. Keajaiban terbesar dalam hidupku adalah terlahir
menjadi anak dari orang tua hebat seperti kalian. Semoga selalu dalam
lindungan ALLAH SWT.

There is no most beautiful word to say except Thanks A Lot to my Great


Lectures (Ibu Suryati & Ibu Ratna Azizah Mashami). Berkat Ilmu,
bimbingan, motivasi, dan kerja sama, Mahakarya Ilmiah ini dapat
terselesaikan.

Ucapan terimaksih kepada seluruh keluarga besar (Ua’ umi, Ua’ Aji, Mas
Anton, Ka’ Atiek Ka’Rul) yang turut membantu dan mendukung serta
memberikan semangat dan inspirasi.

Domo arigatoo gozaimasu Anangkun.

Untuk kamu kakak tercinta “Febyarni Kimianti” inilah mahakarya kita,


perjuangan kita, terimakasih telah selalu ada.

Untuk sahabat tercinta (Oenni dan Mama) terimakasih selalu memberikan


semangat.

Untuk para pejuang skripsi khususnya Tim R & D (Ka’Feb, Ka’Hari,


Ka’Catur, Ka’Ikhsan, Ka’ Titin & Ka’Wirid, Ka’ Linda) terimakasih
banyak atas kerjasama dan semangatnya.

Teman-teman seperjuangan Kimia VIII A & B yang telah membantu dan


menghibur dalam menjalani perjuangan ini. Spesial kepada Kakak-kakak
Hanifa II (Ka’ Hasma, Ka’Ine, Ka’Yan, Mami Dewi, Ka’Marwah, Ka’Uli,
& Dede Ros).

iv
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
Jln. Pemuda No. 59A Tlp/Fax. (0370) 636629 Mataram 83125
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Skripsi ini disusun oleh :

Nama : NURUL FAUZIAH

NIM : 12.231.019

Judul Skripsi : Pengembangan Modul Problem Based Learning


(PBL) Berorientasi Green Chemisry Untuk
Meningkatkan Literasi Sains Siswa

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Mataram, Agustus 2016

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Suryati, M.Pd. Ratna Azizah Mashami, M.Pd


NIDN. 0802038403 NIDN. 0824108707

Mengetahui: Menyetujui:
Dekan FPMIPA, Ketua Program Studi Pendidikan Kimia,

Drs. Surmajan, M.Si. Baiq Asma Nufida, M.Pd.


NIK. 335090906 NIK.484161011

v
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MATARAM
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
Jln. Pemuda No. 59A Tlp/Fax. (0370) 636629 Mataram 83125
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini disusun oleh :


Nama : NURUL FAUZIAH
NIM : 12.231.040
Judul Skripsi : Pengembangan Modul Problem Based Learning
(PBL) Berorientasi Green Chemistry Pada Materi
Hidrolisis Garam Untuk Meningkatkan Literasi
Sains Siswa
Telah disetujui oleh dewan penguji skripsi sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana (SI) pada Progam Studi Pendidikan Kimia.

Suryati, M.Pd. Ketua ( )


NIDN. 0802038403

Ratna Azizah Mashami, M.Pd. Anggota ( )


NIDN. 0824108707

Citra Ayu Dewi M.Pd. Anggota ( )


NIDN. 0806068703

Tanggal Penetapan: September 2016

Mengetahui: Menyetujui:
Dekan FPMIPA, Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia,

Drs. Surmajan, M.Si. Baiq Asma Nufida, M.Pd.


NIK. 335090906 NIK.484161011

vi
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MATARAM
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
Jln. Pemuda No. 59A Tlp/Fax. (0370) 636629 Mataram 83125
HALAMAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, Saya Nurul Fauziah menyatakan dengan

sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan

dipergunakan untuk menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Kimia (S.Pd) di

IKIP Mataram dan belum pernah digunakan untuk program lain di lembaga

manapun juga. Hasil karya orang lain yang saya kutip di dalamnya telah

didokumentasikan sebagaimana mestinya pada daftar pustaka.

Mataram, September 2016

NURUL FAUZIAH
NIM.12.231.040

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah serta taufik-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul

“Pengembangan Modul Problem Based Learning (PBL) Berorientasi Green

Chemistry Pada Materi Hidrolisis Garam Untuk Meningkatkan Literasi Sains

Siswa ” dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan rasa

hormat kepada :

1. Suryati, M.Pd. selaku dosen Pembimbing I.

2. Ratna Azizah Mashami, M.Pd. selaku pembimbing II

3. Bq. Asma Nufida, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia.

4. Drs. Sumarjan, M.Si. selaku Dekan FPMIPA IKIP Mataram.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan proposal ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun dari semua pihak agar kedepannya bisa lebih baik.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Mataram, September 2016

Penulis

ix
PENGEMBANGAN MODUL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
BERORIENTASI GREEN CHEMISTRY PADA MATERI HIDROLISIS
GARAM UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA
Oleh:

NURUL FAUZIAH
12231040
ABSTRAK
ABSTRAK: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik,
kelayakan, kepraktisan dan keefektifan modul yang dikembangkan. Penelitian ini
menggunakan model pengembangan Nieveen dimulai tahap preliminary research,
prototyping stage, summative evaluation dan systematic reflection and
documentation. Validasi produk dilakukan oleh dosen ahli materi dan dosen ahli
media dengan persentase kelayakan rata-rata sebesar 93,6 % dengan kategori
sangat layak. Kepraktisan modul dilakukan dengan melakukan uji coba praktisi
yakni pada guru kimia dan siswa kelas XII MIA serta keterlaksanaan RPP. Uji
coba oleh guru memperoleh persentase kelayakan rata-rata yakni 94,75% dengan
kategori sangat baik, Uji coba siswa memperoleh presentase kelayakan rata-rata
yakni 95% dengan kategori sangat baik dan presentasi keterlaksanaan RPP yakni
95% dengan kategori sangat baik. Keefektifan modul yang dikembangkan
memperoleh skor rata-rata N-Gain siswa yakni 0,4 yang dikategorikan sedang.
Berdasarkan presentase uji kelayakan dan tingkat keefektifan, jadi dapat
disimpulkan bahwa modul Problem Based Learning (PBL) berorientasi green
chemistry pada materi hidrolisis garam untuk meningkatkan literasi sains siswa
layak, praktis, dan efektif digunakan untuk meningkatkan literasi sains siswa.
Kata Kunci: Modul, PBL , Green Chemistry, Literasi Sains

x
ABSTRACT

Nurul Fauziah, 2016: The Development of Problem Based Learning (PBL)


Module Oriented Green Chemistry in Salt Hydrolysis Concept to Improve the
Scientific Literacy of Students.

The purpose of this study was to determine the characteristics, the feasibility
practice and the effectiveness of developed module. This study used a model of
development Nieveen began preliminary stages of research, prototyping stage,
summative evaluation and systematic reflection and documentation. Validation of
products was conducted by expert lecturers of chemistry and expert lecturers of
media with the percentage of feasibility an average of 93.6% to the category of
very feasible. The practice testing of module did testing subject by teacher,
students of grade XII MIA and result of learning plan. Subject trials in this study
were the chemistry teachers and students of grade XII MIA. Trial by teachers got
the average percentage of the feasibility ie 94.75% categorized as very feasible,
testing students gained average percentage of the feasibility was 95% categorized
as very feasible and learning plan got the score 95% categorized as very feasible.
The effectiveness of developed module obtained an average score of N-Gain
students namely 0.4 categorized as moderate. Based on the percentage of
feasibility and the effectiveness level, so it can be concluded that the Problem
Based Learning (PBL) module oriented green chemistry in salt hydrolysis concept
to improve the scientific literacy of students were feasible, practice and effectively
used to improve the scientific literacy of students.

Keywords: Module, Problem Based Learning (PBL), Green Chemistry, Salt


Hydrolysis, Scientific Literacy.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN LOGO ....................................................................................... ii

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................. iv

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... v

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .................................................. vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

ABSTRAK ...................................................................................................... ix

ABSTACT ....................................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 8

E. Asumsi Penelitian ............................................................................ 9

F. Lingkup Penelitian .......................................................................... 9

G. Definisi operasional ......................................................................... 10

xii
BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori ................................................................................ 11

1. Hakikat Ilmu Kimia .................................................................. 11

2. Kajian Sumber Belajar ............................................................. 13

3. Model Problem Based Learning .............................................. 19

4. Green Chemistry....................................................................... 21

5. Literasi Sains ............................................................................ 24

6. Modul ...................................................................................... 27

7. Modul Pengembangan Modul .................................................. 31

8. Pentingnya Pengembangan Modul Problem Based Learning

berorientasi Green Chemistry pada Materi Hidrolisis Garam untuk

Meningkatkan Literasi Sain Siswa ........................................... 32

9. Analisis Materi Sistem Hidrolisi Garam .................................. 38

B. Penelitian Yang Relevan ................................................................ 44

C. Kerangka Berpikir ........................................................................... 48

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ..................................................................... 52

B. Prosedur Pengembangan ................................................................ 52

C. Uji Coba Produk .............................................................................. 59

D. Subjek penelitian ............................................................................. 60

E. Jenis Data ........................................................................................ 61

F. Instrumen Pengumpulan Data ......................................................... 62

G. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 64

xiii
BAB IV DATA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................. 68

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ..................................................... 68

B. Pembahasan ..................................................................................... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 94

A. Kesimpulan ................................................................................... 94

B. Saran Penggunaan ......................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Dimensi Penilaian Literasi Sains PISA 2015..................................... 26

Tabel 2.2. Karakteristik Materi Hidrolisis Garam .............................................. 40

Tabel 3.1 Perencanaan Waktu Penelitian ............................................................ 55

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian Pada Produk Yang Dikembagkan ..................... 57

Tabel 3.3 Kriteria Penskoran Kelayakan dan Kepraktisan ................................. 65

Tabel 3.4 Kriteria N-Gain ................................................................................... 66

Tabel 3.5 Kriteria Sikap Literasi Sains ............................................................... 67

Tabel 4.1 Persentase Kelayakan Modul oleh Validator Ahli ............................. 82

Tabel 4.2 Presentasi Kelayakan Uji Coba Siswa ................................................ 83

Tabel 4.3 Perolehan rata-rata N-Gain Siswa....................................................... 84

Tabel 4.4 Data Sikap Literasi Sains Siswa ......................................................... 85

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Buku Teks Pelajaran ....................................................................... 14

Gambar 2.2 LKS yang digunakan di Lapangan ................................................ 17

Gambar 2.4. Kerangka Berfikir .......................................................................... 49

Gambar 3.1. Prosedur Pengembangan ................................................................ 47

Gambar 4.1 Perbaikan Contoh Soal .................................................................... 80

Gambar 4.2 Perbaikan Penyajian Materi ............................................................ 80

Gambar 4.3 Perbaikan Penempatan Simbol........................................................ 81

Gambar 4.4 Perbaikan Sampul ........................................................................... 82

Gambar 4.5. Fitur Modul (a) ............................................................................... 92

Gambar 4.6. Fitur Modul (b) ............................................................................... 93

Gambar 4.7. Fitur Modul (c) ............................................................................... 93

Gambar 4.8 Fitur Modul (d)................................................................................ 94

xvi
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perolehan N-Gain Literasi Sains Siswa ............................................ 85

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Angket dan Analisis Data Kelayakan Oleh Validator Materi


2. Angket dan Analisis Data Kelayakan Oleh Validator Materi
3. Angket dan Analisis Data uji coba praktisi oleh siswa
4. Angket dan Analisis Data uji coba praktisi oleh guru
5. Data pretest Literasi sains
6. Data posttest literasi sains
7. Data N-gain
8. Data sikap literasi sains
9. RPP
10. Dokumentasi
11. Surat-surat

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia

khususnya dunia pendidikan. Dunia pendidikan dituntut mempersiapkan

sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar

kerja global. Persoalan pendidikan selalu saja sangat menarik untuk

dikembangkan dan dibahas di setiap zaman. Pendidikan merupakan usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual, kecerdasan, kepribadian,

akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara. Usaha sadar tersebut dilakukan dalam bentuk

pembelajaran yaitu adanya pendidik yang memfasilitasi para siswanya

melakukan kegiatan belajar (Kusnadi, 2013)

Pembelajaran di sekolah harus berpedoman pada kurikulum yang

digunakan. Kurikulum merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan

kontribusi yang signifikan terhadap proses pembelajaran. Kurikulum 2013

menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu

menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach)

meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,

menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Kurikulum

2013 merupakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik

(Fauziah, . dkk. 2013).

1
2

Pembelajaran kimia di SMA/MA tidak hanya sekedar pemberian

materi, topik, atau konsep-konsep yang strategis, tetapi juga harus

memberikan pengalaman belajar yang memungkinkan tumbuh dan

berkembangnya literasi sains siswa dalam belajar. Pendidikan hendaknya

menghasilkan generasi melek sains yang memiliki dasar pemikiran dan

penemuan ilmiah yang inovatif untuk menopang daya saing Indonesia di

tingkat dunia, tanpa melupakan aspek dampak sosial yang ditimbulkan

(Suara, 2015). Selain itu, pendidikan juga hendaknya menghasilkan

genarasi yang dapat memiliki sikap terampil dalam menyelesaikan

masalah di kehidupan sehari-hari terlebih pada fenomena-fenomena yang

melibatkan lingkungan. Fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan

dapat dijadikan sarana belajar bagi siswa untuk menerapkan ilmu yang di

dapatkan di sekolah. Salah satunya adalah menerapkan konsep green

chemistry sebagai upaya pelestarian lingkungan dan menumbuhkan nilai-

nilai konservasi (peduli lingkungan) pada diri siswa.

Hidrolisis garam merupakan salah satu materi kimia yang dianggap

sulit bagi siswa. Kesulitan tersebut disebabkan oleh sifat dari konsep-

konsep materi hidrolisis garam yang memiliki tingkat keabstrakan dan

kekompleksan yang cukup tinggi, terutama pada konsep sifat larutan

garam terhidrolisis dan penentuan pH larutan garam terhidrolis. Oleh

karena itu, untuk menjelaskan keabstrakan dan kekompleksan dari materi

hidrolisis garam tersebut dapat dibantu oleh model pembelajaran dan

bahan ajar yang mendukung (Sulisnawati, 2014).

2
3

Berdasarkan hasil observasi di MAN 1 Mataram, dalam proses

pembelajaran guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional

yang bersifat menoton, sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru.

Sedangkan kurikulum 2013 menuntut agar pembelajaran berpusat pada

siswa, dan guru hanya menjadi fasilitator sehingga pembelajaran menjadi

lebih bermakna. Selain itu model pembelajaran yang bersifat menoton juga

kurang memberikan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

menyebabkan rendahnya literasi sains siswa di MAN 1 Mataram.

Rendahnya literasi sains siswa juga ditunjukkan oleh hasil pengukuran test

literasi sains terakhir PISA pada tahun 2012 yang dipublikasikan oleh

OECD (Organization for Economic Cooperation and Development)

dimana Indonesia menempati peringkat 64 dari 65 negara yang mengikuti

tes (OECD, 2012).

Literasi sains menurut PISA 2015 (Draft PISA 2015 Science

Framework) memandang bahwa literasi sains merupakan kemampuan

untuk menggunakan hubungan ilmu pengetahuan dengan isu-isu dan ide-

ide tentang ilmu pengetahuan, sebagai masyarakat yang reflektif.

Berhasilnya pendidikan sains digambarkan seiring dengan berhasilnya

literasi sains dalam kehidupan masyarakat. Literasi sains merupakan

kompetensi siswa dalam mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-

hari. Berdasarkan permasalahan pengetahuan yang siswa miliki dengan

cara sains akan menghasilkan solusi yang tepat dan bertanggung jawab.

Seseorang yang memiliki literasi sains dalam bidang kimia adalah

seseorang yang mampu menggunakan pemahaman tentang kimia dalam

3
4

kehidupan sehari-hari mengenai isu-isu sains dan mampu untuk mencari

solusi dari permasalahan tersebut secara ilmiah (Haristy, 2011 ). Hal ini

relevan dengan yang diutarakan oleh Sudarisman (2011) literasi sains

merupakan modal dasar setiap individu dalam menghadapi dinamika

tantangan global yang semakin kompleks terutama dalam memecahkan

masalah-masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari (daily life

problems).

Hasil observasi juga menunjukkan bahwa bahan ajar yang

digunakan guru hanya berupa buku teks pembelajaran kimia dan LKS.

Buku-buku ajar yang ada selama ini lebih menekankan kepada dimensi

konten daripada dimensi konteks, kompetensi dan sikap sebagaimana

empat dimensi yang diharapkan untuk meningkatkan literasi sains. Hal ini

menjadikan siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan

masalah pada materi yang diajarkan. Materi yang tersaji di dalam buku

ajar hanya memuat definisi suatu konsep, sekumpulan rumus-rumus dan

latihan soal. Hal ini juga yang menyebabkan kurangnya minat baca siswa.

Padahal bahan ajar yang baik harus memenuhi beberapa kriteria

diantaranya : (a) Substansi yang dibahas harus benar, lengkap dan aktual,

meliputi konsep fakta, prosedur, istilah dan notasi serta disusun

berdasarkan hirarki/step penguasaan kompetensi. (b) Tingkat keterbacaan,

baik dari segi kesulitan bahasa maupun substansi harus sesuai dengan

tingkat kemampuan pembelajaran.(c) Sistematika penyusunan bahan ajar

harus jelas, runtut, lengkap dan mudah dipahami (Wadjadi, 2005).

Berdasarkan kriteria tersebut, maka untuk meningkatkan literasi sains

4
5

siswa, guru memerlukan perangkat pembelajaran yang baik untuk

mencapai hal tersebut. Salah satunya adalah bahan ajar. Bahan ajar yang

baik digunakan dalam hal ini adalah modul.

Pengembangan modul perlu disusun dengan model dan

pendekatan konsep pembelajaran yang tepat. Salah satunya dengan

menerapkan model Problem Based Learning (PBL) dengan pendekatan

konsep green chemistry. Menurut Savery (2006), model PBL mampu

memberdayakan peserta didik untuk melakukan penelitian,

mengintegrasikan teori dan praktek, dan menerapkan pengetahuan dan

keterampilan untuk mengembangkan solusi yang layak untuk masalah

yang diberikan.

Model PBL perlu diorientasikan dengan konsep green chemistry.

Pembelajaran kimia yang berorientasi green chemistry akan membawa

peserta didik terlibat langsung dengan lingkungan dalam aktivitas

pembelajarannya dan meningkatkan nilai-nilai konservasi (peduli

lingkungan) (Rosita, 2014). Keterlibatan langsung siswa dengan

lingkungan juga akan meningkatkan literasi sain siswa.

Problem based learning yang diorientasikan dengan green

chemistry akan menjadikan siswa siswa mampu mengidentifikasikan

masalah di lingkungan dan lebih kreatif dalam mencari solusi serta mampu

mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam konteks

permasalahan yang mereka hadapi. Menurut Rosita (2014), model

problem based learning yang diorientasikan dengan green chemistry ini

membawa siswa lebih kreatif, memiliki kepedulian terhadap lingkungan

5
6

yang besar, lebih mudah mengaplikasikan materi-materi yang dipelajari

untuk memahami dan memberi solusi terhadap masalah yang terjadi di

lingkungan, memiliki nilai-nilai konservasi terhadap lingkungan,

memiliki kecenderungan untuk ikut berpartisispasi dalam kegiatan

menyelesaikan masalah lingkungan, serta menggunakan pengetahuan sains

dan menggunakan produk dan proses kimia yang ramah lingkungan.

Dengan demikian, modul yang dikembangkan ini akan menjadi daya tarik

guru dan siswa untuk digunakan sebagai sumber belajar yang relevan

dalam kurukulum serta sebagai rujukan bahan ajar yang digunakan oleh

sekolah.

Adapun penelitian yang dilakukan sebelumnya yang menjadi acuan

penelitian ini yaitu (Rosita, 2014), Perangkat Pembelajaran Problem Based

Learning Berorientasi Green Chemistry Materi Hidrolisis Garam Untuk

Mengembangkan Soft Skill Konservasi Siswa. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Perangkat pembelajaran problem based learning

berorientasi green chemistry telah mampu mengembangkan soft skill

konservasi siswa SMA pada pengamatan selama 6 pertemuan. Hasil

pengamatan dari enam soft skill konservasi ada lima soft skill konservasi

(cinta lingkungan, peduli lingkungan, tanggung jawab, objektif dan jujur)

dengan kategori sangat baik sedangkan soft skill konservasi santun dengan

kategori baik. Penelitian lainnya yaitu (Kelly, O.C dan Finlayson, O.E,

2007), Providing Solutions Through Problem Based Learning For

Undergraduated 1st Year Chemistry Labolatory. Hasil penelitian ini

menunjukkan modul problem based learning dapat meningkatkan

6
7

keterampilan pembelajan jangka panjang serta pengetahuan konten ilmiah

dan pemahaman dalam lingkungan. Abubakar, A.B, dkk (2015), Self

Directed Learning And Skills Of Problem Based Learning: A Case Of

Nigerian Secondary School Chemistry Students. Hasil penelitian ini

menunjukkan siswa memperoleh peningkatan hasil belajar dan

keterampilan pemecahan masalah termasuk pembelajaran jangka panjang

dan menajemen informasi dari kegiatan belajar mandiri yang efektif

diantara mereka.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti merasa perlu

mengembangkan modul yang dapat menumbuhkan literasi sains siswa

melaui model Problem Based Learning (PBL) berorientasi green

chemistry.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah :

1. Bagaimanakah karakteristik pengembangan modul problem based

learning berorientasi green chemistry yang dikembangkan?

2. Bagamanakah kelayakan modul problem based learning berorientasi

green chemistry yang dikembangkan?

3. Bagamanakah kepraktisan modul problem based learning

berorientasi green chemistry yang dikembangkan?

4. Bagaimana efektivitas modul problem based learning berorientasi

green chemistry yang dikembangkan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah untuk mengetahui :

7
8

1. Karakteristik pengembangan modul problem based learning

berorientasi green chemistry yang dikembangkan.

2. Kelayakan modul problem based learning berorientasi green

chemistry yang dikembangkan.

3. Kepraktisan modul problem based learning berorientasi green

chemistry yang dikembangkan.

4. Efektivitas modul problem based learning berorientasi green

chemistry yang dikembangkan.

D. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat digunakan untuk bahan informasi dalam

mengembangkan ilmu kependidikan terkait penyusunan modul yang

berkaitan dengan peningkatan literasi sains siswa sehingga

memperkaya pengetahuan.

2. Manfaat praktis

a. Bagi sekolah, dengan adanya modul problem based learning

berorientasi green chemistry yang dapat digunakan untuk

meningkatkan literasi sains siswa maka hasil penelitian ini akan

memberikan untuk perbaikan pembelajaran dan peningkatan

mutu proses pembelajaran.

b. Bagi guru, dengan adanya modul ini akan mempermudah

menyampaikan materi hidrolisis garam yang berbasis PBL

bertajuk green chemistry.

8
9

c. Bagi siswa, dengan keberadaan modul problem based learning

berorientasi green chemistry membantu siswa selain dapat

mengaitkan pengetahuan sains yang didapatkan di sekolah

dengan isu-isu sosial, siswa juga dapat memecahkan masalah

yang ada dilingkungan sekitar, memiliki rasa peduli yang tinggi

terhadap lingkungan, serta mengetahui dan menggunakan produk

dan proses kimia yang ramah lingkungan.

d. Bagi peneliti, peneliti memiliki bekal dan wawasan pengalaman

penelitian dalam mengembangkan kreativitas pembuatan bahan

ajar berupa modul.

E. Asumsi Pengembangan

Asumsi dalam penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Ahli, dosen, guru, dan siswa memahami pernyataan dalam angket

dan mengisi angket secara objektif.

2. Penilaian ahli, dosen, guru dan siswa berarti menunjukkan

kelayakan produk hasil pengembanagan.

3. Angket yang diisi benar-benar menggambarkan kelayakan modul

problem based learning berorientasi green chemistry untuk

meningkatkan literasi sains siswa.

F. Lingkup Penelitian

1. Penelitian ini dilaksanakan di MAN I Mataram tahun ajaran

2016/2017

2. Subjek dalam penelitian pengembangan ini adalah siswa kelas XII

IPA

9
10

3. Objek dalam penelitian pengembangan ini adalah pengembangan

modul problem based learning berorientasi green chemistry

4. Materi yang dikembangkan hanya pada materi hidrolisis garam.

5. Beberapa prinsip green chemistry yang terangkum dalam penelitian

ini adalah: (1). Mencegah limbah lebih baik daripada mengolah

dan membersihkannya (2). Melakukan sintesis kimia yang tak

menghasilkan racun (3). Pemakaian pelarut dan bahan bahan yang

aman (4). Pemakaian bahan baku yang dapat diperbaharui (5).

Mudah terdegradasi (6). Pencegahan polusi lingkungan

6. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan

menggunakan model Nieeven.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap makna judul dalam

penelitian ini, maka perlu dijelaskan istilah-istilah sebagai berikut :

1. Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara

berdasarkan standar kurikulum dan rancangan model pembelajaran

secara utuh dan sistematis yang didalamnya memuat seperangkat

pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu

peserta didik untuk menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul

dalam penelitian ini disusun berdasarkan kurikulum 2013 yang

menggunakan langkah-langkah model problem based learning yang

berorientasi pada konsep green chemistry untuk meningkatkan literasi

sains siswa.

10
11

2. Model Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pembelajaran

yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi

peserta didik untuk belajar dan melatih siswa berpikir kritis dan

mengeksplorasikan keterampilan pemecahan masalah sehingga

memungkinkan mereka untuk mengaitkannya dengan fenomena nyata

dan membangun pemahaman dengan konsep yang mereka dapatkan

dari fenomena tersebut serta memperoleh pengetahuan dan konsep

yang esensial dari mata pelajaran.

3. Green chemistry adalah bagian dari produk dan proses kimia yang

ramah lingkungan meliputi semua aspek dan jenis dari proses kimia

yang mengurangi efek negatif bagi kesehatan manusia dan

lingkungan sekitar (Kusuma, dkk, 2009).

Green chemistry memiliki 12 prinsip yaitu: (1) Mencegah limbah

lebih baik daripada mengolah dan membersihkannya (2) Ekonomi

atom, metoda sintesis yang efisien. (3). Melakukan sintesis kimia yang

tak menghasilkan racun (4). Mendesain senyawa kimia yang tak

beracun (5). Pemakaian pelarut dan bahan bahan yang aman (6).

Mendesain pemakaian energi yang efesien (7). Pemakaian bahan baku

yang dapat diperbaharui (8). Mengurangi senyawa turunan yang tak

perlu (9). Pemakaian katalis sangat baik secara stokiometris (10).

Mudah terdegradasi (11). Pencegahan polusi lingkungan (12).

Pencegahan terhadap kecelakaan.

Beberapa prinsip green chemistry yang terangkum dalam penelitian

ini adalah: (1). Mencegah limbah lebih baik daripada mengolah dan

11
12

membersihkannya (2). Melakukan sintesis kimia yang tak

menghasilkan racun (3). Pemakaian pelarut dan bahan bahan yang

aman (4). Pemakaian bahan baku yang dapat diperbaharui (5). Mudah

terdegradasi (6). Pencegahan polusi lingkungan

4. Literasi sains menurut PISA 2015 (Draft PISA 2015 Science

Framework) memandang bahwa literasi sains merupakan kemampuan

untuk menggunakan hubungan ilmu pengetahuan dengan isu-isu dan

ide-ide tentang ilmu pengetahuan, sebagai masyrakat yang reflektif.

Literasi sains dalam penelitian ini mendefinisikan literasi sains

sebagai pemahaman atas sains dan fenomena- fenomena yang terjadi

pada kehidupan sehari-hari serta aplikasinya dalam kehidupan yang

mencakup empat dimensi literasi sains yaitu context (konteks),

knowledge (pengetahuan), competences (kompetensi) dan attitude

(sikap).

5. Hidrolisis Garam

Hidrolisis garam adalah suatu materi ilmu kimia yang mempelajari

tentang reaksi antara garam dengan pelarut air sehingga menyebabkan

larutan garam dapat bersifat asam, basa, atau netral.

Materi hidrolisis garam pada silabus kurikulum 2013 terdapat pada

KD 3.12 dari KI 3: Menganalisis garam-garam yang mengalami

hidrolis dan KD 4.12 dari KI 4: Merancang, melakukan, dan

menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk menentukan

jenis garam yang mengalami hidrolisis.

12
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Hakikat Ilmu Kimia

Ilmu kimia adalah ilmu pengetahuan alam yang

mempelajari tentang materi yang meliputi struktur, susunan, sifat dan

perubahan materi yang meliputi struktur, susunan, sifat dan perubahan

materi serta energi yang menyertainnya. Perubahan materi tersebut

dapat juga menimbulkan dampak negativ terhadap manusia dan

lingkungannya. Berkat ilmu kimia, dampak negativ tersebut dapat

diatasi dengan cara memperbaiki aktifitas manusia terhadap

lingkungan baik di udara, air, dan tanah serta penggunaan materi atau

bahan yang lebih ramah lingkungan. Jadi, ilmu kimia mempelajari

materi yang meliputi struktur, susunan, sifat dan perubahan materi

serta energi yang menyertai perubahan tersebut. (Nugroho dan Irwan,

2007)

Pembelajaran kimia dapat diartikan sebagai cara untuk

memberikan pemahaman kepada siswa tentang kimia. Pemahaman

utama siswa terletak pada bagaimana siswa memahami hakikat ilmu

kimia itu sendiri. Hakikat ilmu Kimia meliputi dua hal, yaitu kimia

sebagai produk dan Kimia sebagai proses. Kimia sebagai produk

merupakan sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta,

konsep-konsep, dan prinsip-prinsip kimia. Kimia sebagai proses

meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh

13
14

para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan

Kimia Hakikat ilmu kimia dapat dipelajari melalui mengetahui dan

memahami kedudukan ilmu kimia, perkembangan ilmu kimia di

bidang IPTEK dan global, dan peranan ilmu kimia dalam kehidupan

sehari-hari.

Ilmu kimia memilki kedudukan yang istimewa jika

dibandingkan dengan ilmu sains lain, seperti biologi, fisika, astronomi,

dan geologi. Keistimewaan ini tidak lain karena ilmu kimia memiliki

peranan yang sangat besar dan penting, bahkan melebihi ilmu sains

lainnya. Ilmu kimia selalu menjiwai dan mewarnai ilmu sains lannya,

tidak satupun ilmu sains yang berdiri sendiri tanpa sedikitpun

bergantung pada ilmu kimia, oleh karena itu ilmu kimia dikenal

sebagai pusat ilmu sains (central sciencies). Perkembangan ilmu kimia

dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah yang mencakup

penelitian di labolatorium dan kajian teoristis.

Ilmu kimia berperan untuk mencari berbagai sumber materi

alternativ dan juga berperan dalam peningkatan kualitas hidup, dengan

cara mengubah materi yang ada menjadi materi yang lebih bermanfaat.

Lebih luasnya ilmu kimia bermanfaat dari beberapa sudut pandang

diantaranya manfaat langsung (direct advantage) yang dpat diperoleh

dari peristiwa sehari-hari, manfaat keilmuan atau intelektualitas,

manfaat spiritual, manfaat karir, dan manfaat pendidikan.

Bila dilihat dari perannya dalam mewujudkan tujuan

pembelajaran, peran pembelajaran kimia memiliki peran yang lebih

14
15

dari itu. Pembelajaran kimia sebenarnya dapat digunakan untuk

melatih peserta didik untuk dapat menggunakan konsep yang

diterimanya dalam konteks yang sebenarnya. Pemahaman konsep

bukan tujuan akhir dari pembelajaran kimia tetapi lebih jauh

bagaimana pemahaman konsep itu digunakan dalam proses pemecahan

masalah yang dihadapinya di lingkungan (alam) (Purtadi, 2006).

2. Kajian Sumber Belajar

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat

dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman

belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai (Sanjaya, 2006)

Salah satu sumber belajar adalah berupa bahan ajar. Bahan ajar yang

diguanakan di MAN 1 Mataram berupa buku teks pelajaran dan LKS

(Lembar Kerja Siswa).

Buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi

tertentu yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu untuk maksud-

maksud dan tujuan instruksional, yang mudah dipahami oleh para

pemakainya di sekolah-sekolah sehingga dapat menunjang suatu

program pengajaran (Tarigan, 2009). Adapun buku teks pelajaran

yang digunakan di lapangan seperti Gambar 2.1

15
16

Gambar 2.1 Buku Teks Pelajaran


Buku teks pembelajaran pada Gambar 2.1 memuat

beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Judul bab, tujuan pemebelajaran yang harus dipelajari siswa dan

karakter yang dapat dikembangkan ketika mempeljari isi bab.

2. Peta konsep yaitu bagian yang berisi peta konsep yang

menggambarkn keterkitan meteri pokok pelajaran yang akan dipelajari

3. Kata kunci yaitu bagian yang berisi kata-kata yang perlu diketahui

maknanya.

4. Contoh soal yaitu bagian yang berisi contoh strategi penyelesaian soal

yang dapat membantu siswa dalam mengerjakan soal-soal yang

diberikan.

5. Web Kimia yaitu bagian yang berisi contoh sumber informasi di

internet yang berkaitan dengan materi yang sedang diplajari

6. Rangkuman yaitu bagian yang berisi poin-poin penting materi dan

rumus yang sudah dipelajari

7. Latihan bagian yang berisi soal esai untuk menilai pemahaman konsep

dari materi terkait

16
17

8. Uji kompetensi bagian yang berisi soal-soal dengan bentuk bervariasi

yang diberikan pada setiap akhir bab, yang bertujuan agar siswa

benar-benar memahami konsep yang sudah dipelajari

9. Kegiatan bagian yang erisi kegiatan sederhana berupa eksperimen

dan/ diskusi –diskusi yang akan memperdalam kpemahaman siswa

dan melatih life skill siswa.

10. Glosarium bagian yang berisi arti istilah-istilah kimia penting yang

terdapat dalam buku.

Buku teks pelajaran yang baik menurut Puslitbang

kebudayaan (2013) memiliki kriteria diantaranya: (a) Buku teks yang

baik seharusnya berisi materi yang mendukung tercapainya KI

(kompetensi inti) dan KD (kompetensi dasar) dari mata pelajaran

tersebut. Kelayakan isi buku teks pelajaran dapat dinilai dari: (1)

Kelengkapan materi; (2) Keluasan; dan (3) kedalaman. Uraian materi

yang ada di dalam buku secara implisit memuat materi yang

mendukung tercapainya minimum KI-KD yang lengkap. (b) Buku

teks memiliki peran penting karena buku tersebut merupakan salah

satu komponen dalam proses pembelajaran pada Kurikulum 2013

yang menjadi dasar utama bagi siswa dalam mempelajari mata

pelajaran tertentu. (c) Oleh karena itu, dengan buku teks yang baik,

yang isinya mencakup semua KI-KD sesuai tuntutan standar isi,

penyajiannya menarik, bahasanya baku, dan ilustrasinya menarik dan

tepat, maka diharapkan proses belajar pembelajaran yang dilakukan

17
18

guru dan siswa bisa optimal mencapai standar kompetensi lulusan

(SKL).

Buku teks pembelajaran yang digunakan di lapangan

memiliki keungulan dan kelemahan . Adapun keunggulannya

diantaranya: (a) Buku teks pelajaran sesuai dengan sistematika

penyusunan kurikulum 2013 yang dapat membantu pendidik

melaksanakan kurikulum (b) Buku teks pelajaran memberi

kesempatan bagi peserta didik untuk mengulangi pelajaran atau

mempelajari pelajaran baru.

Selain memiliki keunggulan, buku teks pelajaran yang

digunakan juga memiliki kelemahan. Kelemahan buku teks pelajaran

yang digunakan di lapangan diantarnya: (a) Meskipun telah tersusun

sebagaimana sistematika berdasarkan kurikulum 2013, akan tetapi

masih memiliki kekurangan, diantaranya kurang menekankan siswa

dalam kegiatan kontruktivisme (penemuan sendiri) (b) Buku teks

pelajaran lebih menekankan kepada dimensi konten daripada dimensi

konteks, kompetensi dan sikap. Ini menyebabkan buku teks pelajaran

tersebut kurang efektif untuk meningkatkan literasi sains siswa (c)

Konteks yang terdapat dalam buku teks sering tidak sesuai dengan

kondisi dan lingkungan siswa sasaran. Hal ini menyebabkan buku

teks akan terkesan memaksa siswa untuk belajar sesuatu yang tidak

sesuai dengan kondisi dirinya dan lingkungannya. (d) Buku teks

pelajaran tidak memberikan model dan metode pembelajaran yang

mantap. Ini menyebabkan pembelajaran menjadi menoton karena guru

18
19

akan lebih cenderung mengajar dengan mengguanakan model dan

metode mengajar yang disukainya tanpa mempertimbangkan

kesesuaian materi dan karakter siswa.

Sumber belajar lain yang digunakan di lapangan adalah

lembar kerja siswa (LKS). LKS adalah lembar kerja siswa yang berisi

pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang mencerminkan

keterampilan proses agar siswa memperoleh pengetahuan atau

keterampilan yang perlu dikuasai (Alan, 2012).

LKS yang digunakan sebagai sumber belajar di lapangan

seperti Gambar 2.2.

Gambar 2.2 LKS Yang Digunakan di Lapangan.

LKS pada Gambar 2.2 memuat beberapa hal, diantaranya

adalah sebagai berikut.

a. Pendalaman materi, rubrik ini berisi pemaparan teori atau konsep

yang dijabarkan dari kompetensi inti dan kompetensi dasar.

19
20

b. Contoh soal, fitur ini berisi aplikasi rumus untuk memberi

gambaran kepada anda cara menggunakan rumus sekaligus

penyelesaiannya.

c. Tantangan berpikir, fitur ini berisi kegiatan awal yang dapat anda

lakukan sebelum mempelajari materi-materi tertentu.

d. Sebaiknya anda tahu, rubrik ini berisi informasi actual untuk

menambah wawasan.

e. Mari berburu literature, fitur ini berisi tentang buku-buku acuan

yang harus dibaca sesuai dengan materi.

f. Mari berselancar di Internet, rubric ini mengajak siswa untuk

membuka website berkaitan dengan materi yang dipelajari.

g. Mari bersahabat dengan teknologi, fitur ini berisi informasi

pengenalan atau pemanfaatan teknologi berkaitan dengan materi

yag sedang dipelajari.

h. Tugas, rubrik ini berisi merupakan tindak lanjut pembelajaran yang

disampaikan dalam pendalaman materi.

i. Praktikum, rubrik ini bertujuan untuk memperdalam dan

mempertajam konsep yang telah dijabrkan dalam pendlaman

materi.

j. Pembiasan, rubrik ini berisi ajakan untuk mengaplikasikan sikap

afektif yang diperoleh selama proses pembelajaran.

k. Latihan dan ulangan harian, rubric ini berisi rangkaian soal-soal

dalam ranah kognitif untuk mengukur tingkat pemahaman siswa

terhadap materi yang dipelajari. Rubric latihan untuk mengukur

20
21

pengetahuan (kognitif) dalam satu subbab. Rubric ulangan haian

untuk mengukur pengetahuan dalan satu bab.

LKS pada Gambar 2.2 memililiki keunggulan dan

kelemahan. Adapun Kelebihan LKS diatas adalah : (a) Dapat menjadi

media pembelajaran mandiri bagi siswa (b). Materi lebih ringkas dan

sudah mencakup keseluruhan materi (c) Praktis.

Adapun kekurangan dari LKS pada Gambar 2.2

diantaranya: (a) Persepsi pada materi terlalu jauh dari pengetahuan

siswa, sehingga siswa sulit memahami maksud dari persepsi tersebut,

padahal masih banyak persepsi lain yang lebih dekat dengan

kehidupan sehari-hari yang mudah ditemukan oleh siswa. (b) Buku

teks pelajaran tidak memberikan model dan metode pembelajaran

yang mantap. Ini menyebabkan pembelajaran menjadi menoton dan

membosankan. (c). LKS lebih menekankan pada konten materi.

3. Model Problem Based Learning

Problem based learning merupakan salah satu model

pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk dapat meningkatkan

keterampilan yang dibutuhkan pada era globalisasi saat ini (Amir,

2009). Menurut Dasna dan Sutrisno (2007) Problem Based Learning

(PBL) merupakan pelaksanaan pembelajaran berangkat dari sebuah

kasus tertentu dan kemudian dianalisis lebih lanjut guna untuk

ditemukan pemecahan masalahnya, dan merupakan salah satu model

pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif

pada siswa. Sedangkan Savery (2006) mendefinisikan PBL

21
22

merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta

didik yang memberdayakan peserta didik untuk melakukan

penelitian, mengintegrasikan teori dan praktek, dan menerapkan

pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan solusi yang

layak untuk masalah yang didefinisikan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa PBL

merupakan pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi

belajar aktif pada siswa tentang cara berpikir kritis dan keterampilan

pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep

yang esensial dari materi yang dipelajari.

Menurut Trianto (2007) pelaksanaan model problem based

learning terdiri dari lima tahap proses, yaitu :

1. Orientasi peserta didik pada masalah

Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi peserta didik

untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.

2. Mengorganisasi peserta didik

Pada tahap ini guru membagi peserta didik kedalam

kelompok,membantu peserta didik mendefinisikan dan

mengoerganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan

masalah.

3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Pada tahap ini guru mendorong peserta didik untuk

mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan

22
23

eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan

dan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil

Pada tahap ini guru membantu peserta didik dalam

merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau

mode, dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesame

temannya.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan

masalah

Pada tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan

refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan

yang mereka lakukan.

Menurut Sanjaya (2007), sebagai suatu model PBL

memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihannya

adalah sebagai berikut. (a) Menantang kemampuan siswa serta

memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi

siswa. (b) Meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa. (c).

Membantu siswa dalam menstransfer pengetahuan siswa untuk

memahami masalah dunia nyata. (d). Membantu siswa untuk

mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam

pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, PBL dapat

mendorobng siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap

hasil maupun proses belajaranya. (e) Mengembangkan pengetahuan

siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka

23
24

untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. (f) Memberikan

kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang

mereka miliki dalam dunia nyata. (g). Mengembangkan minat siswa

untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan

formal telah berakhir. (h). Memudahkan siswa dalam menguasai

konsep-konsep yang dipelajari, guna memecahkan masalah dunia

nyata.

Disamping kelebihan diatas, PBL juga memiliki kelemahan

yaitu sebagai berikut : (a). Manakala siswa tidak memiliki minat atau

tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit

untuk dipecahkan, maka mereka akan segan untuk mencobanya. (b).

Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman

mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah,

mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang

sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang ingin mereka

pelajari.

4. Konsep Green Chemistry

Jika kita memperhatikan kondisi lingkungan hidup kita di

Indonesia sekarang ini, amat banyak yang mengalami kerusakan

sebagai akibat ketidakpedulian masyrakat untuk mengelola dan

menjaga lingkungan hidup. Siswa sebagai generasi muda merupakan

salah satu agen penerus dan penjaga kelestarian lingkungan.

Pembelajaran kimia sebagai subsistem pendidikan nasional

memberikan kontribusi penting dalam pembentukan karakter siswa.

24
25

Sedangkan karakter sebagai hasil dari pendidikan membawa arti

penting dalam kehidupan sesungguhnya di masyarakat. Salah satu

karakter tersebut adalah kepedulian terhadap lingkungan. Ilmu kimia

berkontribusi untuk menjaga kelestarian lingkungan adalah dengan

mencanangkan green chemistry (Afiyanti, 2013).

Green chemistry bukanlah environmental science tetapi

bagian ilmu kimia yang mencari dan berkreasi untuk memberikan

solusi bagi penciptaan teknologi yang aman bagi manusia dan

lingkungannya. Target green chemistry adalah mencegah polusi dari

sumbernya, dimulai dari bahan baku, sintesa produk, desain proses dan

produknya sebelum berpotensi jadi polutan. Dengan kata lain

pencegahan dimulai seawal mungkin (Ilyas, 2010)

Anastas dan Warner (1996) dalam bukunya yang berjudul

Green Chemistry : Theory and Practice mengembangkan 12 prinsip

green chemistry yang berfungsi sebagai panduan pengaplikasian green

chemistry dalam tindakan nyata. Kedua belas prinsip tersebut adalah :

(1) Mencegah limbah lebih baik daripada mengolah dan

membersihkannya (2) Ekonomi atom, metoda sintesis yang efisien.

(3). Melakukan sintesis kimia yang tak menghasilkan racun (4).

Mendesain senyawa kimia yang tak beracun (5). Pemakaian pelarut

dan bahan bahan yang aman (6). Mendesain pemakaian energi yang

efesien (7). Pemakaian bahan baku yang dapat diperbaharui (8).

Mengurangi senyawa turunan yang tak perlu (9). Pemakaian katalis

25
26

sangat baik secara stokiometris (10). Mudah terdegradasi (11).

Pencegahan polusi lingkungan (12). Pencegahan terhadap kecelakaan

Pembelajaran kimia berorientasi green chemistry bertujuan

agar siswa memiliki karakter peduli lingkungan, khususnya dalam

penanganan masalah lingkungan, membentuk perilaku agar dapat

berpartisipasi dalam pemeliharaan lingkungan. Pembelajaran kimia

berorientasi green chemistry juga bertujuan dapat membentuk karakter

dan pribadi siswa yang peduli akan kelestarian lingkungan (Rosita,

2014).

Beberapa prinsip green chemistry yang dapat diaplikasikan

dalam dunia pendidikan adalah mencegah limbah lebih baik daripada

mengolah dan membersihkannya, penggunaan pelarut dan zat

tambahan yang aman, penggunaan bahan baku yang dapat

diperbaharui, pencegahan polusi lingkungan, dan pencegahan terhadap

kecelakaan.

5. Literasi Sains

Literasi sains menurut PISA 2015 didefinisikan

kemampuan untuk menggunakan hubungan ilmu pengetahuan dengan

isu-isu dan ide-ide tentang ilmu pengetahuan, sebagai masyrakat yang

reflektif. Definisi literasi sains pada PISA 2015 merupakan evolusi

dari ide-ide literasi sains menurut PISA tahun 2000, 2003 dan 2006.

Perbedaanya adalah bahwa gagasan "pengetahuan tentang ilmu

pengetahuan" telah ditetapkan lebih jelas dan dibagi menjadi dua

26
27

komponen yaitu pengetahuan prosedural dan pengetahuan epistemik

(PISA, 2015).

Laporan dari OECD melalui PISA tahun 2009 yang

berhubungan dengan kemampuan kemampuan dalam literasi sains

menempatkan Indonesia pada urutan ke-57 dari 65 negara. Dibanding

dengan negara-negara Asia lainnya Indonesia termasuk dalam urutan

dibawah (PISA 2010). Sementara untuk tahun 2012 Indonesia berada

pada urutan ke 64 dari 65 negara (OECD, 2013)

Tujuan pelaksanaan evaluasi pendidikan oleh OECD

melalui PISA adalah memperbaiki kualitas pendidikan yang terfokus

pada literasi sains, membaca dan matematika. Perbaikan kualitas

pendidikan akan berpengaruh pada tingkat ekonomi negara-negara

anggota. Seperti yang kita ketahui negara-negara yang memiliki

presentasi yang baik pada evaluasi PISA rata-tara memiliki

perekonomian dan teknologi yang maju (Odjan, dkk, 2014). Tujuan

penilaian PISA 2015 dapat ditandai dari empat aspek yang saling

terkait yaitu seperti pada tabel 2.1.

Tiga domain kompetensi sangat dibutuhkan untuk

memahami dan terlibat dalam diskusi kritis yang melibatkan sains dan

teknologi (OECD, 2013). Tiga domain tersebut yang menjadi

kompetensi kunci dalam assessment literasi sains PISA 2015. Kriteria

tersebut diuraikan dalam dokumen keluaran PISA yang berjudul PISA

2015 Draft Science Framework. Domain yang pertama adalah

kemempuan untuk memberikan penjelasan mengenai fenomena alam,

27
28

alat-alat teknis, teknologi, dan implikasinya pada masyrakat.

Kompetensi kedua adalah kompetensi untuk menggunakan

pengetahuan dan pemahaman penyelidikan ilmiah untuk

mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab oleh

penyelidikan ilmiah, mengidentifikasi apakah prosedur yang

digunakan telah sesuai, dan mengusulkan cara-cara untuk mengatasi

pernyataan-pernyataan ilmiah. Kompetensi ketiga adalah menafsirkan

data dan bukti secara ilmiah. (Zuriyani, 2011).

Tabel 2.1 Aspek Penilaian Literasi Sains PISA 2015

Aspek
Penjelasan
penilaian

Konteks Pribadi, isu-isu lokal, nasional dan global, baik


(Context) saat ini dan

sejarah, yang menuntut beberapa pemahaman


ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pengetahuan Pemahaman tentang fakta-fakta utama, konsep


(Knowladge) dan jelas teori-teori yang membentuk dasar
pengetahuan ilmiah. Seperti itu pengetahuan
meliputi pengetahuan tentang alam dan artefak
teknologi (pengetahuan konten), pengetahuan
tentang bagaimana ide-ide tersebut diproduksi
(pengetahuan prosedural) dan pemahaman
tentang alasan yang mendasari untuk prosedur
ini dan pembenaran untuk mereka gunakan
(pengetahuan epistemic).

Kompetensi Kemampuan untuk menjelaskan fenomena


(Compentences) ilmiah, mengevaluasi dan merancang
penyelidikan ilmiah, dan menafsirkan data dan
bukti secara ilmiah.

Sikap Satu set sikap terhadap ilmu ditunjukkan

28
29

(Atitude) dengan minat dalam ilmu pengetahuan dan


teknologi; menilai pendekatan ilmiah untuk

penyelidikan, dimana tepat, dan persepsi dan


kesadaran isu yang berkaitan dengan
lingkungan.

(Sumber : PISA, 2015)

Pencapaian ketiga kompetensi yang harus dimiliki oleh

seseorang yang melek sains membutuhkan beberapa jenis

pengetahuan. Kompetensi pertama (menjelaskan fenomena secara

ilmiah), menuntut pengetahuan tentang isi ilmu atau yang dikenal

dengan konten knowledge. Kompetensi yang kedua dan ketiga,

tentunya membutuhkan lebih dari pengetahuan tentang apa yang kita

ketahui. Sebaliknya kompetensi pertma dan kedua bergantung pada

pemahaman tentang bagaimana pengetahun ilmiah dibangun dan

tingkat kepercayaan yang ada (Zuriyani, 2011).

6. Modul

Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang

dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat

pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu

peserta didik untuk menguasai tujuan belajar yang spesifik (Daryanto,

2013). Sedangkan Nasution (2008), mengemukakan modul dapat

dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan

terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk

membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara

khusus dan jelas. Jadi dapat disimpulkan bahwa modul merupakan

29
30

suatu alat atau sarana pembelajaran yang di dalamnya berupa materi,

metode, dan evaluasi yang dibuat secara sistematis dan terstruktur

sebagai upaya untuk mencapai tujuan kompetensi yang diharapkan.

Sebuah modul yang baik dan menarik harus mampu

meningkatkan motivasi dan efektifitas penggunaanya. Menurut

Widodo dan Jasmadi (2008) modul harus memiliki kriteria sebagai

berikut:

a. Self Instructional

Merupakan karakteristik yang penting dalam modul,

dengan karakter tersebut memungkinkan seseorang belajar secara

mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi

karakter self instruction, maka modul harus : (1) Memuat tujuan yang

jelas, dan dapat menggambarkan pencapaian Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar. (2) Memuat materi pembelajaran yang dikemas

dalam unit-unit kegiatanyang kecil/spesifik, sehingga memudahkan

dipelajari secara tuntas. (3) Tersedia contoh dan ilustrasi yang

mendukung kejelasan pemaparanmateri pembelajaran. (4) Terdapat

soal-soal latihan, tugas, dan sejenisnya yang memungkinkan untuk

mengukur penguasaan siswa. (5) Kontektual, yaitu materi yang

disajikan terkait dengan suasana, tugas atau konteks kegiatan dan

lingkungan siswa. (6) Menggunakan bahasa yang sederhana dan

komunikatif (7) Terdapat rangkuman materi pembelajaran (8) Terdapat

instrument penilaian, yang memungkinkan siswa melakukan penilaian

sendiri (self assessment). (9) Terdapat umpan balik atas siswa,

30
31

sehingga siswa mengetahui tingkat penguasaan materi. (10) Terdapat

informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung

materi pembelajaran.

b. Self contained

Modul dikatakan self contained bila seluruh materi

pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut.

Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan kepada

siswa mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena

materi belajar dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh. Jika

harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu standar

kompetensi, harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan

keluasan standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.

c. Berdiri sendiri (Stand Alone)

Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik

modul yang tidak tergantung pada bahan ajar atau media lain, atau

tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain. Sehingga

siswa tidak perlu menggunakan bahan ajar lain untuk mempelajari

modul tersebut. Jika siswa masih menggunakan dan bergantung

pada bahan ajar selain modul yang digunakan, maka bahan ajar

tersebut tidak termasuk sebagai modul yang berdiri sendiri.

d. Adaptif

Modul hendaknya memiliki adaptasi yang tinggi terhadap

perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul

31
32

tersebut dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes.

e. Bersahabat (user friendly)

Modul juga hendaknya memenuhi kaidah user friendly atau

bersahabat/akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan

informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan

pemakainya, termasuk kemudahan pemakaian dalam merespon dan

mengakses sesuai dengan keinginan. Modul disusun dengan

menggunakan kalimat aktif dengan bahasa yang sederhana, mudah

dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan.

Langkah awal yang perlu dilakukan dalam pengembangan

suatu modul adalah menetapkan desain atau rancangannya. Desain

adalah suatu petunjuk yang memberikan dasar atau arah, tujuan dan

tehnik yang ditempuh dalam memulai dan melaksanakan suatu

kegiatan. Kedudukan desain dalam pengembangan modul adalah

sebagai salah satu komponen prinsip pengembangan yang mendasari

dan memberi arah tehnik dan tahapan penyusunan modul

(Marwarnard, 2011).

Komponen-komponen modul menurut Departemen

Pendidikan Nasional (2008) paling tidak mencakup tentang : (a)

petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru) (b) kompetensi yang akan

dicapai (c) konten atau isi materi (d) informasi pendukung (e) latihan-

latihan (f) petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK) (g)

evaluasi (h) balikan terhadap hasil evaluasi

32
33

7. Model Pengembangan Modul

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian

pengembangan ini adalah model pengembangan Nieveen dari Nieveen,

N., McKenney, S,. & Van den Akker, J. model pengembangan ini

didasarkan pada masalah di lapangan dan dalam pelaksanaannya

melibatkan partisipan, peneliti, ahli dan stakeholder lainnya (Nieveen,

dkk. 2006). Penelitian pengembangan mengintegrasikan teori yang

telah dikembangkan dalam prinsip desain dengan temuan yang

dihasilkan dari lapangan. Agar penelitian pengembangan dapat

memecahkan masalah-masalah pendidikan berikut ini adalah tahapan

pengembangan yang dapat dilakukan (Nieveen, dkk, 2006) adalah

sebagai berikut:

1. Preliminary research: analisis konteks dan masalah untuk

pengembangan landasan kerangka konseptual melalui review

literature;

2. Prototyping stage: merancang petunjuk desain, mengoptimalkan

prototype melalui dari rancangan, evaluasi formatif dan revisi;

3. Summative evaluation: evaluasi terhadap efektifitas pelaksanaan dan

penggunaan prototype;

4. Systematic reflection and documentation: menuliskan keseluruhan

studi untuk mendukung analisis, kemudian melakukan spesifikasi

prinsip desain dan mengartikulasikan hubungannya dengan kerangka

berpikir yang telah diterapkan.

33
34

8. Pentingnya Pengembangan Modul Problem Based Learning


berorientasi Green Chemistry pada Materi Hidrolisis Garam untuk
Meningkatkan Literasi Sains Siswa.
Hidrolisis garam merupakan materi pelajaran yang sangat

penting diajarkan kepada siswa karena merupakan materi yang sangat

kontekstual, dan mempelajari fenomena-fenomena perubahan materi

yang ada di alam. Subbab yang terdapat pada materi hidrolisis garam

meliputi konsep hidrolisis; menentukan larutan garam yang dapat

terhidrolisis berdasarkan jenis kation dan anionnya; menentukan

tetapan hidrolisis; menentukan pH larutan garam; dan memberikan

contoh hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari.

Konsep hidrolisis garam banyak digunakan dalam

kehidupan sehari- hari dalam berbagai bidang seperti kimia industri

dan pertanian. Misalnya pada pemurnian air, pelarutan sabun,

pembuatan pupuk, dan sejumlah produk lainnya. Besarnya peranan

hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari isu-isu

global dan masalah yang erat kaitannya dengan lingkungan. Isu global

yang sangat popular saat ini adalah berkaitan dengan pencemaran

lingkungan yang diakibatkan oleh limbah- limbah berbahaya. Untuk

menjaga kelestarian lingkungan maka diterapkan konsep hidrolisis

garam yang aman dan ramah lingkungan (green chemistry). Green

chemistry merupakan konsep tentang pemikiran mengenai kimia untuk

menyelamatkan lingkungan dari pencemaran. Dalam pembelajaran,

konsep green chemistry dapat menimbulkan suasana baru dan

membentuk peserta didik yang perduli terhadap lingkungan.

Kelestarian lingkungan dalam pembelajaran kimia dapat di tanamkan

34
35

melalui prinsip-prinsip green chemistry yang terintegrasi dalam setiap

pembelajarannya. Konsep hidrolisis yang ramah lingkungan antara

lain, pemanfaatan limbah cangkang kerang sebagai bahan utama

pemurnian air, pembuatan MSG aman dari tomat, penggunaan limbah

MSG sebagai pupuk cair berkualitas tinggi, dan peran hidrolisis garam

lainnya.

Pembelajaran kimia yang baik adalah pembelajaran kimia

yang dapat memberikan makna bagi siswa. Hal ini dapat dilihat dari

proses pembelajarannya guru dapat mengaitkan materi dengan

kehidupan sehari-hari yaitu dengan membuat peserta didik memahami

apa yang dipelajarinya serta mampu mendorong peserta didik untuk

mengkonstruksi sendiri makna-makna dari apa yang telah

dipelajarinya. Kebermaknaan dalam pembelajaran sains bagi siswa

dapat diperoleh jika siswa memiliki kemampuan literasi sains yang

baik (Lestari, 2013).

Literasi sains menurut PISA 2015 didefinisikan

kemampuan untuk menggunakan hubungan ilmu pengetahuan dengan

isu-isu dan ide-ide tentang ilmu pengetahuan, sebagai masyrakat yang

reflektif. Laporan dari OECD melalui PISA tahun 2009 yang

berhubungan dengan kemampuan kemampuan dalam literasi sains

menempatkan Indonesia pada urutan ke-57 dari 65 negara. Dibanding

dengan negara-negara Asia lainnya Indonesia termasuk dalam urutan

dibawah (PISA 2010). Sementara untuk tahun 2012 Indonesia berada

pada urutan ke 64 dari 65 negara (OECD, 2013).

35
36

Rendahnya mutu hasil belajar sains peserta didik

menunjukkan bahwa proses pembelajaran sains di sekolah-sekolah di

Indonesia telah mengabaikan perolehan kepemilikan literasi sains

peserta didik. Proses pembelajaran sains yang dilakukan di sekolah

menjadi faktor utama untuk menentukan suatu hasil belajar sains

peserta didik (Cahyani, 2014). Rendahnya literasi sains juga

berdampak pada kurangnya nilai karakter dan keterampilan siswa

diantaranya adalah nilai konservasi (peduli) siswa terhadap lingkungan

dan keterampilan dalam kerja ilmiah yang baik dapat mengembangkan

ataupun mewujudkan keterampilan yang berimplikasi pada bahan–

bahan kimia sesuai dengan prinsip-prinsip Green Chemistry, yaitu

pemanfaatan bahan–bahan kimia secara bijaksana sehingga berdampak

penyelamatan atau konservasi lingkungan.

Banyak faktor yang diduga menyebabkan rendahnya literasi

sains anak-anak Indonesia yang berkaitan dengan proses pendidikan

salah satunya adalah buku ajar. Buku ajar pelajaran memiliki peranan

penting dalam pembelajaran sains. Oleh karena itu, analisis terhadap

kondisi buku ajar ini sangat penting untuk dilakukan, terutama analisis

yang berhubungan dengan literasi sains (Matturadiah dan Rusilowati,

2015).

Untuk meningkatkan literasi sains siswa, maka penting

untuk menyusun inovasi baru dalam proses pembelajaran. Salah

satunya adalah menyususun bahan ajar berupa modul dengan

menggunakan model dan orientasi yang tepat. Solusi yang dianggap

36
37

sesuai untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan

mengembangkan modul pembelajaran kimia yang mampu mendorong

siswa membangun konsep mereka sendiri, melalui pembelajaran

dengan pendekatan ilmiah (scientific approach), bersifat kontekstual,

melibatkan aspek-aspek kehidupan sehari-hari siswa, dan

memanfaatkan alam sekitar dan lingkungan sehingga dapat

meningkatkan kemampuan literasi sains siswa (Suastra, 2010).

Model Problem Based Learning (PBL) merupakan salah

satu model pembelajaran yang memiliki karakteristik pembelajaran

saintifik. Model problem based learning yang diorientasikan dengan

green chemistry ini membawa siswa lebih kreatif, memiliki kepedulian

terhadap lingkungan yang besar, lebih mudah mengaplikasikan materi-

materi yang dipelajari untuk memahami dan memberi solusi terhadap

masalah yang terjadi di lingkungan, memiliki nilai-nilai konservasi

terhadap lingkungan, memiliki kecenderungan untuk ikut

berpartisispasi dalam kegiatan menyelesaikan masalah lingkungan,

serta menggunakan pengetahuan sains dan mengguanakan produk dan

proses kimia yang ramah lingkungan (Rosita, 2014). Berdasarkan hal

tersebut, maka penting untuk mengembangkan modul Prolem Based

Learning (PBL) berorientasi Green Chemistry pada materi hidrolisis

garam untuk meningkatkan literasi sains siswa.

9. Analisis Materi Hidrolisis Garam

Materi hidrolisis garam merupakan salah satu materi dalam

pembelajaran kimia yang bersifat abstrak. Materi ini juga dipenuhi

37
38

dengan rumus-rumus dan reaksi-reaksi kimia sehingga memerlukan

pemahaman dalam segala aspek representasi khususnya aspek

mikroskopik dan simbolik agar lebih mudah dipahami dan dimengerti.

pada proses pembelajaran selama ini konsep-konsep yang penting

dalam materi hidrolisis garam seperti konsep-konsep hidrolisis garam,

jenis-jenis dan reaksi-reaksi garam yang terhidrolisis seringkali tidak

disampaikan secara lengkap. Saat ini materi hidrolisis garam selalu

difokuskan pada aspek simbolik level penguasaan perhitungan pH

larutan garam yang terhidrolisis secara kuantitatif. Hal-hal demikian

itu akan mengakibatkan pemahaman siswa tentang konsep-konsep

yang ada pada materi hidrolisis garam menjadi rendah (Erlina, dkk.).

Materi hidrolisis garam pada silabus kurikulum 2013

terdapat pada KD 3.12 dari KI 3: Menganalisis garam-garam yang

mengalami hidrolis dan KD 4.12 dari KI 4: Merancang, melakukan,

dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk

menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis. Subbab yang

terdapat pada materi hidrolisis garam meliputi konsep hidrolisis;

menentukan larutan garam yang dapat terhidrolisis berdasarkan jenis

kation dan anionnya; menentukan tetapan hidrolisis; menentukan pH

larutan garam; dan memberikan contoh hidrolisis garam dalam

kehidupan sehari-hari. Materi hidrolisis garam memiliki karakteristik

seperti pada tabel 2.2.

38
39

Tabel 2.2 Karakteristik Materi Hidrolisis Garam

Materi Konsep/subkonsep Karakteristik Indikator

Hidrolisis Konsep hidrolisis Mikroskopis Menjelaskan


garam terjadinya
hidrolisis pada
larutan garam.

Sifat garam yang Makroskopis Membedakan


terhidrolisis garam yang
dapat
terhidrolisis dan
tidak dapat
terhidrolisis.
Menggolongkan
sifat larutan
garam
berdasarkan
asam basa
pembentuknya.
Melakukan
percobaan
sederhana untuk
menentukan sifat
larutan garam.
Menganalisis jenis-
jenis larutan
garam yang
terhidrolisis
melalui
percobaan
Tetapan hidrolisis Simbolik Menghitung tetapan
(Kh) hidrolisis

pH garam yang Makroskopis, Menentukan pH


terhidrolisis simbolik larutan garam
berdasarkan
asam-basa
pembentuknya.
Hidrolisis garam Makroskopis Menganalisis
dalam kehidupan penerapan
sehari-hari hidrolisis dalam
kehidupan
sehari-hari.

39
40

Berdasarkan tabel 2.2 dapat dilihat bahwa materi hidrolisis

garam memiliki kajian keilmuan yang bersifat abstrak dan

menekankan penguasaan konsep hingga ke tingkat miksroskopis.

Materi hidrolisis garam juga memuat pemahaman konseptual dan

algoritmik. Materi ini merupakan materi abstrak dan berurutan,

sehingga untuk memahami konsep materi hidrolisis garam siswa harus

paham antara subkonsep yang saling terkait dengan materi hidrolisis

garam. Subkonsep yang perlu diperhatikan yaitu diantaranya

stoikiometri sebagai subkonsep superordinat (subkonsep yang

memiliki tingkatan lebih tinggi), larutan asam basa dan pH larutan

sebagai subkonsep subordinat (subkonsep yang memiliki tingkatan

lebih rendah), dan larutan penyangga sebagai subkonsep ordinat

(subkonsep yang memiliki tingkat setara).

a) Ringkasan Materi Hidrolisis Garam

Garam ialah senyawa ionik yang terbentuk oleh reaksi

antara asam dan basa. Garam ialah elektrolit kuat yang terurai

sempurna dalam air dan dalam beberapa kasus bereaksi dengan air.

Istilah hidrolisis garam menjelaskan reaksi anion atau kation suatu

garam, atau keduanya, dengan air. Hidrolisis garam biasanya

mempengaruhi pH larutan (Chang, 2005).

Hasil pelarutan garam dapat bersifat netral, asam atau basa.

Jika suatu garam dilarutkan kedalam air, maka garam akan terurai

membentuk ion-ion yang dapat bergerak secara bebas didalam larutan.

40
41

Pada keadaan tertentu ion-ion tersebut dapat berprilaku sebagai asam

atau basa, tergantung pada sifat ion-ion yang terdapat dalam larutan.

Suatu garam dapat dikatakan terhidrolisis di dalam pelarut air jika ion-

ionnya bereaksi dengan molekul air. Reaksi antara lain ion-ion garam

dan molekul air tersebut membentuk kesetimbangan yang

mempengaruhi pH larutan, sehingga larutan dapat bersifat asam atau

basa (Sunarya, 2012).

Sifat-sifat larutan garam berdasarkan anion dan kationnya

adalah sebagai berikut.

1) Reaksi anion dengan molekul air

Ion-ion yang menghasilkan larutan dengan alkalinitas tinggi

merupakan basa yang lebih kuat daripada air. Anion-anion tersebut

merupakan basa konjugat dari asam lemah karena dapat menarik

proton dari molekul air. Anion-anion ini menjadi pemenang dalam

kompetisi merebut proton dan keberadaannya di dalam air sebagai

suatu molekul asam. Akibat penarikan proton dari molekul air oleh

anion, meninggalkan sisa ion OH- yang menyebabkan larutan bersifat

basa, contohnya :

F(aq) + H2O(l) HF(aq) + OH-(aq)

CN(aq) + H2O(l) H3O+ OH-(aq)

(Sunarya, 2012)

2) Reaksi kation dengan molekul air

Kation-kation yang menyebabkan lautan bersifat asam

adalah kation yang mengandung nitrogen seperti NH4+, atau kation

41
42

logam dengan kemampuan polarisasi tinggi. Ion ammonium

memberikan proton kepada molekul air membentuk larutan yang

bersifat asam. Ion ammonium dan semua kation lain yang menjadikan

larutan bersifat asam adalah asam yang lebih kuat daripada air, atau

asam konjugat dari basa lemah. Jika kation-kation terlarut bereaksi

dengan molekul air, maka air berperan sebagai aseptor proton atau

suatu basa. Persamaan keseimbangannya :

NH4+(aq) + H2O(l) NH3(aq) + H3O+(aq)

Reaksi kation atau anion dengan molekul air dikenal

sebagai hidrolisis. Dengan kata lain, hidrolisis suatu ion adalah reaksi

ion dengan air menghasilkan asam konjugat dan ion hidroksida

(pembentuk basa), atau menghasilkan basa konjugat atau ion

hydronium (pembentuk asam). Pada contoh diatas diketahui bahwa

ion F-(aq) atau CN-(aq) bereaksi dengan air atau terjadi hidrolisis

membentuk asam dan ion OH-. Pada contoh lain, ion

NH4+(aq)terhidrolisis membentuk basa dan ion H3O+(aq) (Sunarya,

2012).

3) Garam yang Kation dan Anionnya Terhidrolisis

Untuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah,

baik kation dan anionnya terhidrolisis. Namun, apakah larutan yang

mengandung garam seperti itu bersifat asam, basa, atau netral bergantung

pada kekuatan relatif asam lemah dan basa lemah tersebut. Karena

matematika yang berhubungan dengan jenis sistem ini agak rumit, hanya

prediksi-prediksi kualitatif saja yang dibuat tentang larutannya (Chang,

2005).

42
43

a) Kb > Ka. Jika Kb untuk anion lebih besar daripada Ka untuk

kation, maka larutan haruslah larutan basa karena anion akan

terhidrolisis jauh lebih banyak daripada kation. Pada

kesetimbangan, akan lebih banyak ion OH- dibandingkan ion H+.

b) Kb < Ka. Sebaliknya, jika nilai Kb anion lebih kecil daripada Ka

kation, larutan akan merupakan larutan asam karena hidrolisis

kation akan lebih banyak dibandingakan hidrolisis anion.

c) Ka ≈ Kb. Jika Ka kira-kira sama dengan Kb, larutan nyaris netral.

Beberapa anion dapat bertindak sebagai asam atau sebagai

basa. Sebagai contoh, ion bikarbonat (HCO3-) dapat terionisasi atau

terhidrolisis sebagai:

HCO3- (aq) + H2O(l) ⇔ H3O+(aq) + CO3- (aq) Ka = 4,8 x 10-11

HCO3-(aq) + H2O(l) ⇔ H2CO3-(aq) + OH- (aq) Kb = 2,4 x 10-8

Karena Kb > Ka, dapat diprediksi bahwa reaksi hidrolisis

akan lebih dominan daripada proses ionisasi. Jadi, larutan natrium

bikarbobat (NaHCO3) akan bersifat basa (Sunarya, 2012).

Semua garam terurai dalam air membentuk ion-ion. Oleh

karena itu ion-ion dalam air ada yang terhidrolisis atau terhidrasi,

maka garam-garam yang terlarut dalam air dapat bersifat asam, basa

atau netral (Sunarya, 2012).

1.Larutan garam yang bersifat netral

Basa konjugat dari asam kuat tidak memiliki afinitas

terhadap proton dibandingkan degan molekul air. Basa konjugat

seoerti ini merupakan basa yang lebih lemah dapipada molekul air.

43
44

Jadi, jika anion seperi Cl- dan NO3- dimasukkan kedalam air, anion-

anion tersebut tidak menarik proton (H+) dari molekul air sehingga

tidak berpengaruh pada pH larutan (Sunarya, 2012).

Demikian pula asam konjugat dari basa kuat tidak memiliki

afinitas terhadap electron dibandingkan dengan molekul air. Kation

seperti K+ dan Na+ dari basa kuat tidak dapat menarik ion OH- dari

molekul air sehingga tidak berpengaruh terhadap pH larutan. Garam-

garam yang berasal dari kation basa kuat dan anion asam kuat tidak

mengubah H+ maupun OH- ketika dilarutkan kedalam air. Ini berarti

lautan garam seperti KCl, NaCl, NaNO3, atau KNO3 bersifat netral

didalam pelarut air atau memiliki pH = 7 (Sunarya, 2012).

2.Larutan garam yang bersifat basa

Garam-garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat

seperti; natrium asetat (CH3COONa), natrium benzoat, natrium sianida

dan sebagainya, dalam air akan mengalami ionisasi. Ionisasi garam

yang berasal dari asam lemah dan basa kuat memberikan ion-ion yang

dapat mengganggu kesetimbangan air. Sebagai contoh natrium asetat,

dalam air akan mengalami disosiasi (ionisasi) dengan menghasilkan

ion asetat dan ion natrium. Ion natrium dalam air tidak akan

mengganggu kesetimbangan, namun, ion asetat dapat mengganggu

system kesetimbangan air. Ion asetat akan bertemu dengan ion

hidrogen yang berasal dari air menjadi asam asetat yang merupakan

elektrolit lemah. Karena asam asetat merupakan elektrolit lemah, maka

asam asetat akan terionisasi sebagian (Partana, dkk, 2003).

44
45

Nilai pH larutan ditentukan oleh ion CH3COO-. Oleh

karena itu ion CH3COO- adalah basa yang lebih kuat daripada air maka

akan bereaksi dengan air yang berperan sebagai donor proton yang

baik. Reaksi antara ion asetat dan air adalah:

CH3COO-(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH-(aq)

Reaksi tersebut menghasilkan larutan yang bersifat basa. Basa

konjugat yang bereaksi dengan air menghasilkan ion hidroksida dan

asam. Tetapan kesetimbangan untuk reksi tersebut adalah :

Kb =

Nilai Kb untuk anion dapat diperolehdari hubungan Kb =

3.Larutan garam yang bersifat asam

Ketika garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah

larut dalam air, larutannya menjadi larutan asam. Beberapa garam

menghasilkan larutan asam ketika dilarutkan dalam air. Mialnya, jika

padatan NH4Cl dilarutkan dalam air, ion NH4+ dan Cl- akan terbentuk.

Ion NH4+, berprilaku sebagai asam konjugat yang relative kuat

dibandingkan air, sehingga berperan sebagai sumber proton.

NH4+(aq) + H2O(l) NH3(aq) + H3O+(aq) (Chang, 2005)

Ion Cl- tidak memiliki afinitas terhadap H+ dalam molekul

air, melainkan hanya terhidrasi secara sederhana, sehingga tidak

berpengaruh terhadap pH larutan. Umumnya, garam-garam yang

kationnya merupakan asam konjugat dari basa lemah menghasilkan

larutan yang bersifat asam. Nilai pH dari larutan garam seperti ini

45
46

dapat ditentukan berdasarkan ketetapan kesetimbangan asam

konjugatnya (Sunarya, 2012).

Berdasarkan materi tersebut konsep koloid yang diajarkan

di SMA/MA menuntut guru agar mampu menjelaskan konsep-konsep

kimia tidak hanya pada tingkat makroskospis dan simbolik saja, namun

mampu mengaitkan dengan aspek mikroskopis (abstrak), pengaitan

dengan aspek mikroskopis dapat dilakukan dengan cara memberikan

gambaran melalui video/ animasi, contohnya pada hidrolisis garam

berdasarkan pengionan. Dengan menampilkan video / animasi sisi

abstraknya dapat dilihat, sehingga siswa mampu memahami secara

utuh gambaran keterkaitan antara ketiga representasi (makroskopis,

mikroskopis dan simbolik) tersebut.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Adapun hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya

mengenai pengembangan perangkat pembelajaran sebagai berikut :

1) Rosita (2014), perangkat pembelajaran problem based learning

berorientasi green chemistry materi hidrolisis garam untuk

mengembangkan soft skill konservasi siswa. hasil penelitian

menunjukkan bahwa Perangkat pembelajaran problem based

learning berorientasi green chemistry telah mampu

mengembangkan soft skill konservasi siswa SMA pada

pengamatan selama 6 pertemuan. Hasil pengamatan dari enam soft

skill konservasi ada lima soft skill konservasi (cinta lingkungan,

peduli lingkungan, tanggung jawab, objektif dan jujur) dengan

46
47

kategori sangat baik sedangkan soft skill konservasi santun dengan

kategori baik.

2) Suara (2015), pengembangan modul pembelajaran berbasis

masalah dengan pendekatan sains teknologi masyarakat dalam

menumbuhkan kemampuan literasi sains. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa bahan ajar yang dihasilkan dari

pengembangan ini layak dilanjutkan ke tahap penyebarluasan

(disseminate) dengan penilaian persen kelayakan rata-rata oleh

dosen ahli sebesar 75%, dosen kimia sebesar 78,49% dan 10 orang

mahasiswa sebesar 77,70%.

3) Kristiana, dkk (2013) telah melakukan penelitian pengembangan

Modul kimia berbasis masalah pada materi konsep mol kelas X

SMA/MA sesuai kurikulum 2013. Uji lapangan utama dilakukan di

SMAN 1 Kota Madiun dan SMAN 2 Madiun. Uji lapangan

operasional dilakukan di 10 sekolah pelaksana kurikulum 2013

tahun oelajaran 2013/2014. Dari hasil penelitian disimpulkan

bahwa: modul kimia problem based learning layak digunakan

dalam proses pembelajaran dengan skor 4,3 oleh ahli modul dan

praktisi pendidikan, skor 128 oleh guru dan 72,5 oleh siswa pada

uji lapangan utama, dan skor 138 oleh guru dan 76 oleh siswa pada

uji lapangan operasional.

4) Kelly, O.C dan Finlayson, O.E (2007), Providing Solutions

Through Problem Based Learning For Undergraduated 1st Year

Chemistry Labolatory. Hasil penelitian ini menunjukkan modul

47
48

problem based learning dapat mengembangkan siswa praktis dan

meningkatkan keterampilan pembelajan jangka panjang serta

pengetahuan konten ilmiah dan pemahaman dalam lingkungan.

Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian

yang sebelumnya terletak pada jenis pembelajaran dan

pendekatan/konsep pembelajaran yang saya gunakan untuk

mengembangkan perangkat pembelajaran berupa modul. Jenis

pembelajaran yang saya gunakan pada penelitian pengembangan ini

yaitu Model Problem Based Learning (PBL) berorientasi green

chemistry pada materi hidrolisis garam untuk meningkatkan literasi

sains siswa. Jadi modul dengan model PBL berorientasi green

chemistry untuk meningkatkan literasi sains siswa belum pernah

dilakukan sebelumnya.

C. Kerangka Berpikir

Hidrolisis garam merupakan salah satu materi kimia yang

dianggap sulit bagi siswa. Kesulitan tersebut disebabkan oleh sifat dari

konsep-konsep materi hidrolisis garam yang memiliki tingkat

keabstrakan dan kekompleksan yang cukup tinggi.

Berdasarkan hasil observasi di MAN 1 Mataram, dalam

proses pembelajaran guru masih menggunakan model pembelajaran

konvensional yang bersifat menoton, sehingga pembelajaran masih

berpusat pada guru. Model pembelajaran yang bersifat menoton kurang

memberikan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

menyebabkan rendahnya literasi sains siswa. Hal ini dapat dilihat dari

48
49

sikap siswa yang kurang mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan

sehari-hari, pembelajaran yang bersifat menoton juga menyebabkan

pembelajaran menjadi kurang bermakna, karena sebagian besar masih

berpusat pada guru, yang mengakibatkan siswa kurang terpancing untuk

mengeksplorasi pendapat dan pengalaman mereka di kehidupan sehari-

hari. Selain itu bahan ajar yang digunakan oleh guru hanya berupa buku

teks pembelajaran kimia dan LKS. Buku-buku ajar yang ada selama ini

lebih menekankan kepada dimensi konten daripada dimensi konteks,

kompetensi dan sikap sebagaimana empat dimensi yang diharapkan

untuk meningkatkan literasi sains siswa.

Oleh karena itu perlu adanya pemilihan penggunaan bahan

ajar yang cocok. Keberadaan bahan ajar merupakan salah satu sarana

penunjang yang dapat digunakan untuk membantu penguasaan materi

dan meningkatkan literasi sains siswa. Modul juga dapat digunakan

oleh siswa untuk belajar secara mandiri dan kelompok.

Salah satu bahan pembelajaran yang dapat membantu

peserta didik dalam memahami materi dan meningkatkan literasi sains

adalah modul. Modul adalah bahan ajar cetak yang dirancang untuk

dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa dalam pembelajaran. Maka

dari itu perlu disusun modul berdasarkan model pembelajaran dan

pendekatan konsep yang tepat. Modul problem based learning

berorientasi green chemistry akan membantu peserta didik lebih mudah

memahami materi pembelajaran dan meningkatkan literasi sains siswa.

Proses pembelajaran dengan menggunakan modul problem

49
50

based learning berorientasi green chemistry terutama dalam

pembelajaran materi hidrolisis garam dapat menumbuhkan kemampuan

pemecahan masalah serta literasi sains siswa dengan mengaitkan materi

dengan kehidupan nyata dan menumbuhkan nilai-nilai konservasi

(peduli lingkungan) pada diri siswa melalui konsep green chemistry.

Model PBL berorientasi green chemistry menuntut siswa untuk dapat

mengkontruksi atau memperoleh sendiri pengetahuannya.

Melalui bahan ajar PBL berorientasi green chemistry

diharapkan siswa lebih mudah dalam memahami materi. Siswa dituntut

untuk mampu berpikir kritis dan meningkatkan kemapuan memecahkan

masalah yang dikaitkan dengan kehidupan nyata, selain itu juga siswa

dapat menggunakan konsep green chemistry dalam memecahkan

masalah yang terjadi di lingkungan sehingga dengan menggunakan

modul problem based learning berorientasi green chemistry akan

meningkatkan literasi sains siswa. Kerangka berpikir dalam penelitian

ini dapat dilihat pada Gambar 2.3

50
51

 Bahan ajar kurang


 Model pembelajaran Modul PBL berorientasi
menggungakan model green chemistry

konvensional (ceramah)

 Dalam proses pembelajaran


Siswa tidak mampu siswa menjadi lebih aktif
mengaitkan pelajaran yang
 Siswa mampu mengaitkan
diperoleh dengan kehidupan
sehari-hari materi dengan kehidupan
sehari-hari
 Perduli terhadap lingkungan
Kemampuan Literasi
Kemampuan Literasi Sains
Sains siswa Rendah
siswa meningkat

Gambar 2.3 Kerangka berfikir

51
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian dan pengembangan (Research and Development/R & D)

merupakan salah satu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan

suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang

dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2008). Penelitian

pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk

mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam

pendidikan (Syaharuddin, 2011).

Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan ini

adalah model pengembangan Nieveen dari Nieveen, N., McKenney, S,. &

Van den Akker, J. Berikut ini adalah tahapan pengembangan model

Nieeven yang dilakukan yaitu preliminary research (Review literatur),

prototyping stage (merancang petunjuk desain), summative evaluation

(evaluasi sumatif), dan systematic reflection and documentation

(menuliskan keseluruhan studi).

B. Prosedur Pengembangan

Adapun prosedur pengembangan modul Problem Based Learning

(PBL) berorientasi green chemistry pada materi hidrolisis garam dengan

menggunakan model pengembangan Nieeven dapat dilihat pada gambar

3.1.

52
53

Preliminary research
1. Analisis kebutuhan
2. Analisis KI/KD
3. Analisis Siswa Studi
4. Analisis materi
5. Studi pustaka
 Teori
 Hasil penelitian

Prototyping Stage/Summative Stage


Perancangan  Desain produk awal:
Draf 1
1. Modul pembelajaran
2. Perangkat pendukung
pelaksanaan

Validasi ahli

Analisis data & revisi produk

Apakah produk
Draf 2
valid/tidak ?

Summative evaluation
Uji coba (Uji coba terbatas)

Analisis data & revisi produk Draf 3

Apakah produk Hasil


efektif ? Pengembangan

Systematic Reflection And Documentation

53
54

Keterangan :

: Alur utama : Hasil Kegiatan

: Kegiatan : Syarat Hasil

Gambar 3.1. Prosedur Pengembangan


Langkah-langkah yang dilakukan pada setiap tahap pengembangan

Nieveen adalah sebagai berikut.

1. Preliminary Research (Review Literatur)

Tahap ini merupakan tahap pertama atau tahap persiapan untuk

pengembangan. Kegiatan yang dilakukan pada kegiatan ini menghimpun

informasi tentang permasalahan dalam pembelajaran kimia yang terjadi

serta kebutuhan pembelajaran dan merumuskan pemikiran penting dalam

pengembangan modul problem besed learning berorientasi green

chemistry pada materi hidrolisis garam serta mengkaji teori-teori yang

melandasinya. Untuk menghimpun data tentang permasalahan

pembelajaran kimia yang terjadi di sekolah maka dilkukan kegiatan

observasi. Data hasil observasi dideskripsikan menjadi informasi.

Pada tahapan ini juga termasuk di dalamnya mengenai langkah

studi pustaka (review literatur). Pada tahap studi pustaka, dilakukan

pengumpulan kajian teori yang akan menjawab masalah yang ada, serta

mereview hasil-hasil penelitian yang dapat melatarbelakangi penelitian

yang dilakukan meliputi teori-teori yang mendukung pengembangan

modul problem based learning berorientasi green chemistry pada materi

hidrolisis garam.

54
55

2. Prototyping stage (Merancang Petunjuk Desain)

a) Perencanan prosedur kerja

Setelah melakukan kajian pustaka maka disusun suatu

perencanaan. Pada tahap perencanaan disusun perencanaan prosedur

kerja penelitian, memperkirakan waktu yang dilakukan. Perencanaan

waktu dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Perencanaan Waktu Penelitian


Kegiatan Waktu
Pembuatan produk dan Febuari-Mei
instrument

Validasi produk dan instrumen Juni

Revisi produk Juni

Uji coba lapangan Juli

Analisis data dan revisi Juli

Produk Akhir Juli-Agustus

b) Perencanaan Desain Modul

Pada tahap ini akan direncanakan suatu rancangan desain yang

dimulai dari menetapkan tujuan pembelajaran, merancang kegiatan

belajar mengajar, merancang materi pembelajaran, merancang

perangkat pembelajaran berupa modul PBL berorientasi green

chemistry, dan alat evaluasi hasil belajar.

c) Perencanaan pengembangan modul

Pada tahap ini akan direncanakan suatu draft yang akan

menghasilkan modul problem based learning berorientasi green

chemistry. Modul yang akan dibuat merupakan modul hidrolisis

garam yang disusun berdasarkan sintak model problem based learning

55
56

dan berorientasi green chemistry yang bertujuan untuk meningkatkan

literasi sains siswa.

d) Perencanaan Pengembangan Perangkat Pendukung Pengembangan

Modul

Pada tahap ini direncanakan suatu draft yang menghasilkan

perangkat pendukung pelaksanaan modul problem based learning

berbasis green chemistry pada materi hidrolisis garam yang meliputi

silabus dan RPP.

1) Silabus

Silabus yang disusun sebagai pedoman penyusunan

modul atas pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan

proses pembelajaran. Silabus yang digunakan adalah silabus

kurikulum 2013 yang telah dikembangkan sesuai dengan

model dan orientasi pembelajaran yang digunakan.

2) Rancana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP disusun sebagai pedoman pelaksanaan

pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. RPP

dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan

pembelajaran siswa dan upaya pencapaian Kompetensi Dasar

(KD). RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang

dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.

e) Perencanaan Instrumen Penilaian Prototype

Uji kualitas prototype hasil pengembangan berdasarkan

kriteria Nieeven, yakni produk harus memenuhi syarat valid, praktis

56
57

dan efektif. Untuk itu dibutuhkan instrumen yang tepat agar dapat

mengumpulkan data-data untuk penilaian kualitas produk yang baik.

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada

tabel 3.2.

Tabel 3.2. Instrumen Penelitian pada Produk yang


Dikembangkan
Kualitas Instrumen yang digunakan

Kevalidan  Instrumen kevalidan modul


(dosen ahli materi dan ahli
media)

Kepraktisan  Lembar penilaian uji coba


kepraktisan modul dari guru
 Lembar penilaian uji coba
kepraktisan pembelajaran dari
siswa
 Keterlaksanaan RPP
Keefektifan  Tes literasi sains (Soal dan
angket sikap)

Hasil pada tahap ini adalah sebuah produk awal (Draft 1)

yakni: (1) modul PBL berorientasi green chemistry pada materi

hidrolisis garam, (2) perangkat pendukung pengembangan modul

yakni silabus dan RPP.

f) Validitas

Validasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kualitas

produk awal (Draft 1), yang telah dirancang dengan meminta

pertimbangan kepada ahli dan praktisi. Instrumen untuk menjaring

data kevalidan , kepraktisan dan keefektifan produk akan divalidasi

terlebih dahulu oleh dosen. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan

57
58

saran perbaikan sekaligus terhadap instrumen penilaian yang akan

digunakan pada penelitian ini.

Setelah instrumen untuk menjaring data kevalidan

dinyatakan dapat digunakan maka dilakukan uji kevalidan produk.

Untuk kevalidan modul dan perangkat pendukung akan diminta

penilaian ahli kepada 2 orang dosen ahli materi dan 1 orang dosen ahli

media. Setelah dilakukan validasi oleh para ahli, selanjutnya akan

dilakukan evaluasi dengan menganalisis hasil validasi. Apabila hasil

data analisis produk awal adalah valid, maka produk dapat digunakan

dalam uji coba lapangan yaitu draft 2. apabila valid dan layak dengan

revisi, maka dilakukan revisi seperti yang disarankan para ahli, dan

produk yang direvisi dapat digunakan dalam uji coba, namun jika

hasil analisis menunjukkan tidak valid, maka dilakukan revisi dan

hasil revisi divalidasi kembali oleh ahli dan praktisi hingga diperoleh

produk revisi yang valid.

3. Summative Evaluation (Evaluasi Sumatif)

Setelah modul yang dikembangkan sikatakan valid maka akan

dilakukan uji coba lapangan. Uji coba lapangan yang dilakukan pada draft

2 dimaksudkan untuk melihat kepraktisan dan keefektifan pelaksanaan dan

penggunaan produk pengembangan di lapangan. Setelah dilakukan uji

coba, selanjutnya akan dilakukan analisis dari hasil uji coba. Apabila hasil

data analisis telah memenuhi kriteria kepraktisan dan keefektifan, maka

produk merupakan produk akhir (draft 3). Jika data analisis menunjukkan

belum memenuhi kriteria kepraktisan dan keefektifan, maka dilakukan

58
59

revisi produk. Hasil revisi di uji coba kembali hingga didapat produk revsi

yang praktis dan efektif.

4. Systematic Reflection And Documentation (Menuliskan Keseluruhan

Studi)

Pada tahap ini akan dituliskan keseluruhan studi untuk mendukung

analisis, kemudian melakukan spesifikasi prinsip desain dan

mengartikulasikan hubungannya dengan kerangka berpikir yang telah

ditetapkan, sehingga tahap ini dapat dilakukan bersamaan dengan tahap-

tahap yang sebelumnya.

C. Uji Coba Produk

1. Desain uji coba produk

Uji coba dilakukan untuk mendapatkan data yang dilakukan

sebagai dasar merevisi produk. Langkah-langkah dalam kegiatan

desain uji coba ini yaitu sebagai berikut.

a. Uji coba modul PBL berorientasi Green Chemistry pada Materi

Hidrolisis Garam

1) Validasi ahli

Validasi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

kevalidan model pembelajaran dan perangkat pendukung

pengembangan modul. Penilaian tingkat kevalidan dilakukan

dengan meminta pertimbangan kepada ahli dan mengenai isi,

bahasa, serta tampilan seluruh produk draft 1.

59
60

Setelah dilakukan validasi oleh para ahli,

selanjutnya akan dilakukan analisis dari hasil validasi. Apabila

hasil data analisis produk awal perangkat pembelajaran adalah

valid dan layak tanpa revisi, maka produk dapat digunakan

dalam I coba lapangan. Apabila layak dengan revisi, maka

dilakukan revsi pada bagian yang harus diperbaiki. Dan produk

yang direvisi dapat digunakan dalam uji coba lapangan. Namun

jika analisis menunjukkan tidak valid dan tidak layak mka hasil

revisi harus divalidasi kembali oleh hli dn praktisi hingga

diperoleh produk revisi yang valid dan layak.

2) Uji Coba Terbatas

Hasil produk yang telah dinyatakan valid oleh para

ahli merupakan produk draft 2. Produk draft 2 akan digunakan

pada uji coba terbatas. Uji coba terbatas dilakukan di MAN 1

Mataram pada kelas XII IPA. Hasil uji coba terbatas

dimaksudkan untuk melihat kepraktisan dan keefektifan

penerapan produk yang dikembangkan.

D. Subjek Penelitian

Uji coba dalam penelitian ini adalah uji coba terbatas. Adapun

subjek uji coba terbatas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Subjek Uji Validasi Ahli

Subjek uji ahli adalah dosen-dosen yang berpengalaman

dalam memvalidasi hasil pengembangan. Validasi ahli untuk produk

60
61

yang dikembangkan adalah 2 orang dosen yang ahli dalam bidang

pengembangan.

2. Subjek Uji Coba

a. Uji Kepraktisan Modul

Subjek dari uji kepraktisan modul adalah 1 orang guru

kimia dan 10 orang siswa kelas XII MIA MAN 1 Mataram.

b. Uji Efektivitas Penggunaan Modul

Subjek uji efektivitas penggunaan modul adalah siswa kelas

XII IPA di MAN 1 Mataram dan uji ini dilaksanakan pada

pembelajaran pengayaan dengan rancangan pre-experimental

menggunakan pretest-posttest one group design. Dengan

rancangan sebagai berikut:

Subjek Pre-test Perlakuan Post-test

One group O1 X O2
K
e
terangan:
O1 = Pre-test
O2 = Post-test
X = Perlakuan berupa penerapan modul
E. Jenis Data

Jenis data yang diperoleh terdiri atas data kuantitatif dan data

kualitatif. Data ini merupakan data yang berkaitan dengan validasi dan

tanggapan dosen ahli, guru, dan tanggapan siswa tentang bahan ajar modul

yang dikembangkan. Data kuantitatif terdiri atas data hasil penilaian

kelayakan hasil pengembangan yang telah diisi oleh ahli bidang isi/materi

dan ahli bidang pembelajaran pada kegiatan penilaian dari ahli dan data

61
62

hasil pengujian efektifitas modul dengan menggunakan rumus N-gain.

Penggunaan N-gain ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan

pembelajaran sebelum menggunakan modul dan sesudah menggunakan

modul terhadap literasi sains siswa. Sedangkan data kualitatif terdiri atas

tanggapan dan saran-saran perbaikan terhadap hasil pengembangan baik

dari bidang ahli isi/materi dan ahli bidang pembelajaran pada kegiatan

penilaian ahli maupun subjek uji coba perorangan.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pada

penelitian ini masing-masing digunakan untuk memenuhi kategori

kevalidan, kepraktisan dan keefektifan. Adapun instrumen yang digunakan

adalah sebagai berikut.

a. Instrumen penilaian kevalidan

Instrumen lembar penilaian validator terhadap produk

merupakan ini masing-masing digunakan untuk memenuhi kategori

kevalidan terdiri atas:

1) Lembar penilaian kevalidan terhadap modul yang dikembangkan

Instrumen ini digunakan untuk menjaring data kevalidan

modul yang akan dimintai pendapat kepada validator ahli dan

praktisi. Indikator penilaian kevalidan modul yang dikembangkan

meliputi tampilan, isi, kebahasaan, kegrafisan, ketepatan bahasa.

Kriteria untuk menyatakan bahwa modul yang dikembangkan

adalah valid menggunakan skala likert dengan lima skala yang

terdiri atas: tidak baik (nilai 1), kurang baik (nilai 2), cukup baik

62
63

(nilai 3), baik (4), dan sangat baik (nilai 5). Adapun format

lembar penilaian validasi terdiri dari pengantar, identitas dosen

ahli, petunjuk pengisian, kolom pengisian, kolom saran.

b. Istrumen Penilaian Kepraktisan

Adapun yang akan dihimpun pada instrumen ini

mengenai keterlaksanaan serta kemudahan dalam penggunaan

dan penerapan produk yang yang dikembangkan. Instrumen ini

akan digunakan para praktisi (guru), siswa dan 1 orang

observer untuk menilai kepraktisan modul yang dikembangkan.

Adapun instrumen untuk menilai kepraktisan terdiri dari:

1. Lembar Uji Coba Kepraktisan dari Guru

Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data

mengenai pendapat guru tentang produk yang

dikembangkan. Penentuan skor menggunakan skala likert

dengan lima skala yang terdiri atas: tidak baik (nilai 1),

kurang baik (nilai 2), cukup baik (nilai 3), baik (4), dan

sangat baik (nilai 5). Adapun format lembar kepraktisan

meliputi pengantar, identitas dosen ahli, petunjuk

pengisian, kolom pengisian, dan kolom saran.

2. Lembar penilaian kepraktisan dari siswa

Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan data

mengenai pendapat siswa tentang produk yang

dikembangkan. Penentuan skor menggunakan skala likert

dengan lima skala yang terdiri atas: tidak baik (nilai 1),

63
64

kurang baik (nilai 2), cukup baik (nilai 3), baik (4), dan

sangat baik (nilai 5). Adapun format lembar kepraktisan

meliputi pengantar, identitas dosen ahli, petunjuk

pengisian, kolom pengisian, dan kolom saran. .

3. Lembar observasi keterlaksanaan RPP

Data yang dikumpulkan dengan lembar ini adalah

keterlaksanaan dalam melaksanakan pembelajaran. Lembar

observasi ini terdiri dari petunjuk pilihan jawaban “YA”

dengan penskoran 1 yang berarti terlaksana dan “TIDAK”

dengan penskoran 0 yang berarti tidak terlaksana.

c. Instrumen Pelaksanaan Keefektifan

Tingkat keefektifan ditinjau dari prestasi siswa. Untuk

melihat prestasi siswa digunakan tes hasil belajar yaitu dari tes

literasi siswa. Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data

hasil belajar siswa dalam penerapan modul yang

dikembangkan. Tes hasil belajar akan digunakan soal essay

untuk pre-test dan post-test serta angket sikap litarasi sains

siswa dengan bentuk pilihan “Sangat Setuju dengan skor 4 ,

Setuju dengan skor 3, Kurang Setuju dengan skor 2, dan Tidak

Setuju dengan skor 1. Apabila pernyataan negatif maka

penskorannya yaitu 1,2,3, dan 4 pada masing-masing pilihan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini dianalisis melalui

tahapan berikut ini :

64
65

1. Teknik Analisis Kelayakan dan Kepraktisan Modul

Pada proses analisis data validasi modul yang digunakan adalah

rumus sebagai berikut :

P= x 100%

Keterangan :

P : Presentase kelayakan

𝜮x : Jumlah total skor yang diperoleh

𝜮xi : Jumlah total skor maksimal

Tingkat kelayakan hasil pengembangan dideskripsikan dengan

mengkonfirmasikan presentase hasil penskoran yang dicapai dengan

kriteria kelayakan sebagaimana disajikan pada tabel 3.1.

Tabel 3.3 Kriteria penskoran kelayakan dan kepraktisan

Presentase hasil penskoran Tingkat kelayakan

(%)

80% - 100% Sangat baik

66% - 79 % Baik

56% - 65% Cukup Baik

40% - 55% Kurang Baik

30% - 39% Tidak Baik

(Sumber : Daryanto 2014).


2. Keterlaksanaan RPP

Analisis data keterlaksanaan RPP yakni menggunakan presentasi

keterlaksanaan.

P= x 100%

65
66

3. Uji efektifitas modul

Analisis data untuk mengetahui efektifitas modul dilakukan

menggunakan uji N-gain. Uji N-gain dilakukan untuk mengetahui

peningkatan literasi sains setelah dibelajarkan menggunakan modul

yang dikembangkan peneliti.

Rumus dari uji N-gain adalah sebagai berikut:

Keterangan:
= N-gain
Spost = Skor post-test
Spre = Skor pre-test
Smaks = Skor maksimum soal

Hasil perhitungan N-gain tersebut kemudian dikatagorikan dalam

kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian N-gain


Nilai Kriteria

Tinggi

Sedang

Rendah

(Hake, 2002)

Untuk mengukur sikap literasi sains menggunakan persentasi sikap yakni

sebagai berikut:

Ps= x 100%

66
67

Kategori sikap dapat dilihat pada tabel 3.5 sebagai berikut:


Tabel 3.5. Kriteria sikap literasi sains

Presentase hasil penskoran Tingkat sikap

(%)

80% - 100% Sangat Tinggi

66% - 79 % Tinggi

56% - 65% Sedang

40% - 55% Rendah

30% - 39% Sangat rendah

(Sumber : Daryanto 2014)

67
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Prosedur pengembangan yang digunakan peneliti adalah

penelitian pengembangan model Nieeven. Berikut ini adalah tahapan

pengembangan model Nieeven yang dilakukan yaitu preliminary

research (review literatur), prototyping stage (merancang petunjuk

desain), summative evaluation (evaluasi sumatif), dan sistematic

reflection and documentation (menuliskan keseluruhan studi).

Adapun uraian hasil pengembangan modul Problem Based

Learning (PBL) berorientasi green chemisrtry pada materi hidrolisis

garam adalah sebagai berikut.

1. Tahap Preliminary Research

Pada tahap ini peneliti melakukan review literatur. Review

literatur yang dilakukan adalah kajian tentang teori, model dan

pendekatan pembelajaran. Selain itu peneliti melakukan uji

pendahuluan dengan cara mengumpulkan data permasalahan yang

diperoleh dari hasil observasi awal di MAN 1 Mataram yang

meliputi, kurikulum yang digunakan, permasalahan-permasalahan

dasar yang terjadi pada pembelajaran kimia khususnya pada materi

hidrolisis garam, kebutuhan pembelajaran, sumber belajar yang

digunakan, proses pembelajaran.

Hasil observasi menunjukkan bahwa kurikulum yang

digunakan oleh MAN 1 Mataram adalah kurikulum 2013.

68
69

Permasalahan-permasalah yang diperoleh oleh peneliti dalam

observasi awal diantaranya adalah siswa merasa bahwa

pembelajaan hidrolisis garam merupakan salah satu materi yang

sulit dipelajari dikarenakan siswa harus menguasai meteri lain yang

berhubungan dengan materi hidrolisis garam seperti asam basa, pH

larutan dan stoikiometri. Kesulitan tersebut juga dapat dilihat dari

karakteristik materi hidrolisis garam yakni mikroskopis,

makroskopis dan simbolik. Hal ini dipengaruhi juga oleh proses

pembelajaran guru yang masih menggunakan model pembelajaran

konvensional yakni ceramah, sehingga pembelajaran masih

berpusat pada guru, sedangkan kurikulum 2013 menuntut agar

pembelajaran berpusat pada siswa, dan guru hanya menjadi

fasilitator sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain

itu model pembelajaran ceramah juga kurang memberikan aplikasi

dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan rendahnya

literasi sains siswa di MAN 1 Mataram.

Bahan ajar yang digunakan guru hanya berupa buku teks

pembelajaran kimia dan LKS. Buku-buku ajar yang ada selama ini

lebih menekankan kepada dimensi konten daripada dimensi

konteks, kompetensi dan sikap sebagaimana empat dimensi yang

diharapkan untuk meningkatkan literasi sains. Hal ini menjadikan

siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah

pada materi yang diajarkan.

69
70

Berdasarkan latar belakang masalah yang ditemukan pada

observasi awal oleh peneliti maka pada penelitian ini

dikembangkan modul yang berlandaskan pada model problem

based learning diorientasikan dengan konsep green chemistry pada

materi hidrolisis garam. Peneliti memilih model, orientasi dan

materi berdasarkan latar belakang masalah, sehingga model,

orientasi dan materi yang menjadi objek pengembangan dapat

mewujudkan tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

Peneliti selanjutnya melakukan kajian secara insentif untuk

memperoleh informasi tentang pembelajaran model PBL, konsep

green chemistry dan materi hidrolisis, serta seluruh informasi yang

berhubungan dengan penelitian. Hasil kajian digunakan peneliti

untuk melakukan perencanaan pengembangan.

2. Tahap Prototype Stage

Pada tahap Prototype Stage dilakukan rancangan modul

yang terdiri dari:

a. Perencanaan desain modul

Pada tahap ini akan direncanakan suatu rancangan

desain yang dimulai dari penetapan materi pembelajaran,

tujuan pembelajaran, merancang kegiatan belajar mengajar,

merancang perangkat pembelajaran berupa modul dan alat

evaluasi hasil belajar.

1) Materi yang dipilih adalah materi hidrolisis garam. Materi

hidrolisis garam pada silabus kurikulum 2013 terdapat

70
71

pada KD 3.12 dari KI 3: Menganalisis garam-garam yang

mengalami hidrolis dan KD 4.12 dari KI 4: Merancang,

melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil

percobaan untuk menentukan jenis garam yang mengalami

hidrolisis.

2) Tujuan dari pembelajaran tersebut didasari pada

kompetensi dasar dan indikator. Indikator pembelajaran

yakni (a) Menjelaskan terjadinya hidrolisis pada larutan

garam (b) Membedakan garam yang dapat terhidrolisis

dan tidak dapat terhidrolisis (c) Menggolongkan sifat

larutan garam berdasarkan asam basa pembentuknya (d)

Menentukan hidrolisis garam dilihat dari asam-basa

pembentuknya (hidrolisis sebagian atau hidrolisis total) (e)

Menghitung tetapan hidrolisis (f) Menentukan pH larutan

garam berdasarkan asam-basa pembentuknya. (g)

Menganalisis penerapan hidrolisis dalam kehidupan

sehari-hari.

b. Perancangan Modul

Modul dirancang berdasarkan sintak model PBL

yaitu (1) orientasi siswa pada masalah (2) mengorganisasikan

siswa untuk belajar (3) membimbing penyelidikan individu

dan kelompok,(4) menyajikan hasil karya, dan (5) evaluasi.

Selain itu modul yang dikembangkan juga

berorientasi pada konsep green chemistry. Green chemistry

71
72

memiliki 12 prinsip, akan tetapi pada pengembangan modul ini

hanya dibatasi pada 6 prinsip saja yaitu (1). Mencegah limbah

lebih baik daripada mengolah dan membersihkannya (2).

Melakukan sintesis kimia yang tak menghasilkan racun (3).

Pemakaian pelarut dan bahan bahan yang aman (4). Pemakaian

bahan baku yang dapat diperbaharui (5). Mudah terdegradasi

(6). Pencegahan polusi lingkungan.

c. Pengembangan modul

Pengembangan modul dilakukan dengan menyusun

bagian-bagian modul yakni sebagai berikut:

a) Pra pendahuluan

Bagian pra pendahuluan dalam modul ini meliputi

halaman depan, daftar isi, dan daftar lampiran.

1) Halaman depan berisi judul, untuk siapa modul

diperuntukan, gambar hidrolisis garam, nama

penyusun, nama dosen pembimbing, nama

instansi penyusun.

2) Daftar isi berisi bagian-bagian isi modul beserta

nomor halamannya.

3) Daftar lampiran berisi lampiran berupa data

kekuatan asam basa, petunjuk keamanan

labolatorium, dan tabel sistem periodic unsur.

72
73

b) Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan dalam modul ini meliputi, latar

belakang, deskripsi modul, prasyarat, petunjuk

penggunaan modul, karakteristik modul, peta konsep,

kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator dan

tujuan akhir pembelajaran,

1) Latar belakang berisis paparan singkat mengenai

latar belakang penyusunan modul.

2) Deskripsi modul berisi paparan secara singkat

mengenai isi modul.

3) Prasyarat ini berisi hal- hal yang harus dipahami

siswa terlebih dahulu.

4) Petunjuk penggunaan modul berisi langkah-

langkah di dalam menggunakan modul agar

pembaca dapat memahami materi yang terdapat

dalam modul.

5) Karakteristik modul berisi gambaran umum isi

modul yang terdiri dari konten dan fitur-fitur

6) Peta konsep. Bagian ini berisi petunjuk untuk

menunjukkan hubungan antara ide-ide yang

penting dengan rencana pembelajaran.

7) KI,KD, indikator dan tujuan pembelajaran berisi

tentang hal- hal yang akan dikembangkan dan

73
74

dipelajari dalam modul beradasrkan kurikulum

2013.

8) Uraian Materi, bagian ini meliputi kegiatan

belajar dan evaluasi.

a) Kegiatan belajar, berisi sajian-sajian materi dan

fitur-fitur yang dipelajari melalui sintak model

PBL berorientasi green chemistry yang

berisikan masalah-masalah yang berkaitan

dengan kehidupan sehari- hari yang harus

dipecahkan dan dicarikan solusi pengerjaannya.

Dimana model model PBL berorientasi green

chemistry dalam modul tersebut yakni :

1. Orientasi siswa pada masalah

Pada kegiatan ini terdapat analisis masalah 1

dan masalah 2 yang mengaitkan sains dengan

kehidpan sehari-hari, kesehatan, bumi dan

lingkungan. Dalam analisis masalah ini

disajikan suatu literatur bacaan yang

kemudian siswa akan menjawab pertanyaan

yang disajikan berkenaan dengan literatur

tersebut.

2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Pada kegiatan ini terdapat rumusan masalah

dan hipotesis. Rumusan masalah yang

74
75

disajikan berdasarkan indikator materi,

sehingga pembelajaran dapat terarah dan

tujuan belajar dapat tercapai.

3. Membimbing penyelidikan individu

Pada kegiatan ini terdapat penyelidikan-

penyelidikan yang akan memperkuat

pembuktian hipotesis yang diberikan.

Kegiatan ini berisi praktikum, penyelidikan

atas isi artikel/bacaan, dan kegiatan tematik.

Pada kegiatan ini juga berisi pertanyaan yang

menuntun siswa kepada analisis hasil

penyelidikan yang telah dilakukan.

4. Menyajikan hasil karya

Kegiatan ini berisi membuat kesimpulan,

membuktikan hipotesis, membuat laporan

dan presentasi.

5. Evaluasi

Kegiatan ini berisi rangkuman materi

pembelajaran untuk menguatkan konsep

yang dimiliki siswa serta terdapat alat

evaluasi berupa pertanyaan yang

menggambarkan kehidupan sehari-hari, isu-

isu global yang luas untuk mengarahkan pada

kemampuan literasi sains siswa.

75
76

Fitur-fitur pembelajaran yang terdapat pada modul

seperti:

1. Mari Membaca, berisi artikel dan bacaan ilmiah

2. Mari Selidiki berisi pertanyaan-pertanyaan ilmiah

3. Fact Finding Zone berisi konten untuk

mengumpulkan data

4. Explore your knowledge, berisi analisis untuk

memperluas pengeahuan siswa

5. Mari belajar, berisi uraian singkat materi yang akan

dipelajari

6. Tugas berisi soal-soal penugasan

7. Report berisi konten pembuatan laporan dan tugas

8. Speak up berisi konten presentasi

9. Reportase berisis evaluasi dan rangkuman materi

10. Think green, berisi konten-konten green chemistry

11. Sebaiknya anda tahu informasi actual untuk

menambah wawasan.

12. Mari renungkan berisi kaitan kajian ilmu

pengetahuan dengan Al-Qur’an

13. Mari Jelajahi Kimia berisi sumber-sumber

pembelajaran relevan baik dari buku maupun

internet.

76
77

b) Evaluasi, berisi uji pemahaman yang berbentuk

soal esay pada setiap sub pokok bahasan materi

yang terdapat dalam modul.

c) Bagian penutup

Bagian penutup ini meliputi rangkuman, uji

kompetensi, daftar pustaka, dan glosarium.

1) Rangkuman berisi rangkuman keseluruhan materi

dalam modul

2) Uji kompentensi. Bagian ini berisi soal-soal uraian

yang berorientasi green chemistry dan literasi sains.

3) Daftar pustaka. Bagian ini berisi rujukan penyusun

dalam menyusun modul tersebut.

4) Glosarium. Bagian ini berisi daftar alphabetis istilah

dalam suatu ranah pengetahuan yang dilengkapi

dengan definisi untuk istilah-istilah tersebut.

d. Validasi Modul

Setelah dilakukan perancangan maka dilakukan

validasi. Berdasarkan hasil validasi tersebut peneliti

melakukan perbaikan terhadap produk sesuai saran dan

masukan validator. Validasi dilakukan oleh 3 orang dosen ahli,

yaitu 2 orang dosen ahli materi dan 1 orang dosen ahli media.

Validasi ahli dimaksudkan untuk mengetahui kualitas produk

awal yang telah dihasilkan dengan meminta pertimbangan

77
78

kepada para ahli, selanjutnya akan dilakukan evaluasi dengan

menganalisis hasil validasi.

Validasi modul dilakukan oleh dosen ahli yaitu dari dosen ahli

materi dan ahli media. Dosen ahli materi yakni Bapak Dr. M.

Roil Bilad dan Ibu Dahlia Rosma Indah, M.Sc, sedangkan

dosen ahli media yakni Bapak Dr. Hadi Gunawan Sakti, M.Pd.

1. Validasi modul oleh dosen ahli materi

Penilaian oleh dosen ahli meteri terdiri atas 3 aspek, yakni

aspek sampul dan isi materi, aspek pembelajaran, dan

aspek kebahasaan. Ketiga aspek tersebut memiliki

beberapa indikator. Indikator tersebut dapat dilihat pada

lampiran 1.

a. Aspek sampul dan isi materi

Penilaian sampul dan isi materi dari validator ahli

materi masing-masing sebesar 83,07% dan 97,33%

dengan presentase rata-rata sebesar 90,2% yang

dikategorikan sangat baik.

b. Aspek pembelajaran

Penilaian pembelajaran dari validator ahli materi

masing-masing sebesar 85% dan 100% dengan

presentasi rata-rata sebesar 92,5% yang dikategorikan

sangat baik.

78
79

c. Aspek kebahasaan

Penilaian kebahasaan dari validator materi sebesar 84%

dengan ketegori sangat baik.

Berikut merupakan presentasi keseluruhan hasil

kelayakan modul dari validator materi yang dapat dilihat

pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Presentasi Kelayakan Modul oleh Validator Ahli


Materi
No Validator % Kategori
Kelayakan kelayakan

1. Dr. M. Roil Bilad 98,4% Sangat Layak

2. Dahlia Rosma 84% Sangat Layak


Indah,M.Sc

Rata-rata 93,6% Sangat Layak

Berdasarkan penilaian dosen ahli, secara

keseluruhan rata-rata penilaian oleh validator materi

terhadap modul yang dikembangkan sebesar 93,6% dengan

kategori sangat baik.

Modul yang dikembangkan tidak dilakukan revisi

akan tetapi terdapat beberapa tanggapan dan saran

perbaikan dari validator materi yang meliputi penyajian

contoh soal, penyajian materi dan penulisan simbol yang

kurang tepat.

Tahap ini juga merupakan tahap sistematic

reflection and documentation (menuliskan keseluruhan

79
80

studi) dalam pengembangan Nieeven. Berikut merupakan

perbaikan berdasarkan saran dari validator materi.

a. Penyajian contoh soal

Sebelum

Sesudah

Gambar 4.1 Perbaikan Contoh Soal


b. Penyajian materi

Sebelum

Sesudah

Gambar 4.2 Perbaikan Penyajian Materi

80
81

c. Simbol yang kurang tepat

Sebelum

Sesudah

Gambar 4.3 Perbaikan Penempatan Simbol


2. Validasi modul oleh ahli media

Penilaian oleh dosen ahli media terdiri atas 2 aspek,

yakni aspek sampul dan aspek tampilan dan penyajian.

Kedua aspek tersebut memiliki beberapa indikator.

Indikator tersebut dapat dilihat pada lampiran 2.

Penilaian aspek sampul sebesar 100% dan penilaian

aspek tampilan dan penyajian sebesar 97%. Secara

keseluruhan rata-rata perolehan penilaian sebesar 98,5%

dengan kategori sangat baik.

Modul yang dikembangkan tidak dilakukan revisi

akan tetapi terdapat beberapa tanggapan dan saran

perbaikan dari validator materi yang meliputi ukuran font

dan shape yang kurang tepat pada sampul modul. Berikut

merupakan perbaikan berdasarkan saran dari validator

media.

81
82

Sebelum

Sesudah

Gambar 4.4 Perbaikan Sampul

82
83

3. Tahap Summative Evaluation

Pada tahap summative evaluation dilakukan uji coba untuk

menilai kepraktisan dan keefektifan. Uji coba dilakukan setelah

revisi produk. Untuk menilai kepraktisan modul yang

dikembangkan maka dilakukan uji coba praktisi yaitu dari guru

mata pelajaran kimia MAN 1 Mataram dan 10 orang siswa kelas

XII MAN 1 Mataram serta 1 observer yang akan menilai

keterlaksanaan RPP.

a. Kepraktisan modul

Penilaian dari guru kimia MAN 1 Mataram yakni oleh

Bapak Khairun Nasirin, S.Pd. Aspek yang dinilai terdiri atas 4

yakni kelayakan sampul dengan perolehan persentase 100%,

kelayakan isi dengan presentasi 84%, kebahasaan dengan

presentase 95% dan kegrafikan dengan presentase 100%. Hasil

analisis data uji coba oleh praktisi (guru) rata-rata sebesar 94,75 %

dan disimpulkan bahwa modul yang dikembangkan sangat baik.

Uji coba praktisi dari siswa dilakukan oleh 10 orang siswa

kelas XII MIA 2 semester ganjil MAN 1 Mataram. Penilaian uji

coba praktisi dari siswa terdiri atas 4 aspek yakni motivasi,

kebahasaan, materi, dan kegrafikan. Empat aspek tersebut memiliki

masing-masing indikator. Indikator penilaian 4 aspek tersebut

dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil penilaian dari 10 orang siswa

pada aspek motivasi yakni sebesar 94%, aspek kebahasaan sebesar

94%, aspek materi sebesar 92,5% dan aspek kegrafikan sebesar

83
84

100%. Berikut disajikan presentasi keseluruhan dari uji coba siswa

yakni dapt dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Presentasi Kelayakan Uji Coba Siswa


No. Praktisi (Siswa) Skor Kriteria
kelayakan
1. Tirta Pacainada 95% Sangat baik
2. Wahyuni 93,3% Sangat baik
3. Leilina Alfa Silmi 93,3% Sangat baik
4. Khaerul Badi 93,3% Sangat baik
5. Amanda Nopita 96,7% Sangat baik
6. Ilmiati Nurul Ikhlas 96,7% Sangat baik
7. Rahmawati Astuti 93,3% Sangat baik
8. Tomi Septiawan 96,7% Sangat baik
9. Muhammad Rijalul Gozali 91,7% Sangat baik
10. Irsan Hadi 93,3% Sangat baik
Rata-rata 95% Sangat baik

Berdasarkan penilaian dari keempat aspek tersebut, rata-

rata keseluruhan penilaian dari 10 orang siswa sebesar 95%.

b. Keefektifan modul

Uji Keefektifan dilakukan pada siswa kelas XII MIA 2

semester ganjil. Alasan peneliti melakukan uji keefektifan pada

siswa kelas XII dikarenakan model pembelajarannya yang

dilakukan merupakan pengajaran pengayaan dimana model

pengayaan ditempuh oleh siswa yang sudah mempelajari materi

hidrolisis garam sebelumnya. Uji keefektifan bertujuan untuk

memperoleh data dan fakta empiris terkait dengan penggunaan

modul. Uji keefektifan dilakukan dengan membagikan instrument

soal literasi sains sebelum (pretest) diajarkan dengan modul

problem based learning beroriantasi green chemistry dan sesudah

(posttest) diajarkan dengan modul kepada seluruh siswa kelas XII

84
85

MIA 2 yang berjumlah 34 siswa . Instrumen literasi sains terdiri

atas soal pilihan ganda beralasan 10 nomor dan angket sikap

literasi sains. Hasil uji keefektifan kemudian dianalisis dengan

menggunakan analisis uji N-Gain.

Berikut disajikan Diagram perolehan skor literasi sains

siswa berdasarkan kategori perolehan N-Gain dari 34 siswa yang

dapat dilihat pada gambar 4.1

30

25

20
Jumlah siswa

Rendah
15
Sedang
10 Tinggi

0
Kategori Perolehan N-Gain

Gambar 4.1. Perolehan N-Gain Siswa Berdasarkan Tingkat


Kategori
Berdasarkan diagram diatas maka diperoleh data bahwa

siswa yang memperoleh N-gain rendah terdiri atas 7 orang, siswa

yang memperoleh N-Gain sedang terdiri atas 25 orang dan siswa

yang memperoleh N-Gain tinggi adalah 2 orang. Perolehan rata-

rata N-gain siswa dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Perolehan rata-rata N-Gain Siswa

N(𝜮 Siswa) Pretest Posttest Spost-Spre Smax- N-gain


Spre
34 31 57 27 69 0.4

85
86

Berdasarkan hasil yang diperoleh, N-gain rata-rata siswa

yang diperoleh sebesar 0,4 yang dikategorikan sedang. Skor

perolehan N-Gain siswa secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 7.

Berdasarkan perolehan N-gain tersebut dapat disimpulkan bahwa

modul yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan literasi

sains siswa.

Data hasil uji sikap literasi sains dapat dilihat pada pada

Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Data Sikap Literasi Sains Siswa

N(𝜮Siswa) (𝜮 skor Rata-rata Ketegori


perolehan)
34 2699 79% Tinggi

Penilaian sikap literasi sains siswa rata-rata secara

keseluruhan sebesar 79%, sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap

siswa terhadap literasi sains dikategorikan tinggi. Skor sikap siswa

secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 8.

c. Keterlaksanaan RPP

Keterlaksanaan komponen pembelajaran yang

dilakukan sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Berdasarkan

penilaian observer, data keterlaksanaan RPP pada pertemuan

pertama yakni sebesar 86%, pertemuan kedua sebesar 100%

dan pertemuan ketiga yakni 92%. Berdasarkan penilaian

tersebut, secara keseluruhan rata-rata keterlaksanaan RPP

yakni sebesar 92% dengan kategori sangat baik.

86
87

4. Tahap Sistematic Reflection And Documentation

Setelah semua tahap uji coba selesai, peneliti

mengumpulkan semua data yang dieroleh untuk dianalisis dan

direvisi. Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap-tahap yang

sebelumnya. Revisi modul dilakukan pada tahap prototyping stage.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

menghasilkan produk berupa modul problem based learning

berorientasi green chemistry pada materi hidrolisis garam untuk

meningkatkan literasi sains siswa. Modul yang dikembangkan

diperuntukan untuk siswa SMA kelas XI semester Genap. Adapun

kualitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitas produk dari

Nieeven (2006) mencakup valid, praktis dan efektif.

Model pengembangan yang digunakan yaitu model

Nieeven. Berikut ini adalah tahapan pengembangan model Nieeven

yang dilakukan yaitu preliminary research (Review literatur),

prototyping stage (merancang petunjuk desain), summative evaluation

(evaluasi sumatif), dan sistematic reflection and documentation

(menuliskan keseluruhan studi). Alasan pemilhan model nieeven ini

diantaranya adalah: (a) model nieeven disusun dengan urutan yang

sistematis (b) model nieeven memenuhi syarat pengembangan produk

yang baik kevalidan, kepraktisan dan keefektifan. Modul yang

dikembangkan ini dapat digunakan dalam proses pembelajaran baik

oleh guru maupun oleh siswa secara mandiri ataupun kelompok.hal ini

87
88

disebabkan karena melalui modul, siswa diarahkan untuk mampu

memecahkan masalah secara mandiri maupun kelompok.

Pengembangan modul problem based learning berorientasi

green chemistry dimulai dari tahap pertama yaitu prelimery reseach.

Pada tahap ini peneliti melakukan mereview literatur yang berkaitan

dengan rencana pengembangn produk. Review literatur yang

dilakukan meliputi analisis kebutuhan, analisis kurikulum yang

digunakan, analisis materi, melakukan studi pustaka yakni analisis

teori dan hasil penelitian. Berdasarkan review literatur yang dilakukan

dihasilkan data dan informasi yang dimana perlu dilakukannya

pengembangan produk berupa modul problem based learning

berorientasi green chemistry.

Tahap kedua setelah melakukan review literatur adalah

melakukan tahap prototyping stage (merancang pengembangan

produk). Pada tahap ini terdapat 2 kegiatan utama yaitu perencanaan

pengembangan produk dan memvalidasi produk yang telah dibuat.

Pada perencanaan pengembangan produk dilakukan dengan membuat

rancangan desain modul, rancangan pengembangan, dan pembuatan

perangkat pendukung (RPP dan silabus) dan instrument penilaian.

Pada kegiatan perencanaan desain modul dilakukan suatu rancangan

desain yang dimulai dari menetapkan tujuan pembelajaran, merancang

kegiatan belajar mengajar, merancang materi pembelajaran, merancang

perangkat pembelajaran berupa modul PBL berorientasi green

chemistry, dan alat evaluasi hasil belajar.

88
89

Pada perencanaan pengembangan dilakukan dengan

pembuatan prototype berupa modul hidrolisis garam yang berdasarkan

pada sintak pembelajaran model problem based learning yaitu (a)

orientasi siswa pada masalah (b) mengorganisasikan siswa untuk

belajar (c) membimbing penyelidikan individu dan kelompok (d)

menampilkan hasil karya , dan (5) evaluasi. Konsep green chemistry

yang digunakan pada pembuatan produk ini mencakup 6 prinsip yaitu

(a). Mencegah limbah lebih baik daripada mengolah dan

membersihkannya (b). Melakukan sintesis kimia yang tak

menghasilkan racun (c). Pemakaian pelarut dan bahan bahan yang

aman (d). Pemakaian bahan baku yang dapat diperbaharui (e). Mudah

terdegradasi (f). Pencegahan polusi lingkungan. Pembuatan modul

disusun berdasarkan sistematika penyusunan modul yakni terdiri atas

bagian pra pendahuluan, pendahualuan, bagian isi, dan pentup.

Prototipe yang dihasilkan pada kegiatan perencanaan

kemudian dilakukan validasi untuk mengetahui kelayakan modul oleh

3 orang dosen ahli yakni 2 oarang dari dosen ahli materi, dan 1 orang

dari dosen ahli media. Hasil analisis data lembar validasi modul yang

dinilai oleh ahli materi mencakup 3 aspek yaitu aspek sampul dan isi

materi, aspek pembelajaran, dan aspek kebahasaan. Hasil penilaian

validator ahli materi didapatkan nilai rata-rata sebesar 93,6 % dengan

kategori baik. Aspek penilaian ahli media terdiri dari 2 aspek yakni

aspek kelayakan sampul dan aspek penampilan dan penyajian. Hasil

89
90

penilaian dari validator media didaapatkan nilai rata-rata sebesar 99%

dengan kategori sangat baik.

Berdasarkan hasil penilaian oleh 3 validator bahwa modul

tidak dilakukan revisi namun terdapat beberapa saran dan tanggapan

dari para validator mengenai penyajian contoh soal, penyajian materi

dan penulisan symbol yang kurang tepat serta ukuran font dan shape

yang kurang tepat pada sampul modul, sehingga peneliti melakukan

perbaikan atas tanggapan tersebut.

Setelah dilakukan validasi maka dilanjutkan ke tahap

pengembangan ketiga yakni tahap summative evaluation (penilaian

sumatif). Pada tahap ini dilakukan uji coba praktisi oleh guru mata

pelajaran kimia dan siswa. Pada tahap ini dilakuakan 3 kegiatan utama

yakni uji kepraktisan, uji keefektifan dan observasi keterlaksanaan

modul. Uji kepraktisan dilakukan dengan membagikan angket uji coba

produk yang dikembangkan kepada 1 orang guru kimia MAN 1

Mataram dan 10 orang siswa kelas XII MIA 2 MAN 1 Mataram.

Aspek yang dinilai terdiri atas 4 yakni kelayakan sampul,

kelayakan isi, kebahasaan dan kegrafikan. Hasil analisis data uji coba

oleh praktisi (guru) sebesar 94,75 % dengan kategori sangat baik.

Aspek penilaian oleh siswa yakni terdiri atas motivasi, kebahasaan,

materi, dan kegrafikan. Berdasarkan penilaian dari keempat aspek

tersebut, rata-rata keseluruhan penilaian dari 10 orang siswa sebesar

95% dengan kategori sangat baik.

90
91

Berdasarkan penilaian observer, data keterlaksanaan RPP

pada pertemuan pertama yakni sebesar 86%, pertemuan kedua sebesar

100% dan pertemuan ketiga yakni 92%. Adapun faktor yang

mempengaruhi tinggi rendahnya presentasi keterlaksanaan RPP yakni

pada pertemuan pertama pada kegiatan inti pembelajaran tidak

dilakukan praktikum namun diganti dengan tayangan video praktikum

hidrolisis garam, serta alokasi waktu yang tidak cukup untuk membuat

laporan hasil pengamatan oleh siswa, sehingga kedua hal tersebut

mempengaruhi keterlaksanaan RPP yang dibuat. Pada pertemuan

kedua semua kegiatan dapat terlaksana, dan pada pertemuan ketiga

keterbatasan alokasi waktu yang tidak cukup sehingga pada kegiatan

keempat (menyajikan hasil karya) dalam pembelajaran tidak

dilaksanakan dan dijadikan sebagai tugas rumah siswa. Berdasarkan

penilaian, secara keseluruhan rata-rata keterlaksanaan RPP yakni

sebesar 92% dengan kategori sangat baik.

Uji keefektifan dilakukan dengan membagikan instrument

literasi sains pada pretest (sebelum diajarkan dengan modul) dan post

test (setelah diajarkan dengan modul). Uji keefektifan bertujuan untuk

memperoleh data dan fakta empiris terkait dengan penggunaan modul.

Menurut PISA (2015) literasi sains memiliki 4 dimensi penilaian yakni

konteks, pengetahuan, kompetensi dan sikap. Keempat dimensi ini

keseluruhan aspeknya tercakup pada dimensi kompetensi. Pada

penilaian ini dimensi konteks, pengetahuan dan kompetensi

menggunakan satu alat ukur yakni soal hidrolisis garam berbasis

91
92

literasi sains dalam bentuk pilihan ganda beralasan dan dimensi sikap

dinilai dari lembar angket sikap literasi sains. Instrument penilaian

literasi sains diberikan kepada 34 siswa XII MIA 2. Alasan peneliti

melakukan uji keefektifan pada siswa kelas XII dikarenakan model

pembelajarannya yang dilakukan merupakan pengajaran pengayaan

dimana model pengayaan ditempuh oleh siswa yang sudah

mempelajari materi hidrolisis garam sebelumnya.

Analisis hasil dari soal literasi sains yakni dengan

menggunakan analisis N-gain dan presentasi sikap. Hasil N-gain siswa

adalah 0,4 dimana dikategorikan sedang. Faktor yang mempengaruhi

N-gain siswa sedang yakni siswa belum terbiasa menyelesaikan soal

yang sebagian besar merupakan soal analisis hipotesis, pernyataan dan

kesimpulan, sehingga dalam menjawab soal membutuhkan waktu yang

lama dan berdampak pada penyelesaian soal dimana siswa sebagian

besar hanya menjawab opsi dan tidak dilengkapi oleh alasan.

Berdasarkan N-gain yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa modul

yang dikembangkan efektif meningkatkan literasi sains siswa.

Analisis indikator literasi sain menunjukkan indikator

menjelaskan fenomena sains memperoleh presentase 56%, indikator

evaluasi dan marancang penyelidikan ilmiah memperoleh presentase

35% dan indikator interprestasi data dan bukti-bukti ilmiah

memperoleh presentase 71% dari presentase maksimal tiap-tiap

indikator. Berdasarkan perolehan tersebut dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar siswa memiliki kompetensi literasi sains yang tinggi

92
93

dalam menginterprestasi data dan bukti-bukti ilmiah. Analisis data

sikap siswa menunjukkan kategori tinggi dengan presentasi rata-rata

79%.

Setelah semua tahap uji coba selesai, peneliti

mengumpulkan semua data yang dieroleh untuk dianalisis dan direvisi.

Pada tahap ini peneliti menuliskan keseluruhan studi untuk mendukung

analisis, kemudian melakukan spesifikasi prinsip desain dan

mengartikulasikan hubungannya dengan kerangka berpikir yang telah

ditetapkan. Pada tahap ini saran perbaikan dari validator dan praktisi

digunakan sebagai penyempurnaan produk yang dibuat.

Modul problem based learning berorietasi green chemistry

memiliki beberapa ciri-ciri tersendiri yang berbeda dengan bahan ajar

pada umumnya. Fitur-fitur yang terdapat dalam modul melatih siswa

untuk melakukan penemuan ilmiah baik secara individu maupun

kelompok serta melatih siswa untuk menyelesaikan masalah. Fitur-

fitur tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.5

Gambar 4.5. Fitur Modul (a)

93
94

Selain fitur diatas, dalam modul juga disajikan fitur untuk

mengembangkan pengetahuan epistermik dan pengetahuan prosedural

siswa yakni melalui pengajuan rumusan masalah dan hipotesis serta

menyususun langkah kerja praktikum. Fitur tersebut dapat dilihat pada

Gambar 4.6 dan 4.7.

Gambar 4.6. Fitur Modul (b)

Gambar 4.7. Fitur Modul (c)

94
95

Dalam modul juga disajikan fitur green chemistry yang

dapat memberi nilai-nilai konservasi siswa terhadap lingkungan. Fitur

green chemistry dapat dilihat pada Gambar 4.8

Gambar 4.8 Fitur Modul (d)

Penelitian dan hasil penelitian sejalan dengan rumusan

masalah dan tujuan penelitian berupa karakteristik modul yang

dikembangkan, kelayakan modul yang dikembangkan dan kefektifan

modul yang dikembangkan. Kelayakan modul ini telah divalidasi oleh

ahli materi dan ahli media serta telah diuji coba kepraktisannya oleh

guru kimia dan siswa. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa modul

problem based learning berorietasi green chemisty sangat layak

digunakan.

Penelitian pengembangan ini juga diperkuat dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rosita, Sudarmi, P. Parwoto (2015)

bahwa perangkat pembelajaran problem based learning beorientasi

green chemistry pada materi hidrolisis garam dapat meningkatkan

95
96

konservasi siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa lebih senang

mengikuti pembelajaran dengan penerapan model PBL berorientasi

green chemistry. Hal ini dibuktikan dengan hasil angket tanggapan

siswa yang sebagian besar siswa setuju dengan presentase rata-rata sis-

wa yang memberi pendapat setuju diatas 80%.

Menurut laporan hasil PISA 2015(OECD, 2015) dituliskan

bahwa Indonesia menempati peringkat 64 dari 65 negara yang

mengikuti tes literasi, atau dengan kata lain Indonesia merupakan

negara kedua terbawah dari seluruh negara peserta PISA. Rendahnya

kemampuan literasi sains siswa Indonesia ini dipengaruhi oleh

beberapa hal yakni salah satunya dalah sumber belajar. Menurut

Okohariadi (2015), sikap siswa terhadap sains dipengaruhi secara

posistif oleh kegiatan belajar mengajar, banyaknya waktu yang

digunakan untuk belajar sains, kepercayaan diri dan motivasi belajar

sains berkorelasi positif dengan literasi sains. Semakin besar

kepercayaan diri dan motivasi belajar sains, semakin besar literasi

sains yang dicapai oleh siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka modul

Problem Based Learning (PBL) berorientasi green chemistry pada

materi hidrolisis garam ini dapat meningkatkan literasi sains siswa,

minat belajar yang pada akhirnya memperoleh hasil belajar yang

diharapkan.

96
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data pada BAB IV dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik modul yang dikembangkan berupa modul problem based

learning yang berorientasi pada konsep green chemistry pada materi

hidrolisis garam untuk meningkatkan literasi sains siswa yang

mengacu pada kurikulum 2013.

2. Kelayakan modul yang dikembangkan yakni sangat layak dengan

presentase kelayakan rata-rata 93,6%.

3. Kepraktisan modul yang dikembangkan yakni 95% dengan kategori

sangat baik (sangat praktis)

4. Keefektifan modul yang dikembangkan yakni efektif untuk digunakan,

hal ini didasari pada rata-rata skor N-gain yang diperoleh yakni 0,4

dengan kategori sedang.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, diajukan beberapa

saran yang mungkin berguna bagi pembaca, diantaranya:

1. Guru sebagai pendidik memiliki peran dan tanggung jawab dalam

menciptakan generasi penerus yang cerdas dan berkarakter. Oleh sebab

itu, guru dituntut mampu memilih model, media dan sumber

pembelajaran yang sesuai dengan potensi dan karakter siswa serta

kemajuan ilmu pengetahuan sehingga pembelajaran dapat berjalan

97
98

secara efektif dan tujuan pembelajaran akan tercapai sesuai dengan

yang diharapkan.

2. Untuk pengembangan modul perlu dilakukan pengembangan pada

materi kimia yang lain agar dapat diukur kevalidan dan keefektifan

modul yang dikembangkan.

3. Terdapat beberapa hal yang tidak mampu diatur dengan efisien seperti

alokasi waktu, oleh karena itu alokasi waktu perlu di atur sebaik

mungkin, karena akan berpengaruh pada keefektifan modul yang

dikembangkan, sehingga proses pengembangan dapat berjalan

dengan efisien dan efektif.

4. Perlu dilakukan uji coba skala luas untuk pengembangan berikutnya.

98
99

DAFTAR PUSTAKA

Anastas, P.T. Warner, J. C. (1998) Green Chemistry: Theory and practice.


Oxford University Press: new york, P. 30. By permission Of Oxford
University Press.

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum


2013. Jakarta: Prestasi pustaka
Afiyanti, N.A. 2013. Efektivitas Inkuiri Terbimbing Berorientasi Green Chemistry
Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Kepedulian Lingkungan Siswa
SMA 13 Semarang Materi Kelarutan dan Hasil Kali
Kelarutan.Skripsi Jurusan Kimia FP-MIPA UNS
Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti jilid 2/edisi ketiga. Jakarta:
Erlangga
Fauziah, R. dkk. 2013. Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi
Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal INVOTEC, Volume IX, No.2,
Agustus 2013 : 165-178.
Fitriah, Laila. 2013. Pengembangan Model Buku Teks Pelajaran Berbasis
Intelektual Pada Materi Hidrolisis Garam Kelas XI.
http://repositori.upi.edu (Diakses 09 Januari 2016)
Haristy, R. D. dkk. 2013. Pembelajaran Berbasis Literasi Sains Pada Materi
Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit Di SMA Negeri 1 Pontianak. Jurnal
Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan.
Hayati, dkk 2014. Pengembangan Kerangka Kerja TPACK Pada Materi Koloid
Untuk Meningkatkan Aktifitas Pembelajaran Dalam Mencapai HOTS
Siswa. Jurnal Edu-Sains Vol. 3 No. 1

Ilyas, W., 2010, Sama atau Bedakah Green Chemistry Dan Enviromental
Chemistry Itu? diunduh dari http://greenchemistryindonesia.blogspot.com/
pada tanggal 29 November 2015.
Kusuma, E., dkk. 2009. Penggunaan Pendekatan Chemo Entrepreneurship
Berorientasi Green Chemistry Untuk Meningkatkan Kemampuan Life Skill
Siswa SMA. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia Vol 1, No 3, Hal: 2-4.

99
100

Kusnadi.2013. Pembelajaran Kimia Dengan Problem Based Learning (PBL)


Menggunakan Laboratorium Real dan Virtual Ditinjau Dari Kemampuan
Matematik Dan Kemampuan Berpikir Abstrak Siswa. JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 2, No 2 2013 (hal 163-172)
Muchlish, M. (2007). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual:
Panduan bagi Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah. Jakarta :
Bumi Aksara

Nasution, S. (2008). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.


Jakarta : Bumi Aksara.

Nasution. 2003. Metode Research : Penelitian Ilmiah. Jakarta : PT Bumi Aksara

Nieeven, Nienke. dkk. 2006. Educational Design Research (E-Book). Taylor &
Francis e-Library

Nugroho dan Irwan, 2007. KIMIA Seandainya Kehidupan Tanpa Kimia?. BSE.

Odja, Abdul H, dan Payu, Citron S. 2014. Analisis Kemampuan Awal Literasi
Sains Siswa Pada Konsep IPA. Seminar Nasional Kimia. Jurusan Kimia
Universitas Negeri Surabaya. Surabaya, 20 September 2014.

OECD.2013. Education at a Glance 2013 : OECD Indicators, OECD Publishing.


http://dx.doi.org/10.1787/eag-2013-en (diakses 29 November 2015)

PISA. 2015. Draft Science Framework PISA 2015 : www.oecd.org (diakses 29


November 2015).

Permana, Lis & Purtadi. (2010). Pembelajaran Kimia Tematik Pada Mata Kuliah
Kimia Dasar Sebagai Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal
Cakrawala Pendidikan Th. XXIX, No.3
Puslitbang Kebudayaan.2013. Evaluasi Pendamping Kurikulum 2013. Artikel
Pendidikan.
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta : PT Bumi Aksara.

100
101

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses


pendidikan. Jakarta: Kencana
Savery, J.R.2006. Overview of Problem Besed Learning: Definitions and
Destinctions. Iterdisciplinary Journal of Problem Based Learning Article 3
Vol 1, Issue 1. http://ijpbl.org Diakses 07 Desember 2015.

Suara, Jaka (2015). Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Masalah


Dengan Pendekatan Sains Masyarakat Dalam Menumbuhkan Kemampuan
Literasi Sains. Skripsi Prodi Kimia FP-MIPA IKIP Mataram

Sudarisman, Suciati. 2011. Tugas Rumah Berbasis Home Science Prosess Skill
(HSPS) Pada Pembelajaran Biologi Untuk Mengembangkan Literasi
Sains Siswa. Jurnal Pendidikan Universutas Sebelas Maret, pp. 253-260

Sugiyono, 2012. Sugiyono. 2012. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan


R&D. Bandung : Alfabeta

Sukmadinata, Nana S. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :


Remaja.

Sulisnawati, Lilis. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Pokok Bahasan Hidrolisis


Garam Yang Diolah Dengan Emat Tahap Pengolahan Bahan Ajar.
http://repository.upi.edu (Diakses 09 Januari 2016)

Sunarya, Yayan. 2012. Kimia Dasar 2 . Bandung : Yrama Widya.

Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Prestasi Pustaka.

Utomo, M.P. (2011). Adaptasi Pelaksanaan Praktikum Kimia Negara OECD.


FMIPA UNY.
Toharudin, U., dkk (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung:
Humaniora.
Widodo S.C dan Jasmadi. 2008 . Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis
Kompetensi. Jakarta: PT Elek Media Komputindo.

101
102

LAMPIRAN-LAMPIRAN

102
103

Lampiran 1

Modul Problem Based Learning (PBL) Berorientasi Green Chemistry


Pada Materi Hidrolisis Garam Untuk Meningkatkan Literasi Sains
Siswa

LEMBAR VALIDASI UJI AHLI MATERI (DOSEN)

103
104

Lembar Penilaian Validasi Uji Ahli Materi (Dosen)

Instrumen Validasi Uji Ahli Materi (Dosen)

A. Pengantar

Dalam rangka penulisan skripsi, untuk menyelesaikan Studi Program


Sarjana Pendidikan Kimia di Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam IKIP Mataram. Peneliti mengembangkan Modul dengan
judul “Pengembangan Modul Problem Based Learning (PBL) Berorientasi
Green Chemistry Pada Materi Hidrolisis Garam Untuk Meningkatkan
Literasi Sains Siswa”.
Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti mohon kesediaan Bapak/Ibu
untuk mengisi instrumen kelayakan dengan memberikan penilaian dan
tanggapan terkait kesesuaian dan kelayakan keterpakaian modul.
Hasil dari pengisian instrumen ini akan digunakan untuk
menyempurnakan produk yang dikembangkan agar bermanfaat bagi semua
pihak pada masa sekarang dan yang akan datang. Sebelumnya peneliti
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan
Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam pengisian instrumen ini.
B. Identitas Modul Pembelajaran
Judul :Pengembangan Modul Problem Based Learning (PBL)
Berorientasi Green Chemistry Pada Materi Hidrolisis Garam
Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa
Penulis : Nurul Fauziah
C. Identitas Dosen
Nama :
NIDN :
Instansi :
Pendidikan :
D. Petunjuk Pengisian

104
105

1. Lembar validasi bertujuan untuk mengetahui kelayakan “Modul Problem


Based Learning (PBL) Berorientasi Green Chemistry Pada Materi
Hidrolisis Garam Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa”, sehingga
kecermatan dalam penilaian produk sangat diharapkan
2. Sebelum mengisi kolom penilaian yang telah tersedia, dimohon Bapak/Ibu
terlebih dahulu membaca modul yang sedang dikembangkan.
3. Untuk setiap pertanyaan berilah tanda ceklist (√) pada kolom yang
tersedia:
 Poin 5 berarti sangat baik
 Poin 4 berarti baik
 Poin 3 berarti cukup baik
 Poin 2 berarti kurang baik
 Poin 1 berarti tidak baik
4. Komentar/saran mohon ditulis pada kolom yang telah disediakan
E. Kolom Penilaian
Skor
No. Butir aspek yang dinilai
1 2 3 4 5

A. Aspek Sampul & Isi Materi


1. Kesesuaian gambar pada sampul
dengan konsep hidrolisis garam

2. Kesesuaian dan keserasian antara


warna, gambar, bentuk dan
ukuran huruf yang digunakan
pada sampul

3. Kesesuaian indikator dan tujuan


pembelajaran dengan sajian
materi dalam modul

4. Kesesuaian materi dalam modul


dengan kurikulum pembelajaran

5. Kelengkapan, kelogisan dan


keruntutan dalam sajian materi

6. Kedalaman dan keluasan sajian

105
106

topik/materi

7. Kebenaran konsep dalam sajian


materi

8. Kemudahan sajian topik/materi


untuk dipahami siswa

9. Kejelasan dan kebenaran contoh


yang disajikan dalam materi

10. Kesesuaian soal-soal yang ada


dengan sajian materi di dalam
modul

11. Kesesuaian latihan, tugas dan


kegiatan eksperimen yang
disajikan dalam modul

12. Kemudahan evaluasi


pembelajaran (tugas, latihan soal,
dan kegiatan eksperimen) untuk
dipahami siswa

13. Kemampuan sajian topik dalam


mendorong minat dan motivasi
dalam pembelajaran

B. Aspek Pembelajaran
1. Kesesuaian materi dengan
Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar

2. Rumusan tujuan pembelajaran

3. Materi yang disajikan sistematis

4. Terdapat aspek kognitif

5. Terdapat aspek afektif

6. Terdapat aspek psikomotorik

7. Pemberian latihan untuk


pemahaman konsep materi yang
kontekstual

106
107

C. Aspek Kebahasaan

1. Kesesuaian bahasa dengan


tingkat berpikir siswa

2. Ketepatan struktur kalimat dalam


kajian materi hidrolisis garam

3. Penggunaan istilah dalam kajian


materi hidrolisis garam

4. Ketepatan penggunaan tanda


baca, simbol/lambang dalam
sajian materi hidrolisis garam

5. Kemudahan memahami alur


materi melalui penggunaan
bahasa

Apabila terdapat kesalahan atau kekurangan pada produk penelitian yang


dikembangkan, mohon dituliskan jenis kesalahan atau kekurangan pada
kolom komentar dan mohon diberikan saran perbaikan
F. Kolom Komentar dan Saran Perbaikan

107
108

Mataram, Agustus 2016

Validator Ahli Materi

NIDN.

Analisis Data Kuantitatif dan Kualitatif


A. Aspek Aspek Sampul & Isi = 97,33% (Sangat baik)
Materi
Rata-rata
Validator 1
P= x 100% =

= =

= 83,07% (Sangat Baik) = 90,2% (Sangat Baik)

Validator 2 B. Aspek Pembelajaran


P= x 100% Validator 1
P= x 100%
=

108
109

= 93,6% (Sangat Baik)


E. Tanggapan dan Saran
= 85% (Sangat Baik)  Materi sudah baik
Validator 2  Contoh soal diperbaiki
 Symbol-simbol dilihat lagi
P= x 100%  Materi yang kurang tepat
diperbaiki

= 100% (Sangat Baik )

Rata-rata

= 92,5% (Sangat Baik)

C. Aspek Kebahasaan
P= x 100%

= 84%

D. Kesimpulan
Presentasi kelayakan
modul rata-rata dari masing-
masing validator berdasarkan
perolehan rata-rata tiap aspek
penilaian yakni:

109
110

F. Perbaikan

d. Penyajian contoh soal

Sebelum

Sesudah

e. Penyajian materi

Sebelum

Sesudah

f. Simbol yang kurang tepat

Sebelum

Sesudah

110
111

Lampiran 2

Modul Problem Based Learning (PBL) Berorientasi Green Chemistry


Pada Materi Hidrolisis Garam Untuk Meningkatkan Literasi Sains
Siswa

LEMBAR VALIDASI UJI AHLI DESAIN PRODUK (DOSEN)

111
112

Instrumen Validasi Uji Ahli Desain Produk (Dosen)

G. Pengantar

Dalam rangka penulisan skripsi, untuk menyelesaikan Studi Program


Sarjana Pendidikan Kimia di Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam IKIP Mataram. Peneliti mengembangkan Modul dengan
judul “Pengembangan Modul Problem Based Learning (PBL) Berorientasi
Green Chemistry Pada Materi Hidrolisis Garam Untuk Meningkatkan
Literasi Sains Siswa”.
Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti mohon kesediaan Bapak/Ibu
untuk mengisi instrumen kelayakan dengan memberikan penilaian dan
tanggapan terkait kesesuaian dan kelayakan keterpakaian modul.
Hasil dari pengisian instrumen ini akan digunakan untuk
menyempurnakan produk yang dikembangkan agar bermanfaat bagi semua
pihak pada masa sekarang dan yang akan datang. Sebelumnya peneliti
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan
Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam pengisian instrumen ini.
H. Identitas Modul Pembelajaran
Judul :Pengembangan Modul Problem Based Learning (PBL)
Berorientasi Green Chemistry Pada Materi Hidrolisis Garam
Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa
Penulis : Nurul Fauziah
I. Identitas Dosen
Nama :
NIDN :
Instansi :
Pendidikan :
J. Petunjuk Pengisian
5. Lembar validasi bertujuan untuk mengetahui kelayakan “Modul Problem
Based Learning (PBL) Berorientasi Green Chemistry Pada Materi
Hidrolisis Garam Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa”, sehingga
kecermatan dalam penilaian produk sangat diharapkan

112
113

6. Sebelum mengisi kolom penilaian yang telah tersedia, dimohon Bapak/Ibu


terlebih dahulu membaca modul yang sedang dikembangkan.
7. Untuk setiap pertanyaan berilah tanda ceklist (√) pada kolom yang
tersedia:
 Poin 5 berarti sangat baik
 Poin 4 berarti baik
 Poin 3 berarti cukup baik
 Poin 2 berarti kurang baik
 Poin 1 berarti tidak baik
8. Komentar/saran mohon ditulis pada kolom yang telah disediakan
K. Kolom Penilaian
Skor
No. Butir aspek yang dinilai
1 2 3 4 5

D. Aspek Sampul & Isi Materi


1. Kesesuaian gambar pada sampul
dengan konsep materi

2. Kesesuaian kombinasi warna


yang digunakan pada bagian
sampul

3. Keserasian antara warna dan


ukuran hurf yang digunakan pada
sampul

4. Keserasian warna, gambar,


bentuk dan ukuran hurufyang
digunakan pada sampul

E. Aspek Tampilan dan Penyajian


1. Ketepatan pemilihan font

2. Ukuran font/teks yang digunakan

3. Jarak dan spasi teks yang


digunakan

4. Keterbacaan teks

113
114

5. Penempatan gambar dan teks

6. Kemenarikan tampilan, warna


dan tata letak gambar yang
digunakan dalam modul

7. Kemenarikan seluruh tampilan


modul dalam meningkatkan
minat dan motivasi siswa dalam
pembelajaran

8. Modul dapat digunakan dengan


mudah dan membantu siswa
belajar mandiri

Apabila terdapat kesalahan atau kekurangan pada produk penelitian yang


dikembangkan, mohon dituliskan jenis kesalahan atau kekurangan pada
kolom komentar dan mohon diberikan saran perbaikan
L. Kolom Komentar dan Saran Perbaikan

Mataram, Agustus 2016


Validator Ahli Materi

NIDN.

114
115

Analisis Data Kuantitatif dan Kualitatif


Data Kuantitatif

G. Aspek Aspek Sampul & Isi Materi


Validator 1
P= x 100%

= 100% (Sangat Baik)

H. Aspek Pembelajaran
Validator 1
P= x 100%

= 97% (Sangat Baik)

Rata-rata

= 98,5% (Sangat Baik)

Data Kuantitatif

 Secara umum jelas sangat layak dipakai, akan tetapi perlu ada perbaikan pada
ukuran gambar dan teks pada peta konsep diperbesar lagi.
 Kolom teksnya bisa diperbesar lagi sedikit
 Ukuran kotak pada sub judul perlu diperbaiki lagi, teksnya juga perlu
ditempatkan pada posisi tengah
 Pada cover, nama prodi, institute, perlu diperbesar lagi tulisan teksnya.

115
116

Perbaikan

 Sebelum

 Sesudah:

116
117

Lampiran 3
Instrumen Uji Coba Siswa

A. Pengantar
Dalam rangka penulisan skripsi, untuk menyelesaikan studi
program Sarjana Pendidikan Kimia di Fakultas Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam IKIP Mataram. Peneliti mengembangkan Modul
dengan judul “Pengembangan Modul Problem Based Learning Berorientasi
Green Chemistry pada Materi Hidrolisis Garam Untuk Meningkatkan Literasi
Sains Siswa”.
Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti mohon kesediaan
Bapak/Ibu untuk mengisi instrumen kelayakan dengan memberikan penilaian
dan tanggapan berkaitan dengan kelayakan keterpakaian Modul.
Hasil dari pengisian instrumen ini akan digunakan untuk
menyempurnakan produk yang sedang dikembangkan agar bermanfaat bagi
semua pihak dimasa sekarang dan yang akan datang. Sebelumnya kami
menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya atas kesediaan Bapak/Ibu untuk
berpartisipasi dalam pengisian instrumen ini.
B. Identitas Siswa
Nama : ………………………………
NIS : ………………………………
Sekolah : ………………………………
Kelas/Smtr. : ………………………………
C. Petunjuk Pengisian
Adapun petunjuk untuk pengisian instrumen kelayakan ini adalah sebagai
berikut;
1. Sebelum mengisi kolom penilaian yang telah tersedia, dimohon Bapak/Ibu
terlebih dahulu membaca modul yang sedang dikembangkan
2. Beri tanda chek (√) pada kolom skor penilaian;
 Poin 5 berarti sangat setuju
 Poin 4 berarti setuju
 Poin 3 berarti cukup setuju
 Poin 2 berarti kurang setuju

117
118

 Poin 1 berarti tidak setuju


3. Komentar/saran mohon ditulis pada kolom yang telah disediakan
4. Pengisian instrumen kelayakan ini bertujuan untuk mengukur kelayakan
produk yang sedang dikembangkan sehingga kecermatan dalam penilaian
produk sangat diharapkan.

KOLOM PENILAIAN

Skor
No Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4 5

1 Motivasi

1) Modul memuat materi pelajaran yang menarik dan


menimbulkan rasa keingintahuan saya
2) Materi dalam Modul menuntut saya untuk bekerjasama
dengan teman serta berinteraksi dengan lingkungan
3) Tugas dan latihan soal yang ada dalam Modul menuntun
saya untuk bekerja mandiri
2 Kebahasaan

1) Kalimat yang digunakan dalam Modul jelas dan tidak


rancu
2) Istilah-istilah yang ada dalam Modul mudah saya pahami

3 Materi

1) Materi “Hidrolisis Garam” dalam Modul lengkap dan


jelas
2) Materi dalam Modul dijelaskan secara detail, dan mudah
saya pahami
3) Contoh soal dan penyelesaiannya dalam Modul dijelaskan
secara detail, rinci dan mudah saya pahami
4) Soal-soal yang ada dalam Modul sesuai dengan materi

118
119

4 Kegrafikan

1) Kemenarikan tampilan gambar dan tata letak gambar

2) Kemenarikan keserasian warna

3) Jenis dan besar huruf yang dipakai dalam Modul

D. KOLOM KOMENTAR DAN SARAN PERBAIKAN

119
120

Data Kuantitatif Uji Coba Siswa


1. Tirta Pacainada 6. Ilmiati Nurul Ikhlas
P= x 100%
P= x 100%

=
=

= 96,7%
2. Wahyuni
7. Rahmawati Astuti
P= x 100%
P= x 100%
=
=
= 93,3%
= 93,3%
3. Leilina Alfa Silmi
8. Tomi Septiawan
P= x 100%
P= x 100%
=
=
= 93,3%
= 96,7%
4. Khaerul Badi
9. Muhammad Rijalul Gozali
P= x 100%
P= x 100%
=
=
= 93,3%
= 91,7%
5. Amanda Nopita
10. Irsan Hadi
P= x 100%
P= x 100%
=
=
= 96,7%
= 93,3%

120
121

Data Kualitatif Uji Coba Siswa

No. Praktisi (Siswa) Tanggapan dan saran


1. Tirta Pacainada Modul layak digunakan, akan
tetapi untuk diperhatikan, agar
lebih bagus, gambar pada
modul diperhatikan, karena ada
beberapa yang pecah-pecah.
Terimakasih.
2. Wahyuni Contoh soal untuk 1 bab materi
lebih dari 2, dan waktu diskusi
terlalu singkat
3. Leilina Alfa Silmi Modul ini sangat layak
digunakan. Saran saya
sebaiknya disertai dengan
contoh soal yang memadai agar
lebih dimengerti. Segi
desainnya bagus dan
menarik.materi yang
disampaikan sesuai dengan
kompetensi hanya saja perlu
disajikan dengan menarik lagi.
Guru sangat menguasai materi,
hanya saja waktu diskusinya
terlalu singkat.
4. Khaerul Badi Modulnyang disajikan sangat
menarik, karena materi yang
diambil berdasarkan ayat Al-
Qur’an. Saran saya untuk
soalnya buat sebagian yang
membuat siswa melakukan
penelitian agar lebih menguasai
materi.peneliti sudah sangat
menguasai materi dan banyak
senyum.
5. Amanda Nopita Modul ini sudah layak,
akantetapi agar lebih menarik
minat siswa dan siswi, untuk
mempelajarinya, cover yang
dibuat lebih menarik saja,
warnanya pakai warna pink saja
agar warnanya bagus. 

121
122

6. Ilmiati Nurul Ikhlas Modul ini menurut saya sangat


menarik bagi para siswa yang
baru mempelajari materi
hidrolisis garam, karena isi
modul banyak emnyangkut
permasalahan sehari-hari
lengkap engan penyelesaiannya.
Siswa juga akan lebih
termotivasi untuk mempelajari
materi hidrolisis garam karena
banyak manfaatnya untuk
kehidupan sehari-hari.
Kesimpulannya modul ini
sangat layak untuk digunakan
dan dipublikasikan di kalangan
pelajar.
7. Rahmawati Astuti Modul sudah layak digunakan,
saran saya untuk mebuat
laporan waktunya ditambahkan
karena terlalu singkat untuk
mengerjakan laporan.
8. Tomi Septiawan Sangat bagus dan kreatif
Melatih kami (siswa dan siswi.)
untuk belajar menggunakan
bahan-bahan alami dan
mencintai lingkungan
Pembuat modul ini sangat
menguasai materi hidrolisi
garam.
Modulnya terlalu tebal
9. Muhammad Rijalul Gozali Modul layak digunakan, saran
saya peneliti harus banyak
memberikan contoh soal yang
berbeda-beda agar siswa lebih
mudah memahami soal dalam
modul.
10 Irsan Hadi -

122
123

Lampiran 5

Data Pretest Soal Literasi Sains Siswa

No. Nama Siswa Nomor Soal Skor Nilai


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Rahadiat Septajaya 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 5 17
2 Tomi Setyawan 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 6 20
3 Dewi Isnaini 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1 14 47
4 Ummu Kulsum 1 3 1 2 1 0 0 0 1 1 10 33
5 Nining Agustina 3 0 1 1 1 1 0 0 1 1 9 30
6 Aprilia Laini 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 5 17
7 Salaopin 1 1 1 3 1 1 0 0 1 2 11 37
8 Irsan Hadi 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 4 13
9 Fathul Mujib 3 3 1 3 1 1 0 1 1 1 15 50
10 Bg. Safitri Lestari 3 2 1 3 2 1 1 1 1 1 16 53
11 Khaerul Hadi 1 3 1 1 0 0 1 1 1 1 10 33
12 Ilmiati Nurul Ikhlas 1 1 1 1 1 1 0 0 2 1 9 30
13 Arina Menasikana 3 2 1 0 1 0 1 1 1 1 11 37
14 Rahmawati Astuti 3 2 1 1 0 1 1 0 1 1 11 37
15 Ahmad Sulaiman 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 7 23
16 Mia Aulia Ilahi 3 3 1 3 1 3 0 0 1 1 16 53
17 Sri Muamalah 1 3 1 1 2 0 1 0 3 2 14 47
18 Haetun Nissa 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 7 23
19 Lainina Alfa Silmi 1 3 1 1 1 0 0 0 1 1 9 30
20 Yulia Rusmayanti 2 0 1 1 1 0 0 1 0 1 7 23
21 Novita Indah Mayasan 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 6 20
22 Nurlaili 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7 23
23 Afrianingsih 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 23
24 Shivara Yan F. 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 7 23
25 Muhammad Risalul Gazali 1 1 1 0 2 1 0 1 1 1 9 30
26 Liza Komalasari 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 7 23
27 Harlistiani 0 2 1 2 1 0 1 1 1 1 10 33
28 Faizatun Nabila 2 2 1 0 0 2 1 2 2 1 13 43
29 Amanda Nopita 0 0 1 3 1 0 0 2 2 3 12 40
30 Lina Febriani 3 2 1 2 0 1 0 0 1 3 13 43
31 Wahyuni 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 5 17
32 Maratun Faizah 0 2 0 1 1 1 1 1 1 0 8 27
33 Fadlin Abdullah 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 30
34 Peggy Ghaisani Nadia 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 5 17

123
124

Lampiran 6

Data Posttest Soal Literasi Sains Siswa

Nomor Soal Skor


Nama Siswa Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Perolehan
Rahadiat Septajaya 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7 23
Tomi Setyawan 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 27
Dewi Isnaini 3 3 1 3 3 3 3 3 2 3 27 90
Ummu Kulsum 2 3 1 1 1 1 1 1 1 0 12 40
Nining Agustina 3 3 1 3 3 3 1 2 1 1 21 70
Aprilia Laini 3 3 0 1 1 1 1 1 0 1 12 40
Salaopin 3 3 1 3 3 1 1 1 1 1 18 60
Irsan Hadi 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 7 23
Fathul Mujib 3 3 1 3 3 1 1 0 1 1 17 57
Bq. Safitri Lestari 3 3 3 1 3 3 1 3 1 3 24 80
Khaerul Hadi 3 3 1 3 2 1 1 1 1 1 17 57
Ilmiati Nurul Ikhlas 3 3 1 3 3 2 1 1 1 1 19 63
Arina Menasikana 3 3 1 3 3 2 2 1 2 1 21 70
Rahmawati Astuti 3 3 1 3 2 1 1 1 1 2 18 60
Ahmad Sulaiman 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 14 47
Mia Aulia Ilahi 3 3 1 3 3 3 3 3 2 3 27 90
Sri Muamalah 1 3 1 1 1 3 1 3 1 3 18 60
Haetun Nissa 1 1 1 3 1 3 1 1 1 3 16 53
Lainina Alfa Silmi 3 3 1 3 3 1 3 2 2 1 22 73
Yulia Rusmayanti 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 14 47
Novita Indah Mayasan 1 2 1 1 1 0 1 1 1 1 10 33
Nurlaili 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 14 47
Afrianingsih 2 3 1 2 1 2 1 1 1 1 15 50
Shivara Yan F. 1 3 1 1 1 0 3 1 1 1 13 43
Muhammad Risalul G. 3 3 1 2 1 1 1 3 2 1 18 60
Liza Komalasari 3 0 1 3 2 2 1 1 0 1 14 47
Harlistiani 2 2 1 3 3 2 0 2 0 1 16 53
Faizatun Nabila 3 3 1 3 3 2 1 2 0 2 20 67
Amanda Nopita 3 2 1 3 3 3 1 1 1 3 21 70
Lina Febriani 2 3 1 2 3 3 3 3 0 2 22 73
Wahyuni 3 3 0 3 3 3 1 3 1 1 21 70
Maratun Faizah 3 3 0 3 3 3 1 3 1 1 21 70
Fadlin Abdullah 3 3 0 3 3 3 1 3 1 1 21 70
Peggy Ghaisani Nadia 3 3 0 3 3 2 1 3 1 1 20 67

124
125

Lampiran 7

Data Perhitungan N-Gain siswa

No. Nama Siswa Skor Skor Spost- Smax-Spre N-Gain Kategori


Pretest Posttest Spre

1 Rahadiat Septajaya 17 23 6 83 0.1 Rendah

2 Tomi Setyawan 20 27 7 80 0.1 Rendah

3 Dewi Isnaini 47 90 43 53 0.8 Tinggi

4 Ummu Kulsum 33 40 7 67 0.1 Rendah

5 Nining Agustina 30 70 40 70 0.6 Sedang

6 Aprilia Laini 17 40 23 83 0.3 Sedang

7 Salaopin 37 60 23 63 0.4 Sedang

8 Irsan Hadi 13 23 10 87 0.1 Rendah

9 Fathul Mujib 50 57 7 50 0.1 Rendah

10 Bg. Safitri Lestari 53 80 27 47 0.6 Sedang

11 Khaerul Hadi 33 57 24 67 0.4 Sedang

12 Ilmiati Nurul Ikhlas 30 63 33 70 0.5 Sedang

13 Arina Menasikana 37 70 33 63 0.5 Sedang

14 Rahmawati Astuti 37 60 23 63 0.4 Sedang

15 Ahmad Sulaiman 23 47 24 77 0.3 Sedang

16 Mia Aulia Ilahi 53 90 37 47 0.8 Tinggi

17 Sri Muamalah 47 60 13 53 0.2 Rendah

18 Haetun Nissa 23 53 30 77 0.4 Sedang

19 Lainina Alfa Silmi 30 73 43 70 0.6 Sedang

20 Yulia Rusmayanti 23 47 24 77 0.3 Sedang

21 Novita Indah M 20 33 13 80 0.2 Rendah

125
126

22 Nurlaili 23 47 24 77 0.3 Sedang

23 Afrianingsih 23 50 27 77 0.4 Sedang

24 Shivara Yan F. 23 43 20 77 0.3 Sedang

25 Muhammad Risalul G. 30 60 30 70 0.4 Sedang

26 Liza Komalasari 23 47 24 77 0.3 Sedang

27 Harlistiani 33 53 20 67 0.3 Sedang

28 Faizatun Nabila 43 67 24 57 0.4 Sedang

29 Amanda Nopita 40 70 30 60 0.5 Sedang

30 Lina Febriani 43 73 30 57 0.5 Sedang

31 Wahyuni 17 70 53 83 0.6 Sedang

32 Maratun Faizah 27 70 43 73 0.6 Sedang

33 Fadlin Abdullah 30 70 40 70 0.6 Sedang

34 Peggy Ghaisani Nadia 17 67 50 83 0.6 Sedang

𝜮 N-gain 13.5 sedang

N- gain 0.4

126
Lampiran 8

Data Sikap Literasi Sains

Soal Skot
No. Nama Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Total
1 Rahadiat Septajaya 4 3 3 1 2 4 3 2 4 4 3 3 4 3 3 3 3 1 2 4 59 74
s Tomi Setyawan 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 4 4 2 1 4 4 4 3 4 4 70 88
3 Dewi Isnaini 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 4 71 89
4 Ummu Kulsum 4 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 69 86
5 Nining Agustina 3 3 4 4 3 2 2 1 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 65 81
6 Aprilia Laini 3 4 3 1 3 4 1 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 67 84
7 Salaopin 3 3 4 3 3 2 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 63 79
8 Irsan Hadi 4 4 4 2 3 4 1 3 3 4 4 2 4 4 4 4 4 3 3 4 68 85
9 Fathul Mujib 4 3 4 2 2 2 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 68 85
10 Bg. Safitri Lestari 3 3 4 4 3 3 3 3 2 2 4 2 3 3 3 4 4 3 3 3 62 78
11 Khaerul Hadi 3 2 3 3 2 3 4 3 2 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 62 78
12 Ilmiati Nurul Ikhlas 4 4 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 68 85
13 Arina Menasikana 3 3 3 2 2 3 1 3 3 3 2 2 1 4 3 3 2 3 4 4 54 68
14 Rahmawati Astuti 3 2 4 3 2 3 4 3 2 3 3 3 2 3 4 4 4 3 4 4 63 79
15 Ahmad Sulaiman 2 2 3 4 3 2 1 1 1 1 3 4 4 3 2 3 2 1 1 3 46 58
16 Mia Aulia Ilahi 2 2 1 3 3 3 1 1 3 3 4 3 2 4 4 3 4 2 2 4 54 68
17 Sri Muamalah 4 3 4 4 3 3 3 3 3 1 3 2 2 3 4 4 4 3 3 3 62 78
18 Haetun Nissa 4 4 3 4 3 4 1 4 1 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 69 86
19 Lainina Alfa Silmi 3 3 3 2 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 71 89
20 Yulia Rusmayanti 3 3 4 4 1 2 2 1 1 3 4 2 4 2 3 4 4 3 3 3 56 70

127
128

21 Novita Indah M. 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 2 4 4 2 4 4 65 81
22 Nurlaili 3 3 3 4 2 4 4 3 4 4 4 4 1 2 4 4 4 4 4 4 69 86
23 Afrianingsih 3 4 3 2 4 2 3 2 2 2 4 3 3 4 3 3 4 2 3 3 59 74
24 Shivara Yan F. 4 3 3 4 2 3 4 2 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 66 83
25 Muhammad Risalul G. 3 3 3 1 2 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 69 86
26 Liza Komalasari 4 3 3 1 3 3 1 2 4 4 3 4 2 1 4 3 4 4 4 4 61 76
27 Harlistiani 4 3 4 2 3 3 2 2 3 4 4 4 2 3 3 4 4 4 3 3 64 80
28 Faizatun Nabila 4 3 4 2 2 2 2 2 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 64 80
29 Amanda Nopita 3 2 4 3 1 2 2 1 3 3 4 2 4 3 3 4 4 4 4 4 60 75
30 Lina Febriani 4 4 4 2 3 2 1 2 2 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 65 81
31 Wahyuni 2 3 4 4 1 2 1 1 1 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 60 75
32 Maratun Faizah 3 2 3 2 3 3 3 2 4 4 4 3 2 2 3 4 4 3 4 4 62 78
33 Fadlin Abdullah 4 3 2 1 3 3 1 3 3 4 4 3 2 2 3 4 4 4 4 4 61 76
34 Peggy Ghaisani Nadia 4 3 4 4 4 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 67 84
𝜮 Skor 2699
Skor 79

128
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
(PERTEMUAN 1)
A. Identitas
Identitas Sekolah : MAN 1 Mataram
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas /Semester : XI / II
Materi : Hidrolisis Garam
Alokasi Waktu : 2 × 45 Menit (1x Pertemuan)
B. Kompetensi Inti (KI)
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi
atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

C. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator


KD 1.1 dari KI 1:

129
130

1.1. Menyadari adanya keteraturan dari sifat hidrokarbon, termokimia,


laju reaksi, kesetimbangan kimia, larutan dan koloid sebagai
wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang adanya
keteraturan tersebut sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang
kebenarannya bersifat tentatif.
Indikator :
Mengagungkan kebesaran Tuhan YME
Menyadari bahwa ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan YME
adalah yang terbaik bagi kita.
KD 2.1 dari KI 2:
2.1. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin,
jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini,
ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis,
komunikatif) dalam merancang dan melakukan percobaan serta
berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
Indikator:
Menunjukkan ketekunan, tanggung jawab, saling menghargai
dalam kegiatan belajar dan bekerja baik secara individu maupun
berkelompok
Memiliki rasa ingin tahu
Teliti dalam mengolah dan menganalisis data (melakukan
pembuktian larutan asam basa secara runut dan konsisten terhadap
langkah-langkah serta kebenaran hasil), dan
Ulet dalam mencari sumber pengetahuan yang mendukung
penyelesaian masalah (dapat menyelesaikan masalah secara runtun
di awal hingga akhir dengan langkah-langkah yang benar).

KD 3.15 dari KI 3:
3.12 Menganalisis garam-garam yang mengalami hidrolis

Indikator :
Menjelaskan terjadinya hidrolisis pada larutan garam.

130
131

Membedakan garam yang dapat terhidrolisis dan tidak


dapat terhidrolisis.
Menggolongkan sifat larutan garam berdasarkan asam basa
pembentuknya.
Menentukan hidrolisis garam dilihat dari asam-basa
pembentuknya (hidrolisis sebagian atau hidrolisis total).
 KD dari KI 4
4.12 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil
percobaan untuk menentukan jenis garam yang mengalami
hidrolisis
Indikator
Menganalisis jenis-jenis larutan garam yang terhidrolisis
melalui percobaan.
Mempresentasikan hasil percobaan penentuan sifat larutan
garam.
Menyusun laporan tertulis hasil percobaan penentuan sifat
larutan garam.
sifat larutan garam.
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan membaca secara mandiri siswa mampu
menjelaskan terjadinya hidrolisis garam pada larutan garam
Melalui percobaan secara mandiri siswa mampu membedakan
garam yang dapat terhidrolisis dan tidak dapat terhidrolisis
Melalui kegiatan diskusi dan percobaan secara mandiri siswa
mampu menggolaongkan sifat larutan garam berdasarkan asam
basa pembentuknya
Melalui membaca dan diskusi secara mandiri siswa mampu
menentukan hidrolisis garam dilihat dari asam-basa pembentuknya
(hidrolisis sebagian atau hidrolisis total).
Melalui kegiatan diskusi secara mandiri siswa mampu
mempresentasikan hasil percobaan penentuan sifat larutan garam

131
132

Melalui kegiatan diskusi secara mandiri siswa mampu menyusun


hasil karya berupa laporan tertulis hasil percobaan penentuan sifat
larutan garam.
E. Submateri Pembelajaran
Hidrolisis Garam
F. Pendekatan dan Model Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Saintifik
Model Pembelajaran: Model Problem Based Leraning berorientasi
green chemistry
Metode pembelajaran : diskusi, praktikum dan penugasan
G. Alat dan Bahan Pembelajaran
Papan tulis
Modul Problem Based Learning berorientasi Green Chemistry

H. Sumber Rujukan
Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 20009. Chemistry for senior high
school. Jakarta: yudistira.
Rachmawati, M. dan Johari, J.M. C. 2006. Kimia 2 SMA dan MA
Untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Purba, Michael. 2012. Kimia untuk SMA kelas XI. Jakarta:
Erlangga.
Unggul, Sudarmo. 2014. Kimia untuk SMA/MA XI Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Surakarta : Erlangga

No. Langkah-Langkah Kegiatan pembelajaran Alokasi


Kegiatan Waktu

132
133

Kegiatan awal  Guru membuka pertemuan 5 menit


dengan salam dan memeriksa
kehadiran siswa
 Guru menjelaskan langkah-
langkah pembelajaran model
Problem based learning
beroriantasi green chemistry
kepada siswa
 Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran
 Guru membentuk kelompok
belajar secara heterogen yang
terdiri dari 5-6 orang siswa
 Guru membagi modul
hidrolisis garam
Kegiatan Inti Mengamati 80 menit

Guru meminta siswa untuk


Fase 1: membaca dan memahami bacaan

Orientasi Siswa Pada pada kegiatan “Mari Membaca”


Masalah yang didalamnya terdapat analisis
Masalah 1 dan Masalah 2 yang
berkaitan dengan konsep hidolisis
garam berorientasi Green Chemistry.

Menanya

 Guru meminta siswa untuk


menjawab pertanyaan yang
terdapat pada fitur “Mari
selidiki” secara berkelompk
Fase 2:  Guru meminta siswa untuk
Mengorganisasikan
membaca rumusan masalah yang
Siswa Untuk Belajar
telah tersedia pada modul dan

133
134

dari rumusan masalah tersebut


siswa diminta untuk memberikan
hipotesis awal pada kolom
hipotesis.
Fase 3: Mencoba

Membimbing  Guru meminta siswa untuk


Penyelidikan
Individu/Kelompok mempersiapkan alat bahan dan
prosedur kerja dalam rangka
melakukan percobaan untuk
membuktikan sifat larutan garam
terhidrolisis melalui kegiatan
praktikum ceria pada modul
 Guru meminta siswa mengamati
dan mencatat hasil percobaan
pada tabel pengamatan dan
menjawab pertanyaan
berdasarkan hasil praktikum
pada kegiatan akhir praktikum.
 Guru meminta siswa untuk
mengeksplorasi pengetahuan
yang telah mereka miliki dari
hasil percobaan yang mereka
lakukan dengan mengisi tabel
dan menjawab pertanyaan pada
fitur “Explore your Knowladge”
 Guru meminta siswa untuk
membaca literatur pada fitur
mari membaca untuk mencari
pembuktian atas hipotesis yang
telah diberikan.
 Guru meminta siswa untuk
membaca fitur think green yang
telah disediakan, hal ini
bertujuan untuk memberikan

134
135

pengetahuan kepada siswa


tentang penggunaan konsep
green chemistry pada kehidupan
sehari-hari
Mengasosiasikan

 Guru meminta siswa untuk


memberikan hasil penyelidikan
dan jawaban dari pertanyaan
pada kolom jawaban yang
tersedia pada modul
Fase 4: Mengkomunikasikan

Mengembangkan Dan  Guru meminta siswa untuk


Meyajikan Hasil
Karya membuat laporan sederhana dari
praktikum yang dilakukan
berdasarkan format yang telah
diberikan pada modul.
 Guru meminta siswa
menampilkan hasil karya berupa
laporan yang dibuat dengan
mempresentasikan-nya di depan
kelas
 Guru membimbing dan
mengamati siswa selama
kegiatan presentasi berlangsung
 Guru meminta siswa
membacakan pembuktian
hipotesis yang mereka lakukan

135
136

Fase 5:  Guru memberikan evaluasi

Evaluasi terhadap proses pembelajaran


berupa literature terhadap hasil
penyelidikan yang siswa lakukan
yang terdapat pada kegiatan
reportase
 Guru meminta siswa untuk
mengerjakan soal evaluasi dalam
mengukur pemahaman siswa.
Penutup  Guru meminta siswa 5 menit
menyimpulkan pembelajaran
yang dilakukan
 Guru menginformasikan
materi yang akan diajarkan
berikutnya
 Guru menutup pembelajaran
dengan mengucapkan salam

136
137

I. Penilaian Hasil Belajar


1. a. Tugas
 Membuat rangkuman tentang konsep hidrolisis garam
berorientasi green chemistry
b. Portofolio
 Laporan percobaan
c. Tes tulis
 Tes hasil belajar (penguasaan konsep) kimia menggunakan
latihan soal
2. Penilaian sikap (prilaku) menggunakan rubrik prilaku
3. Penilaian psikomotorik menggunakani rubrik kinerja presentasi

Mataram, .....................
Guru Mata Pelajaran Peneliti

Khairun Nasirin Nurul Fauziah

Mengetahui,
Kepala Madarasah

H. Muh. Syukri

137
138

Lampiran 1. Pengamatan prilaku dan rubrik penilaian prilaku


Lembar pengamatan Prilaku
No. Aspek yang dinilai Skor Keterangan

1 2 3

1. Rasa ingin tahu

2. Keteliti dalam mengolah dan menganalisis data

3. Ketekunan/keuletan dalam belajar baik secara


kelompok maupun individu dalam
menyelesaikan masalah yang ada di modul

4. Kejujuran dalam mengolah data dalam


menyelesaikan masalah yang ada di modul

Rubrik Penilaian Prilaku


No. Aspek yang Dinilai Rubrik

1. Menunjukkan rasa ingin tahu 3 : Menunjukkan rasa ingin tahu

138
139

yang besar, antusias, aktif dalam


kegiatan baik kelompok maupun
individu

2 : Menunjukkan rasa ingin tahu,


namun tidak terlalu antusias, dan
baru terlibat aktif dalam kegiatan
kelompok ketika disuruh atau
kurang antusias dalam
menyelesaikan masalah secara
individu

1 : Tidak menunjukkan antusias


dalam pengamatan, sulit terlibat
aktif dalam kegiatan kelompok
atau individu walaupun telah
didorong untuk terlibat

2. Keteliti dalam mengolah dan 3 : Mengolah data hasil percobaan


menganalisis data sesuai prosedur, dan menganalisis
data secara tepat.

2 : Mengolah data hasil percobaan


sesuai prosedur, dan menganalisis
data, namun kuran tepat.

1 : Mengolah data hasil percobaan


sesuai prosedur, tapi menganalisis
data tida tepat.

3 Ketekunan/keuletan dalam 3 : Tekun/ulet dalam menyelesaikan


belajar baik secara kelompok tugas dengan hasil terbaik yang
maupun individu dalam bisa dilakukan, berupaya tepat
menyelesaikan masalah yang waktu.

139
140

ada di modul 2 : Berupaya tepat waktu dalam


menyelesaikan tugas, namun
belum menunjukkan upaya
terbaiknya.

1 : Tidak berupaya sungguh-sungguh


dalam menyelesaikan tugas, dan
tugasnya tidak selesai.

4. Kejujuran dalam mengolah 3 : Menunjukkan kejujuran dalam


data dalam menyelesaikan menggunakan data hasil
masalah yang ada di modul percobaan (data apa adanya) dan
menunjukkan kemandirian dalam
menyelesaikan masalah.

2 : Menunjukkan kejujuran dalam


menggunakan data hasil
percobaan, namun kurang
menunjukkan kemandirian dalam
menyelesaikan masalah, terutama
pada kegiatan individu.

1 : Tidak menunjukkan kejujuran


dalam menggunakan data hasil
percobaan (mengubah data), dan

berusaha mencari jawaban teman


lain dengan menyontek untuk
menyelesaikan tugas individu.

5. Keterampilan saat 3 : Aktif bertanya, aktif dalam


berkomunikasi dalam diskusi perpendapat dan menghargai
kelompok pendapat orang lain

2 : Aktif bertanya namun tidak


memiliki gagasan dan menghargai

140
141

pendapat orang lain

1 : Tidak aktif bertanya namun tidak


memiliki gagasan dan menghargai
pendapat orang lain

Lampiran 2. Rubrik penilaian kinerja


Instrumen penilaian psikomotor
Lembar pengamatan kinerja presentasi

Kinerja Presentasi
NO Jml
Nama Siswa Nilai
Skor
Presentasi Visual Isi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Presentasi Kelompok Keterangan pengisian skor:


Aspek : 4 = Sangat Baik
1. Penguasaan Isi 3 = Baik
2. Teknik Bertanya/ Menjawab 2 = Cukup Baik
3. Metode Penyajian 1 = Sangat Kurang
Konversi ke nilai:

141
142

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
(PERTEMUAN 2)
J. Identitas
Identitas Sekolah : MAN 1 Mataram
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas /Semester : XI / II
Materi : Hidrolisis Garam
Alokasi Waktu : 2 × 45 Menit (1x Pertemuan)
K. Kompetensi Inti (KI)
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi
atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

L. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator


KD 1.1 dari KI 1:

142
143

1.2. Menyadari adanya keteraturan dari sifat hidrokarbon, termokimia,


laju reaksi, kesetimbangan kimia, larutan dan koloid sebagai
wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang adanya
keteraturan tersebut sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang
kebenarannya bersifat tentatif.
Indikator :
Mengagungkan kebesaran Tuhan YME
Menyadari bahwa ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan YME
adalah yang terbaik bagi kita.
KD 2.1 dari KI 2:
2.1. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin,
jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini,
ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis,
komunikatif) dalam merancang dan melakukan percobaan serta
berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
Indikator:
Menunjukkan ketekunan, tanggung jawab, saling menghargai
dalam kegiatan belajar dan bekerja baik secara individu maupun
berkelompok
Memiliki rasa ingin tahu
Teliti dalam mengolah dan menganalisis data (melakukan
pembuktian larutan asam basa secara runut dan konsisten terhadap
langkah-langkah serta kebenaran hasil), dan
Ulet dalam mencari sumber pengetahuan yang mendukung
penyelesaian masalah (dapat menyelesaikan masalah secara runtun
di awal hingga akhir dengan langkah-langkah yang benar).

KD 3.15 dari KI 3:
3.12 Menganalisis garam-garam yang mengalami hidrolis

Indikator :
Menghitung tetapan hidrolisis

143
144

Menentukan pH larutan garam berdasarkan asam-basa


pembentuknya.
Tujuan Pembelajaran
Melalui latihan dan diskusi siswa mampu menghitung
tetapan hidrolisis garam
Setelah bereksplorasi tenteng penentuan Ph larutan, melelui
kegiatan latihan dan diskusi, siswa mampu menentukan
pH larutan.
M. Submateri Pembelajaran
pH Larutan Garam
N. Pendekatan dan Model Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Saintifik
Model Pembelajaran: Model Problem Based Leraning berorientasi
green chemistry
Metode pembelajaran : diskusi, praktikum dan penugasan
O. Alat dan Bahan Pembelajaran
Papan tulis
Modul Problem Based Learning berorientasi Green Chemistry
P. Sumber Rujukan
Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 20009. Chemistry for senior high
school. Jakarta: yudistira.
Rachmawati, M. dan Johari, J.M. C. 2006. Kimia 2 SMA dan MA
Untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Unggul, Sudarmo. 2014. Kimia untuk SMA/MA XI Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Surakarta : Erlangga

No. Langkah-Langkah Kegiatan pembelajaran Alokasi


Kegiatan Waktu

144
145

Kegiatan awal  Guru membuka pertemuan 5 menit


dengan salam dan memeriksa
kehadiran siswa
 Guru menjelaskan langkah-
langkah pembelajaran model
Problem based learning
beroriantasi green chemistry
kepada siswa
 Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran
 Guru membentuk kelompok
belajar secara heterogen yang
terdiri dari 5-6 orang siswa
 Guru membagi modul
hidrolisis garam
Kegiatan Inti Mengamati 80 menit
Fase 1:
Guru meminta siswa untuk
Orientasi Siswa Pada membaca dan memahami bacaan
Masalah pada kegiatan “Mari Membaca”
yang didalamnya terdapat analisis
Masalah 1 dan Masalah 2 yang
berkaitan dengan pH garam
berorientasi Green Chemistry.

Menanya

 Guru meminta siswa untuk


menjawab pertanyaan yang
terdapat pada fitur “Mari
selidiki” secara berkelompk
Fase 2:  Guru meminta siswa untuk
Mengorganisasikan
membaca rumusan masalah
Siswa Untuk Belajar
yang telah tersedia pada modul

145
146

dan dari rumusan masalah


tersebut siswa diminta untuk
memberikan hipotesis awal pada
kolom hipotesis.
Fase 3: Mencoba

Membimbing  Guru meminta siswa untuk


Penyelidikan
Individu/Kelompok membaca bacaan pada fitur fact
finding zone sebagai sumber
penyelidikan yang akan
dilakukan siswa.
 Guru meminta siswa menjawab
pertanyaan penyelidikan yang
disedikan pada modul
 Guru meminta siswa untuk
mengeksplorasi pengetahuan
yang telah mereka dengan
melakukan analisis terhadap
bacaan pada fitur “Explore your
Knowladge”
 Guru meminta siswa untuk
membaca literatur pada fitur
mari membaca untuk mencari
pembuktian atas hipotesis yang
telah diberikan.
 Guru meminta siswa untuk
membaca fitur think green yang
telah disediakan, hal ini
bertujuan untuk memberikan
pengetahuan kepada siswa
tentang penggunaan konsep
green chemistry pada kehidupan
sehari-hari
Mengasosiasikan

 Guru meminta siswa untuk

146
147

memberikan hasil penyelidikan


dan jawaban dari pertanyaan
pada kolom jawaban yang
tersedia pada modul
Fase 4: Mengkomunikasikan

Mengembagkan Dan  Guru meminta siswa


Meyajikan Hasil
Karya menampilkan hasil karya berupa
hasil analisi yang dibuat dengan
mempresentasikannya di depan
kelas
 Guru membimbing dan
mengamati siswa selama
kegiatan presentasi berlangsung
 Guru meminta siswa
membacakan pembuktian
hipotesis yang mereka lakukan
Fase 5:  Guru memberikan evaluasi

Ealuasi terhadap proses pembelajaran


berupa literature terhadap hasil
penyelidikan yang siswa
lakukan yang terdapat pada
kegiatan reportase
 Guru meminta siswa untuk
mengerjakan soal evaluasi
dalam mengukur pemahaman
siswa.
Penutup  Guru meminta siswa 4 menit
menyimpulkan pembelajaran
yang dilakukan
 Guru menginformasi-kan
materi yang akan diajarkan
berikutnya
 Guru menutup pembelajaran

147
148

dengan mengucapkan salam

Penilaian Hasil Belajar


4. a. Tugas
 Membuat rangkuman tentang pH larutan garam
berorientasi green chemistry
c. Tes tulis
 Tes hasil belajar (penguasaan konsep) kimia menggunakan
latihan soal
5. Penilaian sikap (prilaku) menggunakan rubrik prilaku
6. Penilaian psikomotorik menggunakani rubrik kinerja presentasi

Mataram, .....................
Guru Mata Pelajaran Peneliti

Khairun Nasirin Nurul Fauziah

Mengetahui,
Kepala Madarasah

Q. Muh. Syukri
Lampiran 1. Pengamatan prilaku dan rubrik penilaian prilaku
Lembar pengamatan Prilaku

148
149

No. Aspek yang dinilai Skor Keterangan

1 2 3

1. Rasa ingin tahu

2. Keteliti dalam mengolah dan menganalisis data

3. Ketekunan/keuletan dalam belajar baik secara


kelompok maupun individu dalam
menyelesaikan masalah yang ada di modul

4. Kejujuran dalam mengolah data dalam


menyelesaikan masalah yang ada di modul

Rubrik Penilaian Prilaku


No. Aspek yang Dinilai Rubrik

1. Menunjukkan rasa ingin tahu 3 : Menunjukkan rasa ingin tahu


yang besar, antusias, aktif dalam
kegiatan baik kelompok maupun
individu

2 : Menunjukkan rasa ingin tahu,


namun tidak terlalu antusias, dan
baru terlibat aktif dalam kegiatan
kelompok ketika disuruh atau
kurang antusias dalam
menyelesaikan masalah secara
individu

1 : Tidak menunjukkan antusias


dalam pengamatan, sulit terlibat
aktif dalam kegiatan kelompok
atau individu walaupun telah
didorong untuk terlibat

2. Keteliti dalam mengolah dan 3 : Mengolah data hasil percobaan


menganalisis data sesuai prosedur, dan menganalisis
data secara tepat.

2 : Mengolah data hasil percobaan


sesuai prosedur, dan menganalisis

149
150

data, namun kuran tepat.

1 : Mengolah data hasil percobaan


sesuai prosedur, tapi menganalisis
data tida tepat.

3 Ketekunan/keuletan dalam 3 : Tekun/ulet dalam menyelesaikan


belajar baik secara kelompok tugas dengan hasil terbaik yang
maupun individu dalam bisa dilakukan, berupaya tepat
menyelesaikan masalah yang waktu.
ada di modul
2 : Berupaya tepat waktu dalam
menyelesaikan tugas, namun
belum menunjukkan upaya
terbaiknya.

1 : Tidak berupaya sungguh-sungguh


dalam menyelesaikan tugas, dan
tugasnya tidak selesai.

4. Kejujuran dalam mengolah 3 : Menunjukkan kejujuran dalam


data dalam menyelesaikan menggunakan data hasil
masalah yang ada di modul percobaan (data apa adanya) dan
menunjukkan kemandirian dalam
menyelesaikan masalah.

2 : Menunjukkan kejujuran dalam


menggunakan data hasil
percobaan, namun kurang
menunjukkan kemandirian dalam
menyelesaikan masalah, terutama
pada kegiatan individu.

1 : Tidak menunjukkan kejujuran


dalam menggunakan data hasil
percobaan (mengubah data), dan

berusaha mencari jawaban teman


lain dengan menyontek untuk
menyelesaikan tugas individu.

5. Keterampilan saat 3 : Aktif bertanya, aktif dalam


berkomunikasi dalam diskusi perpendapat dan menghargai
kelompok pendapat orang lain

150
151

2 : Aktif bertanya namun tidak


memiliki gagasan dan menghargai
pendapat orang lain

1 : Tidak aktif bertanya namun tidak


memiliki gagasan dan menghargai
pendapat orang lain

Lampiran 2. Rubrik penilaian kinerja


Instrumen penilaian psikomotor
Lembar pengamatan kinerja presentasi

Kinerja Presentasi
NO Jml
Nama Siswa Nilai
Skor
Presentasi Visual Isi

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

Presentasi Kelompok Keterangan pengisian skor:


Aspek : 4 = Sangat Baik
1. Penguasaan Isi 3 = Baik
2. Teknik Bertanya/ Menjawab 2 = Cukup Baik
3. Metode Penyajian 1 = Sangat Kurang
Konversi ke nilai:

151
152

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
(PERTEMUAN 3)
R. Identitas
Identitas Sekolah : MAN 1 Mataram
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas /Semester : XI / II
Materi : Hidrolisis Garam
Alokasi Waktu : 2 × 45 Menit (1x Pertemuan)
S. Kompetensi Inti (KI)
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi
atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
T. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator
KD 1.1 dari KI 1:
1.3. Menyadari adanya keteraturan dari sifat hidrokarbon, termokimia,
laju reaksi, kesetimbangan kimia, larutan dan koloid sebagai
wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang adanya

152
153

keteraturan tersebut sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang


kebenarannya bersifat tentatif.
Indikator :
Mengagungkan kebesaran Tuhan YME
Menyadari bahwa ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan YME
adalah yang terbaik bagi kita.
KD 2.1 dari KI 2:
2.1. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin,
jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini,
ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis,
komunikatif) dalam merancang dan melakukan percobaan serta
berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
Indikator:
Menunjukkan ketekunan, tanggung jawab, saling menghargai
dalam kegiatan belajar dan bekerja baik secara individu maupun
berkelompok
Memiliki rasa ingin tahu
Teliti dalam mengolah dan menganalisis data (melakukan
pembuktian larutan asam basa secara runut dan konsisten terhadap
langkah-langkah serta kebenaran hasil), dan
Ulet dalam mencari sumber pengetahuan yang mendukung
penyelesaian masalah (dapat menyelesaikan masalah secara runtun
di awal hingga akhir dengan langkah-langkah yang benar).
KD 3.15 dari KI 3:
3.12 Menganalisis garam-garam yang mengalami hidrolis

Indikator :
Menganalisis penerapan hidrolisis dalam kehidupan sehari-
hari.
Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan membaca dan bereksplorasi, siswa
mampu menganalisis dan menjelaskan peranan
hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari.

153
154

U. Submateri Pembelajaran
Peranan Hidrolisis Garam
V. Pendekatan dan Model Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Saintifik
Model Pembelajaran: Model Problem Based Leraning berorientasi
green chemistry
Metode pembelajaran : diskusi, praktikum dan penugasan
W. Alat dan Bahan Pembelajaran
Papan tulis
Modul Problem Based Learning berorientasi Green Chemistry
X. Sumber Rujukan
Justiana, Sandri dan Muchtaridi. 20009. Chemistry for senior high
school. Jakarta: yudistira.
Rachmawati, M. dan Johari, J.M. C. 2006. Kimia 2 SMA dan MA
Untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Unggul, Sudarmo. 2014. Kimia untuk SMA/MA XI Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Surakarta : Erlangga

No. Langkah-Langkah Kegiatan pembelajaran Alokasi


Kegiatan Waktu

154
155

Kegiatan awal  Guru membuka pertemuan 5 menit


dengan salam dan memeriksa
kehadiran siswa
 Guru menjelaskan langkah-
langkah pembelajaran model
Problem based learning
beroriantasi green chemistry
kepada siswa
 Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran
 Guru membentuk kelompok
belajar secara heterogen yang
terdiri dari 5-6 orang siswa
 Guru membagi modul
hidrolisis garam
Kegiatan Inti Mengamati 80 menit

Guru meminta siswa untuk


Fase 1: membaca dan memahami bacaan

Orientasi Siswa Pada pada kegiatan “Mari Membaca”


Masalah yang didalamnya terdapat analisis
Masalah 1 dan Masalah 2 yang
berkaitan dengan peranan hidrolisis
garam berorientasi Green Chemistry.

Menanya

 Guru meminta siswa untuk


menjawab pertanyaan yang
terdapat pada fitur “Mari
selidiki” secara berkelompk
Fase 2:  Guru meminta siswa untuk
Mengorganisasikan
membaca rumusan masalah yang
Siswa Untuk Belajar
telah tersedia pada modul dan

155
156

dari rumusan masalah tersebut


siswa diminta untuk memberikan
hipotesis awal pada kolom
hipotesis.
Fase 3: Mencoba

Membimbing  Guru meminta siswa untuk


Penyelidikan
Individu/Kelompok membaca bacaan pada fitur fact
finding zone sebagai sumber
penyelidikan yang akan
dilakukan siswa.
 Guru meminta siswa menjawab
pertanyaan penyelidikan yang
disedikan pada modul
 Guru meminta siswa untuk
mengeksplorasi pengetahuan
yang telah mereka dengan
melakukan kegiatan tematik
“Explore your Knowladge”
 Guru meminta siswa untuk
membaca literatur pada fitur
mari membaca untuk mencari
pembuktian atas hipotesis yang
telah diberikan.
 Guru meminta siswa untuk
membaca fitur think green yang
telah disediakan, hal ini
bertujuan untuk memberikan
pengetahuan kepada siswa
tentang penggunaan konsep
green chemistry pada kehidupan
sehari-hari
Mengasosiasikan

 Guru meminta siswa untuk


memberikan hasil penyelidikan

156
157

dan jawaban dari pertanyaan


pada kolom jawaban yang
tersedia pada modul
Fase 4: Mengkomunikasikan

Mengembagkan Dan  Guru meminta siswa untuk


Meyajikan Hasil
Karya membuat laporan sederhana dari
kegiatan tematik yang telah
dilakukan.
 Guru meminta siswa
menampilkan hasil karya berupa
hasil analisi yang dibuat dengan
mempresentasikannya di depan
kelas
 Guru membimbing dan
mengamati siswa selama
kegiatan presentasi berlangsung
 Guru meminta siswa
membacakan pembuktian
hipotesis yang mereka lakukan
Fase 5:  Guru memberikan evaluasi

Evaluasi terhadap proses pembelajaran


berupa literature terhadap hasil
penyelidikan yang siswa lakukan
yang terdapat pada kegiatan
reportase
 Guru meminta siswa untuk
mengerjakan soal evaluasi dalam
mengukur pemahaman siswa.

157
158

Penutup  Guru meminta siswa 5 menit


menyimpulkan pembelajaran
yang dilakukan
 Guru menginformasi-kan
materi yang akan diajarkan
berikutnya
 Guru menutup pembelajaran
dengan mengucapkan salam

Y. Penilaian Hasil Belajar


7. a. Tugas
 Membuat rangkuman tentang peranan hidrolisis garam
berorientasi green chemistry
c. Tes tulis
 Tes hasil belajar (penguasaan konsep) kimia menggunakan
latihan soal
8. Penilaian sikap (prilaku) menggunakan rubrik prilaku
9. Penilaian psikomotorik menggunakani rubrik kinerja presentasi

Mataram, .....................
Guru Mata Pelajaran Peneliti

Khairun Nasirin Nurul Fauziah

Mengetahui,
Kepala Madarasah

H. Muh. Syukri
Lampiran 1. Pengamatan prilaku dan rubrik penilaian prilaku
Lembar pengamatan Prilaku

158
159

No. Aspek yang dinilai Skor Keterangan

1 2 3

1. Rasa ingin tahu

2. Keteliti dalam mengolah dan menganalisis data

3. Ketekunan/keuletan dalam belajar baik secara


kelompok maupun individu dalam
menyelesaikan masalah yang ada di modul

4. Kejujuran dalam mengolah data dalam


menyelesaikan masalah yang ada di modul

Rubrik Penilaian Prilaku


No. Aspek yang Dinilai Rubrik

1. Menunjukkan rasa ingin tahu 3 : Menunjukkan rasa ingin tahu


yang besar, antusias, aktif dalam
kegiatan baik kelompok maupun
individu

2 : Menunjukkan rasa ingin tahu,


namun tidak terlalu antusias, dan
baru terlibat aktif dalam kegiatan
kelompok ketika disuruh atau
kurang antusias dalam
menyelesaikan masalah secara
individu

1 : Tidak menunjukkan antusias


dalam pengamatan, sulit terlibat
aktif dalam kegiatan kelompok
atau individu walaupun telah

159
160

didorong untuk terlibat

2. Keteliti dalam mengolah dan 3 : Mengolah data hasil percobaan


menganalisis data sesuai prosedur, dan menganalisis
data secara tepat.

2 : Mengolah data hasil percobaan


sesuai prosedur, dan menganalisis
data, namun kuran tepat.

1 : Mengolah data hasil percobaan


sesuai prosedur, tapi menganalisis
data tida tepat.

3 Ketekunan/keuletan dalam 3 : Tekun/ulet dalam menyelesaikan


belajar baik secara kelompok tugas dengan hasil terbaik yang
maupun individu dalam bisa dilakukan, berupaya tepat
menyelesaikan masalah yang waktu.
ada di modul
2 : Berupaya tepat waktu dalam
menyelesaikan tugas, namun
belum menunjukkan upaya
terbaiknya.

1 : Tidak berupaya sungguh-sungguh


dalam menyelesaikan tugas, dan
tugasnya tidak selesai.

4. Kejujuran dalam mengolah 3 : Menunjukkan kejujuran dalam


data dalam menyelesaikan menggunakan data hasil
masalah yang ada di modul percobaan (data apa adanya) dan
menunjukkan kemandirian dalam
menyelesaikan masalah.

2 : Menunjukkan kejujuran dalam


menggunakan data hasil

160
161

percobaan, namun kurang


menunjukkan kemandirian dalam
menyelesaikan masalah, terutama
pada kegiatan individu.

1 : Tidak menunjukkan kejujuran


dalam menggunakan data hasil
percobaan (mengubah data), dan

berusaha mencari jawaban teman


lain dengan menyontek untuk
menyelesaikan tugas individu.

5. Keterampilan saat 3 : Aktif bertanya, aktif dalam


berkomunikasi dalam diskusi perpendapat dan menghargai
kelompok pendapat orang lain

2 : Aktif bertanya namun tidak


memiliki gagasan dan menghargai
pendapat orang lain

1 : Tidak aktif bertanya namun tidak


memiliki gagasan dan menghargai
pendapat orang lain

161
162

Lampiran 2. Rubrik penilaian kinerja


Instrumen penilaian psikomotor
Lembar pengamatan kinerja presentasi

Kinerja Presentasi
NO Jml
Nama Siswa Nilai
Skor
Presentasi Visual Isi

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

Presentasi Kelompok Keterangan pengisian skor:


Aspek : 4 = Sangat Baik
1. Penguasaan Isi 3 = Baik
2. Teknik Bertanya/ Menjawab 2 = Cukup Baik
3. Metode Penyajian 1 = Sangat Kurang
Konversi ke nilai:

162
163

Dokumentasi

Penilaian Uji Coba Praktisi Oleh Guru

Penilaian Uji Coba Praktisi Oleh Siswa

163
164

Pembagian Post test

Pembagian Post test

164
165

165
166

166
167

167
168

168
169

169
170

170
171

171

Anda mungkin juga menyukai