Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

TRANSMISI MANUAL 5 KECEPATAN

Disusun Oleh :

Kelompok Satu
1. Imam Romli (0121603004)
2. Herkulanus Kevinnosta (0121503001)
3. Fajar Setiawan (0121603007)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN OTOMOTIF


INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
SERPONG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan YME, yang telah
memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Transmisi Manual dengan judul “Transmisi Manual 5 Kecepatan”.
Penulisan makalah ini ditunjukan untuk memberikan informasi dan
pengetahuan mengenai pemindah tenaga pada suatu kendaraan bermotor. Dengan
penyusunan makalah ini diharapkan para mahasiswa dapat menganalisa prinsip
kerja sistem transmisi pada kendaraan bermotor. Kami menyadari bahwa laporan
ini belum sempurna baik dari segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan tulisan ini.
Akhir kata kami berharap tulisan ini dapat memberikan hal yang
bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis
juga.

Serpong, 10 September 2018

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………… i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………… 1


1.1 Latar Belakang ………………………………………………… 1
1.2 Sejarah Transmisi Manual ………………………………… 2

BAB 2 PEMBAHASAN ………………………………………………… 3


2.1 Pengertian Transmisi Manual ………………………………… 3
2.2 Fungsi Transmisi Manual ………………………………… 3
2.3 Cara Kerja Transmisi Manual ………………………………… 7
2.4 Diagnosis Sistem Transmisi ………………………………… 17
2.5 Pengukuran dan Pemeriksaan Komponen Transmisi ………… 19

BAB 3 PENUTUP ………………………………………………………… 26


3.1 Kesimpulan ………………………………………………… 26

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi dunia otomotif di tanah air dari tahun ketahun
berkembang dengan cukup baik. Terbukti dari banyaknya produsen otomotif
mancanegara yang berminat untuk menenanamkan modalnya di tanah air.
Kendaraan di era modern saat ini memiliki teknologi-teknologi canggih dan lebih
efisien demi menunjang kebutuhan di masa sekarang. Masing-masing produsen
kendaraan menciptakan teknologi andalannya dan berlomba-lomba untuk menjadi
merek yang paling diminati oleh konsumen.
Dunia otomotif yang semakin berkembang menuntut perubahan agar alat
transportasi lebih baik, tidak hanya pada mesinnya yang irit bahan bakar
melainkan juga pada tingkat kenyamanan dalam berkendara. Salah satunya adalah
perubahan pada sistem transmisi. Sistem transmisi dibuat untuk memperoleh
momen yang sesuai. Transmisi manual adalah sistem transmisi yang memerlukan
pengemudi untuk menekan atau menarik tuas seperti pada sepeda motor atau
menginjak kopling seperti pada mobil dan menukar gigi percepatan secara
manual.
Gigi percepatan dirangkai di dalam kotak gigi atau gearbox untuk beberapa
kecepatan, biasanya berkisar antara 3 gigi percepatan maju sampai dengan 6 gigi
percepatan. Gigi percepatan yang digunakan tergantung kepada kecepatan
kendaraan, semakin tinggi gigi percepatan maka semakin meningkat juga
kecepatan kendaraan, demikian pula sebaliknya kalau mengurangi kecepatan
maka gigi percepatan diturunkan, pengereman dapat dibantu dengan penurunan
gigi percepatan.

1.2 Sejarah Transmisi Manual


Transmisi manual pertama terjadi pada 1894 dibuat oleh Louis Rene
Panhard dan Emile Levassor di Prancis dengan transmisi 3 percepatan. Pada 1898
pembuat mobil Louis Renault menggunakan transmisi 3 percepatan, penggantian

1
poros penggerak dan menambahakan gardan untuk penggerak roda belakang
meningkatkan kinerja transmisi manual.
Pada 1928 Cadillac mengenalkan transmisi manual, sesungguhnya disini lah
transmisi manual pertama tercipta. Sementara pada 1904 dikembangkannya
transmisi automatic oleh saudara laki – laki Sturtevant di Boston di Amerika
dengan 2 percepatan.
Dan terus dilakukannya perkembangan – perkembangan dari tahun 1934
oleh Reo Self-Shifter, pada 1937 Oldsmobile mulai mengembangkan tranmisi
semi automatic 4 percepatan yang disebut “Automatic Safety Transmission”.
Seiring terus dilakukanya perkembangan, terbentuklah transmisi full
automatic pertama oleh Oldmobile pada tahun 1948 pada akhirnya pada 1990 an
transmisi otomatis terus berkembang seiring berkembangnya zaman, hal itu
membuat transmisi otomatis lebih nyaman, rasa perpindahan gear ratio automatic
sedikit berkurang.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Transmisi Manual


Transmisi manual dan komponen-komponennya merupakan bagian dari
sistem pemindah tenaga dari sebuah kendaraan, yaitu sistem yang berfungsi
mengatur tingkat kecepatan dalam proses pemindahan tenaga dari sumber tenaga
(mesin) ke roda kendaraan (pemakai/penggunaan tenaga). Transmisi
manual adalah tipe transmisi yang digunakan pada kendaraan bermotor. Dengan
menggunakan clutch (kopling) yang dioperasikan oleh pengemudi untuk mengatur
perpindahan torsi dari mesin menuju transmisi, serta pemindah gigi yang
dioperasikan dengan tangan (pada mobil) atau kaki (pada motor).
Sistem pemindah tenaga secara garis besar terdiri dari unit kopling,
transmisi, diferensial, poros, dan roda kendaraan. Sementara posisi transmisi
manual dan komponennya, terletak pada ujung depan sesudah unit kopling dari
sistem pemindah tenaga pada kendaraan. Fungsi transmisi adalah untuk mengatur
perbedaan putaran antara putaran mesin (melalui unit kopling) dengan putaran
poros yang keluar dari transmisi. Pengaturan putaran ini dimaksudkan agar
kendaraan mampu bergerak sesuai dengan beban dan kecepatan kendaraan
Gigi percepatan dirangkai di dalam kotak gigi (gear box) untuk beberapa
kecepatan, biasanya berkisar antara 3 sampai 6 gigi percepatan maju ditambah
dengan 1 gigi mundur (R). Gigi percepatan yang digunakan tergantung
pada kecepatan kendaraan pada kecepatan rendah atau menanjak digunakan gigi
percepatan 1 dan seterusnya kalau kecepatan semakin tinggi, demikian pula
sebaliknya kalau mengurangi kecepatan gigi percepatan diturunkan, pengereman
dapat dibantu dengan penurunan gigi percepatan.

2.2 Fungsi Transmisi Manual


Transmisi manual merupakan transmisi yang cara kerja perpindahan
giginya dilakukan secara manual dan di dalam transmisi manual terdapat
susunan roda gigi yang bertujuan untuk mendapatkan variasi kecepatan dan

3
momen pada poros ouput transmisi. Transmisi terletak diantara kopling dan
poros propeller (pada mobil tipe FR) atau antara kopling dan
gardan/differential (pada mobil tipe FF dan RR).

Fungsi transmisi pada umumnya, antara lain :


- Untuk mengatur momen dan kecepatan kendaraan.
- Untuk memungkinkan kendaraan dapat berjalan mundur.
- Untuk memungkinkan kendaraan pada posisi neutral.

Posisi transmisi manual pada kendaraan secara skema dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

Gambar 2.1 Posisi transmisi manual pada kendaraan roda empat

Rangkaian pemindahan tenaga berawal dari sumber tenaga (Engine) ke


sistem pemindah tenaga, yaitu masuk ke unit kopling (clutch) diteruskan ke
transmisi (Gear Box) ke propeller shaft dan keroda melalui diferensial (Final
Drive). Konsep kerja transmisi manual dapat dijelaskan melalui gambar 2 dan 3
berikut.

Gambar 2.2 Prinsip Kerja menggunakan konsep momen

4
Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat perbedaan antara keduanya.
Gambar pertama seseorang mendorong mobil ditanjakan secara langsung,
sementara gambar kedua menggunakan tongkat pengungkit. Melihat kondisi
tersebut, diantara keduanya maka yang lebih ringan adalah orang yang
menggunakan pengungkit, sebab pada posisi pertama gaya dorong secara
langsung, sementara posisi kedua menggunakan transfer momen melalui tongkat.
Semakin panjang lengan, maka tenaga yang dikeluarkan untuk mendorong
kendaraan akan semakin ringan.

Komponen-komponen utama sistem transmisi dan fungsi-fungsinya

No Komponen Fungsi
1 Transmission input saft Sebuah poros dioperasikan dengan
Poros input transmisi kopling yang memutar gigi di dalam
gear box
2 Transmission gear Untuk mengubah output gaya torsi yang
Gigi transmisi meninggalkan transmisi
3 Synchroniser Komponen yang memungkinkan
Gigi penyesuai pemindahan gigi pada saat mesin
bekerja/hidup
4 Shift fork Batang untuk memindah gigi atau
Garpu pemindah synchroniser pada porosnya sehingga
memungkinkan gigi untuk dipasang/
dipindah
5 Shift lingkage Batang/tuas yang menghubungkan tuas
Tuas penghubung persneling dengan shift fork.
6 Gear shift lever Tuas yang memungkinkan sopir
Tuas pemindah presnelling memindah gigi transmisi.
7 Transmission case Sebagai dudukan bearing transmisi dan
Bak transmisi poros-poros serta sebagai wadah oli/
minyak transmisi
8 Output shaft Poros yang mentransfer torsi dari trans-

5
Poros output misi ke gigi terakhir
9 Bearing Mengurangi gesekan antara permukaan
Bantalan/laker benda yang berputar di dalam sistem
transmisi
10 Extension housing Melingkupi poros output transmisi dan
Pemanjangan bak menahan seal oli belakang. Juga
menyokong poros output.

Jenis-jenis roda gigi


Roda gigi/Gear adalah roda yang terbuat dari besi yang mempunyai gerigi
pada permukaannya. Bentuk gigi dibuat sedemikian rupa hingga dapat bekerja
secara berpasangan dan setiap pasangan terdapat sebuah roda gigi yang
menggerakkan (driving gear) dan sebuah roda gigi yang digerakkan (driven gear).
Suatu kelompok/kumpulan roda gigi dengan komponen lain membentuk suatu
sistem transmisi dalam suatu kendaraan, mereka terletak dalam suatu wadah yang
disebut transmission case, atau kadang juga disebut gear box.
Beberapa macam desain roda gigi yang dipergunakan pada transmisi adalah:

Gambar 2.3 Macam-macam roda gigi

- Roda gigi jenis Spur – bentuk giginya lurus sejajar dengan poros, dipergunakan
untuk roda gigi geser atau yang bisa digeser (Sliding mesh).
- Roda gigi jenis Helical – bentuk giginya miring terhadap poros, dipergunakan
untuk roda gigi tetap atau yang tidak bisa digeser (Constant mesh dan synchro-
mesh).

6
- Roda gigi jenis Double Helical – bentuk giginya ganda miring terhadap poros,
dipergunakan untuk roda gigi tetap atau yang tidak bisa digeser (Constant mesh
dan synchro-mesh).
- Roda gigi jenis Epicyclic – bentuk giginya lurus atau miring terhadap poros,
dipergunakan untuk roda gigi yang tidak tetap kedudukan titik porosnya
(Constant mesh).

2.3 Cara Kerja Transmisi Manual


Seperti telah dikemukakan di atas, transmisi pada kendaraan terdiri dari
berbagai bentuk roda gigi, ada yang sistem tetap ada yang digeser (sliding mesh).
Berikut ini akan dicoba dijelaskan konsep kerja masing-masing.

2.3.1 Transmisi dengan roda gigi geser (sliding gear)


Roda gigi pada poros input yaitu berasal dari kopling, dipasang mati.
Sedangkan roda gigi yang dipasang pada poros output dipasang geser/sliding.
Roda gigi yang digunakan untuk model ini tentunya jenis spur. Perhatikan pada
gambar 5 berikut ini.

Gambar 2.4 Transmisi Sliding Gear

Cara Kerja :
 Posisi Neutral, setiap transmisi mempunyai posisi ini dimana putaran poros
input tidak dipindahkan ke poros output. Posisi ini digunakan saat berhenti atau
yang lainnya dimana sedang tidak memerlukan tenaga mesin. Untuk memenuhi

7
kebutuhan tersebut, maka kedua roda gigi pada poros output (C & D) digeser
agar tidak berhubungan dengan roda gigi dari poros input (A & B).
 Posisi gigi 1, digunakan untuk menggerakan kendaraan pertama kali. Kondisi
ini memerlukan momen yang besar gerakan pelan, maka roda gigi pemutar
(Driver) harus yang lebih kecil (A) memutar roda gigi yang lebih besar (D).
Sehingga roda gigi pada poros output yang dihubungkan deengan roda gigi
yang sebelah kiri, sementara yang sebelah kanan tidak berhubungan. Seperti
terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.4 Posisi gigi 1

 Posisi gigi 2, pada posisi ini tentunya kendaraan sudah bergerak sehingga
momennya tidak begitu besar dibandingkan dengan saat posisi gigi 1.
komposisi roda gigi pada posisi gigi kedua ini roda gigi D digeser sampai tidak
berhubungan dengan roda gigi A, dan roda gigi C digeser kekiri agar
berhubungan dengan roda gigi B. Dengan demikian, putaran poros input
dipindahkan melalui roda gigi B & C ke poros output.

2.3.2 Transmisi dengan roda gigi tetap.


Sistem pemindahan kecepatan pada sistem ini tidak memindah roda gigi,
namun dengan menambah satu perlengkapan kopling geser. Hubungan roda gigi C
& D terhadap poros output bebas bukan sliding seperti pada model sebelumnya.
Sedangkan yang terhubung sliding dengan poros output adalah kopling gesernya.
Ilustrasi model ini dapat dilihat pada gambar berikut ini.

8
Gambar 2.5 Transmisi dengan posisi roda gigi tetap

Pada model transmisi roda gigi tetap ini memungkinkan dipergunakan


bentuk roda gigi selain model spur. Sehingga memungkinkan penggunaan roda
gigi yang lebih kuat.

Cara Kerja
 Posisi Neutral, Kopling geser dapat digeser ke kanan atau ke kiri. Bila kopling
ada di tengah, maka berarti transmisi pada posisi neutral. Pada posisi ini
meskipun roda gigi C & D terus berputar bersama roda gigi A & B, namun
tidak ada pemindahan putaran ke poros output. Hal ini karena baik roda gigi C
maupun roda gigi D terpasang bebas terhadap poros output.
 Posisi gigi 1, kopling geser digeser ke kiri hingga berhubungan dengan roda
gigi D. Sehingga putaran poros input disalurkan melalui roda gigi A memutar
roda gigi D dan membawa kopling geser yang telah terhubung, dan akhirnya
poros output terbawa putaran melalui kopling geser.
 Posisi gigi 2, kopling digeser ke kanan hingga berhubungan dengan roda gigi
C. Sehingga putaran poros input disalurkan melalui roda gigi B memutar roda
gigi C dan membawa kopling geser yang telah terhubung, dan akhirnya poros
output terbawa putaran melalui kopling geser.

9
2.3.3 Cara Kerja Transmisi Syncromesh

Cara kerja transmisi manual syncromesh 5 kecepatan


Transmisi merupakan komponen di sistem pemindah tenaga yang memiliki
fungsi untuk merubah ratio roda giginya sesuai dengan keperluan, baik untuk
kecepatan ataupun untuk menambah tenaga.

Pada transmisi manual synchronmesh 5 kecepatan, cara kerjanya antara lain :


 Posisi N (neutral)
Pada saat transmisi di posisi neutral, tenaga putar dari poros engkol yang
masuk ke input transmisi tidak akan diteruskan ke output transmisi, karena pada
saat posisi neutral ini synchromesh dalam keadaan tidak terhubung atau pada
posisi bebas

Gambar 2.6 Posisi Neutral

 Posisi Gigi 1
Pada saat pengemudi menempatkan tuas transmisi pada posisi 1 maka shift
fork akan menggeser synchromesh sehingga unit synchromesh akan
berhubungan dengan gear tingkat 1. Saat transmisi pada posisi 1 maka putaran
pada output transmisi akan lambat tetapi untuk momen yang dihasilkan pada
output transmisinya sangat besar.

10
Gambar 2.7 Posisi Gigi 1

 Posisi Gigi 2
Pada saat pengemudi menempatkan tuas transmisi pada posisi 2 maka
shift fork akan menggeser synchromesh sehingga unit synchromesh akan
berhubungan dengan gear tingkat 2. Saat transmisi pada posisi 2 maka putaran
pada output transmisi akan lebih cepat dibandingkan dengan posisi 1 tetapi
untuk momen yang dihasilkan pada output transmisinya lebih kecil dibanding
transmisi pada posisi 1.

Gambar 2.8 Posisi Gigi 2

11
 Posisi gigi 3
Pada saat pengemudi menempatkan tuas transmisi pada posisi 3 maka shift
fork akan menggeser synchromesh sehingga unit synchromesh akan
berhubungan dengan gear tingkat 3. Saat transmisi pada posisi 3 maka putaran
pada output transmisi akan lebih cepat dibandingkan dengan posisi 2 tetapi
untuk momen yang dihasilkan pada output transmisinya lebih kecil
dibandingkan dengan transmisi pada posisi 2.

Gambar 2.9 Posisi Gigi 3

 Posisi 4
Pada saat pengemudi menempatkan tuas transmisi pada posisi 4 maka shift
fork akan menggeser synchromesh sehingga unit synchromesh akan
berhubungan dengan gear tingkat 4. Saat transmisi pada posisi 4 maka putaran
pada output transmisi akan lebih cepat dibandingkan dengan posisi 3 tetapi
untuk momen yang dihasilkan pada output transmisinya lebih kecil dibanding
transmisi pada posisi 3.

12
Gambar 2.10 Posisi Gigi 4

 Posisi 5
Pada saat pengemudi menempatkan tuas transmisi pada posisi 5 maka shift
fork akan menggeser synchromesh sehingga unit synchromesh akan
berhubungan dengan gear tingkat 5. Saat transmisi pada posisi 5 maka putaran
pada output transmisi akan sangat cepat dibandingkan dengan posisi transmisi
lainnya tetapi untuk momen yang dihasilkan pada output transmisinya akan
sangat kecil dibanding transmisi pada posisi lainnya.

Gambar 2.11 Posisi Gigi 5

13
 Posisi R (mundur)
Pada saat pengemudi menempatkan tuas transmisi pada posisi R maka shift
fork akan menggeser synchromesh sehingga unit synchromesh akan
berhubungan dengan gear mundur. Antara gear mundur dan gear counter
mundur dipasangkan idler gear sehingga putaran dari poros output akan
berlawanan arah dengan putaran dari poros input transmisi

Gambar 2.12 Posisi Gigi Mundur (R)

Mekanisme pengoperasian transmisi manual.


Mekanisme pengoperasian transmisi, berfungsi untuk menyediakan
hubungan antara pengemudi dengan bekerjanya transmisi. Sehingga mekanisme
pengoperasian merupakan sarana untuk mengendalikan bekerjanya transmisi oleh
pengemudi. Dengan demikian pengemudi dapat memilih gigi kecepatan yang
dianggap sesuai dengan kondisi kecepatan dan beban kendaraan.
Konstruksi mekanisme pengoperasian ada tiga macam, yaitu sistem handle
langsung, sistem handel pada kemudi, dan sistem menggunakan kabel baya
elastis.

14
Sistem pemindah gigi handle langsung konstruksinya dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

Gambar 2.13 Sistem Pemindah Langsung

Bila tuas pemindah didorong penuh ke kiri oleh pengemudi, maka lengan selector
akan berada pada tuas garpu gigi 1 dan 2. pada posisi ini bila pengemudi
mendorong ke depan , berarti lengan selector menarik tuas garpu gigi 1 dan 2 dan
membawa synchronmesh masuk ke posisi gigi 1. Sebaliknya bila menarik tuas
pemindah ke belakang berarti mendorong tuas garpu gigi 1 dan 2 dan membawa
synchronmesh masuk ke posisi gigi 2.
Bila tuas pemindah dilepas oleh pengemudi, maka tuas pemindah akan berada di
tengah dan lengan selector akan berada pada tuas garpu gigi 3 dan 4. pada posisi
ini bila pengemudi mendorong ke depan, berarti lengen selector menarik tuas
garpu gigi 3 & 4 dan membawa synchronmesh masuk ke posisi gigi 3. Sebaliknya
bila menarik tuas pemindah ke belakang berarti mendorong tuas garpu gigi 3 & 4
dan membawa synchronmesh masuk ke posisi gigi 4.
Bila tuas pemindah ditarik penuh ke kanan oleh pengemudi, maka lengan selector
akan berada pada tuas garpu mundur, pada posisi ini bila pengemudi menarik tuas
pemindah ke belakang berarti mendorong tuas garpu mundur dan membawa roda
gigi masuk ke posisi gigi mundur.
Sistem pemindah gigi handle pada kemudi konstruksinya dapat dilihat pada
gambar berikut ini.

15
Gambar 2.14 Sistem pemindah gigi pada kemudi

Pada prinsipnya pemindahan gigi di dalam transmisi sama dengan yang telah
dijelaskan di atas. Sistem ini digunakan agar samping pengemudi ruangannya
dapat dipergunakan untuk tempat duduk. Contoh pada kendaraan adalah
dipergunakan pada mobil Mitsubishi L300.
Sementara untuk sistem menggunakan kabel baya elastis, seperti terlihat pada
gambar berikut ini digunakan pada kendaraan sedan dengan front wheel drive
(FWD) dan mesin melintang. Sistem ini lebih fleksibel dan mampu untuk
menjangkau posisi transmisi yang sulit yang tidak memungkinkan digunakan
kedua sistem sebelumnya.

Gambar 2.15 Sistem operasional Transmisi menggunakan kabel baja elastis

16
Perawatan dan pemeliharaan transmisi manual.
Pemeliharaan dan perawatan transmisi manual, tidak terlalu rumit namun
memerlukan ketelitian.
Pertama, memeriksa kebebasan gerak tuas pemindah. Kebebasan yang berlebihan
disebabkan oleh keausan baut-baut penyambung, kerusakan bushing sambungan,
atau penyetelannya. Secara visual/pengamatan langsung permasalahan tersebut
dapat dilakukan.
Kedua, memeriksa pelumasan transmisi. Pelumasan pada transmisi sangat
penting, mengingat transmisi terdiri dari banyak komponen yang saling
bersentuhan satu dengan yang lainnya. Pelumasan diperlukan untuk menghindari
terjadinya keausan sebagai akibat kontak langsung antar logam komponen
transmisi. Transmisi pada umunya menggunakan minyak pelumas dengan
viskositas SAE 80 atau SAE 90, namun demikian dalam menggunakan minyak
pelumas untuk transmisi perlu melihat manual masing-masing produk kendaraan.
Karena dimungkinkan terdapat perbedaannya. Setiap 1500 km perlu dikontrol
mengenai jumlahnya.
Ketiga, pemeriksaan terhadap gejala-gejala kerusakan. Pemeriksaan ini terkait
dengan kinerja transmisi, yaitu apakah transmisi dapat melakukan fungsinya
dengan baik. Untuk melakukan pemeriksaan ini, berarti kendaraan harus
dijalankan atau sering disebut dengan tes jalan.

2.4 Diagnosis Sistem Transmisi


Gejala-gejala berikut ini menandakan bahwa terjadi kesalahan pada unit
transmisi manual,
(1) Gigi loncat dari hubungan.
(2) Gigi sulit Masuk.
(3) Suara berisik yang tidak normal.
Dari gejala-gejala di atas dapat dianalisis faktor penyebab, dan proses perawatan
atau perbaikannya. Hasil analisis seperti terlihat pada tabel berikut ini.

17
Gejala-gejala Penyebab Perawatan Perbaikan

1. Gigi Loncat * Shift fork aus Beri pelumas Bongkar &


dari hubungan ganti
*Shift fork atau Periksa pelumas Bongkar &
synchronizer sleede dan ganti ganti
aus
* Locating spring Bongkar &
lemah ganti
* Main shaft aus Periksa minyak Bongkar &
pelumas & ganti ganti
* Bearing primary Periksa minyak Bongkar &
shaft atau main shaft pelumas & ganti ganti
aus
* Circlip-circlip Bongkar &
terlepas pasang
2. Gigi Sulit * Kopling tidak bebas Stel kebebasan
Masuk pedal Kopling
* Konis synchromesh Bongkar &
aus ganti
* Shynchromesh Bongkar &
splines aus ganti
* Mekanik Pemindah Bongkar &
aus ganti
3. Suara berisik * Jumlah pelumas Periksa minyak
yang tidak kurang pelumas & ganti
Normal * End play Bongkar &
Countershaft gear ganti shim
* End play Reverse Bongkar &
idler gear ganti shim
* End play Pinion Bongkar &
shaft ganti shim
* Keausan Roda gigi Bongkar &
transmisi ganti shim

18
2.5 Pengukuran dan Pemeriksaan Komponen Transmisi

1. Periksa poros output dan luncuran dalam :

 Menggunakan jangka sorong, ukur ketebalan flens poros output.


Ketebalam minimal 4,90 mm (0,1929 in).

Gambar 2.16 Mengukur ketebalan flens poros

 Menggunakan jangka sorong, ukur ketebalan flens luncuran, dalam.


Ketebalan minimal 3,9 mm (0,1535 in).

Gambar 2.17 Mengukur ketebalan flens luncuran

 Menggunakan mikrometer, ukur diameter luar dari permukaan jurnal poros


output.
Roda gigi 2 : Minimum 38,415 mm (1,5124 in)
Roda gigi 3 : Minimum 38,415 mm (1, 5124 in)

Gambar 2.18 Mengukur diameter luar dari permukaan jurnal poros output

19
 Menggunakan mikrometer, ukur diameter luar, dan luncuran dalam.
Diameter minimum 36,98 (1,4559 in).

Gambar 2.19 Mengukur diameter luar dan luncuran dalam

 Menggunakan dial gauge, ukur keolengan poros output. Keolengan


maksimum 0,06 mm (0,0024 in).

Gambar 2.20 Mengukur keolengan poros output

2. Periksa celah oli roda gigi menggunakan dial gauge, ukur celah oli antara
roda gigi dan luncuran dalam, dengan bantalan rol jarum
- Celah standar : 0,009 ·— 0,064 mm (0,0004 —— 0,0025 in)
- Celah maksimum : 0,064 mm (0,0025 in)
Bila celah oli melampaui maksimum, gantilah roda gigi, luncuran dalam atau
bantalan rol jarum.

Gambar 2.21 Memeriksa celah oli antara roda gigi dan luncuran dalam

20
3. Periksa celah oli roda gigi 2 dan 3, menggunakan dial gauge, ukur celah oli
antara roda gigi dan poros dengan bantaI rol jarum terpasang.
- celah standar ; 0,06 - 0,11 mm (0,00211 — 0,0043 in)
- celah maksimum ; 0,11 mm (0,0043 in) ·
Bla celah oli melampaui nilai maksimum, gantilah roda gigi atau poros
output.

Gambar 2.22 Memeriksa celah oli antara roda gigi dan poros output

4. Periksa ring synchromesh.

 Putar dan tekan ring synchromesh untuk mengetahui kemampuan


pengeremannya.

Gambar 2.23 Memeriksa ring syncromesh

 Ukur celah di antara, ring synchromesh dengan ujung.alur roda gigi.


Celah standar : 1,0 - 2,0 mm (0,039 - 0,079 in)
Celah maksimum : 0,8 mm (0,031 in)
Bila celah kurang dari batas, gantilah ring Synchromesh.

21
Gambar 2.24 Mengukur celah antara ring syncromesh dengan ujung alur gear

5. Ukur celah antara garpu pemlndah dan hub sleeve, menggunakan feeler gauge,
ukur celah antara hub sleeve dan garpu pemindah. Celah maksimum 1,00 mm
(0,039 in). Bila celah melampaui nilai batas, ganti garpu pemindah atau hub
sleeve.

Gambar 2.25 Mengukur celah antara garpu pemindah dan hub sleeve

6. Bila perlu, ganti bantalan poros input.


 Menggunakan tang snap ring, lepas snap ring.

Gambar 2.26 Melepas snap ring menggunakan tang snap ring

22
 Menggunakan hydraulic press, lepas bantalan.

Gambar 2.27 Melepas bantalan poros input menggunakan hydraulic press

 Menggunakan hydraulic press dan SST, pasang bantalan yang baru SST
09506 — 30012.

Gambar 2.28 Memasang bantalan menggunakan hydraulic press dan SST

 Pilih snap ring untuk mendapatkan celah aksial minimum dan pasangan
pada poros.

7. Bila perlu, ganti bantalan belakang poros output.


 Menggunakan tang snap ring dan SST, kembangkan snap ring bantalan
dan tekan bantalan masuk. SST 09710 - 30020 (09710 - 03020, 09710 —
03110).

Gambar 2.29 Mengembangkan snap ring dan tekan

23
 Pasang penahan oli dan snap ring pada penahan bantalan.
 Menggunakan tang snap ring dan SST, kembangkan snap
ring bantalan dan tekan bantalan yang baru masuk. SST
09506 - 30012 dan 09710 - 30020. `
 Ukur ketebalan aksial antara snap ring dengan penahan bantalan. Celah
standar 0 — 0,1 mm (0 -— 0,004 in)

Gambar 2.30 Mengukur ketebalan aksial snap ring

 Bila perlu, pilih Snap ring untuk mendapatkam kebebasan aksial yang
benar dan pasangkan pada penahan bantalan.

8. Bila perlu, ganti perapat oli

 Menggunakan obeng, ungkit perapat oli keluar.


 Menggunakan SST, tekan perapat oli·yang baru masuk
Kedalaman perapat oli 10,3 — 11,1 (0,406 - 0,437 in) SST 09506 —
35010.

Gambar 2.31 Menekan perapat oli

24
9. Bila perlu, ganti perapat oli roda gigi gerak speedometer.

 Menggunakan SST, tarik perapat oli keluar. SST 09921 ~ 00010.

Gambar 2.32 Menarik perapat oli keluar

 Menggunakan SST, pasang perapat oli yang baru. SST 09201 — 60011.
Kedalaman perapat oli 20 mm

Gambar 2.33 Memasang perapat oli baru

10. Bila perlu, ganti perapat oli

 Menggunakan obeng, ungkit perapat oli keluar.


 Menggunakan SST, pasang perapat oli yang baru. SST1 09304 -12012.
gambar

11. Bila perlu, ganti perapat oli dan bushing.

 Menggunakan SST, lepas perapat keluar. SST 09308 - 00010 atau 09308 -
10010 dengan poros output térpasang
 Panaskan ujung extension housing pada temperatur 80 drajat - 100°C
(176° — 212° F) di dalam pemanas oli)
 Menggunakan SST, lepas bushing dan pasang bushing yang baru. SST
09307- 30010.
 Mengguuakan SST, pasang perapat yang baru. SST 09307-30010. 1; E1 V

25
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dunia otomotif yang semakin berkembang menuntut perubahan agar alat
transportasi lebih baik, tidak hanya pada mesinnya yang irit bahan bakar
melainkan juga pada tingkat kenyamanan dalam berkendara. Salah satunya adalah
perubahan pada sistem transmisi. Sistem transmisi dibuat untuk memperoleh
momen yang sesuai. Transmisi manual adalah sistem transmisi yang memerlukan
pengemudi untuk menekan atau menarik tuas seperti pada sepeda motor atau
menginjak kopling seperti pada mobil dan menukar gigi percepatan secara
manual.

26
DAFTAR PUSTAKA

https://www.teknik-otomotif.com/2016/11/cara-kerja-transmisi-manual-5-
kecepatan.html

https://www.otomotif.web.id/pemeriksaan-komponen-transmisi-a79.html

http://www.viarohidinthea.com/2014/10/transmisi-manual-pada-mobil.html

Anda mungkin juga menyukai