Pembuat Dokumen
Authorized Person
Direktur RSUD
Demang Sepulau
Raya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Agar upaya Perlindungan Hak Pasien dan Keluarga di RSUD Demang Sepulau
Rayadapat seperti yang diharapkan maka perlu disusun Pedoman Perlindungan Hak Pasien
dan Keluarga RSUD Demang Sepulau Raya. Buku Pedoman tersebut merupakan konsep dan
program Pedoman Perlindungan Hak Pasien dan Keluarga di RSUD Demang Sepulau Raya,
yang disusun sebagai acuan bagi pengelola RSUD Demang Sepulau Rayadalam melaksanakan
upaya peningkatan Perlindungan Hak Pasien dan Keluarga RSUD Demang Sepulau Raya.
Dalam buku Pedoman ini diuraikan tentang prinsip upaya Perlindungan Hak Pasien dan
Keluarga.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Terciptanya acuan pokok yang terus diperbaiki untuk memberikan dan menjamin Hak
Pasien dan Keluarga terpenuhi selama mendapatkan perawatan dan/atau pengobatan di
RSUD Demang Sepulau Raya.
2. Tujuan Khusus
a. Menentukan ruang lingkup pedoman
b. Mengidentifikasi berbagai landasan hukum
c. Menetapkan Tata Laksana Pedoman dalam setiap bab
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia.
2. Undang-Undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
5. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
6. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 10 tahun 1966 tentang Wajib Simpan
Rahasia Kedokteran.
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008
tentang Rekam Medis.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/III/2008
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1226/MENKES/SK/XII/2009
tentang Pedoman Penatalaksanaan Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan Terhadap
Perempuan dan Anak di Rumah Sakit.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438/MENKES/PER/IX/2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran.
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/MENKES/Per/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
14. Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) Tahun 2006 tentang Manual Persetujuan Tindakan
Kedokteran.Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
BAB I
PENDAHULUAN
TATA LAKSANA HAK PASIEN DAN KELUARGA TERHADAP PERLINDUNGAN
DARI KEKERASAN FISIK (USIA LANJUT, PENDERITA CACAT,
ANAK-ANAK DAN YANG BERESIKO DISAKITI)
A. Latar Belakang
RSUD Demang Sepulau Raya bertanggugjawab melindungi pasien usia lanjut, penderita
cacat, anak – anak dan yang beresiko disakiti dari kekerasan fisik baik oleh pengunjung, paisen
lain dan staf Rumah Sakit.
RSUD Demang Sepulau Raya mengidentifikasi kelompok pasien yang mudah diserang
dan yang beresiko serta menetapkan proses untuk melindungi hak pasien dari kekerasan fisik.
Selain itu perlindungan pasien juga dilakukan untuk masalah keselamatan pasien, perlindungan
dari penyiksaan, perlindungan pada penderita cacat, kelalaian asuhan, penculikan pada pasien
bayi dan bantuan dalam kejadian kebakaran.
Proses ini dilakukan sejak pasien mulai mendaftar di tempat penerimaan pasien, rawat
jalan, Instalasi Gawat Darurat, rawat inap, pemeriksaan penunjang serta di seluruh pelayanan
RSUD Demang Sepulau Raya. Oleh sebab itu seluruh staf RSUD Demang Sepulau
Rayabertanggung jawab terhadap perlindungan pasien dari kekerasan fisik dan menjamin
keselamatan pasien.
B. Tujuan.
Tujuan dari perlindungan kekerasan fisik, usia lanjut, penderita cacat, anak – anak danyang
beresiko disakiti adalah melindungi kelompok pasien beresiko dari kekerasan fisik
yangdilakukan oleh pengunjung, staf Rumah Sakit dan pasien lain serta menjamin
keselamatan kelompok pasien beresiko yang mendapat pelayanan di RSUD Demang Sepulau
RayaBuku panduan ini digunakan sebagai acuan bagi seluruh staf RSUD Demang Sepulau
Rayadalammelaksanakan perlindungan pasien terhadap kekerasan fisik, usia lanjut, penderita
cacat, anak –anak dan yang beresiko disakiti.
C. Pengertian.
Kekerasan fisik adalah setiap tindakan yang disengaja atau penganiayaan secara
langsungmerusak integritas fisik maupun psikologis korban, ini mencakup antara lain
memukul,menendang, manampar, mendorong, mengigit, mencubit, pelecehan seksual dan
lain-lain yang dilakukan baik oleh pasien, staf maupun oleh pengunjung. Kekerasan psikologis
termasuk ancaman fisik terhadap individu atau kelompok yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada fisik,mental, spiritual, moral atau sosial termasuk pelecehan secara verbal
D. Tata Laksana
a. Terhadap Kekerasan Fisik Pada Pasien
1) Petugas RSUD Demang Sepulau Raya melakukan proses mengidentifikasi pasien
beresiko melalui pengkajian secara terperinci
2) Bila tindak kekerasan fisik dilakukan oleh pasien : Perawat unit bertanggungjawab
untuk mengamankan kondisi dan memanggil dokter untuk menilai kebutuhan fisik dan
psikologis dan mengecualikan masalah medis pasien tersebut.
3) Bila tindak kekerasan dilakukan oleh anggota staf rumah sakit : Perawat unit
bertanggung jawab menegur staf tersebut dan melaporkan insiden ke Kepala Ruangan /
Instalasi terkait untuk diproses lebih lanjut.
4) Bila tindak kekerasan dilakukan oleh pengunjung : Staf bertanggungjawab dan
memiliki wewenang untuk memutuskan diperbolehkan atau tidak pengunjung tersebut
memasuki area RSUD Demang Sepulau Raya
5) Monitoring di setiap lobi, koridor Rumah Sakit, unit rawat inap, rawat jalan maupun
dilokasi terpencil atau terisolasi
6) Setiap pengunjung Rumah Sakit selain keluarga pasien meliputi tamu Rumah Sakit,
detailer, pengantar obat atau barang dan lain-lain wajib melapor ke petugas informasi /
Satpam dan wajib memakai Kartu Visitor.
7) Pemberlakuan jam berkunjung pasien :
Pagi : 11.00 - 13.30
Sore : 17.00 - 21.00
8) Petugas keamanan / Satpam berwenang menanyai pengunjung yang mencurigakan dan
mendampingi pengunjung tersebut sampai ke pasien yang dimaksud.
9) Staf perawat unit wajib melapor kepada petugas keamanan apabila menjumpai
pengunjung yang mencurigakan atau pasien yang dirawat membuat keonaran maupun
kekerasan.
10) Pengunjung diatas jam 21.00 WIB wajib lapor dan menulis identitas pengunjung pada
petugas informasi/Satpam.
4) Terhadap Anak-Anak.
a) Ruang perinatologi harus dijaga minimal satu orang perawat atau bidan, ruangan
tidak boleh ditinggalkan tanpa ada perawat atau bidan yang menjaga.
b) Perawat meminta surat pernyataan secara tertulis kepada orang tua apabila akan
dilakukan tindakan yang memerlukan pemaksaan.
c) Perawat memberikan bayi dari ruang perinatologi hanya kepada ibu kandung bayi
bukan kepada keluarga yang lain.
5) Terhadap Pasien Yang Beresiko Disakiti (Resiko Penyiksaan, Napi, Korban Dan
Tersangka Tindak Pidana, Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga)
a) Pasien ditempatkan di kamar perawatan sedekat mungkin dengan kantor perawat.
b) Pengunjung maupun penjaga pasien wajib lapor dan mencatat identitas di kantor
perawat,berikut dengan penjaga maupun pengunjung paien lain yang satu kamar
perawatan dengan paien beresiko
c) Perawat berkoordinasi dengan satuan pengaman untuk memantau lokasi perawtan
pasien, penjaga maupun pengunjung pasien.
d) Koordinasi dengan pihak berwajib bila diperlukan.
F. Dokumentasi.
Pencatatan kejadian rawat inap dan rawat jalan :
1. Formulir insiden keselamat pasien.
2. Lembar status rawat jalan.
3. Lembar catatan pelayanan.
4. Buku pencatatan pengunjung pasien
BAB III
HAK PASIEN DAN KELUARGA TERHADAP
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORMED CONSENT)
A. Latar Belakang.
Dalam profesi kedokteran ini bukan hal yang baru tetapi Informed consent merupakan piranti
hukum kedokteran yang sangat rumit untuk dipahami, diterapkan dan menjadi alat bukti
kesepahaman pasien-penolong.
B. Tujuan.
C. Pengertian
Persetujuan Tindakan Medik atau Informed consent dalam profesi kedokteran adalah
persetujuan dari pasien terhadap tindakan medik yang akan dilakukan terhadap dirinya.
Persetujuan diberikan setelah pasien tersebut diberikan penjelasan yang lengkap dan objektif
tentang diagnosis penyakit, upaya penyembuhan, tujuan dan pilihan tindakan yang akan
dilakukan.
Tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit khususnya yang mempunyai hubungan
langsung dengan pasien adalah dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya. Dalam hal
melakukan tindakan medis, yang adalah suatu tindakan yang bersifat diagnostik/terapeutik
(menentukan jenis penyakit / penyembuhannya) yang dilakukan terhadap pasien, dokter
akanberusaha semaksimal mungkin menjalankan tugas dan kewajiban memberikan
pertolongan penyembuhan bagi pasien berdasarkan ilmu pengetahuan, kemampuan, dan
kompetensi yang dimilikinya.
Persetujuan tindakan kedokteran adalah pernyataan sepihak pasien atau yang sah mewakilinya
yang isinya berupa persetujuan atas rencana tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang
diajukan oleh dokter atau dokter gigi, setelah menerima informasi yang cukup untuk dapat
membuat persetujuan atau penolakan.
Ketika dokter atau dokter gigi mendapatkan persetujuan tindakan kedokteran, maka
harusdiartikan bahwa persetujuan tersebut terbatas pada hal-hal yang telah disetujui.
Dokter ataudokter gigi tidak boleh bertindak melebihi lingkup persetujuan tersebut,
kecuali dalam keadaandarurat, yaitu dalam rangka menyelamatkan nyawa pasien atau
mencegah kecacatan. Olehkarena itu sangat penting diupayakan agar persetujuan juga
mencakup apa yang harus dilakukanjika terjadi peristiwa yang tidak diharapkan dalam
pelaksanaan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi tersebut.
D. Tata Laksana
1. Pemberi Informasi.
a. Dokter pemberi perawatan atau pelaku pemeriksaan tindakan untuk memastikan
bahwa persetujuan tersebut diperoleh secara benar dan layak. Dokter memang dapat
mendelegasikan proses pemberian informasi dan penerimaan persetujuan, namun
tanggungjawab tetap berada pada dokter pemberi delegasi untuk memastikan bahwa
persetujuan diperoleh secara benar dan layak.
b. Jika seorang dokter akan memberikan informasi dan menerima persetujuan pasien atas
nama dokter lain, maka dokter tersebut harus yakin bahwa dirinya mampu menjawab
secara penuh pertanyaan apapun yang diajukan pasien berkenaan dengan tindakan
yang akan dilakukan terhadapnya, untuk memastikan bahwa persetujuan tersebut
dibuat secara benar dan layak
Seseorang dianggap kompeten apabila berusia 18 tahun keatas atau telah pernah menikah.
Sedangkan anak-anak yang berusia 16 tahun atau lebih tetapi belum berusia 18 tahun
dapat membuat persetujuan tindakan kedokteran tertentu yang tidak berisiko tinggi apabila
mereka dapat menunjukkan kompetensinya dalam membuat keputusan.
Didalam hal tidak ada kesepakatan didalam keluarga, maka dianjurkan agar dokter
mempersilahkan keluarga untuk bermufakat dan hanya menerima persetujuan atau
penolakan yang sudah disepakati bersama. Dokter dan RSUD Demang Sepulau Raya tidak
dibebani kewajiban untuk membuktikan hubungan kekeluargaan pembuat persetujuan
dengan pasien, demikian pula penentuan mana yang lebih sah mewakili pasien dalam hal
terdapat lebih dari satu istri atau suami atau anak.
Dokter dan RSUD Demang Sepulau Raya berhak memeroleh pernyataan yang benar dari
pasien atau keluarganya. Pada pasien yang tidak mau menerima informasi, perlu
dimintakan siapa yang ditunjuk oleh pasien tersebut sebagai wakil dalam menerima
informasi dan membuat keputusan apabila pasien menghendakinya demikian, misalnya
wali atau keluarga terdekatnya. Demikian pula pada pasien yang tidak mau
menandatangani formulir persetujuan, padahal ia menghendaki tindakan tersebut
dilakukan.
Pada pasien yang tidak kompeten yang menghadapi keadaan gawat darurat
medis,sedangkan yang sah mewakilinya memberikan persetujuan tidak ditemukan, maka
Dokter dan RSUD Demang Sepulau Rayamelakukan tindakan kedokteran demi
kepentingan terbaik pasien. Dalam hal demikian, penjelasan dapat diberikan kemudian.
5. Tindakan Yang Berisiko Tinggi Yang Memerlukan Persetujuan Tertulis (Terlampir
dalam Pedomah Hak Pasien dan Keluarga)
a. SMF BEDAH
1) SMF BEDAH UMUM
a) Tiroidectomi
b) Apendicitis
c) Herniotomi
d) Explorasi
e) Debridement & Jahit Luka
f) Open Biopsi
g) Vesikolitotomi
h) Sirkumsisi
i) Eksisi soft Tisuetumor
j) Pasang Thorax drain
k) Hemoroidektomi
3) SMF THT
a) Evakuasi Serumen
b) Tampon Telinga
c) Tampon Hidung
d) Polipektomi
e) Punksi Rahang
f) Lepas Tampon Hidung
g) Ambil benda asing Hidung
h) Ambil Benda Asing Telinga
i) Ambil duri di Tonsil
j) Laringoskop Indirek
k)
l)
4) SMF Mata
a) Katarak Ektraksi
b) Bedah Filtrasi (Glukoma)
c) Eviserasi
d) Insisi hordeolum/kalazion
e) Eksisi granuloma
f) Ekstirpasi karpus alienum
g) Eksisi pterysium (CLG atau Bare Sklera)
h) Eksisi Tumor Palpetra
i) Rekonstruksi Palpetra
j) Hechting Konjungtiva, Kornea,Sclera
4) PENYAKIT DALAM
a) Periardiosentesis (Pungsi Perikard)
b) Manajemen Perioperatif Pada Operasi Nonkardiak
c) Test Treadmill
d) Pungsi Cairan Pleura
e) Biopsi Aspirasi Jarum Halus
f) Pleurodesis
g) Biopsi Pleura
h) Penyuntikan Intra-Artikular
i) Aspirasi Cairan Sendi/Artrosentesis
j) Biopsi Ginjal
k) Peritoneal Dialisis Akut
l) Peritoneal Dialisis Mandiri Berkesinambungan
m) Pungsi Sumsum Tulang
n) Biopsi Sumsum Tulang
o) Transfusi Darah
p) Plebotomi
q) Tes Tempel (Patch Test)
r) Tes Tusuk (Skin Prick Test)
s) Kolonoskopi
t) Pemasangan Selang Nasogastrik
u) Esofago-Gastro-Duodenoskopi
v) Biopsi Aspirasi Jarum Halus
w) Parasentesis Abdomen
x) Pemberian Obat Kemoterapi
6) SMF SYARAF
a) Lumbal fungsi
7) SMF ANESTESIA.
a) Anestesi Umum
b) Anestesi regional dengan spinal blok
c) Anestesi regional dengan epidural
d) Anestesi local dengan blok perifer
e) Pemasangan infuse vena dalam
f) Pemasangan vena sentral
g) Pemasangan alat bantu nafas dengan endotracheal tube
h) Pemasangan alat bantu nafas dengan ventilator
i) Analgesia epidural untuk persalinan
j) Analgesia epidural untuk pain management
c. SMF GIGI DAN MULUT
1) Drainase abses dan / incisi abses
2) Odontektomi/odontotomi
3) Alveolektomi
4) Gingivektomi
5) Operkulektomi
6) Kuretase Gingiva
7) Replantasi Gigi
8) Tindakan Prostodonsi ( Valplast, Gigi Tiruan Lengkap, Mahkota Porselain)
9) Pencabutan Gigi dengan Komplikasi
10) Tindakan Estetika Gigi (Whitening, Veenering, Pearching)
E. Dokumentasi
1. Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh seluruh penyelenggara RSUD Demang Sepulau
Raya dengan menggunakan format yang sudah disediakan oleh Rekam Medis.
2. Penjelasan yang diberikan oleh dokter atau tim medis tentang pengobatan atau tindakan ,
pendokumentasian dilakukan dengan format Persetujuan atau PenolakanTindakan atau
Pengobatan setelah pasien, keluarga, atau wali mendapatkan penjelasan dari dokter atau
tim medis.
3. Formulir Informed Concent atau Informed Refusal tersebut ditandatangani oleh kedua
belah pihak disertai saksi.
4. Seluruh isian dokumen rekam medis disimpan di bagian Rekam Medis dandiserahkan
dalam waktu 2 x 24 jam bila memungkinkan.
5. Apabila Persetujuan atau Penolakan dilakukan oleh orang yang bukan merupakankeluarga
dekat atau wali pasien maka harus menggunakan Surat Kuasa.
BAB IV
HAK PASIEN DAN KELUARGA TERHADAP PENOLAKAN TINDAKAN MEDIS
A. Latar Belakang.
Dalam mengambil suatu tindakan medis seringkali dokter maupun rumah Sakit meminta
pasien untuk menandatangani surat pernyataan yang dikenal sebagai “informed concent” atau
“persetujuan tindakan medis”.Surat pernyataan tindkan medis ini juga dapat dikataka n
sebagaisalah satu bentuk komunikasi anatar dokter dan pasien maupun keluarga pasien.
Namun selainsurat persetujuan tindakan medis,dikenal juga dengan surat pernyataan
“penolakan pengobatan”atau “informed refusal”.
Penolakan tindakan medis ini merupakan hak pasien yang berarti suatu penolakan
yangdilakukan pasien sesudah diberi informasi oleh dokter.Penolakan tindakan medis ini
padadasarnya adalah hak asasi dari seseorang untuk menetukan apa yang hendak dilakukan
terhadapdirinya sendiri.
Masih banyaknya berbagai pihak baik masyarakat umum terutama pasien dan keluargapasien
dan bahkan dokter ataupun institusi kesehatan yang kurang memahami arti dari
penolakantindakan medis,sehingga seringkali menjadi suatu hal yang tidak diinginkan oleh
pihak-pihakyang berkepentingan.
Dokter maupun pasien hendaknya memahami akan hak dan kewajiban masing–masingserta
mengetahui implikasi hukum yang timbul akibat persetujuan ataupun penolakan
tindakanmedis terutama terhadap hukum yang berlaku di Indonesia.
Dalam hal pengobatan, pasien berhak untuk menolak diberikan pengobatan. Merupakan
tanggung-jawab dokter dan perawat bila memungkinkan untuk mementukan alasan penolakan
dan mengambil langkah –langkah yang perlu untuk mengusahakan agar pasien mau menerima
pengobatan
B. Tujuan
1. Pasien atau keluarga diharapkan dapat mengerti hak –haknya dalam menentukan
pengobatan yang diperlukan terhadap dirinya selama dalam perawatan di RSUD Demang
Sepulau Raya.
2. Pasien atau kelurga dapat mengerti tentang risiko dari keputusan yang telah diambil dalam
hal menolak pengobatan yang diperlukan untuk dirinya selama perawatan di RSUD
Demang Sepulau Raya.
3. Seluruh perawat RSUD Demang Sepulau Rayamampu untuk
mendokumentasikanpenolakan pengobatan pasien atau keluarga dalam status rekam medis
pasien.
C. Pengertian.
Penolakan pengobatan merupakan suatu keputusan pasien atau keluarga untukmemberikan
suatu penolakn terhadap pengobatan setelah pasien atau keluarga tersebuatmendapatkan
penjelasan dari dokter penanggungjawab selama menjalani perawatan di RSUD Demang
Sepulau Raya
Penolakan pengobatan juga diartikan dengan keputusan yang dilakukan pasien atau keluarga
setelah melalui pertimbangan–pertimbangan dari pihak pasien atau keluarga. Pasien atau
keluarga berhak untuk menetukan derajat kesehatan dan kelanjutan hidupnya akibat dari
pengobatan menjadi tanggung jawab pasien dan keluarga. Penolakan pengobatan di
dokumentasikan dalam rekam medis yang berupa surat pernyataan penolakan.
D. Tata Laksana.
Beberapa hal yang menghambat pasien atau keluarga dalam pengambilan keputusan terhadap
pengobatan:
1. Pertimbangan biaya yang harus dikeluarkan selama pasien menjalani perawatan di rumah
sakit tidak sesuai dengan kemampuan.
2. Pasien atau keluarga kurang mengerti dan memahami penjelasan dokter dalam hal
pengobatan yang akan diberikan.
3. Pasien dan keluarga ingin mencari alternatif atau second opinion pengobatan atau tindakan
medis lain di luar rumah sakit.
4. Pasien dan keluarga masih menunggu pertimbangan anggota keluarga yang lain.
5. Pasien dan keluarga mempunyai pertimbangan terhadap kondisi pasien yang
sudahterminal atau menjelang kematian.