Abstrak
Hasil dari beberapa percobaan yang dilakukan mengindikasikan bahwa
perubahanfrekuensi alpha sebagai fungsi kemampuan memory. Ditemukan
bahwa alpha frekuensi dari orang berkemampuan memory baik memiliki 1Hz
lebih tinggi dibandingkan orang dengan kemampuan memory buruk. Perbedaan
dalam frekunsi alpha antara kemampuan baik dan buruk meningkat menjadi
maksimum selama proses mendapatkan informasi, adalah lebih kecil selama
pengkodean dan adalah minimal tetapi signifikan selama fase istirahat. Hasil ini
menduga bahwa frekuensi alpha mungkin bersifat permanent dan bukan hanya
sebuah fungsi parameter yang mendefinisikan kecepatan dengan informasi
mana yang dapat diperoleh dari memori. Perhitungan perubahan dalam pita
power (power band) mengindikasikan kedepan bahwa pita alpha atas adalah
sebagian bersifat sensitive terhadap permintaan semantic memory. Pita alpha
bawah, sebaliknya, terlihat merefleksikan proses atensi (perhatian). Pencarian
ini didiskusikan pada dasar hipotesis yang mengasumsikan bahwa frekuensi
EEG dalam pita alpha melawan bagian dari thalamus dan aktivitas jaringan
thalamo-cortical mencerminkan proses bahwa ini berhubungan dengan
pencarian, pengaksesan, dan perolehan informasi dari semantic memory.
4.3 Attention dan Memori: Arti fungsional dala pita alpha bawah dan atas
Ketika mencoba menginterpretasikan perbedaan dalam pita alpha bawah untuk
berkemampuan memori buruk dan baik, ini penting untuk fokus pada arti
fungsional dari dua pita alpha. Petunjuk pertama sudah dapat ditemukan pada
gb.7. Pemeriksaan waktu petunjuk ERD mengungkapkan bahwa efek sinyal
respon adalah sinkronisasi pendek-terakhir yang kuat yang muncul hanya pada
pita alpha bawah. Subyek diperintahkan untuk menunggu dengan responnya
hingga sinyal respon muncul 2 detik setelah target atau jebakan ditampilkan.
Sinkronisasi pendek-terakhir pada pita alpha bawah mengindikasikan kejadian
dari event yang diperkirakan yang mana subyek membeirkan respon yang jelas
untuk keputusan yang dia sudah mengetahuinya. Jadi, efek dari sinyal respon
dalam percobaan ini jelas adalah untuk menimbulkan relaksasi sebentar yang
dihubungkan dengan penurunan attention.
Dengan memandang pada penggunaan konsep attention, beberapa tanda yang
jelas akan dapat berguna. Teori psikologis attention biasanya fokus pada dua
pertanyaan yang berbeda [Threisman, 1986]. Satu merujuk pada mekanisme
nya yang menggarisbawahi alokasi batas resource processing, yang lain pada
attention terpilih. Dua aspek ini juga ditekankan oleh Posner [Posner dan Boies,
1971] yang membedakan antara tiga komponen attention: kewaspadaan
(alertness), selektifitas, dan kapasitas pemrosesan[Posner, 1975]. Kewaspadaan
– sebuah konsep yang dekat hubungannya dengan gairah, yang [Posner, 1975]
hindari karena konotasi emosionalnya – lebih jauh dibagi menjadi kewaspadaan
phasic dan tonic. Perubahan phasic berada dibawah control kehendak dan
terjadi sangat cepat, sedangkan perubahan tonic tidak dibawah control
kehendak dan terjadi sangat lambat. Contoh perubahan phasic adalah
peningkatan kewaspadaan setelah munculnya sinyal peringatan. Perubahan
tonic, disisi lain, terjadi sebagai fungsi dari kelelahan, distress, ritme harian dan
perubahan atas siklus hidup. Berdasarkan [Posner, 1975], stimulus
kewaspadaan seperti sinyal peringatan tidak memiki efek terpilih dalam
pemrosesan informasi. Efek terpilih berkaitan dengan jalur aktivasi yang
melayani pengaktifan jejak dari sebagian memori. Menurut pandangan ini,
attention terpilih dan kewaspadaan phasic adalah permintaan penting untuk
setiap process kognitif. Pencarian memori sebagai contoh dari process kognitif
akan dipandu oleh attention terpilih, sedangkan kewaspadaan phasic adalah
relative terdistribusi secara mekanis yang mengalokasikan - atau menyiapkan
untuk mengalokasikan – processing resources.
Pada [Klimesch, 1992], efek dari kewaspadaan phasic pada dua pita alpha telah
dipelajari. Dalam salah satu percobaannya, subyek diminta untuk membaca
deretan kata dan angka. Hanya percobaan dengan manipulasi yang memiliki
variasi waktu periode antara kehadiran sinyal peringatan dan kehadiran kata
atau angka. Menurut manipulasi ini, sinyal warning (ditulis W1, W2, W3) muncul
acak salah satu dari 1, 2, atau 3 detik sebelum stimulus imperative. Hasilnya
digambarkan pada gb.8 dan ditunjukkan bahwa efek sinyal peringatan
memunculkan hanya pita alpha bawah saja. Pencarian ini direplikasi pada
percobaan lain yang efek tambahan yang diharapkan diinvestigasi. [Klimesch,
1992]
Dalan keberbedaan pada sinyal respon [Klimesch, 1993] yang mengingatkan
subyek untuk merespon dan efek kewaspadaan diamati pada gb.8. Efek
kewaspadaan didokumentasikan oleh desinkronisasi alpha bawah mengikuti
kehadiran sinyal peringatan yang muncul acak (W1, W2, dan W3). Perbandingan
waktu penunjuk pada desinkronisasi dalam dua pita alpha mengungkapkan
bahwa perubahan terbesar power alpha ditemukan untuk pita alpha bawah
dalam merespon stimulus imperative. Hasil ini, yang direplikasikan pada
percobaan 2 [Klimesch, 1992] mengindikasikan bahwa meskipun sinyal
peringatan membuat subyek lebih waspada, kenaikan terbesar dalam
kewaspadaan – lebih mirip cerminan alokasi processing resources- dihubungkan
dengan pengkodean dari stimulus imperative. Pada pita alpha atas, waktu
penunjuk desinkronisasi menunjukkan sebuah pola perbedaaan yang kuat.
Disini, desinkronisasi terjadi dalam respon untuk pengkodean stimulus
imperative, sedangkan efek sinyal peringatan adalah sangat kurang. Karena
hasil divergen ditemukan untuk dua pita alpha, ini terlihat masuk akal untuk
mengasumsikan bahwa pita alpha atas merespon secara selektif pada
pengkodean stimulus, sedangkan pita bawah mencerminkan proses attention.
Penerjemanahan ini merupakan kesepakatan yang baik dengan kenyataan
bahwa, dibandingkan dengan pita bawah, peningkatan ERD lebih bersifat local
pada pita atas dengan maksimal desinkronisasi pada letak perekaman temporal
dan occipital [lihat gb 8]. Kerena sifat alamiahnya verbal dan visual pada kedua
percobaan Klimech (1992), area otak ini akan diharapkan untuk mengeluarkan
desinkronisasi yang paling signifikan, contoh: peningkatan dalam ERD.
Hipotesis yang diduga yang memperhatikan perbedaan fungsi dari dua pita
alpha diuji dalam percobaan yang menganalisa Dm-Effect dalam arti ERD
[Klimech, 1996]. Dm-Efek (Dm untuk perbedaan berdasarkan kemampuan
memori akhir [Paller, 1987] merujuk pada hasil bahwa selama pengkodean
gambar atau kata bahwa diingat pada pengingatan kembali atau uji
pengenalan, beberapa komponen dari potensi otak event-related (ERP) menjadi
lebih jelas secara signifikan (lebih positif) disbanding untuk item yang tidak
dapat diingat (lihat juga bab 3.4 dibawah). Menurut hipotesis yang telah
diusulkan berdasarkan pengertian fungsional dari pita alpha bawah dan atas
perkiraannya dapat dibuat. Jika Dm-Efek dihubungkan dengan perbedaan
attention, kata-kata yang diingat seharusnya mengeluarkan desinkronisasi kuat
dalam pita alpha bawah. Bagaimana pun juga, jika Dm-Efek mencerminkan
perbedaan proses kognitif (seperti strategi pengkodean yang berbeda), kata-
kata yang diingat seharusnya menunjukkan desinkronisasi yang jelas dalam pita
alpha atas. Hasil dari [klimesch, 1996] yang digambarkan pada gb9,
mendukung ide bahwa Dm-Efek berhubungan dengan proses attention karena
Dm-Efek muncul pada pita alpha bawah bukannya atas.