Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sistem ekstrapiramidal merupakan jaringan syaraf yang terdapat pada
otak bagian sistem motorik yang mempengaruhi koordinasi dari gerakan.
Letak dari ekstrapimidal adalah terutama di formatio retikularis dari pons dan
medulla, dan di target saraf di medulla spinalis yang mengatur refleks,
gerakan-gerakan yang kompleks, dan kontrol postur tubuh
Sindrom ekstrapiramidal yang terdiri dari reaksi distonia akut,
akhatisia, dan sindrom parkinsonism umumnya terjadi akibat penggunaan
obat-obat antipsikotik. Lebih banyak diakibatkan oleh antipsikotik tipikal
terutama yang mempunyai potensi tinggi. Reaksi distonia akut terjadi pada
kira-kira 10% pasien, biasanya pada pria muda. Tardive dyskinesia berupa
gerakan involunter otot seperti mulut, rahang, umumnya terjadi akibat
penggunaan antipsikotik golongan tipikal jangka panjang. Sekitar 20-30%
pasien telah menggunakan antipsikotik tipikal dalam kurun waktu 6 bulan atau
lebih, berkembang menjadi tardive dyskinesia. Sindrom parkinson umumnya
timbul 1-3 minggu setelah pengobatan awal, lebih sering pada dewasa muda,
dengan perbandingan perempuan:laki-laki = 2:1
Gejala Ektrapiramidal merupakan efek samping yang sering terjadi
pada pemberian obat antipsikotik. Antipsikotik adalah obat yang digunakan
untuk mengobati kelainan psikotik seperti skizofrenia dan gangguan
skizoafektif. Gejala ekstrapiramidal sering di bagi dalam beberapa kategori
yaitu reaksi distonia akut, tardiv diskinesia, akatisia, dan parkinsonism
(Sindrom Parkinson).
Angka kejadian penyakit Parkinson termasuk salah satu yang
terbanyak diantara kasus-kasus neurodegeneratif (Waters, 1999). Insiden
penyakit ini di dunia adalah 1,5 sampai 14 pasien per 100.000 penduduk
(Vijver, 2001). Prevalensi di Asia hampir sama dengan di dunia, yaitu 1,5
sampai 8,7 pasien per 100.000 penduduk (Muangpaisan, 2009). Sementara itu,
di Eropa dilaporkan angka yang lebih tinggi, yaitu 9 sampai 22 pasien per

1
100.000 penduduk (Campenhausen, 2005). Jumlah kasus penyakit ini juga
dilaporkan meningkat dari waktu ke waktu. Berdasarkan studi proyeksi yang
dilakukan oleh Dorsey, et al. (2007), secara umum diperkirakan akan terdapat
peningkatan jumlah kasus penyakit Parkinson sebanyak dua kali lipat pada
sepuluh negara berpenduduk terbanyak di dunia, termasuk Indonesia, antara
tahun 2005 dan 2030.
Sampai saat ini, di Indonesia belum tersedia data nasional tentang
jumlah penderita penyakit Parkinson. Namun demikian, berdasarkan laporan
Kelompok Studi (Pokdi) Movement Disorder Perhimpunan Dokter Saraf
Seluruh Indonesia (Perdossi, 2013), diperkirakan pertambahan jumlah
pasiennya mencapai 10 orang per 100.000 penduduk per tahun, dan estimasi
sementara terdapat 200.000-400.000 penderita, dimana perbandingan antara
jumlah pasien laki-laki dan perempuan adalah 3:2. Data dari Rumah Sakit Dr.
M. Djamil Padang menyebutkan bahwa angka kunjungan rawat jalan pasien
Parkinson ke poliklinik penyakit saraf pada tahun 2011 adalah sebanyak 320
orang (Rekam Medis RS Dr. M. Djamil, 2011) dan pada tahun 2012 sebanyak
232 orang (Rekam Medis RS Dr. M. Djamil, 2012). Sedangkan untuk rawat
inap, pada tahun 2011 terdapat sebanyak 12 kasus penyakit Parkinson (Rekam
Medis RS Dr. M. Djamil, 2011) dan di tahun 2012 terdapat 17 kasus (Rekam
Medis RS Dr. M. Djamil Padang, 2012). Data-data tersebut di atas
menunjukkan adanya peningkatan jumlah kasus penyakit Parkinson dari
waktu ke waktu, baik berdasarkan laporan Perdossi maupun RS Dr. M. Djamil
Padang. Penyakit Parkinson merupakan salah satu penyebab utama disabilitas
di bidang neurologi (Sobaryati, 2010). Disabilitas yang diakibatkan oleh
penyakit ini akan memberikan pengaruh besar pada standar kehidupan
pasiennya. Selain itu, penyakit ini juga dapat menimbulkan beban yang cukup
berat dalam keluarga baik secara finansial maupun fungsi sosial (WHO,
2008). Suatu studi di Amerika Serikat yang mengkombinasikan berbagai
survei bahwa beban ekonomi bagi setiap pasien ataupun keluarganya untuk
membiayai pengobatan penyakit ini per tahun adalah USD 12.800 lebih tinggi
dibandingkan biaya kesehatan per tahun bagi kelompok penduduk dengan
kisaran umur yang sama namun tanpa penyakit Parkinson.

2
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Parkinson?

1.3 Tujuan
1.3.1 Umum

Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dan memberikan


asuhan keperwatan dengan baik pada klien penyakit parkinson.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami definisi
parkinson
2. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami etiologi
parkinson
3. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan membedakan tentang
klasifikasi Parkinson.
4. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami serta
menjelaskan tanda dan gejala parkinson
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami serta menjelaskan
patofisiologi parkinson
6. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan pemeriksaan penunjang
pada kasus parkinson
7. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan penatalaksanaan pada
kasus Parkinson
8. Mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan komplikasi pada kasus
Parkinson
9. Mahasiswa diharapkan bisa memberikan asuhan keperawatan dengan baik
dan benar.

3
1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritik

Semoga dengan disusunnya makalah yang berjudul


ekstrapiramidal syndrome penyakit Parkinson ini, bisa memberikan
manfaat bagi pembaca dan menjadi salah satu sumber dalam
penerapan asuhan keperawatan

1.4.2 Klinis
Diharapkan dengan disusunnya makalah yang berjudul
ekstrapiramidal syndrome penyakit Parkinson ini, bisa menjadi
sumber refrensi dalam pengembangan penerapan asuhan
keperawatan di klinik

4
BAB 2
PEMBAHASAN

1.1 Definisi
Penyakit Parkinson merupakan suatu gangguan neurologis
progsesif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk
mengontrol dan mengatur gerakan karateristik yang mucul berupa
bradikinesia (perlambatan gerakan), tremor dan kekakuan otot (Smeltzer
dan Bare, 2002)
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif
yang berkaitan erat dengan usia. Penyakit ini mempunyai karakteristik
terjadinya degenerasi dari neuron dopaminergik pas substansia nigra pars
kompakta, ditambah dengan adanya inklusi intraplasma yang terdiri dari
protein yang disebut dengan Lewy Bodies. Neurodegeneratif pada
parkinson juga terjadi pasa daerah otak lain termasuk lokus ceruleus, raphe
nuklei, nukleus basalis Meynert, hipothalamus, korteks cerebri, motor
nukelus Parkinsonisme adalah kelainan system ekstrapiramidal yang
paling sering ditemukan dan mempunyai beberapa sebab.(Sylvia A
Price,Lorraine M.Wilson.Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Edisi 6,2005)
Parkinson adalah kelompok kelainan neurology yang di tandai oleh
hipokinesia, tremor, dan rigiditas muscular (Kamus Kedokteran Dorlan
Edisi 25, 1998 )

1.2 Etiologi
Pada kebanyakan pasien penyebab penyakit ini tidak
diketahui.Penyakit Parkinson ini lebih sering terjadi pada kelompok usia
lanjut, terutama pada usia 60 tahun.Penyebab utama penyakit Parkinson
ini adalah hilangnya neuron pigmen di dalam substasia nigra pada otak
(substansia nigra merupakan kumpulan nucleus otak tengah yang
memproyeksikan serabut-serabut korpus striatum ) Pada bagian otak
tengah ini sistem saraf pusatnya adalah dopamine Dopamine ini

5
mempunyai fungsi sangat penting dalam menghambat gerakan pada pusat
control gerakan.Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan
neurotransmitter di otak dan faktor-faktor lainnya seperti :
a. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan
respon gejala penyakit Parkinson,
b. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus,
genetik, toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui.
c. Parkinson juga disebabkan oleh obat antara lain:
reserpin (serpasil) phenithiszzives, butjrophenous (contohnya
haloperidol)

1.3 Klasifikasi
Sindroma Parkinson (parkinsonisme) dapat di klasifikasikan
sebagai berikut: (Sudoyo W, dkk, 2006)
1. Primer atau idiopatik atau paralysis agitans
a. Penyebab tidak diketahui
b. Ada peran toksik yang berasal dari lingkungan
c. Ada peran faktor genetik, bersifat sporadic
2. Sekunder atau akuisita
a. Timbul setelah terkena suatu penyakit/zat
b. Infeksi dan pasca infeksi otak (ensefalitis)
c. Terpapar kronis oleh toksin
3. Sindroma parkinson plus
Gejala Parkinson timbul bersama gejala neurologi
lain seperti: Progressive Supraneural Palsy, Multiple
System Atrophy, Cortical-Basal Ganglionic Degeneration,
Parkinson-Dementia-ALS Compleks of Gunam,
Progressive Palidal Atrophy, Diffuse Lewy Body Disease
(DBLD)
4. Kelainan Degeneratif diturunkan (heredodegenerative
disorder)

6
Gejala parkinsonism menyertai penyakit-penyakit
yang diduga berhubungan dengan penyakit neurologi lain
yang faktor keturunan memegang peranan peran sebagai
etiologi

1.4 Patofisiologi
Factor predisposisi disubstansi nigra: usia dan arteri osklerotis,
post-ensefalitis, induksi, obat dapat menyebabkan kerusakan kontrol
gerakan volunter yang memiliki ketangkasan sesuai dan gerakan otomatis
sehingga aliran darah serebral regional menurun dan hipoksia jaringan
otak meluas. Dengan bertambahnya kerusakan sel saraf otak menyebabkan
menurunnya fungsi otak,kognitif menurun serta perubahan kepribadian
psikosis.
Perubahan kekakuan wajah&penurunan kemampuan bicara serta
berkeringat, kulit berminyak sering dermatitis, rasa lelah berlebih dan otot
terasa nyeri merupakan salah satu dari gangguan yang dialami pada kasus
parkinson.
Tanda Penting Perkinsonisme adalah rigiditas, tremor (khususnya
saat istirahat), akinesia atau bradikinesia, dan hilangnya refleks tubuh.
Akinesia/bradikinesia adalah gerakan penderita menjadi serba lambat.

7
1.5 Pathway
Factor predisposisi disubstansi nigra: usia dan arteri osklerotis, post-ensefalitis, induksi,
obat dan keracunan logam berat

Dopamine menipis dalam substansi nigra dan korpus streatum

Kehilangan kelola dari substansi nigra

Globus palidus mengeluarkan implus yang abnormal

Implus globus palidus ini tidak melakukan inhibisi terhadap korteks piramidalis dan
ekstra piramidalis

Kerusakan control gerakan volunter yang memiliki ketangkasan sesuai dan gerakan
otomatis

Aliran darah Gangguan N.III Manifestasi Gangguan Tremor


serebral regional (Okulomotoris) otonom N.VIII ritmik
menurun (vestibule) bradikines
Gangguan ia
Berkeringat, kulit
Hipoksia jaringan kontraksi oto-otot Rigiditas Perubahan kekakuan
berminyak sering
otak meluas mata desebrasi wajah&penurunan
dermatitis, rasa
kemampuan bicara
Bertambahnya Gangguan lelah berlebih dan
kerusakan sel saraf otak konvergensi otot terasa nyeri
hipotensi postural Perubahan
Pandangan kabur Gangguan komunikasi
penurunan gaya
Menurunnya fungsi
verbal
otak,kognitif menurun kemampuan batuk berjalan,
Perubahan efektif kekakuan
persepsi sensorik dlm
Perubahan kepribadian Gangguan N
visual beraktivitas
psikosis, demensia & IX
dan
konfusi akut Kesulitan
kelemahan (glosofaringeus),
Resiko tinggi kebersihan jalan menelan
otot X (vagus)
nafas tdk efektif 8
Kognitif menurun

Perubahan
Hambatan
Persepsi menurun nutrisi kurang
mobilitas
dari
fisik
kebutuhan
Penurunan
aktivitas
fisik umum

Resiko
konstipasi

Gangguan
eliminasi

9
1.6 Manifestasi Klinis
Tanda Penting Perkinsonisme adalah rigiditas, tremor (khususnya
saat istirahat), akinesia atau bradikinesia, dan hilangnya refleks tubuh
Disfungsi ini bersifat kronik dan progresif tetapi dengan berbagai variasi
gejala antar pasien Rigiditas mungkin hanya terbatas pada satu kelompok
otot dan terutama unilateral atau dapat menyebar dan bilateral. Otot fleksor
maupun ekstensor berkontraksi kuat (tonus meningkat), mengindikasikan
adanya gangguan kontrol pada kelompok otot yang bersebrangan Jika
rigiditas melibatkan trunkus, rigiditas itu bertanggung jawab terhadap
gaya berjalan dan masalah posisi tubuh akibat Parkinson
Tremor akibat parkinsonisme timbul pada saat istirahat dan
disebut tremor istirahat Ketika otot menegang untuk melakukan tindakan
yang bertujuan, biasanya tremor akan berhenti Tremor yang melibatkan
tangan dijelaskan sebagai pill rolling dan mengakibatkan gerakan ritmis
ibu jari pertama dan kedua Tremor adalah akibat dari kontraksi bergantian
yang regular (4 hingga 6 siklus per detik) pada otot yang berlawanan
Tremor sepertinya akan memburuk jika pasien lelah, di bawah tekanan
emosi, atau terfokus pada tremor. Dasar tremor tidak jelas Bila pasien
secara tidak sengaja mengalami kecelakaan serebrovaskular (CVA, stroke)
dan timbul hemiplegia, tremor akan hilang pada bagian yang paralisis
Akinesia/bradikinesia adalah gerakan penderita menjadi serba
lambat Dalam pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda
tangan yang semakin mengecil, sulit mengenakan baju, langkah menjadi
pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga penderita bisa
menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu Wajah menjadi tanpa ekspresi.
Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan
berkurang,
Demensia, adanya perubahan status mental selama perjalanan
penyakitnya dengan deficit kognitif. Gangguan Behavioral, lambat-laun
menjadi dependen (tergantung kepada orang lain), mudah takut, sikap
kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan
lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban yang

10
betul, asal diberi waktu yang cukup, dan gejala lain yaitu kedua mata
berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal hidungnya
(tanda Myerson positif) Ada pula gejala non motorik
1. Disfungsi otonom
a. Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter
terutama inkontinensia dan hipotensi ortostatik.
b. Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
c. Pengeluaran urin yang banyak
2. Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi
3. Gangguan sensasi,
a. Kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang,
pembedaan warna,
b. Penderita sering mengalami pingsan
c. Berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau
( microsmia atau anosmia)

11
1.7 Pemeriksaan Penunjang
1.7.1 EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
Dengan elektroda yang ditempelkan pada berbagai daerah
tengkorak, potensial permukaan otak direkam. Perekaman ini
berlangsung terus-menerus untuk beberapa menit. Tegangan yang
tercatat pada kertas yang bergerak berupa gelombang-gelombang.
Dengan memasang 16 elektroda pada tengkorak aktivitas seluruh
otak dapat direkam dan diselidiki Tegangan otak sebesar 50
mikrovolt agar dapat direkam harus diperkuat sampai satu juta kali,
oleh karena itu aliran listrik dari sumber lain seperti gerakan otot
kepala atau generator listrik juga ikut tercatat (atrefak)
Seluruh korteks serebri merupakan medan listrik yang diproduksi
pada ujung-ujung dendrite Tegangan potensial neuron pada setiap
waktu berbeda sehingga potensial dendrit juga berubah
ubah.Fluktuasi ini yang tecatat pada kertas EEG.

12
1.7.2 CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki
melebar, hidrosefalua eks vakuo)

1. Tempat kita berbaring akan bergerak melalui “terowongan” yang


sebenarnya adalah “kamera-berputar” untuk melihat foto 3-dimensi
dari bagian dalam tubuh kita. Saat kita bergerak melalui
terowongan tersebut, harus tahan nafas secara beberapa detik
2. CT scan pertama kali dikembangkan pada tahun 70-an. Awalnya
adalah untuk melihat gambaran di kepala. Saat ini prosesnya relatif
cepat sehingga pasien dapat merasa lebih nyaman dan resolusi
gambarannya pun bisa cukup tinggi.
3. CT menggunakan komputer dan peralatan sinar-x yang berputar
pada bagian terowongannya. Saat mesin scanner berputar, akan
dipotret beberapa profil organ tubuh kita, sekitar 1,000 profil setiap
putaran. Masing2 profil dianalisa oleh komputer dan dikompilasi
menjadi bentuk gambar 2 dimensi.

13
1.8 Penatalaksanaan
1.8.1 Non farmakologi
1. Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek
baik dari terapi fisik. Pasien akan termotifasi sehingga terapi ini
bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan petunjuk atau latihan
contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit
Parkinson merupakan program jangka panjang dan jenis terapi
disesuaikan dengan perkembangan atau perburukan penyakit,
misalnya perubahan pada rigiditas, tremor dan hambatan lainnya
Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari
dapat bermanfaat dalam menjaga dan meningkatkan mobilitas,
fleksibilitas, keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar
selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi,
mengunyah keras, dan memindahkan makanan di dalam mulut
2. Terapi Suara
Perawatan yang paling besar untuk kekacauan suara yang
diakibatkan oleh penyakit Parkinson adalah dengan Lee
Silverman Voice Treatment ( LSVT ). LSVT fokus untuk
meningkatkan volume suara
3. Nutrisi
Beberapa nutrisi telah diuji dalam studi klinik klinik untuk
kemudian digunakan secara luas untuk mengobati pasien
Parkinson. Peran perawat adalah mengawasi asupan nutrisi
terhadap pasien parkinson.
1.8.2 Farmakologi
1. Terapi Obat Obatan
A. Antikolinergik
Benzotropine (Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane).
Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit
parkinson. Untuk mengaluskan pergerakan, mengontrol
tremor dan kekakuan.

14
B. Carbidopa/levodop
Merupakan preparat yang paling efektif untuk
menghilangkan gejala derivat dopamin-agonis-ergot
berguna jika ditambahkan kedalam levodopa untuk
mempelancar fluktasi klinis.
C. Obat-obat antihistamin untuk menghilangkan tremor
D. Inhibitor MAO untuk menghambat pemecahan dopamine
E. Obat-obat antidepresan
Selain terapi obat yang diberikan, pemberian
makanan harus benar-benar diperhatikan, karena kekakuan
otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan
untuk menelan sehingga bisa terjadi kekurangan gizi
(malnutrisi) pada penderita. Makanan berserat akan
membantu mengurangi ganguan pencernaan yang
disebabkan kurangnya aktivitas, cairan dan beberapa obat
2.9 Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Parkinson ini dilihat dari
imobiilisasi seperti
1. pneumonia,
2. infeksi saluran perkemihan dan jika penderita terjatuh
dapat menyebabkan kematian Selain itu penyakit
Parkinson dapat menyebabkan komplikasi
3. gangguan fungsi pernapasan,
4. gangguan okulomotorius ( pandangan yang kabur ).
5. Kelelahan dan nyeri otot juga dialami oleh penderita
Parkinson.

15
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 pengkajian
A. Identitas
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Alamat :
Pekerjaan :
Agama :
Suku bangsa :
Tanggal dan jam :
Nomer register :
Diagnosis medis :
B. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh,
kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural
b. Riwayat penyakit saat ini
Pada anamnesis, sering klien mengeluh adanya tremor pada
salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain, dan
akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral.
Karakteristik tremor dapat berupa lambat,gerakan membalik
(pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan
gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pir
di antara jari-jari. Keadaan ini meningkat bila klien sedang
berkonsentrasi atau merasa cemas dan muncul pada saat klien
istirahat.

16
Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan
pada sensasi wajah,sikap tubuh dan gaya berjalan. Adanya
keluhan rigiditas deserebrasi, berkeringa,kulit berminyak dan
sering menderita dermatitis seboroik, sulit mewnelan,
konstipasi, dan gangguan kandung kemih yang diperberat oleh
obat-obat antikolinergik dan hipertrofi prostat.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang dilakukan adalah dengan mengajukan
pertanyaan tentang adanya riwayat hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat
antokoagulan aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat anti
kolinergik dalam jangka waktu lama.
d. Riwayat penyakit keluarga
Walaupun tidak ditemukan adanya hubungan penyakit
Parkinson dengan sebab genetic yang jelas, perawat perlu
melakukan pengkajian riwayat penyakit pada keluarga.
Pengkajian dilakukan dengan menanyakan apakah ada anggota
keluarga terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes
mellitus. Hal ini diperlukan untuk melihat adanya komplikasi
penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit.
C. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-
keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung
data yang diperoleh dari pengajian anamnesis. Pemeriksaan fisik
sebaiknya dilakukan per system ( B1-B6) dan terarah dengan focus
pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 dan dihubungkan dengan
keluhan klien Klien dengan penyakit Parkinson umumnya tidak
mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital,
yaitu brakikardi,hipotensi,dan penurunan frekuensi pernafasan.

17
B1 (BREATHING)
Gangguan fungsi pernafasan yang terjadi berkaitan dengan
hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan
berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
Inspeksi :Ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan
kemampuan untuk batuk efektif,peningkatan
produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot
bantu nafas.
Palpasi : ditentukan taktil premitus seimbang kanan dan
kiri.
Perkusi : ditemukan adanya suara resonan pada seluruh
lapang paru.
Auskultasi : ditemukan bunyi nafas tambahan seperti nafas
berbunyi,stridor,ronkhi pada klien dengan
peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk
yang menurun yang sering ditemukan pada klien
inaktivitas.
B2(BLOOD)
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping
pemberian obat dan juga gangguan pada pengatur tekanan darah oleh
system saraf otonom.

B3(BRAIN)
Pengkajian B3 (BRAIN) merupakan pemeriksaan focus dan lebih
lengkap dibandingkan pengkajian pada system lainnya Pada inspeksi
umum ditemukan perubahan pada gaya berjalan,tremor secara umum pada
seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan.
B4(BLADDER)
Penurunan refleks kandung kemih perifer di hubungkan dengan
disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum. Klien mungkin
mengalami inkontinensia urine, ketidak mampuan mengomunikasikan
kebutuhan, dan ketidak mampuan untuk menggunakan urinal karena

18
kerusakan control motorik dan postural. Selama priode ini, dilakukan
kateterisasi intermiten dengan teknik steril.

B5(BOWEL)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan
nutrisi yang kurangf karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot, dan
adanya tremor menyeluruh. Klien sering mengalami konstipasi karena
penurunan aktivitas.

B6(BONE)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan
otot,tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-
hari Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan
pergerakan Karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh
gerakan memberikan risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.

PEMERIKSAAN HEAD TO-TOE


 Pengkajian Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga
bergantung pada penurunan aliran darah serebri regional
mengakibatkan perubahan pada status kognitif klien.
 Pemeriksaan fungsi serebral
Status mental: biasanya mengalami perubahan yang
berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan
persepsi,dan penurunan memori baik jangka pendek dan memori
jangka panjang.
 Pemeriksaan saraf cranial
 Saraf I. ( Olfaktorius sensori )
Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak
ditemukan kelainan dan fungsi penciuman tidak ada
kelainan.

19
 Saraf II.( Optikus )
hasil uji ketajaman pengelihatan mengalami
perubahan sesuai tingkat usia, biasanya klien lanjut usia
dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan
ketajaman pengelihatan.
 Saraf III,IV,dan VI. ( Okulomotorius, troklearis, Abdusen )
gangguan saraf okulomotorius:sewaktu melakukan
konvergensi pengelihatan menjadi kabur karena tidak
mampu mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata.
 Saraf V.( Trigeminus )
pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya
ditemukan perubahan pada otot wajah.adanya keterbatasan
otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami
penurunan,saat bicara wajah seperti topeng (sering
mengedipkan mata).
 Saraf VII. ( Fasialis )
persepsi pengecapan dalam batas normal
 Saraf VIII. ( Vestibulokoklearis )
adanya tuli konduksi dan tuli persepsi yang
berhubungan dengan proses senilis dan penurunan aliran
darah regional.
 Saraf IX dan X. ( Glosofaringeus, Vagus )
Ditemukan kesulitan dalam menelan makanan.
 Saraf XI. ( Aksesori )
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
 Saraf XII. ( Hipoglosum )
lidah simetris,tidak di temukan deviasi pada satu sisi
dan tidak ada fasikulasi.indra pengecap normal.

20
 System motorik
Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya
berjalan,tremor secara umum pada seluruh otot, dan kaku pada
seluruh gerakan. klien sering mengalami rugiditas
deserebrasi.Tonus otot, ditemukan meningkat Keseimbangan dan
koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karena adanya
kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan,tremor
secara umum pada seluruh otot,dan kuku pada seluruh gerakan.
 Pemeriksaan refleks
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien
mencoba untuk berdiri,klien akan berdiri dengan kepala cenderung
ke depan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti di dorong.
kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah
satunya ke depan atau ke belakang) dapat menimbulkan sering
jatuh.
 Sistem sensorok
Sesuai berlanjutnya usia,klien dengan penyakit Parkinson
mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif.
Penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari neuropati.

3.2 diagnosa keperawatan


1. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tremor,pelambatan dalam proses makan, kesukaran
mengunyah dan menelan
2. Gangguan komunikasi verbal yang b.d penurunan kemampuan
bicara dan kekakuan otot wajah
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan dan
kelemahan otot.

21
3.3 rencana keperawatan
Dx 1: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d proses
makan,kesukaran mengunyah dan menelan.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam kebutuhan
nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil:
1. Berat badan terpenuhi
2. Masalah nutrisi teratasi
3. Intake nutrisi adekuat
Intervensi :
1. Evaluasi kemampuan makan klien
2. Obserfasi berat badan
3. Kaji fungsi sitem gastrointestinal meliputi bising usus catat adanya
mual dan muntah
4. Anjurkan pemberian cairan 2500 cc per hari selama tidak terjadi
gangguan jantung
5. Kolaborasi: pemeriksaan laboratorium seperti serum,BUN,dan
glukosa

Rasional :

1. Mengetahui kemampuan makan klien


2. Kehilangan berat badan dapat menunjang kandungan glikogen dalam
otot dan kepekaan pemasangan fentilator
3. Fungsi system gastrointestinal sangat penting untuk asupan makanan
4. Mencegah terjadinya dehidrasi dan konstipasi
5. Memberikan informasi yang tepat tentang nutrisi yang di butuhkan
klien.

Dx 2: Gangguan komunikasi verbal yang b.d penurunan


kemampuan bicara dan kekakuan otot wajah
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
kemampuan komunikasi maksimal.
kriteria hasil:

22
1. Kemampuan komunikasi maksimal
2. Kata kata berbicara dapat di pahami
3. Klien dapat berkomunikasi dengan sumber yang ada
Intervensi :
1. Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi
2. Menentukan cara komunikasi seperti kontak mata,menggunakan tulisan
bahasa isyrat
3. Anjurkan keluarga untuk berbicara pada klien
Rasional :
1. Mengetahui kemampuan klien berkomunikasi
2. Membuat klien tertarik untuk berkomunikasi,membantu memenuhi
kebutuhan klien
3. Membantu mempertahankan prasaan kontak dan menghindari sikap kaku
Dx 3 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan
dan kelemahan otot.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24jam mampu
melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan.
Ktriteria hasil :
1. Tidak terjadi kontraktur sendi
2. Bertambahnya kekuatan otot dan klien menunjukkan tidakan untuk
meningkatkan mobilitas
3. Klien dapat ikut serta dalam program latihan
Intervensi :
1. Kaji mobilitas yang ada dan obsrfasi terhadap peningkatan kerusakan
2. Lakukan program latihan meningkatkan kekuatan otot
3. Anjurkan mandi hangat dan masase otot
4. Bantu klien melakukan latihan ROM,prawatan diri sesuai toleransi
5. Kolaborasi ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
Rasional
1. Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
2. Meningkatkan koordinasi dan ketangkasan menurunkan kekakuan otot dan
mencegah kontraktur bila otot tidak digunakan

23
3. Mandi hangat dan masase membantu otot otot rileks pada aktifitas pasife
dan aktifitas mengurangi nyeri otot yang mengakibatkan kekakuan otot
4. Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan
5. Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas dapat di tingkatkan
dengan latihan fisik dari tim fisio terapi.

24
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sistem ekstrapiramidal merupakan jaringan syaraf yang terdapat
pada otak bagian sistem motorik yang mempengaruhi koordinasi dari
gerakan. Gejala ekstrapiramidal sering di bagi dalam beberapa kategori
yaitu reaksi distonia akut, tardiv diskinesia, akatisia, dan parkinsonism
(Sindrom Parkinson). Penyakit Parkinson merupakan suatu gangguan
neurologis progsesif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab
untuk mengontrol dan mengatur gerakan karateristik yang mucul berupa
bradikinesia (perlambatan gerakan), tremor dan kekakuan otot.

4.2 Saran
Dengan di susunnya makalah ini ,di harapkan kepada semua
pembaca agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah ada dalam
makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan
pembaca dan mengingat Parkinson merupakan suatu gangguan neurologis
progsesif yang mengenai pusat otak, maka penanganan penyakit ini
diupayakan secara maksimal dengan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan baik melalui tenaga kesehatan, prasarana dan sarana kesehatan.
Di samping itu kami juga mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca agar kami bisa berorientasi lebih baik lagi dalam penyusunan
makalah kami selanjutnya

25
DAFTAR PUSTAKA

(Sylvia A Price,Lorraine M.Wilson.Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit Edisi 6 ,2005)

Elizabeth, J.Corwin. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Cetakan I. Penerbit : EGC,


Jakarta

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

26
Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur Alhamdulillah pada Allah swt atas bimbingan dan
pertolongan-Nya sehingga ini laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan
pada penyakit “Parkinson” dapat disusun. Dan semoga sholawat dan salam
tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad saw, yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman terang akan
pengetahuan seperti saat ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada :
1. Ketua Yayasan Pesantren Zainul Hasan Genggong KH. Moch. Hasan
Mutawakkil Alaallah, SH. MM.
2. Direktur STIKES Hafshawati Zainul Hasan Genggong yaitu: Ns.Iin
Aini Isnawati S.Kep.M.Kes
3. Ketua program studi S1 Keperawatan STIKES Hafshawati Zainul
Hasan genggong yaitu: Achmad Kusairi.S.Kep.Ns.,M.Kep
4. Dosen pembimbing mata kuliah Sistem pencernaan yaitu: Ns. Ana
Fitria Nusantara , S.Kep Semua pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan
makalah ini.

Dengan disusunnya laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan


pada penyaki “Parkinson”diharapkan dapat membantu dalam proses
pembelajaran dan menambah pengetahuan bagi pembaca. Makalah ini masih
jauh dalam kesempurnaan, untuk itu kami mengharap kritik dan saran dari
pembaca terutamanya dosen pembimbing.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

27
DAFTAR ISI

Lembar Judul................................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................. 1
Daftar Isi........................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ............................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 4
1.4 Manfaat ...................................................................................................... 4

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ................................................................................................... 5
2.2 Etiologi ..................................................................................................... 6
2.3 Klasifikasi ................................................................................................ 7
2.4 Maniefestasi klinis .................................................................................... 7
2.5 Patofisiologi .............................................................................................. 9
2.6 Pemeriksaan penunjang ............................................................................ 11
2.7 Penatalaksanaan ........................................................................................ 13
2.8 Komplikasi ............................................................................................... 14

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian .................................................................................................. 16


3.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................... 21
3.3 Rencana Keperawatan ................................................................................ 21

BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................................... 24
4.2 Saran .......................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA

28

Anda mungkin juga menyukai