Anda di halaman 1dari 2

Jaluar Rempah dan kedatuan Sriwijaya: Sejarah yang Terlupakan tentang Kedigdayaan Nusantara

Oleh: Wiwit Kurniawan, M.A.

Pada mulanya adalah Rempah. Dari rempah lah tercipta peradaban, kebudayaan dan kekuasaan.
Layaknya ‘logos’ yang menjadi awal mula pencitaan alam semesta. Rempah adalah awal mula
peradaban nusantara. Rempah adalah pondasi, tiang, dinding, dan sekaligus atas. Tidak ada sendi
kehidupan –pada masa tua itu- yang tidak tersentuh dan terjamah oleh rempah. Dari urusan selera di
meja makan, mahkota, singgasana, sampai surga dan neraka. Dengan rempahlah, bangsa-bangsa di
nusantara bisa menjelajah dunia, berkuasa dan berjaya. Dengan datangnya imperialisme yang
merampok Nusantara, membuat tidak tersisa satu biji rempah pun. Imperialisme telah merenggut
rempah nusantara, baik kuantitasnya, maupun petuah dan kedigdayaan yang ada dalam setiap butir
bijinya.

Rempah di jaman dulu layaknya dolar di masa kini. Rempah bukan hanya sekedar komoditas, namun
juga sebagai alat tukar yang memiliki nilai yang tinggi. Dengan rempah inilah Nusantara berkuasa.
Menjelajah dan mengarungi samudra. Dihormati disetiap bangsa yang disinggahi.

Dengan kekuatan yang ada dalam rempah, para kolonial menyadari bahwa untuk menaklukan nusantara
mereka harus menaklukan rempah. Monopoli rempah oleh penjajah membuat bangsa kita menjadi
bangsa paria. Praktek monolopi dan cara dangang yang kotor tersebut juga berakibat pada jatuhnya
citra rempah di mata dunia.

Dengan hilangnya kesaktian dan pesona rempah, hilang pula supremasi dan kedigdayaan bangsa-bangsa
Nusantara di antara bangsa lain di dunia. Lewat imperialisme, bukan hanya pusaka-pusaka dan harta
nusantara yang diboyong ke Eropa, namun semuanya. Imperialisme telah merenggut segalanya, berupa
kekayaan, kebanggaan, bahkan sejarah kita. Kita menjadi bangsa yang fakir, kehilangan jati diri dan
kehilangan sejarah. Cerita tentang bagaimana rempah telah mengubah dan mempengaruhi dunia adalah
sebuah sejarah yang telah dihapus dari ingatan kolektif bangsa-bangsa Nusantara.

Adanya jalur rempah juga semakin pudar dari ingatan. Tidak banyak masyarakat Indoneisa yang
mengetahui bahwa dulu Nusantara memiliki jalur perdagangan yang ramai dan luas. Jalur perdagangan
yang menjadikan Nusantara sebagai poros peradaban dunia. Jalur yang menyatukan Barat dan Timur,
dan mempertemukan ratusan kebudayaan dan tradisi dari berbagai benua.

Akibat kuasa diskurus orientalisme, sejarah tentang imperium Sriwijaya juga hanya dijadikan mitos.
Bangsa Nusantara telah lupa akan kebesaran nenek moyang mereka. Kita telah lupa akan fakta bahwa
Sriwijaya telah menguasai laut dengan armadanya yang kuat dan telah melakukan perdagangan global
dengan menjadikan rempah sebagai komoditas andalan. Bangsa kita ini telah dijauhkan dari berbagai hal
tentang laut. Kita bukan lagi menjadi kekuatan utama maritim dunia.

Sejak ribuan tahun lalu, Rempah nusantara telah menghangatkan dinginnya benua di utara,
menyembuhkan penyakit-penyakit di wilayah belantara, mengkultusakan ritual-ritual di setiap agama.
Kala itu, tidak ada suatu bangsa pun yang tidak membutuhkan rempah. Dengan rempah yang berlimpah,
dan penguasaan atas laut, membuat Sriwijaya menjadi imperium yang sangat adidaya.
Sudah saatnya kita belajar dari sejarah. Bangsa yang tidak memiliki sejarah adalah bangsa yang tidak
memiliki masa depan. Oleh karena itu, harus mengenal sejarah sebagai refleksi dan motivasi dalam
membangun masa depan. Dalam Pameran Kedatuan Sriwijaya dan Jalur Rempah, kita belajar bahwa kita
adalah bangsa maritim yang besar, berperadaban dan bermartabat.

Anda mungkin juga menyukai