Anda di halaman 1dari 15

Mata kuliah : KDM II

Semester : IV ( Empat )
Dosen : Jane Rondonuwu S.Kep Ns

PENGAMBILAN SPESIMEN

OLEH
Kelompok I
 Ritha Siahaya
 Inri Tololiu
 Niswan Iskandar Alam
 Soan H Moniaga
 Lispitasari Andiani
 Jufri Yanto La Mane

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH
MANADO 2011

1
PENDAHULUAN

Sekarang ini, banyak penyakit yang bertambah dan merajalela dalam kehidupan masyarakat.
Akan tetapi, penyakit infeksi tetap menjadi primadona penyakit yang paling sering menyerang
manusia.

Penyakit infeksi yang ditimbul sering diakibatkan mikroorganisme yang bersifat patogen.
Dalam pemeriksaan penyakit infeksi, biasanya dilakukan pemeriksaan fisik dan anamnese guna
menemukan etiologi penyakit. Cara lain dalam menegakkan diagnosa guna menemukan
mikroorganisme apa yang menjadi penyebab suatu penyakit adalah dengan cara pemeriksaan
spesimen.

Oleh karena itu, bagi orang yang berprofesi dalam bidang kesehatan, misalnya dokter, harus
mengetahui dan memahami betul cara pengelolaan spesimen klinik. Saya, sebagai mahasiswi
kedokteran, tentunya juga harus memahami betul cara pengelolaan/penanganan spesimen.

Yang harus diperhatikan dalam hal pengelolaan spesimen adalah: Cara


Pengambilan/Penyimpanan/Pengiriman specimen . Adapun tujuan dari pemahaman cara
pengelolaan spesimen tersebut adalah agar spesimen dapat memberikan hasil yang akurat dalam
pemeriksaan secara makroskopis/mikroskopis dan spesimen tidak rusak dalam rentang waktu
pengiriman ke laboratorium.

Salah satu hal paling penting yang mendasari cara pengelolaan spesimen yaitu harus
diperhatikan tujuan pengambilan spesimen. Spesimen diambil apakah untuk pemeriksaan
mikrobiologi/patologi klinik/patologi anatomi/parasitologi. Hal ini harus diperhatikan sebab
prosedur pengelolaan spesimen pada setiap bidang pastilah berbeda. Misalnya, antikoagulan
EDTA yang tidak boleh dipakai dalam pengawetan dalam proses penyimpanan
darah laboratorium mikrobiologi sebab akan mematikan kuman yang akan diperiksa. Tetapi,
antikoagulan EDTA digunakan dalam laboratorium patologi klinik.

Dalam makalah ini dipaparkan mulai dari cara pengambilan, penyimpanan sampai cara
pengiriman spesimen klinik. Dimana, pada makalah ini ditekankan pada cara pengelolaan
spesimen sputum, darah dan feses. Selain itu, juga dipilah antara prosedur penanganan spesimen
klinik untuk dikirim ke laboratorium tertentu. Dimana, laboratorium tersebut terdiri dari
laboratorium mikrobiologi, patologi klinik, patologi anatomi, dan parasitologi.

2
PEMERIKSAAN SPESIMEN

A. URIN

Tujuan :

menetukan apakah terdapat kelainan urin yang di urai secara makroskopis ( fisik ), sedimen /
endapan ( makroskopis – mikroskopis, unsure organic – non organic ), kimiawi, bakterialogis,
maupun imunologis.tergantung pada sampel atau jenis urin yang diperiksa.

Cara kerja

A.1 URIN BERSIH (clean voided urine specimen)

Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin. Untuk pemeriksaan urinalisa rutin
diperlukan:

Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin pertama cenderung konsentrasinya lebih
tinggi, jumlah lebih banyak, dan memiliki pH lebih rendah. Jumlah minimal 10mL
Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat melakukannya sendiri, dengan menampung urin
pada wadah yang disediakan, kecuali klien yang lemah, mungkin memerlukan bantuan.

Spesimen harus bebas dari feses Diperlukan urin segar (pengambilan kurang dari 1 jam), bila
tidak dapat diperiksa dengan segera, urin harus dimasukan dalam lemari es. Bila urin berada
dalam suhu ruangan untuk periode waktu lama maka kristal urin dan sel darah merah akan
lisis/hancur serta berubah menjadi alkalin.

A.2 URIN TENGAH (clean-catch or midstream urin specimen)

Urin tengah merupakan cara pengambilan spesiman untuk pemeriksaan kultur urin yaitu untuk
mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih. Sekalipun ada

3
kemungkinan kontaminasi dari bakteri di permukaan kulit, namun pengambilan dengan
menggunakan kateter lebih berisiko menyebabkan infeksi.Perlu mekanisme khusus agar
spesimen yang didapat tidak terkontaminasi.

Pengambilan dilakukan dengan cara:


bersihkan area meatus urinarius dengan sabun dan air atau dengan tisue khusus lalu keringkan
biarkan urin yang keluar pertama dimaksudkan untuk mendorong dan mengeluarkan bakteri
yang ada didistal, beberapa waktu kemudian tampung urin yang ditengah. Hati-hati memegang
wadah penampung agar wadah tersebut tidak menyentuh permukaan perineum. Jumlah yang
diperlukan 30-60mL.

Prosedur mengumpulkan urin midstream


Langkah Rasional

1. ikuti kebijakan lembaga dalam pengambilan specimen

Kebijakan lembaga dapat berbeda –beda dalam metode pengambilan


kaji status klien

a. pada saat terakhir kali klien berkemih


b. tingkat kesadaran atau tahap perkembangan
c. mobilisasi ,keseimbangan , dan keterbatasan fisik

d. Dapat mengindikasikan penuhnya kandung kemih


e. Menunjukan kemampuan klien dalam bekerja sama selama prosedur
f. Menentukan tingkat bantuan
g. kaji tingkat pengetahuan klien terhadap pemeriksaan
h. Informasi memungkinkan dapat mengklarifikasi kesalahpahaman dan meningktkan kerjasa
sama dari klien

4
persiapkan peralatan
a. sabun,lap basah,dan handuk
Di gunakan untuk membersihkan,membilas,dan mengeringkan perineum
b.peralatan komersial untuk mengambil irine dengan cara bersih,gulungan kapas steril atau
bantalan kasa ukuran 2x2
c. larutan anti septik
d. air steril
e. wadah spesimen steril
f. sarung tangan steril dan non steril
g. pispot
h. label spesimen yang lengkap
i. Membilas larutan antiseptic

jelaskan prosedur

a. alasan dibutuhkannya spesimen midstrem


b. cara agar klien dan keluarga dapat membantu
c. cara mengambil spesimen yang bebas dari feses
d. Mengurangi ansietas
e. Membantu klien mengumpulkan spesimen urin secara mandiri
f. Feses dapat merubah karakteristik urin dan dapat menyebabkan nilai pengukuran menjadi
salah
g. apabila klien tidak merasakan keinginan berkemih yang mendesak, berikan air minum 30
menit sebelum pengambilan urin

Meningkatkan kemampuan berkemih

Privasi klien

 Memungkinkan klien bersifat rileks


 berikan sabun,lap basah , dan handuk untuk membersihkan daerah perineum

5
 Pakai sarung tangan non steril dan bantu perawatan perineum pada klien yang tidak dapat
berjalan
 Mencegah penularan mikroorganisme
 ganti sarung tangan
 Mengurangi transfer infeksi
 buka peralatan steril atau persiapkan peralatan steril
 tuang antiseptik diatas bola kapas
 Bola kapas digunakan untuk membersihkan perineum

13. buka wadah steril

Bantu dan biarkan klien membersihkan perineum dan mengumpulkan spesimen urin nya
secara mandiri

a. pria

 pegang penis dengan satu tangan dan bersihkan ujung penis dengan gerakan memutar
dari arah tengah keluar dan menggunakan swab antiseptik
 bersihkan daerah tersebut dengan air sterildan keringkan dengan bola kapas
 setelah klien mulai mengeluarkan aliran urin ,letakan wadah pengumpul dibawah aliran
urin dan kumpulkan 30 – 60 ml
b. wanita

 buka labia dengan ibu jari dan jari telunjuk dari tangan yang tidak dominan
 bersihkan daerah tersebut dengan bola kapas ,dari bagian depan ke belakang
 bantu klien membersihkan daerah perineum dan mengumpilkan secara mandiri
 bersihkan daerah tersebut dengan air sterildan keringkan dengan bola kapas
 dengan tetap memisahkan labia, klien harus mulai mengeluarkan urin , dan setelah aliran
keluar letakan wadah spesimen dibawah aliran urin dan kumpulkan 30 – 60 ml

6
14. Mengurangi jumlah bakteri
 Mencegah kontaminasi spesimen dengan larutan antiseptik
 Urin yang pertama keluar membuang mikroorganisme yang dalam kondisi normal
terakumulasi di meatus urinarius dan mencegah bakteri terkumpul di dalam spesimen
 Memungkinkan akses kemeatus uretra
 Mencegah kontaminasi spesimen dengan larutan antiseptik
 Urin yang pertama keluar membuang mikroorganisme yangt dalam kondisi normal
terakumulasi di meatus urinarius dan mencegah bakteri terkumpul di dalam spesimen

15 pindahkan wadah spesimen sebelum aliran urin terhenti dan sebelum melepaskan labia atau
penis.klien meyelesaikan berkemih dalam bedpend tau toilet mencegah spesimen terkontaminasi
oleh flora kulit.
16. tutup wadah spesimen dengan aman dan kuat. mempertahankan sterilitas bagian dalam
wadah
17. bersihkan urin yang mengenai bagian luar wadah,dan letakan dikantung plastikan specimen
Mencegah transfer mikroorganisme dengan orang lain.
18. pindahkan bedpen dan bantu klien untuk dapat posisi yang nyaman meningkatkan
lingkungan yang rileks
19 berikan label pada daftar specimen mencegah identifikasi yang tidak akurat
20. lepaskan sarung tangan dan cuci tangan mencegah transfer mikroorgani9sme dengan orang
lain
21 kirim spesimen ke labort dalam 15 menit atau m,asukan dalam lemari es bakteri dapat
berkembang biak dalam urin
22. catat tanggal dan waktu pengambilan spesimen dalam catatan keperawatan
mendokumentasikan implementasi yang diprogramkan dokter

A.3 URIN TAMPUNG (timed urin specimen/waktu tertentu)

Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalam jangka
waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanya disimpan di
lemari pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegah pertumbuhan bakteri

7
atau mencegah perubahan/kerusakan struktur urin.Biasanya urin ditampung di tempat kecil lalu
dipindahkan segera ke penampungan yang lebih besar.

Adapun tujuan pemeriksaan yang menggunakan urin tampung adalah:


 mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin
 menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa,fungsi ginjal
 menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase, kreatinin, hormon
tertentu)

Hal yang perlu dilakukan perawat:


 Periode pengumpulan jenis ini dimulai setelah klien berkemih
 beri wadah yang telah disiapkan oleh pihak laboratorium
 setiap kali berkemih ,urin dikumpul dalam sebuah wadah yang bersih lalu segera
masukan dalam wadah yang lebih besar
 setiap spesimen harus bebas dari feses atau tisu toilet
 perawat harus mengigatkan klien untuki berkemih nsebelum defekasi
 wadah pengumpil urin perlu dimasukan dalam lemari ES

A.4 SPESIMEN URIN ACAK

 Spesimen urin rutin yang diambil secara acak dapat dikumpulkan dari urin klien saat
berkemih secara alami atau dari kateter foley atau kantong pengumpul urin yang
mengalami diversi urinarius
 Spesimen harus bersih digunakan pada pemeriksaan urinalisis
 Anjurkan klien untuk minum 30 menit sebelum prosedur dilakukan,dan hanya 120 mL
urin yang dibutuhkan untuk pemeriksaan yang akurat
 Setelah spesimen dikumpilkan ,perawat m,emasang tutup dengan ketat padsa wadah
spesimen,membersihkan setiap urin yang keluar mengenai bagian wadah,meletakan
wadah pada kantong plastik,dan kirim spesimem yang telah diberi label ke labor.

8
A.5 SPESIMEN KATETER INDWELLING

Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter yang khusus disiapkan
untuk pengambilan urin dengan jarum suntik.Klem kateter selama kurang lebih 30 menit jika
tidak diperoleh urin waktu pengambilan. Untuk kultur urin diperlukan 3 mL, dan 30 mL untuk
urinalisa rutin. Untuk kultur urin, hati-hati dalam pengambilan agar tidak terkontaminasi.

Pengambilan specimen urin


a. Pengambilan Spesimen
1) Wadah Spesimen
a) Wadah spesimen urine harus bersih dan kering.
b) Dapat terbuat dari plastik atau botol gelas.
c) Mulut wadah lebar dan dapat ditutup rapat.
d) Wadah berwarna terang.

2) Bahan Pengawet
a) Formalin 37%.
b) Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA).

3) Cara Pengambilan Spesimen


a) Urine ditampung selama 24 jam
b) Urine yang telah ditampung diambil sebanyak 50 – 100 ml, kemudian tambahkan dengan 2 ml
formalin 27% atau 100 mg EDTA, kemudian kocok hingga homogen.

4) Identitas Spesimen.
diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada buku registrasi yang
berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan,

9
b. Pengiriman Spesimen
1) Setelah spesimen urine terkumpul masing-masing dalam wadah/botol kecil, kemudian
dimasukan dalam wadah/tempat yang lebih besar dengan diberi es sebagai pengawet sementara
(cool box).
2) Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah terbalik atau tumpah.
3) Pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium (tidak lebih dari 3 hari).
c. Pemeriksaan Spesimen
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk memeriksa kadar Timah hitam dalam urine,
antara lain metoda Dithizone dan metoda Spektrofotometrik Serapan Atom.
Pemilihan metoda pemeriksaan disesuaikan dengan kemampuan sumber daya yang tersedia, baik
tenaga, bahan pemeriksaan ataupun peralatan.

d. Analisa Hasil
Kadar Timah hitam dibandingkan dengan Biological Exposure Index (BEI) atau nilai index
untuk pajanan biologi.Kadar Timah hitam dalam darah 50 mg/100ml. Kadar Timah hitam dalam
urine 150mg/ml creatinine. Zinc protoporphynin dalam darah (setelah 1 bulan terekspos) 250
mg/100 ml erythrocytes atau 100mg/100 ml darah

e. Tindak Lanjut
Hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang berwenang.

B. PEMERIKSAAN SPESIMEN: FESES

Pemeriksaan feses dilakukan untuk:


melihat ada tidaknya darah. Pemeriksaan ini mudah dilakukan baik oleh perawat atau klien
sendiri.Pemeriksaan ini menggunakan kertas tes Guaiac. analisa produk diet dan sekresi saluran
cerna. Bila feses mengandung banyak lemak (disebut: steatorrhea), kemungkinan ada masalah
dalam penyerapan lemak di usus halus. Bila ditemukan kadar empedu rendah, kemungkinan
terjadi obstruksi pada hati dan kandung empedu.

10
mendeteksi telur cacing dan parasit. Untuk pemeriksaan ini dilakukan tiga hari berturut-turut.
mendeteksi virus dan bakteri. Untuk pemeriksaan ini diperlukan jumlah feses sedikit untuk
dikultur.Pengambilan perlu hati-hati agar tidak terkontaminasi.Pada lembar pengantar perlu
dituliskan antibiotik yang telah dikonsumsi.

Sebelum pengambilan spesimen, perawat perlu mengingatkan klien akan hal-hal berikut:

defekasi pada bedpan yang bersih bila memungkinkan, spesimen tidak terkontaminasi dengan
urin atau darah menstruasi
jangan meletakan tisue pembersih pada bedpan setelah defekasi karena dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan
Dalam pengambilan spesimen gunakan sarung tangan bersih, jumlah feses tergantung
pemeriksaan, umumnya 2,5cm untuk feses padat atau 15-30mL untuk cair. Untuk kultur,
gunakan swab yang steril, lalu dimasukkan dalam kantung steril. Segera kirim spesimen ke lab
untuk segera diperiksa.

C. PEMERIKSAAN SPESIMEN: SPUTUM


Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru-paru, bronkus dan trakea.Individu yang
sehat tidak memproduksi sputum.Klien perlu batuk untuk memdorong sputum dari paru-paru,
bronkus dan trakea ke mulut dan mengeluarkan ke wadah penampung.

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk:


kultur (menentukan jenis mikroorganisme) dan tes sensitivitas terhadap obat untuk sitologi
dalam mengidentifikasi asal, struktur, fungsi dan patologi sel. Spesimen untuk sitologi
(mengidentifikasi kanker paru-paru dan jenis selnya) seringkali dilakukan secara serial 3 kali dari
sputum yang diambil di pagi hari.
pemeriksaan bakteri tahan asam, juga diperlukan serial 3 hari berturut-turut di pagi hari, untuk
mengidentifikasi ada tidaknya kuman tuberkulosis. Beberapa rumah sakit, menggunakan wadah
penampung khusus untuk pemeriksaan ini.
menilai keberhasilan terapi.

11
Cara pengambilan
umumnya di pagi hari, saat bangun tidur klien mengeluarkan sputum yang diakumulasi sejak
semalam. Bila klien tidak dapat batuk, kadangkala diperlukan suksion faringeal. Langkah
sebagai berikut:

 lakukan perawatan mulut


 minta klien untuk napas dalam lalu batuk. Diperlukan sputum sebanyak 15-30mL
 lakukan kembali perawatan mulut.

Kultur Tenggorokan
Kultur tenggorokan dilakukan dengan menggunakan swab dengan mengambil bahan dari
mukosa yang ada di orofaring dan tonsil. Kultur dilakukan untuk melihat mikoorganisme
penyebab penyakit.Dalam melakukannya perawat menggunakan sarung tangan bersih, lalu ambil
bahan pada daerah tonsil dan orofaring yang berisi eksudat dan berwarna kemarahan.
Kadangkala timbul refleks gag, untuk mencegahnya saat pemeriksaan posisi klien duduk dan
minta klien membuka mulut seraya berkata “ah” lalu kerjakan tindakan dengan cepat.

D. PEMERIKSAAN SPESIMEN DARAH


Tujuan
mendapatkan spesimen darah vena tanpa anti koagulan yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan kimia klinik dan imunoserologi

a. Pengambilan Spesimen Darah

1. Alat Dan Bahan


a) Spuit/disposible syringe
b) Blood lancet
c) Karet pengikat lengan/torniquet
d) Kapas
e) Alkohol 70%

12
2. Wadah Spesimen
a) Untuk darah vena, memerlukan wadah/botol terbuat kaca, atau tetap di dalam spuit.
b) Untuk darah kapiler tidak memerlukan wadah.
c) Wadah dapat berukuran kecil atau ukuran volume 5 ml.

3. Bahan Anti Koagulan


a) Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA) dapat digunakan dalam bentuk padat dengan
perbandingan 1 : 1.
b) Heparin dapat digunakan dalam bentuk cair atau padat.
4. Tempat Pengambilan dan Volume Spesimen
Ada 2 (dua) tempat pengambilan spesimen darah, yaitu :
a) Ujung jari tangan/kaki (Darah Kapiler). Digunakan apabila mengambil darah dalam jumlah
sedikit atau tetesan (dipakai untuk screning test).
b) Lipatan lengan/siku (Darah Vena). Digunakan apabila mengambil darah dalam jumlah agak
banyak, misalnya : 1 s/d 10 ml.

5. Cara Pengambilan Spesimen


a). Darah Kapiler
Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau anak daun telinga untuk mengambil darah
kapiler, sedangkan pada bayi atau anak kecil dapat diambil di tumit atau ibu jari kaki.Tempat
yang dipilih tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah.

Adapun cara mengambil spesimen sebagai berikut :


(1) Bersihkan tempat yang akan ditusuk memakai kapas beralkohol 70% dan biarkan sampai
kering.
(2) Peganglah bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa
nyeri berkurang.
(3) Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril, pada jari tusukkan dengan arah tegak lurus
pada garis-garis sidik kulit jari dan tidak boleh sejajar. Bila yang akan diambil spesimennya pada
anak daun telinga tusukan pinggirnya dan jangan sisinya sampai darah keluar.

13
(4) Setelah penusukan selesai, tempat tusukkan ditutup dengan kapas beralkohol dan biarkan
sampai darah tidak keluar.

b) Darah Vena
Pada orang dewasa dipakai salah satu vena dalam fossa cubiti, pada bayi dapat digunakan vena
jugularis superficialis atau sinus sagittalis superior. Cara pengambilan spesimen sebagai berikut :
(1) Ikat lengan atas dengan menggunakan karet pengikat/torniquet, kemudian tangan dikepalkan.
(2) Tentukan vena yang akan ditusuk, kemudian sterilkan dengan kapas berakohol 70%.
(3) Tusuk jarum spuit/disposable syringe dengan posisi 45o dengan lengan.
(4) Setelah darah terlihat masuk dalam spuit, rubah posisi spuit menjadi 30o dengan lengan,
kemudian hisap darah perlahan-lahan hingga volume yang diinginkan.
(5) Setelah volume cukup, buka karet pengikat lengan kemudian tempelkan kapas beralkohol
pada ujung jarum yang menempel dikulit kemudian tarik jarum perlahan-lahan.
(6) Biarkan kapas beralkohol pada tempat tusukan, kemudian lengan ditekuk/dilipat dan biarkan
hingga darah tidak keluar.
(7) Pindahkan darah dari disposibel syringe ke wadah berisi anti koagulan yang disediakan,
kemudian digoyang secara perlahan agar bercampur.
(8) Jika spesimen ingin tetap dalam spuit, setelah darah dihisap kemudian dengan spuit yang
sama dihisap pengawet/anti koagulan.

6.Identitas Spesimen
Spesimen diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada buku registrasi
yang berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan.

b. Pengiriman Spesimen Darah


1) Setelah spesimen terkumpul masing-masing dalam wadah/botol kecil, kemudian dimasukan
dalam wadah/tempat yang lebih besar dengan diberi es sebagai pengawet sementara (cool box).
2) Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah terbalik atau tumpah.
3) Wadah diberi label yang berisi tentang identitas yang meliputi : tanggal pengiriman, jenis dan
jumlah sampel, jenis pemeriksaan yang diminta, jenis pengawet, dan tanda tangan pengirim.

14
4) Sampel dikirim ke laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai Laboratorium
Kesehatan atau laboratorium lainnya.
5) Transportasi pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium, pengiriman
spesimen maksimum 3 hari.

c. Pemeriksaan Spesimen Darah


Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk memeriksa kadar Timah hitam dalam darah,
antara lain metoda Dithizone dan metoda Spektrofotometrik Serapan Atom.
Pemilihan metoda pemeriksaan disesuaikan dengan kemampuan sumber daya yang tersedia, baik
tenaga, bahan pemeriksaan ataupun peralatan.

d. Analisa Hasil
Kadar Timah hitam dibandingkan dengan Biological Exposure Index (BEI) atau nilai index
untuk pajanan biologi.Menurut WHO (tahun 1977) nilai pada orang dewasa normal adalah 10 s/d
25 µg per desiliter.

e. Tindak Lanjut
Hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang berwenang

15

Anda mungkin juga menyukai