1. Identitas
Nama : An. MAF
Tanggal Lahir : 19 Oktober 2018
Jenis Kelamin : Laki laki
Usia : 8 bulan 22 hari
Agama : Islam
Alamat : Jl. Dusun Sui Bundung 012/003 Sungai Kunyit , Kab.
Mempawah
Urutan Anak : Anak pertama dari dua bersaudara
Tanggal MRS : 10 Juli 2018
1
2
2.5. Genogram
Keterangan;
: Perempuan
: Laki-laki
: Pasien
3
3.4. Antropometri
Berat Badan : 7,5 kg
Panjang Badan : 68 cm
Status Gizi
BB / U : -2 SD ( underweight)
PB / U : 0<z<-2 ( stunted )
BB/TB : -1 SD ( gizi baik )
Simpulan : Status gizi baik
sinistra,
Perkusi : batas jantung jelas
Auskultasi : S1S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
Paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, statis dan dinamis
Palpasi : nyeri tekan (-), fremitus taktil kiri dan kanan baik
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara nafas dasar vesikuler (+/+), rhonki (+/+),
wheezing (-/-), krepitasi (-/-)
j. Abdomen
Inspeksi : bentuk cembung, distensi (-) venektasi (-) striae (-)
spider nevi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal, bruit (-)
Perkusi : pekak beralih (-), undulasi (-)
Palpasi : soepl (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
k. Anus/Rektum : eritema (-), perdarahan (-), massa (-)
l. Ekstremitas : akral hangat, nadi teraba kuat, edema (-) di keempat
ekstremitas, CRT < 2 detik
4. Pemeriksaan Penunjang
4.1. Darah Rutin
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan (3 tahun)
Hb 10,1 g/dl 10,5-12,9g/dl
HCT 29,9 % 35-43 %
Leukosit 18.800 /uL 6000-17500 /uL
Trombosit 289.000/uL 217.000-497.000
Eritrosit 3,65 x 106/uL 3.6-5.2 x 106/uL
Simpulan : Leukositosis
8
Temuan radiologis:
a. Trakea tak tampak deviasi
b. Cor: bentuk dan letak normal, CTR 48%
c. Pulmo: corakan vaskular kasar, tampak infiltrat pada pulmo
kanan
d. Diafragma kanan setinggi setinggi costa 9 posterior
e. Sinus costofrenikus kanan dan kiri lancip
Kesan:
a. Cor: Tak membesar
b. Pulmo: Bronkopneumonia
5. Daftar Masalah
1. By. Laki-laki usia 8 bulan 22 hari
2. Demam 2 minggu SMRS
3. Batuk sejak 1 minggu SMRS
4. Sesak 7 jam SMRS
5. Nafsu makan menurun
6. Penurunan berat badan 1 kg selama sakit
7. Anak gizi baik dengan stunting
9
8. Pada pemeriksaan fisis ditemukan suara rhonki di kedua lapang paru dan
retraksi subkostal
9. Pada pemeriksaan darah ditemukan leukositosis
10. Pada foto thoraks AP ditemukan gambaran Bronkhopneumonia
6. Diagnosis
- Bronkopneumonia
- Gizi baik dengan stunting
7. Tatalaksana (IGD)
a. Non Medikamentosa
1. Rawat inap di bangsal anak dengan O2 ½ lpm
2. Observasi tanda vital per 4 jam dan bila ada perburukan
3. Monitor BAK dan BAB per 6 jam
4. Makan minum seperti biasa dengan kebutuhan minum per oral 400 cc
per hari
b. Medikamentosa
1. O2 nasal kanul ½ Lpm
2. IVFD D5 ¼ NS 20tpm
3. Inj Ampicilin 3 x 320 mg
4. Inj Cefotaxim 3 x 400 mg
5. Inj Ranitidin 2 x 15 mg
6. Inj Dexametason 3 x 1 mg
7. PCT infus 80 mg (k/p T> 39’C )
8. Nebu Fentolin ½ resp / 8 jam
9. PO :
Ambroxol 8 mg
Salbutamol 0,8 mg
CTM 0,8 mg
3 x 1 pulv
10
8. Prognosis
Prognosis pada pasien ini adalah
ad vitam : Dubia ad bonam
ad function : Dubia ad bonam
ad sanationam : Dubia ad bonam
9. Ringkasan Follow Up Harian
Keluhan
Demam - - - -
Pilek - - - -
11
PEMBAHASAN
kembang. Orang tua juga akan terganggu terutama bila gejala batuk lebih sering dan lebih
berat pada malam hari.
Batuk akan timbul jika reseptor batuk terangsang. Pada anak, berbagai hal,
keadaan, atau penyakit dapat bermanifestasi sebagai batuk. Sebagian besar etiologi
berasal dari sistem respiratorik, sebagian kecil karena kelainan di sistem non-respiratorik.
Namun batuk tidak selalu berarti patologis atau abnormal. Seperti telah dikemukakan di
atas, sebagai mekanisme pertahanan respiratorik, batuk diperlukan untuk membersihkan
jalan napas dari mukus sekresi respiratorik. Sebuah studi yang mengukur batuk secara
obyektif menemukan bahwa anak sehat dengan rata-rata umur 10 tahun biasanya
mengalami 10x batuk dalam 24 jam, sebagian besar batuk terjadi pada siang hari. Angka
ini meningkat selama infeksi respiratorik, yang bisa terjadi hingga 8x lipat per tahun pada
anak sehat. Walaupun sebagian besar anak batuk tidak mengalami kelainan paru yang
serius, batuk dapat sangat mengganggu dan sulit untuk diatasi.3
Pada pasien ini, keluhan batuk disertai dengan sesak napas yang terjadi secara akut.
Berikut ini adalah diagnosis banding anak usia 2 bulan hingga 5 tahun yang datang
dengan batuk.3
Tabel 1. Diagnosis banding anak umur 2 bulan hingga 5 tahun yang datang dengan batuk
dan atau kesulitan bernapas.3
Pembesaran hati
5 Efusi/empiema Bila masif terdapat tanda pendorongan organ
intratoraks
Pekak pada perkusi
6 Penyakit jantung Sulit makan atau menyusu
bawaan Sianosis
Bising jantung
Pembesaran hati
7 Tuberkulosis Riwayat kontak positif dengan pasien TB dewasa
Uji tuberkulin positif (≥10 mm, pada keadaan
imunosupresi ≥ 5 mm)
Pertumbuhan buruk atau kurus atau berat
badan menurun
Demam (≥2 minggu) tanpa sebab yang jelas
Batuk kronis
Pembengkakan kelenjar limfe leher, aksila,
inguinal yang spesifik. Pembengkakan
tulang/sendi punggung, panggul, lutut, falang
8 Pertusis Batuk paroksismal yang diikuti whoop, muntah,
sianosis atau apneu
Bisa tanpa demam
Imunisasi DPT tidak ada atau tidak lengkap
Klinis baik di antara episode batuk
9 Pneumotoraks Awitan tiba-tiba
Hipersonor pada perkusi di satu sisi dada
Pergeseran mediastinum
Pada pasien ini ditemukan adanya keluhan batuk yang sudah berlangsung
sejak 1 minggu SMRS, batuk berdahak, kental, batuk berwarna hijau kekuningan.
Pasien batuk tanpa pencetus, tidak dipengaruhi cuaca dan tidak dipengaruhi
posisi. Ibu menyangkal batuk disertai bunyi “whoops”, batuk tanpa diiringi sesak,
dan keluhan batuk disertai darah disangkal. Menurut ibu batuk terutama pada
malam hari dan akibatnya pasien terganggu tidurnya. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan retraksi subkostal dan, ronki basah halus di kedua lapang paru. Suara
napas tambahan ronki terjadi karena menutupnya saluran napas secara mendadak
selama ekspirasi dan terbukanya kembali saluran napas secara mendadak selama
inspirasi.10 Patogenesis sehingga bisa timbul adanya ronki dikarenakan adanya
14
adanya sulit makan karena mudah lelah, sianosis, bising jantung, jari tabuh dan
hepatomegali.
Diagnosis croup (laringotrakeobronkitis viral) dapat ditegakkan apabila
ditemukan stridor, batuk menggonggong, suara serak. Hasil pemeriksaan fisik dan
follow up tidak menunjukkan gejala tersebut sehingga diagnosis croup dapat
disingkirkan.3
Bila batuk paroksismal yang diikuti dengan whoop, muntah, sianosis atau
apnu dapat dicurigai diagnosis pertusis. Pada pasien ini tidak ditemukan gejala
atau tanda yang mengarahkan pada diagnosis banding batuk seperti yang telah
diuraikan diatas sehingga pertusis dapat disingkirkan sebagai diagnosis banding.3
Prinsip tatalaksana pasien dengan bronkopneumonia adalah pasien dengan
saturasi oksigen <92% pada saat dan bernapas dengan udara kamar harus
diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau sungkup untuk
mempertahankan saturasi oksigen >92%. Pada pasien ini, saturasi oksigen yang di
awal hari pertama perawatan adalah 89%, yang oleh karenanya diberikan oksigen
2 liter per menit. Beberapa prinsip terapi lainnya adalah:3
1) Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan
intravena dan dilakukan balans cairan ketat. Pada pasien ini diberikan infus
RL dengan 22 tetes per menit makro. Kemudian pasien dilakukan
pengecekan tanda vital setiap 6 jam.
2) Fisioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak direkomendasikan untuk anak
dengan pneumonia. Pada pasien ini tidak dilakukan fisioterapi dada.
3) Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan pasien
dan mengontrol batuk. Untuk mengatasi demam, pada pasien ini diberikan
parasetamol infus 120 mg tiap 8 jam. Untuk mengontrol keluhan batuk
pasien diberikan puyer campuran yang terdiri dari ambroxol 14 mg,
salbutamol 2 mg, CTM 1 mg. Puyer ini diberikan tiap 8 jam. Salbutamol
adalah agonis β2 adrenergik yang spesifik dan elatif selektif, obat ini
reseptor β2 dan pada dosis terapi hanya berefek di bronkus. Melalui
aktivitas reseptor β2, salbutamol menimbulkan relaksasi otot polos bronkus.
Ambroxol digunakan sebagai mukolitik yaitu obat yang dapat
17
2) M. pneumoniae lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua maka
antibiotik golongan makrolid diberikan sebagai pilihan pertama secara
empiris pada anak >5 tahun
3) Makrolid diberikan jika M. pneumoniae atau C. pneumonia dicurigai
sebagai penyebab
4) Amoksisilin diberikan sebagai pilihan pertama jika S. pneumoniae sangat
mungkin sebagai penyebab.
5) Jika S. aureus dicurigai sebagai penyebab, diberikan makrolid atau
kombinasi flucloxacillin dengan amoksisilin
6) Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat
menerima obat per oral (misal karena muntah) atau termasuk dalam derajat
pneumonia berat
7) Antibiotik intravena yang danjurkan adalah: ampisilin dan kloramfenikol,
co-amoxiclav, ceftriaxone, cefuroxime, dan cefotaxime
8) Pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan jika terdapat perbaikan
setelah mendapat antibiotik intravena
Pada pasien ini diberikan antibiotik intravena, yaitu ceftriaxone 300 mg/ 12
jam IV. Setelah keadaan membaik, pasien tetap diberikan antibiotik golongan
sefalosporin namun dalam bentuk sediaan oral, yakni cefixime.
19
DAFTAR PUSTAKA