ANATOMI PARU-PARU
Paru-paru kiri terbagi atas dua lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior. Paru-paru
kiri terdiri dari 8 segmen yaitu pada lobus superior terdiri dari segmen pertama adalah segmen
apikoposterior, segmen kedua adalah segmen anterior, segmen ketiga adalah segmen superior,
segmen keempat adalah segmen inferior.
Pada lobus inferior terdiri dari segmen kelima segmen apical atau segmen superior,
segmen keenam adalah segmen mediobasal atau kardiak, segmen ketujuh adalah segmen
anterobasal dan segmen kedelapan adalah segmen posterobasal.
Secara anatomi sistem respirasi dibagi menjadi bagian atas (nasal caviti, oral cavity,
pharynx, epiglotis, larynx) dan bagian bawah (trachea, bronchus principalis, bronchus lobaris,
bronchus segmentalis, bronchiolus terminalis, bronchiolus respiratorius, alveolus). Terdapat tiga
langkah dalam proses oksigenasi yaitu : ventilasi, perfusi, dan difusi (6; 7).
1. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru. Ventilasi paru mencakup
gerakan dasar atau kegiatan bernafas atau inspirasi dan ekspirasi. Udara yang masuk dan keluar
terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, di mana
pada saat inspirasi tekanan intrapleural lebih negatif (752 mmHg) dari pada tekanan atmosfer
(760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli.
Hukum Boyle’s :
Jika volume meningkat maka tekanan menurun
Jika volume menurun maka tekanan meningkat
BAB III
BRONCHITIS
3.1 Defisini
Bronkitis adalah penyakit respiratorius di mana membran mukosa pada jalur
bronkus di paru-paru mengalami inflamasi. Karena mukosa bronkus tersebut
membengkak (edema) dan menebal sehingga akan mempersempit saluran nafas yang
menuju paru-paru. Hal ini dilihat dari gejala batuk yang diikuti pengeluaran dahak dan
dapat juga disertai keluahn lainnya seperti sesak nafas. Bentuk dari penyakit ini terdiri
dari 2 bentuk, yaitu bronkitis akut (berlangsung kurang dari 3 minggu) dan bronkitis
kronik yang frekuensinya hilang timbul selama periode lebih dari 2 tahun(8).
3.2 Klasifikasi
1. Bronkitis Akut
Bronkitis akut biasanya terjadi dalam waktu yang cepat (kurang dari 3 minggu)
dan membaik dalam beberapa minggu. Bentuk dari bronkitis akut ini sering menyebabkan
serangan batuk dan produksi sputum yang dapat juga disertai oleh infeksi saluran nafas
atas. Dalam beberapa kasus, virus merupakan penyebab tersering infeksi walaupun
terkadang bakteri juga dapat menyebabkannya. Jika kondisi seseorang tersebut baik,
maka proses peradangan membran mukosa tersebut akan pulih dalam beberapa hari(8;9).
2. Bronkitis Kronik
Secara klinis didefinisikan sebagai batuk harian dengan produksi sputum selama
paling kurang selama 3 bulan dalam periode waktu 2 tahun. Bronkitis kronik ini
merupakan gangguan jangka panjang yang serius yang sering membutuhkan pengobatan
medis secara teratur. Pada bronkitis kronis terdapat inflamasi dan pembengkakan pada
dinding lumen saluran nafas yang menyebabkan penyempitan dan obstruksi jalur udara
yang masuk. Inflamsi ini akan merangsang produksi mukus di mana menyebabkan
obstruksi saluran nafas yang lebih berat lagi dan akan meningkatkan resiko infeksi oleh
bakteri pada paru-paru(;9;10)
3.3 Etiologi
b. Infeksi
Eksasebasi bronkhitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang
kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak
adalah Haemophilus influenza dan Streptococcus pneumoniae
c. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah
merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan bronkitis adalah
zat-zat pereduksi O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
d. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali
pada penderita defesiensi alfa -1- antitripsin yang merupakan suatu masalah dimana
kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim
proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk
jaringan paru.
e. Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronkhitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah,
mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih buruk.
3.4 Manifestasi Klinis
Batuk merupakan gejala klinis yang sering diamati. Bronkitis akut mungkin akan
sulit dibedakan dari infeksi saluran nafas atas lainnya pada beberapa hari pertama.
Meskipun demikian, jika batuk berlangsung lebih dari 5 hari maka bisa diarahkan sebagai
penyakit bronkitis akut(12;16).
Pasien dengan bronkitis akut, dapat biasanya dapat terjadi selama lebih dari 10-20
hari. Produksi sputum hampir dialami pada seluruh orang yang mengeluhkan batuk akibat
bronkitis akut ini. Warna sputum biasanya jernih, kuning, hijau, atau bahkan seperti seperti
warna darah. Sputum purulen dilaporkan pada 50% orang dengan bronkitis akut.
Perubahan warna sputum dikarenakan pelepasan peroksidase oleh leukosit dalam sputum.
Karena itulah, warna sputum tidak dapat menjasi indikator terhadap adanya infeksi bakteri.
(12)
Demam bukan merupakan tanda khas dan biasanya ketika disertai dengan batuk akan
lebih mengarah pada influenza ataupun pneumonia. Mual, muntah, dan diare jarang
dikeluhkan. Kasus yang berat mungkin akan menyebabkan malaise dan nyeri dada. Ketika
keluhan berat hingga mengenai trakea, gejala dengan sensasi terbakar pada daerah
substernal akan dirasakan dan nyeri dada berhubungan pada saat batuk serta proses
bernafas(18;21).
Sesak nafas dan sianosis tidak teramati pada penyakit bronkitis ini kecuali pasien
memiliki penyakit paru obstruktif kronik ataupun kondisi lainnya yang mengganggu fungsi
paru. Gejala lain dari bronnkitis akut ini meliputi nyeri tenggorokan, hidung berair atau
tersumbat, nyeri kepala, nyeri otot dan kelelahan.(12;18).
2. Bronkitis kronik
Penyakit bronkitis kronik tidak selalu memperlihatkan gambaran khas pada foto
thoraks. Acapkali berdasarkan pemeriksaan klinis dan laboratorik sudah dapat ditegakkan
diagnosisnya. Pada foto hanya tampak corakan yang ramai di bagian basal paru. Gambaran
radiogram bronkitis kronik hanya memperlihatkan perubahan yang minimal dan biasanya
tidak spesifik. Kadang-kadang tampak corakan peribronkial yang bertambah di basis paru
oleh penebalan dinding bronkus dan peribronkus. Corakan yang ramai di basal paru ini dapat
merupakan variasi normal foto thoraks. Tidak ada kriteria yang pasti untuk menegakkan
diagnosis bronkitis kronik pada foto thoraks biasa. Penyakit ini disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi, misalnya asma, infeksi, dan lain-lain(22).
Infeksi merupakan penyebab kedua tersering terjadinya bronkitis kronik. Infeksi ini
dapat spesifik maupun tidak spesifik. Penyakit bronkitis kronik dan emfisema ternyata selalu
berhubungan dengan bronkitis asma oleh adanya spasme bronkus(22).
Cor pulmonale kronik umumnya disebabkan oleh penyumbatan emfisema paru yang
kronik dan sering ditemukan pada bronkitis asma kronik(22).
Bronkitis kronik secara radiologik dibagi dalam 3 golongan, yaitu: ringan, sedang, dan
berat. Pada golongan yang ringan ditemukan corakan paru yang ramai di bagian basal paru.
Pada golongan yang sedang, selain corakan paru yang ramai, juga terdapat emfisema dan
kadang-kadang disertai bronkiektasis di pericardial kanan dan kiri, sedangkan golongan yang
berat ditemukan hal-hal tersebut di atas dan disertai cor pulmonale sebagai komplikasi
bronkitis kronik(22).
Beberapa gambaran radiologi bronkitis dapat diperlihatkan sebagai berikut:
1. Thorak
Terdapat sekitar 50% penderita bronchitis kronik memiliki gambaran roentgen thoraks
normal. Jika terdapat abnormalitas pada foto thoraks, biasanya tanda yang ditemukan adalah
akibat adanya emfisema, superimpos infeksi ataupun kemungkinan terjadinya bronkiektasis.
Gambaran radiologi yang mendukung adanya bronchitis kronik adalah dengan
ditemukannya gambaran “dirty chest”. Hal ini ditandai dengan terlihatnya corakan
bronkovaskular yang ramai. Gambaran opasitas yang kecil mungkin akan terlihat pada semua
tempat di seluruh lapangan paru namum penilaian gambaran ini bersifat subjektif. Terdapat
beberapa korelasi antara bronchitis kronik dengan adanya edema perivascular dan
peribronkial, inflamasi kronik dan fibrosis. Jika gambaran ini terlihat jelas, dengan beberapa
bayangan linear dan opasitas nodular yang berat, maka gambarannya akan mirip dengan
fibrosis interstisial, limfangitis karsinoma, maupun bronkiektasis.
Gambaran tramline maupun tubular shadow yang tipis lebih mengarah pada
bronkiektasis namun gambaran ini dapat dialami oleh penderita bronchitis kronik. Opasitas ini
berhuubungan dengan hilus dan kejelasannya akan didemonstrasikan dengan tomografi.
Namun sekali lagi, penyakit ini hanya bersifat mengarahkan dan bukan mejadi prosedur
diagnostik.
- Gambaran Dirty chest. Karena terjadi infeksi berulang yang disertai terbentuknya jaringan
fibrotik pada bronkus dan percabangannya, maka corakan bronkovaskular akan terlihat ramai
dan konturnya irregular. Ini merupakan tanda khas bronkitis kronik yang paling sering
ditemukan pada foto thoraks(23).
Gambar 2.5. Dirty chest yang menunjukkan adanya corakan bronkuvaskular yang ramai
hingga menuju percabangan perifer di paru
- Gambaran Tubular Shadow menunjukkan adanya bayangan garis-garis yang paralel keluar
dari hilus menuju basal paru dari corakan paru yang bertambah
- Gambaran berupa tramline shadow berupa garis parallel akibat penebalan dinding bronkus
yang juga menjadi gambaran khas bronkiektasis.
Gambar 2.7. Tramline appearance terlihat sepanjang pinggiran bayangan jantung
Gambar 2.8. Sisi lapangan paru kiri atas yang diperbesar menunjukkan struktur bronkovaskuler
yang irregular dengan diameter yang bervariasi.
Gambar 2.9. Menunjukkan foto thoraks yang diperbesar dari bagian kiri paru. Garis yang
membujur secara kranio-kaudal adalah batas medial skapula. Anak panah menunjukkan pola
stuktur bronkovaskular dengan pola irregular.
- Corakan bronkovaskular ramai disertai emfisema
Gambar 2.10 Foto thoraks laki-laki yang memilki riwayat merokok lama. Terlihat adanya
corakan bronkovaskular ramai disertai emfisema. Volume paru tampak membesar, sela iga
melebar, dan difragma mendatar.
BAB IV
ABSES PARU
4.1 Defisini
Abses paru adalah infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru yang
terlokalisir dengan proses supurasi sehingga membentuk kavitas yang berisi pus dalam
parenkim paru pada satu lobus atau lebih.1 Kavitas ini berisi material purulen sel radang
akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses terinfeksi. Bila diameter kavitas < 2 cm
dan jumlahnya banyak (multiple small abscesses) dinamakan necrotizing pneumonia.(3)
4.2 Etiologi
Kuman atau bakteri penyebab terjadinya abses paru bervariasi. 46% abses paru
disebabkan hanya oleh bakteri anaerob, sedangkan 43% campuran bakteri anaerob dan
aerob. Disebut abses primer apabila infeksi diakibatkan aspirasi atau pneumonia yang
terjadi pada orang normal, sedangkan abses sekunder apabila infeksi terjadi pada orang
yang sebelumnya sudah mempunyai kondisi seperti obstruksi, bronkektasis dan gangguan
imunitas.
Demam
Dijumpai pada 70% - 80% penderita abses paru. Kadang dijumpai dengan temperatur >
400C.
Batuk
Pada stadium awal non produktif. Bila terjadi hubungan rongga abses dengan bronkus
batuknya menjadi meningkat dengan bau busuk yang khas (Foetor ex oroe)
Nyeri Dada
Batuk darah
Gejala lain : Lelah, penurunan nafsu makan dan berat badan.
Abses yang terbentuk dari bahan nekrotik akan tampak sebagai jaringan lunak
sampai terhubung dengan bronkus. Hubungan ini memungkinkan pengaliran keluar
debris nekrotik. Bahan nekrotik ini akan dibatukkan keluar dan akan menimbulkan
gambaran radiologik berupa defek lusen atau kavitas.
Seiring dengan membesarnya fokus supurasi, abses akhirnya akan pecah ke
saluran napas. Oleh karena itu, eksudat yang terkandung di dalamnya mungkin keluar
sebagian, dan menghasilkan batas udara air (air-fluid level) di dalam cavitas pada
pemeriksaan radiografik
Terdapat area berbatas tegas transparan di lobus kiri atas (panah putih).
Kavitas diisi oleh cairan dan udara (air-fluid level) (panah hitam).
Posisi Lateral
Terdapat kavitas disertai air fluid level pada lobus kanan paru (panah putih)
2. COMPUTED TOMOGRAPHY
CT dapat menunjukkan lesi yang tidak terlihat pada pemeriksaan foto polos dan
dapat membantu menentukan lokasi dinding dalam dan luar kavitas abses. Pemeriksaan
ini membantu membedakan abses paru dengan kelainan paru lain yang mempunyai lesi
berupa kavitas.
Gambaran CT pada abses paru adalah kavitas yang terlihat bulat dengan dinding
tebal, tidak teratur, terletak di daerah jaringan paru yang rusak dan tampak gambaran air-
fluid level. Tampak bronkus dan pembuluh darah paru berakhir secara mendadak pada
dinding abses, tidak tertekan atau berpindah letak. Abses paru juga dapat membentuk
sudut lancip dengan dinding dada. Sisa-sisa pembuluh darah paru dan bronkhus yang
berada dalam abses dapat terlihat dengan CT-Scan, juga sisa-sisa jaringan paru dapat
ditemukan di dalam rongga abses
CT-Scan pada abses paru
Tampak kavitas di lobus bawah kiri dengan dinding yang relatif tebal
(black arrow). Kavitas memiliki batas dalam yang halus dan air-fluid level
arrow).
3. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG jarang dianjurkan pada pasien dengan abses paru. Namun,
USG juga dapat mendeteksi abses paru. tampak lesi hipoechic bulat dengan batas luar.
Apabila terdapat kavitas, didapati adanya tambahan tanda hiperechoic yang dihasilkan
oleh gas-tissue interface.
Terletak dekat dengan dinding thoraks, proses di dalam paru kira-kira
PNEUMONIA
5.1 Definis
Pneunomia adalah peradangan alat parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, yang disebabkan oleh mikroorganisme
(bakteri.virus,jamur,protozoa)
5.2 Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri, virus,
jamur, protozoa, yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri. Penyebab tersering pneumonia
bakterialis adalah bakteri positif-gram, Streptococcus pneumonia yang menyebabkan
pneumonia streptokokus. Bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus aeruginosa.
Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza.
Pneumonia lobaris adalah peradangan jaringan akut yang berat yang disebabkan oleh
pneumococcus. Nama ini menunjukkan bahwa hanya satu lobus paru yang terkena. Ada
bermacam-macam pneumonia yang disebabkan oleh bakteri lain, misalnya bronkopneumonia
yang penyebabnya sering haemophylus influenza dan pneumococcus.
5.3 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi infeksi
1. Pneumonia lobaris
Sering disebabkan aspirasi benda asing atau oleh infeksi bakteri (Staphylococcus), jarang
pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen
kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda
asing atau proses keganasan. Pada gambaran radiologis, terlihat gambaran gabungan
konsolidasi berdensitas tinggi pada satu segmen/lobus atau bercak yang
mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram adalah udara yang terdapat
pada percabangan bronchus, yang dikelilingi oleh bayangan opak rongga udara. Ketika
terlihat adanya bronchogram, hal ini bersifat diagnostik untuk pneumonia lobaris/
3. Pneumonia interstisial
Terutama pada jaringan penyangga, yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil.
Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma. Terjadi edema
dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial. Radiologis berupa
bayangan udara pada alveolus masih terlihat, diliputi perselubungan yang tidak merata.
1.Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu segmen/lobus (lobus
kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang mengikutsertakan alveoli yang tersebar.
Air bronchogram biasanya ditemukan pada pneumonia jenis ini.
CT Scan
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke perifer.
Tampak gambaran opak/hiperdens pada lobus tengah kanan, namun tidak menjalar
sampai perifer.
2. Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial prebronkial.
Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat, diliputi oleh
perselubungan yang tidak merata.
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19 tahun. (A)
Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler yang irreguler. (B) CT
Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan area konsolidasi yang irreguler
tersebut berkembang menjadi bronkiektasis atau bronkiolektasis (tanda panah)