Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PRESENTASI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN :
Nama : Nn. A
Usia : 11 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Ds Ndokum Siroga
Tanggal Pemeriksaan : 18 Desember 2018

B. ANAMNESIS
Anamnesis dengan pasien di Poli Kulit & Kelamin RSU Kabanjahe
 Keluhan utama : Gatal seluruh badan
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poliklinik penyakit kulit dan kelamin RSU Kabanjahe dengan
keluhan gatal seluruh badan. Gatal dirasakan kurang lebih sudah 4 bulan yang
lalu, gatal bertambah parah pada saat malam hari. Awal mula gatal dirasakan pada
sela-sela jari, kemudian gatal dirasakan secara perlahan melebar dan bertambah di
bagian kaki, tangan, perut, dan paha. Semenjak keluhan dirasakan pasien belum
pernah berobat.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat mengkomsumsi obat-obatan tertentu sebelumnya di sangkal (-)
Riwayat kontak dengan bahan alergi/iritan sebelumnya di sangkal (-)
Riwayat alergi terhadap bahan makanan di sangkal (-)
 Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini
C. PEMERIKSAAN FISIK
 Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Status Gizi : Baik
Tanda-tanda Vital : Afebris
 Status Dermatologikus
Predileksi : Dorsum manus keempat ekstremitas

1
UKK : Terdapat papul eritem, tampak ada beberapa erosi, penyebaran
diskret, permukaan tidak rata

D. RESUME
Seorang perempuan berusia 11 tahun, datang ke Poli Kulit dan Kelamin
RSU Kabanjahe pada tanggal 18 Desember 2018 dengan keluhan gatal seluruh
badan. Gatal dirasakan kurang lebih sudah 4 bulan yang lalu, gatal bertambah
parah pada saat malam hari. Awal mula gatal dirasakan pada sela-sela jari,
kemudian gatal dirasakan secara perlahan melebar dan bertambah di bagian kaki,
tangan, perut, dan paha. Semenjak keluhan dirasakan pasien belum pernah
berobat.
.Riwayat pengobatan disangkal, riwayat alergi disangkal, riwayat penyakit
keluarga ada.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

F. DIAGNOSIS BANDING
 Skabies
 Prurigo
 Pedikulosis korporis
 Dermatitis

G. DIAGNOSIS KERJA
Skabies

H. TERAPI
 Scabimite (malam)
 Mometason Furoat Cream 2x1
 Cetirizine 1x1/2 tab

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN

3
Pengetahuan dasar tentang penyakit ini diletakkan oleh VON HEBRA,
bapak dermatologi modern. Penyebabnya ditemukan pertama kali oleh
BENOMO pada tahun 1687, kemudian oleh MELLANBY dilakukan
percobaan induksi pada sukarelawan selama perang dunia II.1
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya (DERBER
1971).1 Di Indonesia scabies sering disebut kudis, orang jawa menyebutnya
gudik, sedangkan orang sunda menyebutnya budug.2
Sarcoptes scabiei var.hominis ialah jenis sarcoptes pada manusia. Selain
itu terdapat sarcoptes scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutya rata. Siklus hidup tungau ini, setelah kopulasi
(perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati. Namun kadang-
kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh
tungau betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam
stratum korneum, dengan kecepatan 2-3mm sehari dan sambal meletakan
telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi
juga oleh penderita itu sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan
oleh sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu
kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.

2. DEFINISI

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan


sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei var.hominis dan produknya pada tubuh
(DERBER 1971).1 sinonim, the itch, gudik, budukan, gatal agogo.1

4
3. EPIDEMIOLOGI
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain :
sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang
sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik
serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukan dalam PHS (Penyakit akibat
Hubungan Seksual).1 Selain itu, penyakit ini banyak menyerang anak-anak
walaupun orang dewasa dapat terkena.2
Cara penularan (transmisi) nya ada 2, yaitu :
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan,
tidur bersama dan berhubungan seksual.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dan lain-lain.
Penularannya biasanya oleh sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau
kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula sarcoptes scabiei var.animalis
yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang
banyak memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.1

4. ETIOPATOGENESIS

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Archnida, ordo


Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei
var.hominis. Selain itu terdapat sarcoptes scabiei yang lain, misalnya pada
kambing dan babi.1
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen,
berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar
antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil,
yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4
pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang
kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan

5
pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan
alat perekat.
Siklus hidup tungau ini setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas
kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari
dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah
dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3
milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai
mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup
sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal
diterowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi
nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki.
Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu antara 8-12 hari.1
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-
kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemukannya papul,vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi,krusta, dan infeksi sekunder.1

5. MANIFESTASI KLINIS

Ada 4 tanda kardinal:


1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan
karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lembab dan
panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh

6
tungautersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi
tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa
(carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul
atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi
polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu:
sela-selajari tangan, pergelangan tangan bagian valor, siku bagian luar,
lipat ketiak bagian depan, areola mame (wanita), umbilikus, bokong,
genitalia eksterna (pria),dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda
kardinal tersebut.
Skabies Norwegia (Skabies berkrusta)
Bentuk skabies ini ditandai dengan dermatosis berkusta pada
tangan dan kaki, kuku yang distrofik, dan skuama yang generalisata.
Bentuk ini sangat menular, tetapi rasa gatalnya sangat sedikit. Tungau
dapat ditemukan dalam jumlah yang sangat besar. Penyakit terdapat pada
penderita dengan retardasi mental, kelemahan fisis, gangguan imunologik,
dan psikosis.

PEMBANTU DIAGNOSIS
Cara menemukan tungau
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul
atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakan di atas sebuah

7
kacaobyek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan
mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan di tampung diatas selembar kertas
putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari keudian
dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya
4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E.

6. DIAGNOSA BANDING

Penyakit skabies juga ada yang menyebutnya sebagai the great


imitator karena dapat mencakup hampir semua dermatosis pruritik berbagai
penyakit kulit dengan keluhan gatal. Adapun diagnosis banding yang biasanya
mendekati adalah prurigo, pedikulosis corporis, dermatitis dan lain-lain.

7. PENATALAKSANAAN
PENGOBATAN
Syarat obat yang ideal ialah :
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaina
4. Mudah diperoleh dan harganya murah
Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati
( termasuk penderita yang hiposensitisasi).
Jenis obat topikal
1. Belerang endapan (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam
bentuk salap atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap
stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari.
Kekuranganya yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian dan
kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur
kurang dari 2 tahun.
2. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh,
sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah
dipakai.

8
3. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan = gammexane) kadarnya
1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif
terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi
iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan
wanita hamil, karena toksis terhadap susunan saraf pusat. Pemberian
cukup sekali kecuali jika masih ada gejala diulang seminggu
kemudian.
4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal: harus di
jauhkan dari mata, mulut, dan uretra.
5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan
gemeksan, efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus 10
jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan
pada bayi dibawah umur 2 bulan.

8. PROGNOSIS

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta


syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain
higiene), maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yanga
baik

BAB III
KESIMPULAN

sSkabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan


sensitisasi terhadap sarcoptes scabei var, hominis dan produknya. Diagnosis
ditegakkan jika ditemukan 2 dan 4 tanda kardial yakni pruritus nokturna, adanya

9
anggota keluarga tau orang disekitar yang terinfeksi, ditemukannya kanalikulus,
dan ditemukannya tungau menemukan tungau merupakan hal yang paling
diagnostik, sehingga dengan ditemukannya tungau di pada pasien juga dapt
digunakan untuk menegakkan diagnosis klinis skabies.
Penatalaksanaan skabies pada umumnya berupa obat topikal yakni
belerang endap 4-20% emulsi benzyl-benzoas 20-25%, gama benzeneheksa
klorida 1% krotamiton 10 %dan pemetrin 5% pengobatan dilakukan kepada
seluruh anggota keluarga (termasuk pasien yang hiposensitisasi).

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda Adhi . Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. 5. Fakultas


Kedokteran Universitas
2. Indonesia. Jakarta : 2007.

10
3. Bag./SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.Atlas Penyakit Kulit dan
Kelamin. FK. Unair/RSU Dr. Soetomo. Surabaya : 2007.
4. Lab/SMF. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Pedoman Diagnosis dan
Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/RSUP Sanglah. Denpasar : 2000.
5. Sularsito Sri Adi , Soebaryo Retno Widowati, Kuswadji . Dermatologi
Praktis . Ed. 1. PERDOSKI. 1989.
6. Wiederkehr, M., Schwart, R. A. 2006. Scabies. Available at:
http://www.emedicine.com/DERM/topic471.htm.

7. Stone, S.P, scabies and pedikulosis, in: Freedberg, et al. Fitzpatrick’s


Dermatology In General Medicine 6th edition. Volume 1. McGraw-Hill
Professional. 2003

11

Anda mungkin juga menyukai