Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN III

“Gerakan Pembaharuan Dalam Islam”

Pembimbing:

Disusun oleh: Puspa Nadiya (702017016)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan tentang
Gerakan Pembaharuan Dalam Islam.

Makalah ilmiah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis meminta maaf dan menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Palembang, 13 September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 2
1.3 Tujuan............................................................................................................... 2
1.4 Manfaat............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pembaharuan................................................................................... 3


2.2 Latar Belakang Pembaharuan dalam Islam....................................................... 4
2.3 Pengaruh Pembaharuan dalam Islam................................................................ 6
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................................9

3.2 Saran..................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Umat Islam tradisional hingga saat ini tampak ada perasaan masih belum
menerima apa yang dimaksud dengan pembaharuan Islam. Mereka
memandang bahwa pembaruan Islam adalah membuang ajaran Islam yang
lama diganti dengan ajaran Islam baru, padahal ajaran Islam yang lama itu
berdasarkan pada hasil ijtihad para ulama besar yang dalam ilmunya, taat
beribadah dan unggul kepribadiannya, sedangkan ulama yang ada sekarang
dipandang kurang mendalam ilmu agamanya, kurang taat dalam ibadahnya
dan kurang baik budi pekertinya. Oleh karena itu, umat Islam tradisional
beranggapan bahwa ulama abad lampau sudah cukup baik dan tidak perlu
diperbarui dengan ulama sekarang.

Adapula yang memahami pembaruan Islam dengan mengubah Al Quran


dan Al Hadist, memahami Al Quran dan Al Hadist menurut selera orang yang
memahaminya, atau mencocokan makna Al Quran dan Al Hadist sesuai
penafsirnya. Dengan kata lain, pembaruan Islam dipersepsikan dengan upaya
mencocokan kehendak Al Quran dan Al Hadist dengan kehendak orang yang
menafsirkannya, bukan mengajak orang hidup sesuai Al Quran dan Al Hadist.
Persepsi demikian hingga kini tampak dipegang terus oleh sebagian umat
Islam tradisional, tanpa berdialog kembali dengan para tokoh pembaharu
dalam Islam, maka muncullah kaum modernis dan kaum tradisionalis.

Pembaruan sebenarnya bukanlah yang dipersepsikan oleh kaum


tradisional. Pembaruan Islam adalah upaya-upaya untuk menyesuaikan paham
keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Maka pembaruan Islam bukan
berarti mengubah, mengurangi atau menambahkan teks Al Quran maupun teks
Al Hadist. Melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya sesuai
dengan perkembangan zaman.

Mengetahui pentingnya pemahaman tentang pembaharuan dalam Islam,


dalam makalah ini akan dibahas mengenai Gerakan Pembaharuan dalam Islam
dimulai dari pengertian, latar belakang, hikmah, dan pengaruhnya. Melalui
makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang Pembaharuan
dalam Islam dalam kehidupan sehari-hari. Tugas Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas makalah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan mengenai
Gerakan Pembaharuan dalam Islam pada semester 3 tahun 2018.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Gerakan Pembaharuan dalam Islam
2. Latar Belakang Pembaharuan dalam Islam
3. Pengaruh Gerakan Pembaharuan dalam Islam

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui
dan memahami tentang Gerakan Pembaharuan dalam Islam.

1.4 Manfaat
1. Bagi Pembaca:
Dapat mengetahui dan memahami Gerakan Pembaharuan dalam Islam.
Menjadikan makalah sebagai sumber pelajaran atau referensi.
2. Bagi Penulis:
Penulis dapat pula mengetahui dan memahami Gerakan Pembaharuan
dalam Islam.
Melatih keterampilan menulis bagi penulis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pembaharuan

Modernisme mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk


mengubah faham-faham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya,
untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern (Harun Nasution, 1992:11). Kata
modernisme lanjut Harun Nasution, dianggap mengandung arti-arti negatif
disamping arti-arti positif, maka untuk menjauhi arti-arti negatif itu, maka lebih
baik dipakai terjemahannya yaitu pembaharuan.

Menurut Ibnu Salimi, dkk (1998:1) bahwa pembaharuan itu identik


dengan istilah Modernisasi atau Tajdid. Tajdid dalam pengertian etimologis
(harfiah) berarti pembaharuan. Sedangkan dalam pengertian istilah
(terminologis) tajdid berarti pembaharuan dalam hidup keagamaan, baik
berbentuk pemikiran maupun gerakan, sebagai reaksi atau tanggapan terhadap
tantangan-tantangan internal maupun eksternal yang menyangkut keyakinan
dan urusan sosial umat.

Dalam kaitannya dengan pembaharuan Islam, maka tajdid memiliki dua


pengertian, Pertama, tajdid dalam bidang akidah dan ibadah mahdhah. Dalam
bidang ini, tajdid diartikan “pemurnian” dengan jalan kembali kepada pedoman
mutlak yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul (bersih dari bid’ah, syirik, khurafat
dan takhayul).

Kedua, tajdid dalam mu’amalah duniawiyah. Dalam hal ini, tajdid


diartikan memperbaharui interpretasi (merumuskan kembali) ajaran Islam
sehingga Islam tidak terkesan ketinggalan zaman. Dalam ungkapan lain, tajdid
berarti modernisasi (interpretasi baru) terhadap ajaran Islam. (Pasha 2003:
162).

Dengan demikian, pembaharuan (tajdid) dapat diartikan sebagai usaha


untuk mengembalikan (memurnikan) ajaran Islam sesuai dengan tuntunan Al-
Qur’an dan Sunnah Rasul serta menjauhkan ajaran Islam dengan ajaran nenek
moyang yang pada akhirnya akan mencampuradukan nilai-nilai ajaran Islam
dengan nilai-nilai kepercayaan nenek moyang. Pembaharuan juga dapat
diartikan sebagai upaya untuk membersihkan ajaran Islam dari ajaran-ajaran
yang bersifat bid’ah, khurafat dan takhayul yang begitu mendarah daging
dalam kehidupan masyarakat muslim.
2.2. Latar Belakang Pembaharuan Dalam Islam

Menurut Mustafa Kamal dan Ahmad Adaby Darban (2003:32) bahwa


benih pembaharuan Islam sesungguhnya telah muncul di sekitar abad XIII
Masehi, suatu masa yang pada saat itu dunia Islam tengah mengalami
kemunduran dalam berbagai bidang dengan sangat drastis. Ditengah-tengah
kemelut yang melanda Baghdad yang disebabkan, antara lain:

Pertama, adanya invansi atau penjajahan yang dilakukan oleh tentara


Mongol dibawah komando Holagu Khan. Kota Baghdad yang selama enam
abad menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban dunia
bagian timur, kota yang dijadikan tempat tujuan para pencari ilmu dari
berbagai penjuru Negara, dengan terjadinya penghancuran yang dilakukan oleh
tentang Mongol berubah menjadi kota yang suram.

Kedua, dalam kondisi masa suram dunia Islam ini semakin dipengaruhi
lagi dengan terjadinya perang Salib (The Crusadres) yang berlangsung sekitar
enam abad lamanya dan berakhir pada tahun 1683 di Perbentengan Wina
(Mustafa Kamal: 27). Sebagai ilustrasi, betapa pedihnya Perang Salib
sebagaimana dikatakan Gustave Le Bon, seorang penulis bangda Perancis
bahwa Negara Arab waktu itu sudah dalam kondisi lemah, sekalipun dari segi
kebudayaannya masih kokoh sebagaimana semula. Sesungguhnya terjadinya
Perang Salib yang meletus saat itu hakekatnya tidak lain hanyalah suatu
pertarungan besar antara penduduk Eropa yang biadab di satu pihak dan
kebudayaan kaum muslimin yang dikenal sebagai kebudayaan yang paling
tinggi yang pernah dikenal oleh sejarah di lain pihak.

Ketiga, akibat kehancuran dan kemunduran yang dialami umat Islam,


terutama dalam bidang kehidupan intelektual dan materialisme ini, dan
beralihnya secara drastis pusat kebudayaan dari dunia Islam ke Eropa, maka
menimbulkan rasa lemah dan putus asa dikalangan masyarakat kaum muslimin.
Ini telah menyebabkan mereka mencari pegangan dan sandaran hidup yang
bisa mengarahkan kehidupan mereka. Aliran pemikiran tradisionalisme dalam
Islam mendapat tempat di hati masyarakat secara meluas.

Keempat, dalam bidang fiqih, yang terjadi adalah berkembangnya taqlid


buta di kalangan umat. Dengan sikap hidup yang fanatisme tersebut, kehidupan
mereka sangat statis, tidak ada ijtihad baru dalam bidang fiqih. Sebaliknya, apa
yang sudah ada dalam kitab-kitab fiqih lama dianggapnya sebagai sesuatu yang
baku, mantap, benar, dan harus diikuti serta dilaksanakan sebagaimana adanya.
Kelima, adanya faham sufi yang berkembang pesat. Keadaan prustasi
yang merata di kalangan umat, menyebabkan orang kembali kepada Tuhan
(buka hanya sekedar dalam sikap hidup yang fatalistis), dalam arti yang
sebenarnya, bersatu dengan Tuhan sebagaimana diajarkan para ahli fiqih
(Zuhairini, 2003: 112).

Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan


kemunduran umat Islam sebagaimana tampak pada masa sebelumnya, dan
dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh
bangsa-bangsa Eropa, maka pada garis besarnya terjadi tiga pola pemikiran
pembaharuan pendidikan Islam. Ketiga pola tersebut sebagaimana dikatakan
Zuhairini (117-123) adalah:

1. Golongan yang berorientasi pada pola pemikiran di Barat, pada dasarnya


mereka berpandangan bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup yang
dialami oleh Barat adalah hasil dari peekembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern yang mereka capai. Mereka juga berpendapat bahwa apa
yang dicapai oleh bangsa-bangsa Barat sekarang, tidak lainadalah merupakan
pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah
berkembang di dunia Islam. Atas dasar demikian, maka untuk mengembalikan
kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber kekuatan dan kesejahteraan
tersebut harus dikuasai kembali.

2. Gerakan pembaharuan pendidikan Islam yang berpandangan bahwa sumber


Islam yang murni. Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya Islam sendiri
merupakan sumber kemajuan dan perkembangan peradaban serta ilmu
pengetahuan modern. Islam sendiri sudah penuh dengan ajaran-ajarannya, pada
hakekatnya mengandung potensi untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan
hidup bagi umat manusia. Dalam hal ini, Islam telah membuktikan pada masa-
masa kejayaannya. Menurut analisa golongan ini bahwa diantara sebab-sebab
kelemahan umat Islam, adalah karena mereka tidak lagi melaksanakan ajaran
agama Islam secara semestinya. Pola pembaharuan ini telah dirintis oleh
Muhammad bin Abdul Wahab, kemudian dicanangkan oleh Jamaluddin Al-
Afgani dan Muhammad Abduh. Menurut Jamaluddin Al-Afgani, pemurnian
Islam dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Al Hadist dalam arti yang
sebenarnya. Ia berkeyakinan bahwa Islam adalah sesuai dengan semua bangsa,
semua zaman, dan semua keadaan.

3. Usaha pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme. Rasa nasionalisme


timbul dengan berkembangnya pola kehidupan modern, dan mulai dari Barat.
Bangsa-bangsa Barat mengalami kemajuan rasa nasionalisme yang kemudian
menimbulkan kekuatan-kekuatan politik yang berdiri sendiri. Keadaan tersebut
mendorong pada umumnya bangsa-bangsa Timur dan bangsa-bangsa terjajah
lainnya untuk mengembangkan nasionalisme masing-masing. Golongan
nasionalis ini berusaha untuk memperbaiki kehidupan umat Islam dengan
memperhatikan situasi dan kondisi obyektif umat Islam yang bersangkutan. Ide
kebangsan dan nasionalisme inilah yang pada tahap perkembangan berikutnya
mendorong timbulnya usaha-usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan
pemerintahan sendiri dikalangan bangsa-bangsa pemeluk Islam. Dengan
bidang pendidikan, umat Islam telah membentuk pemerintahan nasional
tersebut, mengembangkan sistem dan pola pendidikan nasionalnya sendiri-
sendiri (Zuhairini 2003: 117-123).

2.3. Pengaruh Gerakan Pembaharuan Bagi Dunia Islam

Gerakan pembaharuan sebagai upaya untuk membangun kembali


kemuliaan Islam dan kejayaan kaum muslimin sebagaimana pada zaman
klasik, memberikan pengaruh yang cukup besar bagi umat Islam di seluruh
penjuru dunia. Salah seorang tokoh salafiyah yang bernama Taqiyuddin Abul
Abbas bin Abdul Halim bin Abdus Qoyim Al Jauziyah merupakan tokoh yang
pertama kali berusaha memurnikan ajaran Islam dari berbagai keyakinan, sikap
dan perbuatan yang akan merusak sendi-sendi Islam. Kedua tokoh ini
merupakan salah satu tokoh dari beberapa tokoh muslim yang berupaya
mengembalikan pemahaman keagamaan umat Islam kepada pemahaman dan
pengamalan Rasulullah Saw dan generasi salaf, yang meliputi generasi para
sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in.

Adapun ciri khas aliran salaf yang dikembangkan dan menjadi ciri khas
dari seluruh gerakan pembaharuan di seluruh dunia Islam adalah:

a. Memberi ruang dan peluang ijtihad di dalam berbagai kajian keagamaan


yang berikatan dengan muamalah duniawiyah.

b. Tidak terikat secara mutlak dengan pendapat ulama-ulama terdahulu.

c. Memerangi orang-orang yang menyimpang dari akidah kaum salaf, seperti


kemusyrikan khurafat, bid’ah, taqlid dan tawasul. Juga terhadap orang-orang
yang mengaku sebagai orang sufi dan filosuf yang terang-terangan sudah
menyalahi dan menyimpang dari prinsip-prinsip akidah Islamiyah.

d. Kembali kepada Al-Qur’an dan As Sunnah sebagai sumber utama ajaran


Islam.
Di Indonesia ide gerakan pembaharuan timbul karena keadaan umat
Islam yang senantiasa tertindas oleh kaum penjajah. Kaum penjajah yang
berusaha menghisap dan mengeruk kekayaan bumi Indonesia, disamping
menindas dan membuat melarat serta memecah belah, menjadikan rakyat
dibuat jumud, beku, bodoh, ta’asub. Semua ini kita kenal dengan Politik Ethis
dan Kultur serta politik pintu terbuka, yang mereka tanamkan dalam-dalam
pada rakyat peribumi, disamping taktik dan politik bulus dalam dominasi
dinasti politik, eksploitasi material, penetrasi kebudayaan dan kristenisasi, serta
memecah belah hidup dan kehidupan umat Islam dari dalam (M.Margono,
1995:9).

Upaya untuk melakukan pembaharuan Islam ditandai dengan


bermunculannya organisasi-organisasi Islam seperti:

 Sarekat Dagang Islam (1909)


 Serikat Islam (1911)
 Muhammadiyah (1912)
 Al Irsyad (1914)
 Nahdatul Ulama (1926)
 Jamiatul Wasilah (1928) dan sebagainya.

Kemunduran masyarakat Indonesia akibat penjajahan Belanda kaum


imprerialis kolonialis serta usaha kristenisasi dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Keadaan politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan rakyat Indonesia dalam
cengkraman penjajahan Belanda, akibatnya semua itu menjadi lumpuh
tidak berdaya.
2. Bercampuraduknya ajaran Islam yang murni dengan adat kebiasaan
masyarakat serta ajaran misitik, khurafat dan bi’dah, dan kitab-kitab sesat
lainnya.
3. Adanya tekanan yang terus menerus kaum penjajah yang dibarengi
aktivitas misi kristenisasi dan sikap acuh tak acuh merendahkan martabat
muslimin dan ajaran Islam, hal itu juga datang dari kaum terpelajar
didikan Barat.
4. Tidak efisien dan teaturnya dakwah Islam serta lembaga-lembaga
pendidikan Islam, sitambah masih statisnya pandangan hidup umat Islam
terhadao ajaran dan amalan Islam yang murni.
5. Kehidupan akidah amaliyah Islam yang murni sudah kabur, masyarakat
Islam terlengah dari tugas pokonya, satu dengan yang lain saling
bertentangan dalam soal-soal furu’iyah, fiqhiyah, dan politik.
Melihat kenyataan hal-hal tersebut di atas, mendorong tokoh modernisasi
Islam Indonesia, dan juga gerakan Muhammadiyah sebagai satu diantara
gerakan Islam di bawah pimpinan KH. Ahmad Dahlan bangkit, untuk
menggerakan gairah hidup beribadah, berjuang dan beramal fisabilillah.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Pembaharuan (tajdid) dapat diartikan sebagai usaha untuk


mengembalikan (memurnikan) ajaran Islam sesuai dengan tuntunan Al-
Qur’an dan Sunnah Rasul serta menjauhkan ajaran Islam dengan ajaran nenek
moyang yang pada akhirnya akan mencampuradukan nilai-nilai ajaran Islam
dengan nilai-nilai kepercayaan nenek moyang.

Latar Belakang munculnya Pembaharuan dalam Islam karena kelemahan


dan kemunduran umat Islam pada masa sebelumnya, dan kemajuan dan
kekuatan yang dialami oleh bangsa-bangsa Eropa. Hal ini mengakibatkan
timbulnya pola pemikiran pembaharuan pendidikan Islam, diantaranya
Golongan yang berorientasi pada pola pemikiran di Barat, Gerakan
pembaharuan pendidikan Islam yang berpandangan bahwa sumber Islam yang
murni, dan Usaha pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme.

Gerakan Pembaharuan dalam Islam ini memiliki pengaruh besar dalam


kehidupan Islam di seluruh dunia. Banyak tokoh-tokoh berupaya
mengembalikan pemahaman keagamaan umat Islam kepada pemahaman dan
pengamalan Rasulullah Saw dan generasi salaf, yang meliputi generasi para
sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in.

3.2. Saran
Melalui makalah ini, penulis berharap agar kita semua mengetahui
sejarah Gerakan Pembaharuan dalam Islam, baik dari pengertian, latar
belakang, serta pengaruhnya yang begitu besar bagi kehidupan Islam di seluruh
dunia. Penulis berharap hal ini akan membuat kita bersyukur akan kebesaran
Allah, terutama melalui ilmu yang Ia berikan kepada kita semua.

Anda mungkin juga menyukai