Magnetic Resonance)
TMS 0 C≡C 75 – 95
R-CH3 0 - 30 C=C 105 – 145
R2-CH2 20 – 45 C (aromatik) 110 – 155
R3-CH 30 – 60 C (heteroaromatik) 105 – 165
R4-C 30 – 50 C≡N 115 – 125
O-CH3 50 – 60 C=O (karboksilat) 155 – 185
N-CH3== 15 – 45 C=O (aldehida/keton) 185 – 225
Selain informasi dari pergeseran kimia yang terdapat dalam spektrum, pemisahan spin-
spin juga memberikan banyak informasi mengenai struktur molekul suatu
senyawa. Pemisahan spin-spin terjadi akibat perbedaan lingkungan magnet yang ditimbulkan
oleh proton tetangganya. Pola pemisahan dapat diperkirakan dengan aturan n + 1, dengan n
adalah banyaknya proton tetangga yang memiliki konstanta kopling sama. Misal, jika
terdapat dua proton tetangga, maka sinyal proton akan terpisah menjadi tiga puncak
(triplet). Intensitas (tinggi) masing-masing puncak tersusun menurut aturan segitiga Pascal.
Puncak duplet (n=1) memberikan rasio 1:1, puncak triplet (n=2) memberikan rasio 1:2:1,
puncak kuartet (n=3) memberikan rasio 1:3:3:1 dan seterusnya. Akan tetapi aturan segitiga
Pascal ini tidak berlaku pada puncak multiplisitas yang kompleks (Silverstein et al., 2005).
Silahkan kunjungi juga Metode Elusidasi dengan Infrared dan spektroskopi massa
Apabila inti diletakan pada suatu medan magnet (medan magnet eksternal) maka
akan terjadi interaksi inti dengan magnet ekternal tersebut. Interaksinya tergantung
pada jenis inti yang berinteraksi. Berikut merupakan kriteria penggunaaan medan
magnet pada spektroskopi NMR:
1. Medan magnet harus kuat. Karena kepekaan spektroskopi NMR makin tinggi
seiring meningkatnya kekuatan medan magnet.
2. Medan magnet harus cukup homogen terhadap semua sampel yang dianalisis.
Apabila tidak terjadi kemogenan medan magnet akan menghasilkan pita-pita yang
melebar dan terjadi distorsi sinyal.
3. Medan magnet harus sangat stabil. Dengan kestabilan yang tinggi menjadikan
analisis secara akurat dari detik ke detik bahkan hingga orde jam.
Seperti yang telah disinggung bahwa berhubungan dengan karakter inti dari suatu
atom dalam suatu molekul, oleh sebab itu spektroskopi NMR digunakan untuk
mendeteksi berbagai jenis inti sesuai dengan sifat khas inti, misalnya 1H, 13C, 19F
dan 31P.
Karakter jenis inti yang dapat dideteksi menggunakan spkektroskopi NMR yaitu jenis
kategori inti yang dalam kaitannya dengan bilangan kuantum spin inti, yakni:
Kategori I, yakni inti dengan I = 0. Inti dalam kategori ini tidak berinteraksi
dengan medan magnet yang diterapkan pada NMR (medan magnet eksternal)
sehingga disebut tidak ada kromofor NMR atau tidak aktif NMR. Inti dengan I = 0
adalah atom-atom dengan jumlah proton genap dan jumlah netron yang genap
pula. Inti dengan I = 0 misalnya 12C, 16O dan 32S. Walaupun tidak dapat dicermati
namun ketiga atom tersebut terdapat isotop yang dapat di deteksi.
Kategori 2 yakni inti dengan I = ½. Inti ini memiliki nomor massa ganjil sehingga
mempunyai momen magnet tidak sama dengan nol. Hal inilah yang meneyebabkan
inti dapat berinteraksi dengan medan magnet eksternal, oleh sebab itu disebut ada
kromofor NMR. Inti dengan kategori ini misalnya 1H. 13C, 19F.
Kategori 3 yakni inti dengan proton dan netron ganjil. Inti ini memiliki I = 1, 2
atau lebih tinggi. Yang tergolong kategori ini adalah 2H, 14N, 10B. Isotop-isotop ini
lebih sukar diamati dan pola spektranya melebar.
Dalam spektroskopi NMR setiap jenis inti yang memiliki sifat yang khas dinyatakan
dengan istilah geseran kimia (chemical shift) dan kopling spin-spin (Spin-spin
coupling). Kedua besaran atau fenomena ini merefleksikan lingkungan kimia spin inti
yang diamati dalam eksperimen NMR dan ini dapat dipandang sebagai efek kimia
dalam spektroskopi NMR.
Frekuensi resonansi yang dialami inti bergantung pada besarnya kuat medan magnet
yang diterapkan. Jadi frekuensi resonansi sebanding dengan medan magnet yang
dialami oleh inti yang diamati. Makin besar spektrometer NMR, maka perpisahan
antar puncak resonansi pada spektrum NMR makin besar dan kondisi demikian
dikenal dengan NMR resolusi tinggi.
Geseran kimia inti yang terbaca dalam spektrometer NMR sebagai ppm (part per
million) dan dilambangkan δ. Perlu diperhatikan bahwa ppm disini tidak sama dengan
ppm konsentrasi. Nilai ppm tergantung pada frekuensi alat yang di gunakan yang
ditulis denga persamaan berikut.
dengan
TMS biasanya langsung ditambahkan ke dalam larutan sampel yang akan diuji. TMS
digunakan sebagai pembanding karena memiliki beberapa keunggulan antara lain:
1. Bersifat inert.
2. Tingkat simetri yang tinggi, dalam hal ini semua atom H dan C berada pada
lingkungan kimia yang sama sehingga memberikan puncak absorbsi tunggal
karena semua atom H dan C ekivalen.
5. Geseran kimia TMS tidak dipengaruhi oleh kekompleksan pelarut atau tidak
dipengaruhi pelarut karena tidak mengandung gugus-gugus polar.
Selain TMS terdapat pula beberapa senyawa pembanding lain yaitu Na-2,2-dimetil-2-
silapentana-5-sulfonat (DSS) dan Na-2,2,3,3-tetradeuterio-4-4-dimetil-4silapentanoat
(TSP-d4). Struktur kedua senyawa tersebut sebagai berikut.
Spektrometer dan penanganan Sampel
Spektrometer NMR adalah alat atau instrumen untuk mengukur resosnansi magnetik
inti. Intrumen ini menghasilkan medan magnet pada tingkat energi gelombang radio
dan digunakan untuk mendeteksi radiasi yang dipancarkan pleh suatu inti. Kualitas
spektrometer NMR tergantung pada dua hal yakni:
1. Kekuatan dan kehomogenan medan magnet yang digunakan.
Sampel atau cuplikan yang akan dianalisa dipreparasi dalam bentuk larutan. Larutan
yang akan dianalisa menggunakan NMR memiliki beberapa kriteri sebagai berikut:
1. Spektrometer NMR 60 MHz. Masa sampel ±5-10 mg dalam ±0,4 mL pada tabung
gelas dengan diameter 5 mm dan kedalaman tabung 35 mm. Sedangkan untuk
spektrometer NMR 500 MHz diperlukan jumlah cuplikan < 1 mg (mikrogram) dalam
tabung mikro pula.
Kemurnian cuplikan
Kebersihan tabung
Kemurnian pelarut
3. Tabung untuk cuplikan di buat dari gelas sangat tipis, mudah pecah dan sangat
rapus terutama pada saat dibuka tutupnya.
4. Jika tabung yang digunakan tidak dipecahkan (mungkin disebabkan jumlah sampel
yang sedikit dan harganya relatif mahal) maka segera dicuci dengan aseton atau
dikloroetana bila telah selesai digunakan, dikeringkan dengan blower dalam udara
bersih atau nitrogen dengan menggunakan pelat tipis dari logam selanjutnya dijaga
dan disimpan pada tempat yang aman. Pengeringan tabung menggunakan oven atau
dengan cara pemanasan sangat tidak dianjurkan.
2. Bersifat iner,
3. Nopolar
5. Tidak mahal.
Dari semua sifat di atas, CCl4 merupakan pelarut yang ideal yang hampir memenuhi
semua persyaratan, tetapi pelarut ini sangat nonpolar sehingga mempunyai kapsitas
pelarutan yang relatif rendah. Misalnya tidak dapat melarutkan senyawa-senyawa
yang bersifat polar. Karena hal-hal tersebut maka terdapat beberapa pelarut yang
sering digunakan pada spektrometer NMR yakni pelarut yang
telah terdeuterasi, misalnya
· Deuterokloroform (CDCl3)
· Heksadeterobenzena (C6D6)
· Aseton-d6 (CD3COCD3)
Geseran kimia yang menunjukan terjadinya resonansi spin inti dalam lingkungan
kimia yang berbeda pada suatu molekul digambarkan atau ditunjukan dalam bentuk
grafik. Grafik NMR menggambarkan nilai δ (geseran kimia) dari setiap inti tertentu
dalam lingkungan kimia yang tertentu pula.
Berdasarkan perjanjian atau yang telah ditetapkan pada ujung kanan memiliki geseran
kimia sama dengan nol (0) merupakan inti yang memiliki atau memerlukan frekuensi
kuat medan magnet besar (biasanya disebut juga kuat medan atas), sedangkan pada
ujung kiri merupakan inti yang memiliki atau memerlukan frekuensi kuat medan
magnet yang kecil (biasanya disebut juga kuat medan bawah). Secara ringkas dapat
digambarkan sebagai berikut.
Inti Terlindungi Dan Kurang Terlindungi
1. Distribusi awan elektron disekita inti. Distribusi awan elektron disekita inti
sangat menentukan derajat keterlindungan inti. Makin besar kerapan
distribusi awan elektron disekita inti makin besar dan makin efektif derajat
keterlindungan dan menyebabkan inti harus beresonansi pada kuat medan
magnet tinggi (medan magnet atas) dan mempunyai geseran kimia yang kecil
atau semakin mendekati TMS = 0. Hal ini tentu berlaku juga untuk kondisi
yang sebaliknya.