Anda di halaman 1dari 37

Nuclear Magnetic Resonance (NMR)

INSERT THE TITLE


OF YOUR PRESENTATION HERE
10
Komponen Alat
13
14
16
Pelarut yang digunakan untuk mempreparasi sampel memiliki beberapa
kriteria, yakni:
1. Tidak mengandung inti yang akan dideteksi atau diamati. Misalnya
untuk 1H-NMR pelarutnya tidak boleh mengandung hidrogen-1
sedangkan untuk 13C-NMR pelarutnya tidak boleh mengandung 13-C.
2. Bersifat inert,
3. Nonpolar
4. Titik didih rendah.
5.Tidak mahal.

Dari semua sifat di atas, CCl4 merupakan pelarut yang ideal yang hampir
memenuhi semua persyaratan, tetapi pelarut ini sangat nonpolar sehingga
mempunyai kapsitas pelarutan yang relatif rendah.
Misalnya tidak dapat melarutkan senyawa-senyawa yang bersifat polar.
Karena hal-hal tersebut maka terdapat beberapa pelarut yang sering
digunakan pada spektrometer NMR yakni pelarut yang
telah terdeuterasi, misalnya
· Deuterokloroform (CDCl3)
· Heksadeterobenzena (C6D6)
· Aseton-d6 (CD3COCD3)
Mengapa digunakan TMS sbg standar?
•Bersifat inert.
•Tingkat simetri yang tinggi, dalam hal ini semua
atom H dan C berada pada lingkungan kimia yang
sama sehingga memberikan puncak absorbsi tunggal
karena semua atom H dan C ekivalen.
•Volatil, memiliki titik didih 27°C.
•Nonpolar sehingga mudah larut dalam pelarut
organik.
•Geseran kimia TMS tidak dipengaruhi oleh
kekompleksan pelarut atau tidak dipengaruhi pelarut
karena tidak mengandung gugus-gugus polar.
Geseran Kimia Dalam Spektroskopi NMR

•Dalam spektroskopi NMR setiap jenis inti yang memiliki sifat yang
khas dinyatakan dengan istilah geseran kimia (chemical
shift) dan kopling spin-spin (Spin-spin coupling). Kedua besaran
atau fenomena ini merefleksikan lingkungan kimia spin inti yang
diamati dalam eksperimen NMR dan ini dapat dipandang sebagai
efek kimia dalam spektroskopi NMR.
•Frekuensi resonansi yang dialami inti bergantung pada besarnya
kuat medan magnet yang diterapkan. Jadi frekuensi resonansi
sebanding dengan medan magnet yang dialami oleh inti yang
diamati. Makin besar spektrometer NMR, maka perpisahan antar
puncak resonansi pada spektrum NMR makin besar dan kondisi
demikian dikenal dengan NMR resolusi tinggi.
• Geseran kimia inti yang terbaca dalam spektrometer
NMR sebagai ppm (part per million) dan
dilambangkan δ.
• Perlu diperhatikan bahwa ppm disini tidak sama
dengan ppm konsentrasi. Nilai ppm tergantung pada
frekuensi alat yang di gunakan yang ditulis denga
persamaan berikut.
ppm = Δv/v x 106

Dengan ppm = geseran kimia inti senyawa


Δv = frekuensi sampel – 0 (frekuensi senyawa pembanding
biasanya nol)
v = frekuensi yang dipasang atau digunakan
Geseran kimia yang menunjukan terjadinya resonansi spin inti dalam
lingkungan kimia yang berbeda pada suatu molekul digambarkan atau
ditunjukan dalam bentuk grafik. Grafik NMR menggambarkan nilai δ
(geseran kimia) dari setiap inti tertentu dalam lingkungan kimia yang tertentu
pula.
Berdasarkan perjanjian atau yang telah ditetapkan pada ujung kanan memiliki
geseran kimia sama dengan nol (0) merupakan inti yang memiliki atau
memerlukan frekuensi kuat medan magnet besar (biasanya disebut juga kuat
medan atas), sedangkan pada ujung kiri merupakan inti yang memiliki atau
memerlukan frekuensi kuat medan magnet yang kecil (biasanya disebut juga
kuat medan bawah). Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut.
Inti Terlindungi Dan Kurang Terlindungi
•setiap inti dilindungi atau dilingkupi oleh elektron-elektron yang megelilininya.
Akibatnya setiap inti akan mengalami atau menerima pengaruh medan magnet
eksternal atau medan magnet alat yang berbeda pula dan hal ini bergantung
pada beberapa efek keterlindungan ini. Karena hal inilah inti-inti yang berbeda
keterlindungannya akan mempunyai geseran kimia yang berbeda pada
spektrum NMR-nya.
•Hal ini memberikan magna bahwa, jumlah sinyal dalam spektrum NMR
menunjukan banyaknya inti dengan lingkungan kimia yang berbeda dari
molekul yang dianalisis. Inti yang efek keterlindungan tinggi (inti makin
terlindung) maka inti akan beresonansi pada kuat medan magnet yang
tinggi sehingga mempunyai geseran kimia (δ) yang rendah dibanding
senyawa standar (TMS). Sebaliknya inti yang memiliki efek keterlindungan
rendah (inti semakin tidak terlindung) maka inti akan beresonansi pada
kuat medan magnet yang rendah sehingga mempunyai geseran kimia (δ)
yang tinggi dibanding senyawa pembanding (TMS).
Dari penjelasan ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Secara umum inti-inti yang mengalami geseran diamagnetik dan paramagnetik


dijelaskan sebagai berikut.
1.Distribusi awan elektron disekita inti. Distribusi awan elektron disekita inti
sangat menentukan derajat keterlindungan inti. Makin besar kerapan distribusi
awan elektron disekita inti makin besar dan makin efektif derajat keterlindungan
dan menyebabkan inti harus beresonansi pada kuat medan magnet tinggi (medan
magnet atas) dan mempunyai geseran kimia yang kecil atau semakin mendekati
TMS = 0. Hal ini tentu berlaku juga untuk kondisi yang sebaliknya.
2.Gugus atau substituen penarik elektron. Gugus-gugus atau substituen penarik
elektron seperti –OH, -OR, -OCOOH, -OCOR, -NO2, -halogen, yang terikat pada
rantai alifatik menyebabkan derajat keterlindungan inti dan merubah geseran kimia ke
arah medan rendah.
• Karakter aniostropik magnetik. Contoh sirkulasi elektron
dalam cincin bensena. Pengaruh anisotropik terhadap
keterlindungan inti ini bekerja pada senyawa-senyawa
aromatik, karbonil dan alkuna. Pengaruh karakter ini
menyebabbkan inti semakin terlindung dan menggeser nilai
geseran kimia pada kuat medan bawah atau kuat medan
rendah. Nilai geseran kimia dalam ppm semakin besar
dibanding TMS.
• Karakter hibridisasi atom karbon dalam molekul. Perbedaan
jenis atom karbon, yakni sp3, sp2, atau sp mempengaruhi
derajat keterlindungan inti dalam spektroskopi NMR. Distribusi
awan elektron pada atom karbon sp 3 lebih rendah daripada
sp2, dan lebih rendah dibanding sp akibatnya nilai geseran
kimia sp3<sp2<sp dibanding senyawa pembanding (TMS).

Anda mungkin juga menyukai