Anda di halaman 1dari 31

GV07

Jumat, 20 November 2009


PROTAP PEMERIKSAAN VDRL

LABORATORIUM JURUSAN ANALIS KESEHATAN

INSTRUKSI KERJA

PEMERIKSAAN SIFILIS METODE VDRL NO. DOKUMEN:


HAL. 1 DARI 2
MANAGER EKSEKUTIVE
………………..
MANAGER MUTU
……………… MANAGER TEKNIS
……………

I. TUJUAN :
Untuk mendeteksi adanya antibody nontreponemal

II. METODE : VDRL (VENERAL DESEASE RESEARCH LABORATORY


TEST)

III. PRINSIP : Pada penderita sifilis akan terbentuk antibody yang terjadi sebagai reaksi terhadap
bahan-bahan yang dilepaskan karena kerusakan sel.

IV. INSTRUKSI KERJA YANG TERKAIT:

A. CARA PENGAMBILAN DARAH PASIEN (PDP)

B. CARA PEMBUATAN SERUM (PS)

V. PERALATAN :
Pipet penghisap
Tangkai pengaduk
Tabung reaksi dan rak tabung
Rotator
Klinipette 50 µl
Klinipette 5 µl
Slide putih
Tissue
Tempat sampah

VI. REAGENSIA :kit dari E- Merck


Control positif
Control negative
Antigen VDRL
NaCl 0,85%
LABORATORIUM JURUSAN ANALIS KESEHATAN

INSTRUKSI KERJA

PEMERIKSAAN SIFILIS METODE VDRL


NO. DOKUMEN:

HAL. 2 DARI 2

MANAGER EKSEKUTIVE
………………..
MANAGER MUTU
……………… MANAGER TEKNIS
……………

VII. CARA KERJA :


A. KWALITATIF
1. Teteskan serum diatas slide sebanyak 50 µl.
2. Tambahkan antigen 1 tetes lalu aduk.
3. Goyang dengan menggunakan rotator selama 8 menit dengan kecepatan 100 rpm.
4. Amati terjadinya aglutinasi.
5. Bila positif lanjutkan ke test kwantitatif.
CARA KERJA CONTROL POSITIF :
1. Teteskan control positif di atas slide sebanyak 1 tetes
2. Tambahkan tambahkan antigen 1 tetes lalu aduk.
3. Goyang menggunakan rotator selama 8 menit dengan kecepatan 100 rpm.
4. Amati terjadinya aglutinasi

CARA KERJA CONTROL POSITIF :


1. Teteskan control positif di atas slide sebanyak 1 tetes
2. Tambahkan tambahkan antigen 1 tetes lalu aduk.
3. Goyang menggunakan rotator selama 8 menit dengan kecepatan 100 rpm.
4. Amati terjadinya aglutinasi

B. KWANTITATIF

TABUNG SERUM NaCl PENGENCERAN TITER


A 0,1 ml 0,1 ml 1 : 2 16
B Tb.A 0,1 ml 0,1 ml 1 : 4 32
C Tb.B 0,1 ml 0,1 ml 1 : 8 64
D Tb.C 0,1 ml 0,1 ml 1 : 28 128

1. Masing-masing tabung tadi diambil 0,005 ml teteskan diatas slide.


2. Tambahkan latex 1 tetes, aduk dengan tangkai pengaduk.
3. Goyang 3 menit diatas rotator.
4. Kemudian lihat ada tidaknya aglutinasi.

VIII. INTERPRETASI HASIL


- (+) positif Jika terjadi aglutinasi.
- (-) negatif jika tidak terjadi aglutinasi.
Jika terjadi aglutinasi VDRL: positif (+).
Terjadi aglutinasi pada kwalitatif VDRL: positif 8 IU/ml.
Gumpalan sampai tabung C, rheuma VDRL: 64 IU/ml.
Cara pembuatan control sama dengan kwalitatif, sebaiknya selalu pakai control negatif (-).

IX. REFERENSI :
1. Dani, Hamril, dkk.2008. Diktat imunlogi dan serologi.
2. Gandasoebrata, 1984. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat: Jakarta.
3. Staf paengajar FKUI. 1993. Mikrobiologi Kedokteran edisi revisi. Binarupa Aksara: Jakarta.

LABORATORIUM JURUSAN ANALIS KESEHATAN


INSTRUKSI KERJA

PENGAMBILAN DARAH VENA NO. DOKUMEN:


(PDP)
HAL. 1 DARI 1
MANAGER EKSEKUTIVE
………………..
MANAGER MUTU
……………… MANAGER TEKNIS
……………

Darah yang diambil adalah darah vena.


Tempat pengambilan: vena dalam fossa cubiti.
Cara pengambilan darah vena:
1. Bersihkan tempat yang akan diambil darah dengan alcohol 70%, dan biarkan mengering.
2. Pasang ikatan pembendung pada lengan atas dan mintalah agar pasien mengepal dan
membuka tangannya berulang kali agar vena tampak jelas.
3. Tegangkan kulit diatas vena itu dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak bergerak.
4. Tusuk kulit dengan jarum dan semprit ditangan kanan sampai ujung jarum masuk ke dalam
lumen vena.
5. Lepaskan atau regangkan pembendungan dan perlahan-lahan tarik penghisap semprit sampai
jumlah darah yang dikehendaki didapat.
6. Lepaskan pembendung bila masih terpasang.
7. Taruh kapas di atas jarum dan cabutlah semprit dan jarum tersebut secara perlahan-lahan.
8. Mintalah kepada pasien supaya menekan tempat tusukan dengan kapas selama beberapa
menit.
9. Angkatlah jarum dari semprit dan alirkan darah ke dalam wadah atau tabung yang tersedia
melalui dinding tabung.
10. Beri etiket.

REFERENSI:
Gandasoebrata, 1984. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat: Jakarta
LABORATORIUM JURUSAN ANALIS KESEHATAN

INSTRUKSI KERJA

PENGOLAHAN SAMPEL (PEMBUATAN SERUM) NO. DOKUMEN:


(PS 1)
HAL. 1 DARI 1
MANAGER EKSEKUTIVE
………………..
MANAGER MUTU
……………… MANAGER TEKNIS
……………

Cara pembuatan serum:


1. Setelah darah yang dikehendaki didapat, darah tersebut didiamkan selama 30 menit.
2. Setelah 30 menit centrifus dengan kecepatan 12000 rpm selama 5 menit.
3. Ambil supernatan dari darah tersebut.
4. Serum siap dipakai untuk pemeriksaan.

REFERENSI:
Gandasoebrata, 1984. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat: Jakarta.

Info Laboratorium Kesehatan

Berita Tentang Laboratorium Kesehatan


 HOME
 Artikel Sehat
 Contact Me
 Info Kesehatan
 Info Laboratorium Kesehatan
 Laboratorium Dasar
 Laboratorium Kesehatan

MEDICAL CHECK UP | MEDICAL CHECK UP


PRA NIKAH

Premarital Check Upadalah sebuah tindakan pencegahan


untuk mendeteksi kesehatan reproduksi dan genetika. Segera
jadwalkan pemeriksaan kesehatan pranikah Anda dan
pasangan untuk kebahagiaan yang seutuhnya.
Setiap orang yang merencanakan pernikahan tentu
menginginkan kebahagiaan rumah tangga yang akan
dijalaninya. Salah satu faktor penting yang akan
menentukan kebahagiaan sebuah pernikahan adalah
kesehatan kedua calon mempelai, karena bila salah satu
diantaranya mempunyai masalah kesehatan, maka
kebahagiaan tidak dapat dirasakan seutuhnya. Karena itu
disarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
sebelum memasuki jenjang pernikahan guna mewujudkan
keluarga bahagia.

Panel Premarital
(Check Up Kesehatan Pranikah)

Panel premarital merupakan sekumpulan pemeriksaan


laboratorium untuk memastikan status kesehatan kedua
calon mempelai, terutama mendeteksi adanya penyakit
menular, menahun atau diturunkan yang dapat
mempengaruhi kesuburan pasangan maupun kesehatan
janin.

Perlukah Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Premarital


?
Sangat Perlu. Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan
pranikah berarti Anda dan pasangan dapat melakukan
tindakan preventif/pencegahan terhadap masalah kesehatan
terkait kesuburan dan penyakit yang diturunkan secara
genetik.

Apa Saja Yang Diperiksa ?

Kondisi kesehatan fisik kedua calon mempelai secara umum.

Diabetes Melitus

Penyakit kencing
manis (diabetes
melitus) yang dapat
mempengaruhi
kehamilan dan bersifat
menurun.

· Hepatitis B menjadi masalah kesehatan yang serius,


baik bagi penderitanya maupun keluarganya.

· Penyakit-penyakit keturunan yang lain seperti


thalassemia (penyakit keturunan di mana sel darah merah
mudah rusak) dan hemofilia (penyakit gangguan
pembekuan darah). Kedua penyakit tersebut dapat
diturunkan melalui pernikahan dengan pengidapnya atau
mereka yang bersifat pembawa (carrier).
Golongan darah ABO

· Golongan darah ABO dan ketidakcocokan rhesus


yang dapat membahayakan janin

· Ada tidaknya penyakit menular seksual (PMS).


Sebagian besar PMS, termasuk sifilis, herpes dan gonore
dapat mengakibatkan kecacatan pada janin.

Kapan Pemeriksaan Ini Sebaiknya Dilakukan ?

Tidak ada batasan waktu yang pasti, namun pemeriksaan


yang dilakukan 6 bulan sebelum dilangsungkan pernikahan
dianggap ideal. Pertimbangannya, jika ditemukan masalah
pada hasil pemeriksaan kesehatan kedua calon mempelai,
masih cukup waktu untuk melakukan konseling dan
memutuskan penanganan yang tepat terhadap penyakit yang
diderita/masalah yang ditemukan.

Manfaat Pemeriksaan Dalam Panel Premarital

Berikut ini manfaat masing-masing pemeriksaan yang


tercakup dalam panel premarital :

· Hematologi Rutin, Gambaran Darah Tepi, Analisa


Hemoglobin HPLC, dan Badan Inklusi HbH

Pemeriksaan hematologi rutin bermanfaat untuk mengetahui


kondisi kesehatan kedua calon mempelai secara umum,
mendeteksi adanya kelainan sistemik (hati dan ginjal) yang
dapat mempengaruhi bentuk dan fungsi sel darah, deteksi
penyakit infeksi dan penyakit darah. Dari hasil pemeriksaan
hematologi, dapat diketahui kemungkinan penyakit
keturunan seperti thalassemia dan hemofilia. Untuk
memastikan adanya thalassemia, dapat dilihat dari hasil
pemeriksaan gambaran darah tepi, analisa hemoglobin
HPLC dan badan inklusi HbH. Sedangkan untuk
memastikan adanya penyakit hemofilia, perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan yaitu pemeriksaan hematologi faal
hemostasis.

· Golongan Darah A, B, O dan Rhesus

Selain untuk kepentingan transfusi darah (jika kelak


dibutuhkan), juga untuk mengetahui kecocokan rhesus.
Disebut rhesus negatif jika tidak ada faktor rhesus dalam
darah, dan sebaliknya rhesus positif jika ada. Jika seorang
wanita dengan rhesus negatif hamil dari suami yang
mempunyai rhesus positif dan mengandung anak dengan
rhesus positif (ada 50% kemungkinan ini, sementara 50%
kemungkinan mengandung anak dengan rhesus negatif),
maka secara alami si ibu akan menghasilkan antibodi yang
menyerang darah janinnya dan menyebabkan sel darah
merah janin rusak, hingga janin dapat mengalami anemia,
kerusakan otak dan jantung, serta akibat fatal lainnya.

· Urin Rutin

Mengetahui adanya kondisi kelainan ginjal atau saluran


kemih, penyakit metabolik atau sistemik pada kedua calon
pasangan.

· Glukosa Puasa

Untuk mendiagnosa diabetes melitus (lebih dikenal dengan


kencing manis) yang cenderung dapat diturunkan kepada
janin/anak yang akan dikandung.

· HBsAg
HBsAg

Untuk mengetahui ada tidaknya infeksi hepatitis B yang


dapat ditularkan kepada pasangan melalui kontak fisik
(melalui darah/luka), dan kepada bayi yang akan dikandung.

· VDRL/RPR

Untuk mendeteksi ada tidaknya sifilis dan gonore, di mana


selain berakibat buruk pada penderita, kedua jenis penyakit
ini dapat ditularkan kepada pasangan melalui hubungan
seksual atau dari ibu kepada janin dan dapat mengakibatkan
cacat serta kematian pada janin.

· Anti-Rubella IgG, Anti-Toxoplasma IgG dan Anti-


CMV IgG

Untuk mendeteksi infeksi Rubella, Toxoplasma dan


Cytomegalovirus yang dapat mengakibatkan keguguran,
bayi lahir prematur dan dapat juga menyebabkankelainan
pada janin yang dikandungnya.

Artikel By : http://labklinik.wordpress.com
PEMERIKSAAN VDRL

I. Tujuan Pemeriksaan
Untuk mendeteksi adanya antibody non-treponema (Reagin)

II. Prinsip pemeriksaan


Pada penderita sifilis akan terbentuk antibody yang terjadi sebagai reaksi terhadap bahan-bahan
yang dilepaskan karena kerusakan sel-sel antibody tersebut disebut regain
Regain dalam serum penderita akan berflokulasi bila ditambahkan kardiolipin yaitu antigen yang
berasal dari ekstraksi hati sapi.

III. Alat dan Bahan Pemeriksaan


Alat:
- Objek glass
- Mikropipet 10 µl, 20 µl, 40 µl
- Pipet ukur 10 ml
- Mikroskop
- Penangas air
Bahan:
- Serum darah dan cairan otak
- Antigen VDRL
- Larutan garam buffer
- Larutan garam fisiologis (0,9%)
IV. Metode
- Slide
V. Prosedur pemeriksaan VDRL pada serum
Persiapan sampel
- Serum yang jernih dipanaskan dulu dalam penangas air pada suhu 56 °C selama 30 menit,
jangan memakai serum yang keruh atau hemolisis.
- Pemanasan serum perlu diulang pada 56 °C selama 10 menit bila pemeriksaan dilakukan lebih
dari 4 jam setelah pemanasan yang pertama.
- Pemeriksaan dilakukan bila suhu serum sudah sama dengan suhu kamar (23-29 °C).
Reagen
- Antigen harus tidak berwarna merupakan larutan dalam alcohol yang mengandung 0,03%
kardiolipin, 0,9% kolesterol dan leucithin murni (0,21%). Antigen harus disimpan dalam ruangan
gelap pada suhu 6-8 °C. bilamana terjadi presipitat, maka larutan antigen tersebut tidak dapat
dipergunakan lagi dan harus dibuang. Suspense antigen baru harus dibandingkan terlebih dahulu
terhadap larutan antigen yang reaktivitasnya sudah diketahui sebelum dipergunakan dalam
pemeriksaan rutin.
- Larutan garam buffer VDRL dengan pH 6,0+0,1 terdapat komersial atau dapat dibuat dengan
komposisi sebagai berikut:
Formaldehyde netral : 0,5 ml
Na2HPO4 : 0,037 gr
KH2PH2PO4 : 0,170 gr
NaCl : 10.0 gr
Aquadest ad : 1000 ml
- Larutan garam fisiologis (0,9 % NaCl)
Persiapan Suspensi Antigen
- Terlebih dahulu simpan botol antigen dan larutan garam buffer VDRL pada suhu kamar selama
15 menit.
- Pipet 400 µl larutan garam buffer, masukkan kedalam botol reagen ukuran 30 ml. kemudian
ditambahkan 500 µl antigen tetes demi tetes langsung diatas larutan garam buffer sambil
menggerakkan botol tersebut dengan gerakan memutar pada bidang yang rata.
- Lanjutkan gerakan memutar botol selama 10 detik.
- Tambahkan 4100 µl larutan garam buffer. Kocok 30 kali dalam 10 detik.
- Suspense antigen siap untuk dipakai dan hanya tahan selama 1 hari.

Prosedur pemeriksaan kualitatif


- Simpan semua alat pemeriksaan, serum dan suspense antigen pada suhu kamar (23°C –
29°C).pemeriksaan yang dilakukan di bawah suhu kamar memberikan reaktivitas yang lebih
rendah, sebaliknya bila di atas suhu kamar reaktivitasnya meningkat.
- Pipet 50 µl serum yang sudah dipanaskan ke atas permukaan slide
- Pipet 50 µl suspense antigen dan teteskan diatas setiap tetes serum dengan posisi vertical.
- Slide disimpan di atas rotator dan rotator dihidupkan selama 4 menit. Bila pemeriksaan
dilakukan pada udara yang kering dan panas. Sebaiknya slide disimpan di dalam kotak yang
berisi tissue/kapas basah untuk menghindari adanya penguapan yang berlebihan.
- Pembacaan dilakukan segera setelah rotator berhenti dengan menggunakan mikroskop
pembessaran 100x.

Pembacaan Hasil
Laporan hasil cukup dengan menyebutkan non-reaktif, reaktif lemah atau reaktif
REAKTIF : Bila tampak gumpalan sedang atau besar
REAKTIF LEMAH : Bila tampak gumpalan kecil-kecil
NON REAKTIF : Bila tidak tampak flokulasi/gumpalan.

Prosedur pemeriksaan kuantitatif


- Letakkan serum sampel pada baris terdepan rak dan baris kedua berisi tabung dengan 700 µl
larutan garam fisiologis
- Buat pengenceran 1:8 dengan menambahkan 100 mikro serum ke dalam 0,7 ml larutan garam
fisiologis.
- Campur hingga homogen.
- Letakkan 40 mikro. 20 mikro dan 10 mikro serum yang sudah diencerkan pada lingkaran ke 4. 5
dan 6 dari slide keramik.
- Buang sisa serum yang sudah diencerkan tadi kedalam tabung pengenceran.
- Dengan menggunakan pipet yang sama, letakkan 40 mikro, 20 mikro dan 10 mikro serum yang
tidak diencerkan pada lingkaran pertama, kedua dan ketiga.
- Tambahkan 20 mikro larutan garam fisiologis pada lingkaran ke 2 dan 5.
- Tambahkan 30 mikro larutan garam fisiologis pada lingkaran ke 3 dan 6
- Slide digoyang perlahan-lahan dengan menggunakan kedua belah tangan selama kurang lebih 15
detik untuk memperoleh campuran yang homogen.
- Tambahkan 10 mikro suspense antigen pada tiap lingkaran.
- Tahap selanjutnya dilakukan seperti pemeriksaan VDRL kualitatif.
- Hasil dilaporkan dengan menyebutkan pengenceran serum tertinggi yang masih memberikan
hasil reaktif.

CONTOH:
Pengenceran serum Laporan hasil hasil
1:1 Reaktif (+) Reaktif pada
pengenceran
1:2 Reaktif 1:8
1:4 Reaktif Atau
1:8 Reaktif Reaktif pada
pengenceran
1:16 Non reaktif 8 kali
1:32 Non reaktif

VI. PEMERIKSAAN VDRL PADA CAIRAN OTAK


Persiapan sampel
Cairan otak disentrfifus dengan kecepatan 300-500 g selama 10 menit kemudian dituangkan
kedalam tabung yang bersih. Cairan tersebut siap untuk diperiksa dan tidak perlu pemanasan
terlebih dahulu. Cairan otak yang jelas terkontaminasi atau banyak mengandung eritrosit
memberikan hasil yang tidak memuaskan.

Persiapan Reagen
- Antigen, larutan buffer VDRL dan larutan garam fisiologis seperti yag disebutkan pada
pemeriksaan VDRL serum.
- Larutan NaCl 10%

Persiapan suspense antigen


- Buat suspense antigen VDRL seperti yang dilakukan pada pemeriksaan serum
- Tambahkan 1 bagian dari 10% larutan NaCl pada 1 bagian suspense antigen VDRL.
- Campur hingga homogen dengan gerakan memutar dan diamkan selama 5 menit. Suspense ini
harus segar dan tidak boleh dipakai lebih dari 2 jam sejak penambahan larutan NaCl.

Prosedur Pemeriksaan Kualitatif


- Pipet 50 mikron cairan otak ke dalam bagian cekung dari slide
- Tambahkan 10 mikro suspense antigenpada tiap sampel cairan otak dengan menggunakan pipet
mikro.
- Slide disimpan di atas rotator dan putar selama 8 menit.
- Pembacaan dan pelaporan hasil seperti pada pemeriksaan serum kualitatif.
Prosedur pemeriksaan kuantitatif
- Pemeriksaan VDRL kuantitatif pada cairan otak dilakukan bila pada pemeriksaan VDRL
kualitatif menunjukkan hasil reaktif
- Lakukan pengenceran cairan otak sebagai berikut:
-pipet 200 mikro larutan garam fisiologis (0,9%) ke dalam 5 buah tabung atau lebih
-tambahkan 200 mikro cairan otak ke dalam tabung yang pertama. Campur hingga homogeny
dan pindahkan 200 mikro ke dalam tabung nomor 2.
-campur hingga homogeny. Kemudian pindahkan 200 mikro cairan dari tabung nomor 2 ke
dalam tabung no 3 dan seterusnya, pada tabung terakhir campuran dibuang sebanyak 200 mikro.
Sehingga diperoleh pengenceran 1:2. 1:4. 1:8. 1:16 dan seterusnya.
- tabung selanjutnya dilakukan seperti pemeriksaan VDRL cairan otak kualitatif tahap 1
sampai dengan 3
- Pembacaan dan pelaporan hasil dilakukan seperti pemeriksaan serum kuantitatif.
Makalah VDRL

TEST VDRL
(Veneral Disease Research Laboratory)

Oleh :
Pangesti Sekar Ayuningtyas
Semester IV / 112020

Akademi Analis Kesehatan Theresiana


Semarang
2014

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN....................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................4
2.1 Test VDRL.................................................................................4
2.2 Tujuan Test VDRL.....................................................................4
2.3 Metode dan Prinsip.....................................................................4
2.4 Alat dan Bahan............................................................................4
2.5 Prosedur Kerja.............................................................................5
BAB III PENUTUP ...............................................................................8
3.1 Kesimpulan..................................................................................8
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................9

BAB I
PENDAHULUAN

Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Treponema pallidum yang
menyerang manusia. Nama lain dari sifilis penyakit raja singa. Penyakit ini mempunyai beberapa
sifat, yaitu perjalanan penyakitnya sangat kronis, dapat menyerang semua organ tubuh, dapat
menyerupai macam-macam penyakit, mempunyai masa laten, dapat kambuh kembali (rekuren),
dan dapat ditularkan dari ibu ke janinnya sehingga menimbulkan sifilis kongenital. Selain
melalui ibu ke janinnya dan melalui hubungan seksual, sifilis bisa juga ditularkan melalui luka,
transfusi dan jarum suntik .

Diagnosis serologis biasanya memakan waktu enam minggu, dimana pada keadaan ini
uji flokulasi seperti reaksi Wasserman atau VDRL akan positif. Karena banyak penyakit
misalnya patek dapat memberikan reaksi Wasserman yang positif, maka disiapkan suatu
uji imobilisasi Treponema pallidum (TPI).
Berdasarkan cara penularannya, sifilis dibagi menjadi 2 macam:
1. Sifilis Kongenital (Bawaan)
Sifilis dapat ditularkan oleh ibu pada janinnya saat persalinan, namun sebagian besar kasus
sifilis kongenital merupakan akibat penularan in utero.
2. Sifilis Akuisita (didapat)
Sifilis yang ditularkan melalui hubungan seksual, luka, transfusi darah dan jarum suntik.

Infeksi oleh Treponema pallidum berkembang melalui 4 tahapan:


1. Stadium Primer
Terbentuk Chancre pada tempat infeksi sekitar 3 minggu setelah infeksi yang
berukuran beberapa mm sampai 2 cm. Chancre ini bersifat soliter, nyeri, mengeras, dan terutama
terdapat di daerah genitalia, mulut dan anus (Wilson, 2001).
Kebanyakan chancre muncul pada penis, anus, dan rektum pada pria, sedangkan pada
wanita pada vulva, leher rahim dan antara vagina dan anus (perineum). Selain itu dapat terbentuk
di bibir, tangan, atau mata. Luka di vagina dan anus mungkin tak terdeteksi kecuali jika dilihat
oleh seorang dokter.
2. Stadium Sekunder
Gejala klinis pada stadium ini biasanya terjadi 6 minggu setelah pecahnya
Chancre atau selambat-lambatnya 6 bulan setelah infeksi. Penderita sering mengalami
demam.Semua jaringan tubuh dapat diserang terutama kulit dan selaput lendir. Kulit dapat
mengalami kelainan yang tidak gatal berupa makula, papula, pustula (Wilson, 2001).
3. Stadium Laten
Pada stadium ini disebut fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala-gejala
klinik sifilis sekunder dan tersier ini berlangsung antara beberapa bulan sampai bertahun-tahun.
Bakteri tetap aktif dalam kelenjar getah bening dan limpa. Stadium ini bisa bertahan 3-
30 tahun dan mungkin tidak berlanjut ke sifilis tersier. Sekitar 30% dari orang yang
terinfeksi bertahan dalam keadaan laten.
4. Stadium Tersier
Stadium tersier dapat terjadi bertahun-tahun setelah gejala-gejala sifilis sekunder
menghilang. Muncul kelainan-kelainan yang terjadi akibat reaksi alergi. Kelainan yang
terjadi berupa rusaknya organ dalam seperti otak, syaraf, mata, jantung, pembuluh darah,
hati, tulang, dan persendian.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TEST VDRL


Pada dasarnya Test VDRL hanya digunakan untuk skrining test saja, atau pemeriksaan yang
digunakan untuk mengetahui adanya kuman penyebab sipilis pada tahap awal. VDRL merupakan
pemeriksaan sipilis yang tidak spesifik tetapi cukup sensitif.
2.2 Tujuan Test VDRL
Untuk mendeteksi adanya antibody non-Treponema (Reagin).
2.3 Metode dan Prinsip
Flokulasi : Pada penderita sifilis akan terbentuk antibody yang terjadi sebagai reaksi
terhadap bahan-bahan yang dilepaskan karena kerusakan sel-sel antibody
tersebut disebut reagin. Reagin dalam serum penderita akan berflokulasi bila
ditambahkan kardiolipin yaitu antigen yang berasal dari ekstraksi hati sapi.
2.4 Alat dan Bahan
Alat:
- Slide VDRL - Mikropipet
- Rak Tabung - Tabung Serologi
- Pengaduk - Rotator

Bahan:
- Serum darah atau Cairan otak
- Antigen VDRL
- Kontrol (+) dan kontrol (-)
- NaCl 0,85%

2.5 Prosedur Kerja


 Persiapan Sampel
- Serum yang jernih dipanaskan dulu dalam penangas air pada suhu 56 °C selama 30 menit, jangan
memakai serum yang keruh atau hemolisis.
- Pemanasan serum perlu diulang pada 56 °C selama 10 menit bila pemeriksaan dilakukan lebih dari
4 jam setelah pemanasan yang pertama.
- Pemeriksaan dilakukan bila suhu serum sudah sama dengan suhu kamar (23-29 °C).
 Kontrol (+) dan Kontrol (-)
- Dipipet masing masing kontrol (+) / (-) sebanyak 50 ul diletakkan diatas slide VDRL.
- Masing masing ditambahkan 20 ul VDRL karbon.
- Diaduk hingga homogen selama 10 detik, kemudian dirotator 100 rpm selama 8 menit.
- Diamati ada tidaknya flokulasi :
 Kontrol (+) : Terjadi flokulasi
 Kontrol (-) : Tidak terjadi flokulasi

 Kualitatif
- Dipipet sampel sebanyak 50 ul diletakkan diatas slide VDRL.
- Ditambah 20 ul VDRL karbon.
- Diaduk hingga homogen selama 10 detik, kemudian dirotator 100 rpm selama 8 menit.
- Diamati ada tidaknya flokulasi :
 Negatif : Tidak terjadi flokulasi & partikel tetap homogen.
 Positif 1 : Terjadi flokulasi kecil kecil berwarna hitam.
 Positif 2 : Terjadi flokulasi sedang dan merata.
 Positif 3 : Terjadi flokulasi besar besar dan menggumpal.

 Kuantitatif
- Disiapkan rak tabung beserta 4 buah tabung reaksi dan diberi tanda :
Tabung 1 : 1/2
Tabung 2 : 1/4
Tabung 3 : 1/8
Tabung 4 : 1/16
- Masing masing diisi NaCl 0,85% sebanyak 100 ul
- Dipipet serum yang (+) sebanyak 100 ul dimasukkan kedalam tabung 1, homogenkan.
- Dari tabung 1 dipipet 100 ul dimasukkan dalam tabung 2, homogenkan. Dan sampai
tabung 4.
- Dari masing masing pengenceran dipipet sebanyak 50 ul diletakkan diatas slide VDRL.

- Ditambah 20 ul VDRL karbon, diaduk hingga homogen selama 10 detik, kemudian


dirotator 100 rpm selama 8 menit.
- Diamati ada tidaknya flokulasi.

 Interpretasi hasil
Titer = pengenceran tertinggi yang masih menunjukkan flokulasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pemeriksaan serologi tidak spesifik yang digunaan untuk tujuan skrining, terdiri dari dua
tipe, yakni komplemen dan flokulasi. Hasil pemeriksaan VDRL positif baru dapat dilihat pada
hari ke-10 sampai ke-90 setelah infeksi. Test penyaring ini mudah dilakukan dan biaya nya tidak
mahal.
Pemeriksaan spesifik adanya antigen treponema lebih mahal dan digunaan untuk diagnosis
banding. Penisilin lebih dipilih untuk pengobatan sifilis. Pada individu yang alergi terhadap
penisilin., pilihan lain mencakup tetrasiklin atau doksisiklin, eritromisin dan seftriakson.
DAFTAR PUSTAKA
Panduan praktikum imunserologi 1.AAKTheresiana.Semarang.2014
http://akbidbhaktiindonesiabogor.blogspot.com/2011/10/makalah-sifilis.html
(diakses pada 25 Mei 2014 )
http://mekarzenni.blogspot.com/2012/06/makalah-sifilis.html
(diakses pada 25 Mei 2014)
http://analisqmateri.blogspot.com/2010/09/pemeriksaan-vdrl.html (diakses pada 29
Mei 2014)

CARA DIAGNOSA SIFILIS METODE VDRL ( Veneral Disease Research of


Laboratories)

CARA DIAGNOSA SIFILIS


METODE VDRL ( Veneral Disease Research of Laboratories)
elitchgrup.com

A. PENDAHULUAN
Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) / Serum atau Cerebrospinal Fluid (RPR)
merupakan satu-satunya pemeriksaan laboratorium untuk neunurosipilis yang disetujui oleh
Centers for Disease Control. Pemeriksaan VDRL serum bisa memberikan hasil negatif palsu
pada tahap late sipilis dan kurang sensitif dari RPR. Penyakit Pemeriksaan VDRL merupakan
pemeriksaan penyaring atau Skrining Test, dimana apabila VDRL positif maka akan dilanjutkan
dengan pemeriksaan TPHA (Trophonema Phalidum Heamaglutinasi). Hasil uji serologi
tergantung pada stadium penyakit misalnya pada infeksi primer hasil pemeriksaan serologi
biasanya menunnjukkan hasil non reaktif. Troponema palidum dapan ditemukan pada chancre.
Hasil serologi akan menunjukan positif 1-4 minggu setelah timbulnya chancre. Dan pada infeksi
sekunder hasil serelogi akan selalu pisitif dengan titer yang terus meningkat. Pasien yang
terinfeksi bakteri treponema akan membentuk antibody yang terjadi sebagai reaksi bahan-bahan
yang dilepaskan karena kerusakan sel-sel. Andibody tersebut disebut regain.

B. TUJUAN PEMERIKSAAN
Untuk mendeteksi adanya antibody nontreponema atau Reagin.

C. METODE PEMERIKSAAN
Slide

D. PRINSIF PEMERIKSAAN
Adanya antibody pada serum pasien akan bereaksi dengan antigen yang menempel pada eritrosit
ayam kalkun atau domba membentuk flokulasi ( gumpalan) atau aglutinasi

E. SPESIMEN PEMERIKSAAN
Serum atau cairanotak

F. ALAT DAN BAHAN PEMERIKSAAN


1. Slide pemeriksaan berlatar belakan putih
2. Mikroskop
3. Mikropipet
4. Tip kuning
5. Rotator
6. Timer
7. Batang pengaduk

G. CARA KERJA
1. Kualitatif
a. Siapkan alat dan bahan yad dibutuhkan
b. Ke dalam lingkaran slide dipipet 50 ul serum
c. Tambahkan 50 ul atau 1 tetes antigen (reagen VDRL )
d. Homogenkan dengan batang pengaduk
e. Putar pada rotator kecepatan 100 rpm selama 4-8 menit
f. Amati ada tidaknya flokulasi

2. Kuantitatif
a. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
b. Lakukan pengenceran berseri pada slide dengan cara 50 ul serum + 50 ul saline dihomogenkan
kemudian hari campuran tersebut dipipet 50 ul dan diletakkan pada lingkaran ke dua pada slide
yang sama kemudian tambahkan 50 ul salin dan homogenkan kembali lalu lakukan hal yang sam
seperti pada lingkaran pertama sampai lingkaran terakhir dima pada pengenceran terakhir hasil
pengenceran dibuang sebanyak 50 ul. Maka hasil pengenceran adalah 1/2 , 1/4 , 1/8, 1/16, 1/32,
1/64, 1/128.
c. Kepada masing-masing pengenceran tambahkan 1 tetes ( 50 ul ) antigen VDRL ( reagen)
d. Kemudian dihomogenkan dan diputar dengan rotator kecepatan 100 rpm selam 5-8 menit
e. Amati ada tidaknya flokulasi setiap pengenceran dan tentukan titer pemeriksaannya ( yaitu
pengenceran trerakhir yang masih menunjukkan flokulasi )

H. INTERPRETASI HASIL
1. Kualitatif
Laporan hasil cukup dengan menyebutkan non-reaktif, reaktif lemah atau reaktif

a. REAKTIF : Bila tampak gumpalan sedang atau besar


b. REAKTIF LEMAH: Bila tampak gumpalan kecil-kecil
c. NON REAKTIF : Bila tidak tampak flokulasi/gumpalan

2. Kuantitatif
Tentukan titernya ( amati pngenceran trakhir yang masih menunjukkan flokulasi ) misalnya
1/64

`
I. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Apabila specimen yang diterima adalah cairan otak maka specimen tersebut harus
disentrifuge pada kecepatan 3000 rpm salam 5-10 menit
2. Apabila serumnya lipemik baiknya disentrifuge pada kecepatan tinggi yaitu 10000 rpm
selama 10 menit
3. Serum yang lipemik dan lisis tidak boleh diperiksa
KlikDokter.com – Banyak sekali mitos seputar mata yang
tak jarang menjerumuskan. Hal itu disampaikan dari
generasi ke generasi hingga dianggap sebagai sebuah
‘fakta’. Berikut adalah lima mitos dan fakta seputar mata
yang penting untuk diketahui:
Mitos 1: Makan wortel akan meningkatkan daya tajam
penglihatan
Benar. Vitamin A yang terdapat dalam wortel merupakan
bahan yang penting bagi fungsi penglihatan. Penelitian
Miyazono dkk. menyebutkan vitamin A mengaktifkan
pigmen penglihatan yang peka akan cahaya terang. Makan
wortel akan menyediakan sebagian kecil vitamin A yang
diperlukan oleh tubuh. Namun ternyata sumber vitamin A
tidak hanya ditemukan pada wortel, namun juga bayam,
tomat, apel, susu, keju, kuning telur, , dan hati.
Mitos 2: Duduk terlalu dekat dengan TV akan merusak
mata
Salah. Duduk terlalu dekat dengan TV dapat menyebabkan
sakit kepala dan ketegangan pada mata, namun tidak
merusak penglihatan. Jika seseorang duduk terlalu dekat
dengan TV karena tidak terlalu jelas dalam melihat
tayangan, ada kemungkinan sebenarnya mereka
membutuhkan kacamata.
Jarak menonton televisi yang ideal: lima kali diagonal layar
televisi. Misal, diagonal televisi 21 inci jaraknya 5 x 21 inci
yaitu 105 inci atau 25,6 meter. Jadi, semakin besar ukuran
diagonal layar televisi, maka jarak pandang terdekatnya
bertambah jauh. Jarak pandang ini membuat mata menjadi
relaks, lensa mata tidak perlu bekerja keras menangkap
gambar. Bila lensa mata terus menerus bekerja keras,
lensa mata menjadi cembung sehingga dikemudian hari
butuh kacamata.
Berikut beberapa mitos dan fakta mata lainnya yang perlu
Anda ketahui di halaman selanjutnya.
Mitos 3 : Membaca dalam gelap akan menurunkan daya
tajam penglihatan
Salah. Sama seperti menonton TV dalam jarak dekat,
membaca dalam gelap dapat menyebabkan ketegangan
pada mata, sehingga mata menjadi cepat lelah. Namun tidak
akan menimbukan kerusakan. Fakta lainnya, membaca
dalam posisi berbaring juga tidak akan memicu timbulnya
rabun jauh.
Mitos 4 : Melihat matahari secara langsung dalam jangka
panjang akan merusak mata
Benar. Melihat cahaya matahari secara langsung tidak saja
akan membuat Anda merasa pusing setelahnya, namun
dapat merusak mata secara permanen. Mengapa bisa
demikian? Melihat cahaya matahari secara langsung akan
membuat mata terpapar dengan sinar ultraviolet. Sinar
ultraviolet dapat menyebabkan kelainan mata seperti
degenerasi makula, retinitis solar, dan distrofi kornea.
Mitos 5 : Menggunakan kacamata atau lensa kontak akan
menurunkan tajam penglihatan dan membuat
ketergantungan pada kacamata atau lensa kontak
Salah. Tajamnya penglihatan mata tidak akan menurun
selama menggunakan lensa koreksi dengan kacamata
maupun lensa kontak. Mungkin saja mata Anda akan
bertambah minusnya atau plusnya, namun bukan
disebabkan oleh penggunaan kacamata atau lensa kontak
itu sendiri. Jadi, apa yang dapat menyebabkan hal ini? Dua
hal yang bisa terjadi adalah perkembangan penyakit atau
kelainan itu sendiri ditambah faktor gaya hidup dan
pertambahan usia.
KlikDokter.com - Apakah Anda mengenal jenis kulit Anda?
Bagaimana selama ini Anda merawat kulit Anda?
Untuk dapat memberikan perawatan yang tepat pada kulit
kita, maka sebaiknya kita mengenali jenis kulit kita terlebih
dahulu. Spektrum jenis kulit yang ada adalah kulit normal,
berminyak, kering, dan sensitif. Beberapa orang juga
memiliki jenis kulit kombinasi di beberapa area kulit. Selain
itu, jenis kulit juga dapat berubah sesuai dengan usia.
Misalnya, orang yang lebih muda lebih cenderung memiliki
kulit normal jika dibandingkan dengan orang yang berusia
lebih tua.
Sebenarnya, secara garis besar, jenis kulit berkaitan dengan
beberapa faktor seperti berikut:
 Kandungan air kulit yang mempengaruhi kenyamanan,
elastisitas, dan kelembapan kulit
 Kandungan minyak yang mempengaruhi kelembapan
dan kelembutan kulit
 Tingkat sensitivitas
Di antara spektrum jenis kulit yang ada, kulit kering dan
sensitif sering kali membutuhkan perhatian lebih dan
khusus karena jenis kulit ini kerap membuat tidak nyaman
dan menimbulkan keluhan-keluhan yang mengganggu.
Untuk itu perawatannya harus diperhatikan dengan lebih
teliti dan hati-hati.
Apakah Anda memiliki kulit kering? Cermati beberapa ciri
berikut ini di halaman selanjutnya.
Ciri-ciri yang dapat diperhatikan pada kulit kering adalah
sebagai berikut:
 Pori-pori yang hampir tidak terlihat
 Kulit yang kasar dan kusam
 Bercak kemerahan
 Kulit yang kurang elastis/kenyal
 Kerutan lebih terlihat
Ketika kulit Anda yang sudah kering kemudian terpapar
dengan faktor-faktor yang menyebabkan kulit menjadi
semakin kering, mka kulit dapat pecah-pecah, terkelupas,
atau menjadi gatal, teriritasi, atau mengalami peradangan.
Jika kulit Anda sangat kering, maka kulit dapat bersifat
kasar dan bersisik, terutama bagian punggung tangan,
lengan dan kaki. Hal-hal ini tentu saja dapat mengganggu
dan mengurangi rasa nyaman. Selain itu, kulit kering juga
berhubungan erat dengan penuaan dini!
Kondisi kulit kering dapat disebabkan atau diperparah
oleh:
 Faktor genetik.
 Penuaan atau perubahan hormonal.
 Cuaca seperti angin, matahari, dan cuaca dingin.
 Radiasi ultraviolet.
 Pemanasan di dalam ruangan.
 Mandi air panas yang panjang dan lama.
 Bahan-bahan dalam sabun, kosmetik, atau pembersih.

Anda mungkin juga menyukai