Anda di halaman 1dari 40

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan proses yang alami dan normal sehingga sebagian

besar wanita hamil akan mengalami proses perubahan bentuk tubuh yang hampir

sama. Tubuh ibu akan terus bertambah besar, terutama pada bagian perut,

pinggul dan payudara. Selama 9 bulan lebih (40 minggu), ibu akan membawa

janin di dalam kandungannya yang terus membesar sehingga tubuh ibu pun akan

beradaptasi agar janin dapat tumbuh dengan baik di dalam kandungan.

Kehamilan merupakan suatu masa yang di tunggu oleh semua wanita yang

mendambakan keturunan. Kehamilan yang sehat menandakan janin yang akan

dilahirkan dalam kondisi yang sehat pula, karena apapun kondisi ibu akan

mempengaruhi kondisi janin yang dikandungnya itu. Dan hal ini akan

mempengaruhi juga kondisi ibu pada saat ibu bersalin (Astuti, 2011).

Berdasarkan undang-undang No. 17 tahun 2007 yang berbunyi dalam

rencana pembangunan jangka panjang Nasional Tahun 2005-2025 ditegaskan

bahwa pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya menggalakkan

peningkatan kesehatan khususnya ibu hamil. Mengingat dampak anemia dapat

menurunkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia, maka perlu

penanggulangan kesehatan baik pada ibu hamil maupun pada bayi baru lahir

dengan segera. Oleh sebab itu pemerintah Indonesia mulai menerapkan suatu
2

program peningkatan kesehatan ibu dan anak mulai sekitar 20 tahun lalu hingga

saat ini. Program ini dilaksanakan dengan harapan setiap ibu hamil secara teratur

memeriksakan diri ke Puskesmas atau posyandu selama masa kehamilannya

dan tablet besi dibagikan oleh petugas kesehatan kepada ibu hamil secara gratis

(Wongso, 2013)

Kesehatan ibu sering didiskusikan bersamaan dengan kesehatan anak,

karena dua hal ini tidak dapat dipisahkan. Bila kita melihat MDGs butir keempat

yaitu bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB). Target utama

yang ingin dicapai adalah menurunkan AKB 2/3 pada tahun 2015. Angka

kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi merupakan indikator kuat untuk

menilai keberhasilan pembangunan kesehatan, karena itu menjadi acuan dalam

pencapaian MDGs. Keberhasilan sistem kesehatan terletak pada ketersediaan

tenaga kesehatan, fasilitas baik sarana dan prasarana yang mudah diakses,

terjangkau, dapat diterima, mempunyai kualitas yang bagus serta tidak ada

diskriminasi dalam memberi layanan (Istifadah, 2014)

Salah satu indikator penting yang dapat digunakan sebagai acuan dalam

menilai derajat kesehatan suatu bangsa adalah “angka kematian ibu dan bayi”.

Sampai saat ini, Indonesia termasuk salah satu negara dengan angka kematian

ibu dan bayi yang cukup tinggi. Kematian ibu dan bayi biasanya terjadi sejak

masa kehamilan sampai dengan masa nifas. Oleh karena itu, pemdampingan

maksimal dan deteksi awal perlu dilakukan sedini mungkin (Sulistyawati, 2010).

Angka kematian ibu adalah Jumlah kematian perempuan pada saat hamil

atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
3

memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan. Kematian yang dihitung

dapat terjadi karena kehamilannya, persalinannya dan masa nifas bukan karena

sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dll. Untuk mengetahui besaran

masalah kesehatan ibu, indikator yang digunakan adalah Angka Kematian Ibu

(AKI).

Dinas Kesehatan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (2014) saat ini

menargetkan peningkatan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak yang harus

bisa lebih baik dari sekarang, target tersebut tercantum dalam Rencana jangka

menengah tahun 2010-2015 dengan berupaya menurunkan angka kematian ibu

dari 217/ 100.000 kelahiran hidup menjadi 105 / 100.000. Pada tahun 2012 angka

kematian ibu di aceh (AKI) 217/100.000 kelahiran hidup, sementara angka

nasional mencapai 216/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Aceh, 2015)

Di Kabupaten Aceh Tengah jumlah ibu hamil sebanyak 3.326 ibu hamil

terdapat 1.112 ibu hamil yang mengalami komplikasi kebidanan. Menurut data

Dinas Kesehatan Aceh Tengah terdapat 99 ibu hamil yang mengalami komplikasi

kebidanan dan di antaranya terdapat 35 ibu yang mengalami kurang nutrisi gizi

pada masa kehamilan. Hal ini diketahui dari pemeriksaan pada masa kehamilan

(Profil Dinas Aceh Tengah, 2014)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Kebidanan Kehamilan,

persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan KB pada Ny. R


4

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui sejauh mana asuhan kebidanan kehamilan yang

dilakukan pada Ny. R

b. Untuk mengetahui sejauh mana asuhan kebidanan persalinan yang

dilakukan pada Ny. R

c. Untuk mengetahui sejauh mana asuhan kebidanan nifas yang dilakukan

pada Ny. R

d. Untuk mengetahui sejauh mana asuhan kebidanan bayi baru lahir yang

dilakukan pada Ny. R

e. Untuk mengetahui sejauh mana asuhan kebidanan KB yang dilakukan pada

Ny. R

C. Manfaat

1. Secara Teoritis

Penelitian ini memberikan manfaat sebagai penerapan proses berfikir

secara ilmiah dan sebagai media menambah wawasan ilmu pengetahuan

terutama menambah pengetahuan ilmu kebidanan khususnya mengenai

Asuhan Kebidanan Laporan Tugas Akhir Kehamilan, persalinan, Nifas dan

Bayi Baru Lahir, KB.


5

2. Secara Praktis/klinis

a) Untuk Kebijakan Daerah

Meningkatkan program Dinas Kesehatan khususnya mengenai Asuhan

Kebidanan Laporan Tugas Akhir Kehamilan, persalinan, Nifas dan Bayi

Baru Lahir, KB

b) Untuk Pelayanan

Meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya mengenai Asuhan

Kebidanan Laporan Tugas Akhir Kehamilan, persalinan, Nifas dan Bayi

Baru Lahir, KB.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Ibu hamil adalah seorang ibu yang mengandung janin setelah hasil

terjadinya ovulasi atau pertemuan sperma dan ovum sehingga menghasilkan

sel telur dan selanjutnya berkembang di rahim ibu selama 9 bulan atau 36

minggu (Wongso, 2013).

Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu

perawatan khusus, agar dapat berlangsung dengan baik. Kehamilan

mengandung kehidupan ibu maupun janin. Resiko kehamilan ini bersifat

dinamis karena ibu yang pada mulanya normal secara tiba-tiba dapat

menjadi beresiko tinggi. Faktor resiko pada ibu hamil adalah keadaan yang

secara tidak langsung menambah resiko kesakitan dan kematian pada ibu

hamil. Hal ini adalah keadaan yang berbahaya dan menjadi penyebab

kematian ibu (Depkes RI, 2010)

2. Perubahan Fisiologis Masa Kehamilan

Wanita hamil akan merasakan terjadinya berbagai perubahan pada

masa kehamilan baik secara fisik maupun mentalnya. Dan untuk mengatasi

hal itu dukungan suami sangat dibutuhkan untuk mengembalikan

kepercayaan diri ibu (Prawirohardjo, 2012).


7

Semua perubahan ini terkadang mengganggu aktivitas sehari-hari

ibu dan membawa dampak kurang nyaman. Kehamilan merupakan resiko

bagi ibu hamil, oleh karena itu kesehatan jasmani dan kematangan psikis

mutlak diperlukan oleh wanita yang sedang mengalaminya. Apabila ibu hamil

tidak memiliki pemahaman yang baik mengenai kehamilannya, maka ibu

akan berfikir bahwa kondisi tubuhnya mengarah kepada ketidak normalan.

Hal ini menyebabkan ibu akan menjadi korban perasannya sendiri dan akan

mempengaruhi janin yang dikandungnya. Wanita akan merasakan terjadinya

berbagai perubahan. Untuk mengatasinya, dukungan suami dan keluarga

sangat dibutuhkan untuk mengembalikan kepercayaan diri seorang ibu yang

sedang hamil (Wongso, 2013).

Setelah bayi lahir, perubahan-perubahan tersebut akan kembali ke

keadaan semula secara perlahan. Pada dasarnya, perubahan sistem tubuh

wanita hamil terjadi karena perngaruh berbagai hormon. Organ-organ yang

akan mengalami perubahan selama kehamilan adalah (Prawirohardjo, 2012)

a. Rahim/ Kandungan/ Uterus

Pada keadaan normal, rahim mempunyai rongga dengan

diameter sekitar 10 ml. Struktur rahim hampir padat yang beratnya sekitar

70 gram. Selama kehamilan, rahim akan berubah bentuk menjadi organ

muskuler. Dinding rahim relative tipis dengan kapasitas yang cukup untuk

menerima janin, plasenta (ari-ari) dan cairan ketuban. Pada akhir bulan

kehamilan, volume rahim sekitar 5 liter. Adakalanya dapat mencapai 20

liter atau lebih sehingga pembesarannya bias mencapai 500-1000 kali dari
8

ukuran normal. Terjadinya perubahan rahim ditunjang oleh otot-otot rahim

yang menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim.

Pembesaran rahim terjadi ke semua arah yang besarnya tidak sama. Hal

ini terjadi karena adanya pertumbuhan yang lebih cepat pada daerah

tumbuhnya ari-ari. Kondisi ini akan menyebabkan bentuk rahim yang tidak

rata. Setelah bulan ketiga, rahim yang berada di rongga panggul akan

masuk ke dalam rongga perut. Selanjutnya pembesaran rahim akan terjadi

setiap minggu sesuai dengan usia kehamilan.

b. Vagina (Liang Senggama)

Selama kehamilan, volume sirkulasi darah ke vagina bertambah,

selaput lender vagina menjadi keunguan atau violet yang disebut tanda

chadwick. Selaput lender vagina bertambah tebal, jaringan pengikat

menjadi longgar dan sel-sel otot polos mengalami pembesaran. Kondisi ini

menyebabkan dinding vagina bertambah panjang. Akibatnya, pada wanita

yang sudah mnegalami persalinan sebelumnya dinding vagina depan

bagian bawah dan leher rahim akan menonjol keluar. Selama kehamilan

akan terjadi peningkatan cairan. Cairan tersebut terdiri dari cairan putih

agak kental, sifatnya asam untuk mengendalikan perkembangan bakteri

yang dapat menyebabkan penyakit pada vagina.

c. Indung Telur (Ovarium)

Selama kehamilan, proses pematangan telur (ovulasi) terhenti.

Indung telur yang masih mengandung corpus luteum akan meneruskan


9

fungsinya pada proses pertumbuhan kehamilan sampai terbentuknya

plasenta

d. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan untuk

persiapan memberikan ASI pada saat laktasi (menyusui). Akibatnya

pengaruh dari hormone akan terjadi penimbunan air dan garam sehingga

payudara menjadi lebih besar. Proses pembesaran ini akan menyebabkan

saraf tertekan dan menimbulkan rasa sakit. Kelenjar pada daerah sekitar

putting tampak makin jelas. Puting susu makin menonjol. Akibat pengaruh

hormone pula akan terjadi rangsangan pengeluaran kolostrum (cairan).

Sesudah melahirkan kolostrum tampak agak kental dan berwarna kuning.

Pengeluaran ASI belum berlangsung karena prolaktin belum berfungsi.

e. Cairan Tubuh

Selama kehamilan, diduga cairan tubuh wanita bertambah sekitar

40%. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya hormon estrogen yang

berefek retensi (menahan) air. Jika tidak timbul faktor penyulit, kondisi

seperti ini dianggap normal.

f. Volume Darah

Selama kehamilan, volume darah semakin meningkat. Jumlah

serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah sehingga terjadi

semacam pengenceran darah. Proses ini mencapai puncaknya pada usia

kehamilan 32 minggu. Serum darah bertambah sebesar 25-30%,

sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.


10

g. Sel Darah Merah

Selama kehamilan terjadi penambahan sel darah merah sekitar

18%. Jika wanita hamil mengkonsumsi makanan yang mengandung zat

besi, volume darah merah akan bertambah sekitar 30%. Penambahan ini

tidak seimbang dengan kecepatan penambahan volume darah. Akibatnya

akan terjadi pengenceran darah yang disertai anemia secara alami.

h. Sistem Respirasi (Pernafasan)

Sistem respirasi wanita hamil mengalami perubahan karena

kebutuhan oksigen bertambah sekitar 18%, ventilasi meningkat sekitar

40%, kapasitas pertukaran udara pada satu pernafasan normal naik dari

500ml menjadi 700 ml, dan resional volume menurun. Sebagai

kompensasi, ibu hamil akan berbafas lebih dalam sekitar 20-25% dari

pernafasan normalnya. Kondisi ini harus diperhatikan oleh ibu hamil

karena di tengah kehamilannya baju menjadi sempit di daerah diafragma.

i. Sistem Pencernaan dan Sistem Urine

Organ ginjal mengalami perubahan selama kehamilan. Ginjal

akan bertambah panjang dan berat. Fungsi penyaringan pun semakin

meningkat sehingga zat-zat dan vitamin yang larut dalam air hilang

terbawa oleh air seni. Kondisi ini akan menyebabkan proses pengeluaran

air seni dari ureter kanan terhambat. Di lain pihak produksi air seni cukup

banyak. Akibatnya akan terjadi penahanan air seni sampai ke ginjal yang

mengakibatkan terjadinya infeksi pada ginjal kanan.


11

j. Pigmentasi

Selama kehamilan, kulit mengalami perubahan deposit pigmen

dan hiperpigmentasi karena pengaruh hormone. Umumnya, garis

pertengahan kulit perut mejadi jelas berpigmen, Bercak-bercak kecoklatan

tidak teratur dengan berbagai ukuran tampak pada wajah dan leher.

Peregangan kulit akan muncul di sekitar perut, payudara, bokong dan

pangkal paha. Setelah melahirkan, perubahan kulit ini akan berubah

menjadi keperak-perakkan

3. Ketidaknyamanan Selama Kehamilan

Selama masa kehamilan terjadi beberapa gangguan yang akan dialami

oleh ibu hamil, diantaranya adalah (Nakita, 2012):

a. Mual-Muntah

Biasanya di trimester I, ibu mengalami mual-muntah di pagi hari

(Morning Sickness). Seringkali hal ini digunakan sebagai pertnda awal

untuk menduga datangnya kehamilan. Selain pengaruh hormon, mual-

muntah bisa diperberat faktor psikis misalnya terlalu tegang menghadapi

kehamilan. Biasanya membuat ibu jadi malas makan, sehingga asupan

makanan berkurang dan bisa jadi tak mencukupi kebutuhan ibu maupun

janin. Jika hal ini berlanjut terus menerus, pertmbuhan janin akan

terganggu. Meski tak sering terjadi, adakalanya frekuensi dan lamanya

mual-muntah jadi sangat berlebihan (hiperemesis gravidarum). Ini sudah


12

tidak normal dan perlu lebih diperhatikan agar tidak sampai timbul

masalah lebih lanjut.

b. Gangguan Berkemih

Wanita hamil hampir selalu mengalami peningkatan frekuensi BAK,

khususnya di trimester I dan III. Pada trimester I, perubahan hormonal

yang terjadi menyebabkan tubuh bekerja lebih banyak dari biasanya.

Termasuk jumlah darah yang dipompakan jantung dan yang masuk ke

ginjal. Akibatnya, produksi urin dari ginjal pun meningkat, sehingga dalam

waktu singkat kandung kemih sudah penuh dan terangsang untuk

berkemih. Perubahan secara anatomis juga berperan, terutama di wal

kehamilan dan saat trimester III. Perlu diingat, rahim terletak persis di

belakang kandung kemih. Saat rahim masih berada di rongga panggul

bawah dan kemudian baru membesar akibat terisi pertumbuhan janin,

akan mendorong kandung kemih sehingga kandung kemih cepat terasa

penuh. Akibatnya ibu hamil jadi sering BAK. Namun setelah kehamilan

agar lebih membesar, keluhan justru berkurang, karena rahim sudah

keluar dari rongga panggul bawah dan tidak begitu menekan kandung

kemih lagi.

c. Infeksi saluran kemih (ISK)

Gangguan ini paling sering dialami ibu hamil, namun ibu sering

tidak menyadari karena gejalanya tidak muncul atau gejalanya muncul tapi

diabaikan. Keluhan yang dirasakan biasanya anyang-anyangan atau


13

sering terasa ingin kencing tapi tidak keluar, kencing tapi jumlahnya

sedikit-sedikit saja, atau nyeri saat berkemih. Jika infeksi tidak ditangani

segera, bisa terjadi keluhan yang semakin hebat seiring dengan infeksi

yang meluas. Yang terberat, tidak bisa BAK, muncul demam tinggi,

menggigil dan bahkan bisa meninggal karena terjadi infeksi kuman di

seluruh tubuh (sepsis). ISK dapat dicegah dengan selalu menjaga

kebersihan organ intim dan tidak menahan BAK.

d. Sesak nafas

Hal ini disebabkan pemasukan oksigen ke tubuh tidak memenuhi

target. Selain untuk dirinya sendiri, ibu hamil juga menyalurkan makanan

pada janin melalui aliran darah. Akibatnya beban jantung semakin berat

dan ini dapat menyebabkan sesak nafas. Puncak keluhan ini umumnya

terjadi pada bulan-bulan terakhir kehamilan. Namun, bila memang ada

kelainan jantung dan paru sebelumnya, tentu akan lebih awal dan lebih

berat terjadinya. Mengingat resikonya cukup besar, sianjurkan bagi ibu

yang memang memiliki kelainan jantung dan paru untuk selalu

mengkonsultasikannya ke dokter.

e. Masalah Seputar Rongga Mulut

Meski jarang dikeluhkan ibu hamil, bukan berarti masalah ini jarang

terjadi. Paling tidak ada beberapa masalah yang kerap terjadi, yaitu air liur

berlebihan (hipersalivasi). Hal ini dialami terutama di awal kehamilan

namun tidak berakibat serius bagi ibu maupun janin, Gusi berdarah.
14

Kelainan gusi akibat hormon kehamilan adalah epulis gravidarum, yaitu

keadaan dimana gusi membengkak dan tumbuh hingga di sela-sela gigi.

Radang gusi. Ditandai dengan gusi yang lebih merah dari biasanya,

bengkak, mudah berdarah dan nafas tidak sedap. Gangguan ini dapat

menimbulkan kontraksi yang berlebihan. Padahal kontraksi yang

berlebihan bisa menyebabkan persalinan prematur.

f. Varises

Varises adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena). Saat hamil,

varises kerap terjadi lantaran bertambahnya tekanan pada vena daerah

kaki, volume darah dan terjadinya relaksasi otot-otot di pembuluh darah

yang disebabkan hormon kehamilan.

g. Keletihan

Rasa letih yang lebih dari biasanya kerap dialami selama

kehamilan. Terlebih pada trimester III. Beban kandungan an emtabolisme

yang makin berat, ditambah mungkin juga kurang istirahat. Adanya rasa

khawatir akan persalinan juga berperan.

h. Sakit Punggung

Akibat adanya penambahan beban di perut selama kehamilan,

tulang punggung terutama di daerah pinggul jadi lebih tertarik ke depan

sehingga posisi kemiringan tubuh berubah. Inilah yang kerap membuat

punggung ibu hamil sering pegal bahkan sakit. Terlebih jika posisi
15

tubuhnya jadi tidak simetris lagi. Pada kehamilan tua, kondisi ini kerap

mengakibatkan salah satu kaki terasa lemas sehingga tidak bisa diangkat.

i. Kaki Kram dan Kesemutan

Gangguan ini bisa berhubungan dengan kaki yang sedang dalam

keadaan bengkak. Bisa juga berkaitan dengan asupan nutrisi yang

kurang, sehingga terjadi kekurangan berbagai vitamin dan mineral seperti

vitamin B dan kalsium.

j. Kaki Bengkak

Adakalanya kaki ikut bengkak selama kehamilan. Penting

diketahui, bengkak ini ada yang fisiologis (normal) ada juga yang patologis

(tidak normal). Yang fisiologis tentu tidak berbahaya, tetapi kalau yang

patogis bisa berbahaya dan perlu penanganan segera.

k. Preeklamsia

Preeklamsia atau keracunan kehamilan hanya terjadi saat hamil.

Biasanya muncul pada trimester III, bisa sangat ringan atau sebaliknya

sangat parah. Setiap ibu hamil dapat mengalaminya, namun yang lebih

beresiko adalah mereka yang hamil pertama kali, kehamilan bayi kembar,

penderita diabetes, memiliki hipertensi sebelum kehamilan, memiliki

gangguan ginjal dan hamil pertama di bawah usia 20 tahun atau diatas 35

tahun.
16

l. Sakit Kepala

Keluhan ini dapat disebabkan kurangnya karbohidrat, mengingat

kebutuhan yang cenderung semakin meningkat untuk metabolisme dan

pertumbuhan janin. Keluhan akan segera menghilang bila kecukupan

nutrisi diperbaiki.

m. Nyeri Perut

Nyeri perut bagian bawah kerap terjadi selama kehamilan trimester

II. Rahim yang semakin membesar membuat otot yang menahan rahim

supaya tetap tegak akan semakin tegang. Akibatnya timbul nyeri yang

kian menjadi atau memburuk kalau sang ibu bergerak. Kalau sudah

begini, yang paling baik dilakukan adalah istirahat sampai nyeri itu hilang

sama sekali.

n. Gatal-Gatal

Bisa disebabkan alergi makanan dan faktor hormonal yang

mempengaruhi pengeluaran asam empedu. Untuk yang terakhir ini,

terjadinya menyeluruh di seluruh badan dan harus dikonsultasikan dengan

dokter untuk pengobatannya. Yang kerap terjadi rasa gatl di perut. Umumnya

disebabkan efek pembesaran rahim yang merengang oto dan dinding perut

sehingga kulit jadi pecah dan terasa gatal.


17

5. Standar pelayanan Pada Masa Kehamilan

Standart pelayanan pada masa kehamilan adalah sebanyak 4 kali

yaitu sekurang-kurangnya 1 kali pada trimester pertama, sekurang-

kurangnya 1 kali pada trimester kedua dan sekurang-kurangnya 2 kali pada

trimester ketiga. Hal ini dilakukan agar dapat mengantisipasi resiko yang

akan terjadi pada masa kehamilan. Sehingga masa kehamilan dapat dijalani

secara maksimal (Wongso, 2013)

6. Pemeriksaan Fisik Masa Kehamilan

Selama masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan fisik atau 7T,

yang terdiri dari :

a. Timbang Berat badan

Berat badan ibu harus selalu di timbang. Hal ini untuk mengetahui

apakah berat badan ibu dan janin sesuai dengan kehamilan ibu.

Perkembangan janin juga dapat terpantau dari berat badan ibu.

b. Tekanan Darah

Selama masa kehamilan tekanan darah ibu harus selalu

dipantau. Hal ini untuk mengetahui apakah ibu masuk ke dalam resiko

tinggi atau tidak. Bila ibu mengidap hipertensi maka kehamilan ibu akan

mengnalami resiko.

c. TFU (Tinggi Fundus Uteri)

Pengukuran TFU dilakukan untuk mengetahui perkembangan

janin selama masa kehamilan.


18

d. TT

Selama masa kehamilan ibu harus diberikan suntikan TT minimal

sebanyak 2 kali yaitu pada trimester kedua dan ketiga.

e. Tablet Besi

Ibu hamil harus mengkonsumsi tablet besi. Hal ini untuk

mencegah terjadinya anemia dalam kehamilan. Selama masa kehamilan

sebaiknya ibu mengkonsumsi sebanyak 90 butir tablet besi

f. Tes Terhadap penyakit menular

Tes terhadap penyakit menular harus dilakukan pada masa

kehamilan. Hal ini bertujuan agar dapat mencegah janin tertular penyakit

menular dari ibu dan agar dapat diantisipasi sedini mungkin.

g. Temuwicara

Selama masa kehamilan ibu sebaiknya melakukan temuwicara

dengan petugas kesehatan. Hal ini dilakukan agar kehamilan ibu selalu

terpantau dan ibu dapat menjalani masa kehamilan dengan senyaman

mungkin.

B. Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah prosesfisiologisk dimana uterus mengeluarkan

atau berupaya mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20

minggu atau lebih dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau

jalan lain dengan bantuan atau bantuan (Wongso, 2013)


19

2. Etiologi terjadinya persalinan

Ada beberapa faktor yang berperan dalam persalinan yaitu :

a. Tenaga atau kekuatan (power) : his (kontraksi uterus), kontraksi otot

dinding perut, kontraksi diafragma pelvis, ketegangan, kontraksi

ligamentum rotumdum, efektivitas kekuatan mendorong dan lama

persalinan

b. Janin (Passanger) : letak janin, posisi janin, Presentasi janin dan letak

plasenta

c. Jalan lintas (Passage) : ukuran dan tipe panggul, kemampuan serviks

untuk membuka, kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk

memanjang

d. Kejiwaan (Psyche) : Persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman

persalinan, dukungan orang terdekat dan integritas emosional.

3. Pembagian Proses Persalinan

Menurut cara persalinan dibagi menjadi :

a. Persalinan biasa atau normal adalah proses kelahiran janin pada

kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak

memanjang. Presentasi belakang kepala yang disusul dengan

pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam

waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan/ pertolongan buatan dan tanpa

komplikasi

b. Persalinan abnormal adalah persalinan pervaginam dengan bantuan

alat-alat maupun melalui dinding perut dengan operasi caesarea.


20

C. Nifas

1. Pengertian Nifas

Nifas disebut juga post partum atau puerpurium adalah masa atau

waktu sejak bayi lahir dan plasenta keluar sampai enam minggu disertai

dengan pulihnya kembali organ-organ kandungan (wongso, 2013)

2. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

a. Perubahan sistem reproduksi

1) Perubahan uterus/ involusi uterus

Involusi uterus adalah suatu proses dimana uterus akan mengalami

pengecilan (involusi) secara berangsur-angsur dan kembali seperti

sebelum hamil. Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari

pasca persalinan, setinggi sekitar pusar, setelah 2 minggu masuk

panggul, setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil).

Perubahan-perubahan normal uterus selama post partum.

2) Lochea

Adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.

3) Perubahan vagina dan perineum

Pada minggu ketiga vagina akan mengecil dan timbul lipatan-lipatan

atau kerutan kembali, perlukaan vagina jarang dijumpai tetapi sering

terjadi pada persalinan menggunakan ekstraksi cunam dan apabila

terdapat robekan pada perimeun terjadi pada hampir semua

persalinan yang pertama dan tidak jarang terjadi pada persalinan

berikutnya
21

b. Perubahan pada sistem pencernaan

Setelah melahirkan ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan

karena makanan padat dan kurangnya serat selama persalinan.

Disamping itu juga rasa takut untuk buang air besar, karena adanya

jahitan pada perineum takut terlepas dan takut akan rasa nyeri. BAB

harus dilakukan 3-4 hari setelah persalinan.

c. Perubahan perkemihan

Dalam waktu 2-8 minggu saluran kencing akan kembali normal

tergantung pada : keadaan sebelum persalinan, lamanya partus kala,

dan besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan.

d. Perubahan tanda-tanda vital se[erti suhu badan, denyut nadi, tekanan

darah dan respirasi

e. Anatomi dan fisiologi payudara

3. Pemeriksaan Fisik Masa Nifas

Pada masa nifas terdapat frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan

antara lain :

a. Kunjungan pertama, waktu 6-8 jam setelah persalinan dan tujuannya

antara lain untuk mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan

atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, pemberian

ASI awal, mengajari ibu bagaimana teknik melakukan hubungan antara

ibu dan bayi baru lahir.

b. Kunjungan kedua, waktu 6 hari setelah persalinan dan tujuannya antara

lain untuk memastikan involusi uteriberjalan dengan normal,


22

mengevaluasi adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal, memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat,

memastikan ibu menyusui dengan benar dan memberikan konseling

pada ibu yang berkaitan dengab asuhan pada bayi

c. Kunjungan ketiga, waktu 2 minggu setelah persalinan tujuannya sama

dengan kunjungan kedua

d. Kunjungan keempat waktu 6 minggu setelah persalinan tujuannya antara

lain untuk menanyakan penyulit-penyulit yang ada dan memberikan

konseling untuk KB secara dini.

D. Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi baru Lahir

Bayi adalah janin yang tumbuh dan berkembang di dalam uterus.

Keadaan bayi sangat tergantung pada pertumbuhan janin di dalam uterus,

kualitas pengawasan antenatal, penyakit-penyakit ibu waktu hamil,

penanganan persalinan dan perawatan sesudah lahir. Penanggulangan bayi

tergantung pada keadaannya (Prawirohardjo, 2012).

Bayi adalah janin yang mengalami serangkaian kejadian yang

berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan, disusul dengan

pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.

Bayi adalah usia 0 bulan hingga 1 tahun, dengan pembagian masa

neonatal, yaitu usia 0 – 28 hari, masa neonata l dini, yaitu usia 0 – 7 hari,
23

masa neonatal lanjut, yaitu usia 8 – 28 hari, dan masa pasca neonatal, yaitu

usia 29 hari – 1 tahun. Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai

umur 1 tahun, namun tidak ada batasan yang pasti. Pada masa ini manusia

sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap kematian.

Kematian bayi dibagi menjadi dua, kematian neonatal (kematian di 27 hari

pertama hidup), dan post-natal (setelah 27 hari) (Nazril, 2013).

2. Inisiasi menyusu dini

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman

pendamping (termasuk air jeruk, madu, air gula), yang dimulai sejak bayi

baru lahir sampai dengan usia 6 bulan, walaupun pada kenyataannya dari ibu

yang bekerja bermasalah dengan kebijakan ini karena hambatan waktu,

namun sebagai bidan harus berupaya untuk memberikan solusi dari

hambatan ini melalui beberapa langkah (Sulistyawati, 2009).

Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh

dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI.

Yang dimaksud dengan ASI Eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara

Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain

seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan

makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan

tim (Roesli, 2010)

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja, termasuk colostrum tanpa

tambahan apapun sejak dari lahir, dengan kata lain pemberian susu formula,
24

air matang, air gula dan madu untuk bayi baru lahir tidak dibenarkan (Saleha,

2009)

3. Tanda-tanda bahaya pada bayi

a. Tidak mau menyusui atau memuntahkan semua yang diminum.

Bayi tidak dapat menyusu, sulit minum, malas minum kemungkinan

bayi mengalami kelainan pada bibir dan langit-langit (plagnato labio scisis).

Cara mencegahnya adalah berikan ASI sesering keinginan bayi atau

kebutuhan ibu (jika payudaranya penuh) (Depkes RI, 2010).

Ibu harus merasa curiga jika bayi tidak mau menyusu. Karena jika

bayi tidak mau menyusu maka asupan nutrisinya akan berkurang dan ini

akan berefek pada kondisi tubuhnya. Biasanya bayi tidak mau menyusu

ketika sudah dalam kondisilemah, dan mungkin justru dalam kondisi

dehidrasi berat (Wongso, 2013).

Bila bayi tidak mau menyusu atau tidak melakukan gerakan dan

hanya bergerak bila ibu pegang, ini tandanya bayi sakit berat. Ibu harus

waspada bila bayi mengalami hal ini dan segera memeriksakan bayi ke

dokter atau petugas kesehatan (Nazril, 2013).

Bayi yang malas minum atau cenderung tidur menunjukkan bahwa

bayi mengalami tanda awal adanya infeksi. Maka ibu harus berusaha

sesering mungkin menyusui bayinya agar infeksi pada bayi tidak terjadi

(Hayati, 2013).

Ibu sebaiknya menyusui bayi secara bergantian dari payudara yang

satu kesebelahnya setiap kali menyusui atau hanya satu payudara pada
25

setiap kali menyusui. Susui bayi setiap 2-3 jam. Pastikan bahwa bayi

menyusui paling tidak setiap 4 jam. Pastikan bahwa bayi mendapat cukup

kolostrum selama 24 jam pertama. ASI pertama memberikan zat

perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran mekonium (feses

pertama) (Nazril, 2013).

Penanganannya adalah dengan membangunkan dan susukan bayi

sesering mungkin, bila bayi tidak mau menyusu langsung ke payudara ibu,

perah ASI lalu berikan berikan dengan sendok atau gelas kecil atau cup yang

sudah dibentuk sesuai bentuk bibir bayi. Kebutuhan cairan bayi harus

terpenuhi (Hayati, 2013).

b. Bayi kejang

Kejang pada bayi baru lahir kadang sulit dibedakan dengan gerakan

normal. Jika melihat gejala atau gerakan yang tak biasa dan terjadi secara

berulang-ulang seperti menguap, mengunyah, menghisap, mata berkedip-

kedip, mata mendelik, bola mata berputar-putar dan kaki seperti mengayuh

sepeda yang tidak berhenti kemungkinan bayi mengalami kejang. Bayi

kejang kemungkianan bayi terjadi infeksi (sepsis) misalnya tetanus

neonatorum, gangguan sistem persyarafan misalnya trauma kelahiran.

Kejang pada bayi baru lahir sering tidak dikenali karena bentuknya berbeda

dengan kejang pada anak atau orang dewasa. Hal ini disebabkan karena

ketidakmatangan organ korteks pada bayi baru lahir. Gejala kejang pada bayi

baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang, tiba-tiba menangis

melengking, tonus otot hilang disertai atau tidak dengan hilangnya


26

kesadaran, gerakan yang tidak menentu, nistagmus atau mata mengedip-

ngedip paroksismal, gerakan seperti mengunyah dan menelan bahkan apneu

(henti nafas). Seringkali kejang pada bayi baru lahir tidak dikenali oleh yang

belum berpengalanan. Dalam prinsip, setiap gerakan yang tidak biasa pada

bayi baru lahir apabila berlangsung berulang-ulang dan periodikharus

dicurigai sebagai kejang. Kejang spasme atau tidak sadar dapat disebabkan

oleh asfiksia neonaturum, hipoglikemia atau merupakan tanda meninggitis

atau masalah pada susunan syaraf. Diantara episode kejang yang terjadi,

bayi mungkin tidak sadar,latergi,rewel atau masih normal. Spasme pada

tetanus neonaturum hampir mirip dengan kejang, tetapi kedua hal tersebut

dibedakan karena manajemen keduanya berbeda (Depkes RI, 2010).

Kejang pada bayi memang terkadang terjadi. Yang perlu ibu

perhatikan adalah bagaimana kondisi pemidu kejang. Apakah kejang terjadi

saat bayi demam, jika ya kemungkinan dipicu dari demamnya, selalu

sediakan obat penurun panas sesuai dengan dosis anjuran dokter. Jika bayi

mengalami kejang namun tidak dalam kondisi demam, maka curigai adal

masalah lain.Perhatikan frekuensi dan lamanya kejang, konsultasikan pada

dokter (Wongso, 2013).

Jika bayi melakukan gerakan yang tidak biasa dan terjadi berulang-

ulang seperti mengunyah, menguap, mata berkedip-kedip, menghisap, bola

mata mendelik dan berputar-putar, kaki seperti mengayuh sepeda yang tidak

berhenti,maka bayi kemungkinan mengalami kejang, Karena itu ibu harus

lebih memperhatikan bayi (Nazril, 2013).


27

Kejang pada bayi dapat berakibat fatal. Karena itu bila ibu

menemukan kondisi serta gerakan bayi yang tidak biasa ibu harus segera

memeriksakan bayi ke dokter atau petugas kesehatan. Hal ini dapat terjadi

dikarenakan kejang pada bayi (Hayati, 2013)

Penanganan bila terjadi kejang pada bayi adalah dengan

membebaskan jalan nafas bayi dengan membuka atau melonggarkan

pakaian dan posisikan kepala bayi sedikit tengadah, jangan memasukkan

apapun ke dalam mulut bayi untuk diminum atau ditelan termasuk air

putih,kopi atau madu. Ganjal mulut bayi dengan kain bersih agar lidah bayi

tidak tergigit. Jangan mengganjal mulut bayi dengan sendok karena dapat

merusak gigi, dan melukai mulut. Bila tersedia obat anti kejang berikan

melalui dubur(Hayati, 2013)

c. Infeksi Pada Bayi

Infeksi yang terjadi pada bayi dapat terjadi pada dua hal, yaitu infeksi

Saluran nafas, Infeksi saluran nafas merupakan segala bentuk infeksi yang

menyerang saluran pernafasan atas (ISPA). Tidak jarang juga saluran

pernafasan bawah. Infeksi saluran napas ini bisa saja terjadi pada bayi baru

lahir (Newborn) dan infeksi telinga tengah, Infeksi telinga tengah menyerang

salah satu bagian telinga, yaitu telinga bagian tengah atau daerah sekitar

gendang telinga. Tanda adanya infeksi, yaitu suhu meningkat, kemerahan,

ada pembengkakan, keluar cairan (nanah) dan bau busuk. Bila hal ini terjadi

maka ibu harus segera memeriksakan bayi ke dokter atau petugas

kesehatan. Infeksi yang paling sering terjadi pada bayi adalah dikarenakan
28

tali pusar. Karena itu ibu harus memperhatikan kebersihan tali pusar bayi.

Bila tali pusar bayi mengalami kemerahan sampai dinding perut maka

tandanya bayi sudah mengalami infeksi berat (Nazril, 2013).

Tali pusar yang berwarna merah pada bayi juga menunjukkan adanya

tanda infeksi pada bayi. Maka ibu harus selalu memperhatikan perawatan tali

pusar agar tetap kering dan bersih, hal ini untuk mencegah terjadinya infeksi

pada bayi (Wongso,2013).

Penangan bila bayi mengalami infeksi adalah :

a. Cuci tangan selalu sebelum memegang bayi dan setelah menggunakan

toilet untuk buang air kecil dan besar

b. Ibu perlu menjaga kebersihan bayi dan terutama payudara dengan mandi

setiap hari (tidak boleh menggunakan sabun pada putting)

c. Muka, pantat dan tali pusar bayi perlu dibersihkan dengan air bersih,

hangat dan sabun setiap hari

d. Jaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan pastikan siapapun

yang memegang bayi mencuci tangan terlebih dahulu.

e. Jaga kebersihan bayi dengan mengganti baju bayi denga teratur dan

segera membersihkan bayi bila bayi buang air besar dan kecil (Nazril,

2013).

d. Apneu (Sesak Nafas)

Apneu bisa terjadi pada bayi baru lahir. Bayi yang mengalami sesak

nafas mengalami pernafasan 60 kali permenit. Apneu atau sesak nafas


29

merupakan penyakit dimana seseorang tidak bernafas selama beberapa

detik secara spontan ketika tidur. Tidak hanya orang dewasa, bayi yang baru

lahir dan khususnya bayi premature pun bisa mengalami apnea. Saat bayi

mengalami sesak nafas akan mengalami kesulitan saat menarik nafas, atau

nafas bayi berbunyi disertai batuk. Ibu harus waspada jika wajah bayi

menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen. Pada beberapa bayi dapat

mengalami periode apnea yang cukup lama yang bisa menyebabkan

sianosis sentral atau frekuensi jantung <80 kali/ menit. Apnea merupakan

masalah umum pada bayi yang sangat kecil (berat lahir < 1500gram atau

umur kehamilan < 32 minggu) tetapi dapat juga merupakan salah satu gejala

sepsis (Nazril, 2013).

Frekuensi nafas bayi pada umumnya lebih cepat dari manusia

dewasa yaitu sekitar 30-60 kali per menit. Jika bayi bernafas kurang dari 30

kali per menit atau lebih dari 60 kali permenit maka ibu harus waspada. Ibu

harus melihat dinding dada bayi, ada tarikan atau tidak (Wongso, 2013).

Apneu pada bayi dapat menyebabkan bayi kekurangan oksigen

sehingga dapat menyebabkan kematian pada bayi. Bila hal ini terjadi ibu

harus segera memeriksakan bayi dan mengkonsultasikan kondisi bayi ke

dokter atau petugas kesehatan (hayati, 2013).

Ibu harus selalu memperhatikan pernafasan bayi saat bayi tidur, Jika

bayi bernafas lebih dari 60 kali per menit maka tandanya bayi mengalami

apneu (sesak nafas). Hal ini terkadang tidak terlihat oleh ibu karena kondisi
30

bayi yang tidur, karena itu saat bayi tidur ibu harus mempehatikan adanya

tarikan nafas pada bayi atau tidak (Nazril, 2013).

Bila nafas bayi terlihat sesak atau bernafas dengan menggunakan

cuping hidung atau tiulang rongga dada terangkat, segera lepaskan atau

longgarkan pakaian bayi, kemudian posisikan kepala bayi sedikit

menengadah. Buka ventilasi ruangan agar bayi dapat menghirup oksigen

lebih banyak. Hitung frekuensi pernafasan bayi, dan segera bawa bayi ke

petugas kesehatan ( hayati, 2013).

e. Demam

Demam adalah suatu penyakit dengan gejala suhu tubuh bayi lebih

dari 37,5 derarat celcius atau tubuh teraba dingin suhunya dibawah 36,5

derajat celcius. Demam dapat terjadi bila bayi mengalami infeksi. Bila bayi

mengalami demam maka sebaiknya ibu merasa waspada dan segera

memeriksakan bayi ke dokter atau petugas kesehatan. Penanganan pertama

yang dapat ibu lakukan bila bayi demam adalah memberikan bayi lebih

banyak ASI (Nazril, 2013).

Suhu normal bayi berkisar antara 36.5°c-37.5°c Jika kurang atau

lebih, maka ibu harus memperhatikan kondisi sekitar bayi. Apakah kondisi di

sekitar bayi membuat bayi kehilangan panas tubuh seperti ruangan yang

dingin atau pakaian yang basah (Wongso, 2013).

Bila suhu tubuh bayi lebih dari 38°c menunjukkan bayi mengalami

demam. Dapat juga bayi mnegalami penurunan suhu yang berbahaya yaitu

dibawah 36°c dan tubuh terasa dingin (Nazril, 2013).


31

Bila terjadi demam pada bayi maka ibu harus menyusui bayi sesering

mungkin, kompres bayi hingga suhu tubuh bayi normal kembali. Bila suhu

tubuh bayi tidak kembali normal, ibu harus segera membawa bayi ke dokter

atau petugas kesehatan (Hayati, 2013).

f. Ikterus

Ikterus yaitu dimana kulit bayi terlihat kuning. Kuning pada bayi

berbahaya jika muncul pada hari pertama atau muncul setelah kurang dari 24

jam setelah lahir. Ditemukan pada umur lebih dari 14 hari dan kuning sampai

ke telapak tangan atau kaki. Penyakit kuning ini biasanya membuat kulit dan

mata bayi berwarna kuning. Sampai batas-batas tertentu penyakit ini tidak

berbahaya, tetapi ibu perlu waspada jika kuning pada tubuh bayi tidak

kunjung hilang. Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan

lainnya akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin

dalam darah lebih dari 5mg/dl dalam 24 jam yang menandakan terjadinya

gangguan fungsional dari hepar, sistem biliary atau sistem hematologi.

Ikterus dapat terjadi baik karena peningkatan indirek dan direk. Secara klinis

ikterus pada bayi dapat dilihat segera setelah lahir atau beberapa hari

kemudian.pada bayi dengan peninggian bilirubin indirek, kulit tampak

berwarna kuning terang sampai jingga sedangkan pada penderita dengan

gangguan obstruksi empedu warna kuning kulit tampak kehijauan.Penilaian

ini sangat sulit dikarenakan ketergantungan dari warna kulit bayi sendiri

(Rukiyah dkk, 2010).


32

Kadar bilirubin total yang tinggi di dalam darah pada bayi baru lahir

adalah fisiologis, hal ini disebabkan belum matangnya fungsi hati untuk

mengkonjugasi bilirubin yang larut dalam lemak. Sehingga bayi sering

mengalami kuning. Namun bila Hal ini terjadi 24 jam setelah lahir atau >14

hari setelah lahir, kuning menjalar hingga telapak tangan dan kaki bahkan

tinja bayi berwarna kuning maka ibu harus memeriksakan bayi ke dokter

(hayati, 2013).

Kuning pada bayi biasanya terjadi karena bayi kurang ASI. Namun

jika kuning pada bayi terjadi pada waktu <24 jam setelah lahir atau >14 hari

setelah lahir, kuning menjalar hingga telapak tangan dan kaki bahkan tinja

bayi berwarna kuning maka ibu harus memeriksakan bayi ke dokter

(Wongso, 2013).

Warna kuning yang muncul pada hari pertama atau kurang dari 24

jam setelah lahir merupakan tanda bahaya pada bayi. Hal ini dikarenakan

dapat berakibat serius pada bayi hingga dapat menyebabkan kematian pada

bayi. Karena itu ibu harus waspada dan selalu memperhatikan kondisi bayi

(Nazril, 2013).

Penanganan yang dapat ibu lakukan di rumah adalah dengan memberikan

ASI sesering mungkin pada bayi dan menjemur bayi pada pagi hari. Namun

bila kuning pada bayi tidak menghilang, maka ibu harus segera membawa

bayi ke dokter atau petugas kesehatan (Hayati, 2013)


33

E. Konsep Keluarga Berencana (KB)

1. Pengertian KB

Kontrasepsi ialah usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara namun dapat juga bersifat

permanen. Saat ini alat kontrasepsi digunakan untuk mengontrol laju

penduduk yang semakin meningkat (Prawirohardjo, 2010).

Selanjutnya menurut Wongso (2013) kontrasepsi adalah usaha

untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha-usaha itu dapat bersifat

sementara atau dapat juga bersifat tetap. Kontrasepsi berasal dari kata

“kontra” berarti mencegah dan melawan dan “konsepsi” berarti pertemuan

antara sel jadi kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dan

sperma

2. Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi

a. Metode Amenorea laktasi (MAL)

Kontrasepsi mal mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI eksklusif)

untuk menekan ovulasi. Metode ini memiliki tiga syarat yang harus dipenuhi

yaitu ibu belum mengalami haid lagi, bayi disusui secara eksklusif dan sering

sepanjang siang dan malam dan bayi berusia kurang dari 6 bulan. Efektivitas

pada alat kontrasepsi ini adalah resiko kehamilan tinggi bila ibu tidak

menyusui bayinya secara benar. Bila dilakukan secara benar resiko

kehamilan kurang dari 1 diantara 100 ibu dalam 6 bulan setelah persalinan

(Kemkes RI, 2013)


34

b. Metode kalender

Metode kalender adalah metode alamiah dengan menghindari

senggama pada masa subur. Bila dilakukan secara benar resiko kehamilan

berkisar antara 1 hingga 9 diantara 100 ibu dalam 1 tahun.

c. Metode terputus

Metode terputus adalah metode keluarga berencana tradisional

dimana pria mengeluarkan alat keaminnya (penis) dari vagina sebelum pria

mencapai ejakuasi. Bila dilakukan dengan benar resiko kehamilan adalah 4

diantara 100 ibu dalam 1 tahun

d. Kondom

Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur

dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada

penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi

perempuan.Bila digunakan dengan benar resiko kehamilan adalah 2 diantara

100 ibu dalam 1 tahun

e. Diafragma

Diagfragma adalah kap berbentuk cembung terbuat dari lateks

9karet) yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual

dan emnutup alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopii). Dapat pula

digunakan dengan spermisida. Bila digunakan dengan benar bersama

spermisida resiko kehamilan adalah 6 diantara 100 ibu dalam 1 tahun


35

f. Pil Kombinasi

Pil kombinasi menekan ovulasi, mencegah implantasi,

mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma dan

menganggu pergerakan tuba sehingga transportasi telur terganggu. Pil ini

diminum setiap hari. Bila digunakan secara benar resiko kehamilan kurang

dari 1 diantara 100 ibu dalam 1 tahun

g. Suntikan Kombinasi

Suntikan kombinasi menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks

sehingga penetrasi sperma terganggu, atrofi pada endometrium sehingga

implantasi terganggu dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.

Suntikan ini diberikan sekali tiap bulan. Bila digunakan secara benar resiko

kehamian kurang dari 1 diantara 100 ibu dalalm 1 tahun.

h. Suntikan Progestin

Suntikan progestin mencegah ovulasi, mengentakan lendir serviks

sehingga penetrasi sperma terganggu, menjadikan selaput rahim tipis dan

atrofi dan menghambat transportasi gamet oleh tuba. Suntikan diberikan 3

bullaln sekali. Bila digunakan dengan benar resikokehamilan kurang dari 1

diantara 100 ibu dalam 1 tahun. Kesuburan tidak langsung kembali setelah

berhenti, biasanya dalam waktu beberapa bulan.


36

i. Pil Progestin

Minipil menekan gonadotropin dan sintetis steroid seks di ovarium,

endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih

sulit, mengentalkan lendir serviksn sehingga menghambat penetrasi sperma,

mengubah mortilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu. Pil

diminum setiap hari. Bila digunakan secara benar resiko kehamilaln kurang

dari 1 diantara 100 ibu dalam 1 tahun

j. Implan

Kontrasepsi implant menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks,

menjadikan selaput rahim tipis dan atrofi dan mengurangi transportasi

sperma. Implan dimasukkan di bawah kulit dan dapat bertahan hingga 3-7

tahun, tergantung jenisnya. Pada umumnya resiko kehamilan kurang dari 1

diantara 100 ibu dalam 1 tahun.

k. AKDR

AKDR dimasukkan ke dalalm uterus, AKDR menghambat

kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi

ovum mencapai kavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu,

mencegah implantasi telur dalam uterus. Pada umumnya resiko kehamilan

kurang dari 1 diantara 100 ibu dalam 1 tahun. Efektivitas dapat bertahan

lama, hingga 12 tahun.


37

l. AKDR dengan progestin

AKDR dengan progestin membuat endometrium mengalami

transformasi yang ireguler, epitel atrofi sehingga mengganggu impalntasi,

mencegah terjadinya pembuahan dengan memblok bersatunya ovum dengan

sperma mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba falopii dan

menginaktifkan sperma. Pada umumnya resiko kehamilan kurang dari 1 di

antara 100 ibu daam 1 tahun

m. Tubektomi

Menutup tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang

cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum, pada umumnya

resiko kehamilan kurang dari 1 diantara 100 ibu dalam 1 tahun

n. Vasektomi

Menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan

oklusi vasa deferens sehingga alur transportasi sperma terhambat dan

proses fertilisasi tidak terjadi. Bila pria dapat memeriksakan semennya

segera setelah vasektomi, resiko kehamilan kurang dari 1 diantara 100 dalam

1 tahun
38

3. Efek Samping Alat Kontrasepsi

a. Metode Amenorea laktasi (MAL)

Efektivitas metode amenorea laktasi mencapai 98%, dalam

menggunakan MAL terdapat syarat yang harus dipenuhi, yaitu klien adalah

yang belum mendapatkan haid setelah melahirkan, umur bayi kurang dari 6

bulan dan menyusui secara eksklusif. Efek samping yang terdapat pada MAL

adalah tidak bisa digunakan bila klien bekerja atau berpisah dengan bayinya

lebih dari 6 jam dan tidak bisa mencegah dari terjadinya PMS (penyakit

menular seksual)

b. Metode kalender

Jika cara ini merupakan pilihan klien maka pengetahuan klien

tentang masa subur harus tinggi. Klien harus mengetahui dengan tepat masa

subur atau saat yang paling memungkinkan saat mengalami kehamilan.

Namun perlu diingat bahwa sebenarnya masa subur sangat sulit ditebak

dengan pasti jadi masih ada kemungkinan klien akan mnegalami kebobolan

c. Metode terputus

Efek samping yang dapat dapat terjadi pada metode teputus adalah

faktor kegagalan cukup tinggi jika pasangan tidak bisa bekerja sama dengan

baik.

d. Kondom
39

Kerugian pada pemakaian kondom adalah jika kondom bocor atau

robek. Kondom dapat tertinggal di dalam alat kelamin ibu, ibu bisa mengeluh

keputihan yang banyak dan berbau serta bisa terjadi infeksi ringan.

e. Diafragma

Kerugian dalam diagfragma adalah mahal, terjadinya kegagalan

tinggi, harus ke tenaga kesehatan dan tidak nyaman. Diafragma juga

memiliki efek samping yaitu terjadinya resiko infeksi yang tinggi

f. Pil KB

Kerugian pada pemakaian pil kombinasi adalah bisa menambah

atau mengurangi berat badan, harus selalu mengingat minum pil dan tidak

bisa mencegah dari penyakit menular seksuak. Pemakaian pil kombinasi juga

memiliki efek samping yaitu terjadinya mual, muntah, amenorhea dan

terjadinya spotting.

g. Suntikan KB

Kerugian dalam pemakaian suntikan KB adalah kesuburan lama

kembali, tidak melindungi dari penyakit menular seksual dan tidak boleh

digunakan pada wanita perokok serga kegemukan. Efek samping yang dapat

terjadi pada pemakaian suntikan KB adalah terjadinya amenorhea dan

terjadinya spotting.
40

h. Implan

Kerugian dalam pemakaian implant adalah membutuhkan tindakan

insisi, tidak terlindungi dari penyakit menular seksual dan tidak dapat

menghentikan pemakaian sendiri. Efek samping yang dapat terjadi pada

pemakaian implant adalah terjadinya amenorhea, spotting, ekspulsi dan

terjadinya infeksi pada daerah insisi.

i. AKDR

Kerugian yang terdapat pada AKDR adalah mengganggu hubungan

seksual, harus datang ke tenaga kesehatan untuk memasang, melepas dan

kontrol serta tidak bisa mencegah terjadinya penyakit menular seksual. Efek

samping yang terdapat dalam AKDR adalah terjadinya amenorhea, spotting

dan nyeri.

j. Kontrasepsi Permanen (Kontrasepsi mantap)

Cara kontrasepsi ini bersifat permanen. Sehingga jika kita ingin menjalani

kontrasepsi ini sebaiknya usia anak bungsu klien telah melewati masa balita.

Hal ini sekedar berjaga-jaga jika suatu saat klien masih berniat untuk hamil

kembali.

Anda mungkin juga menyukai