1 PB PDF
1 PB PDF
Abstrak—Youth segment merupakan segment potensial di 10,8% brand Simpati, 1,05% brand LOOP, dan 14,47% brand
Indonesia, dimana penggunanya meningkat setiap tahunnya dan Kartu As. Untuk posisi ketiga ditempati oleh Tri sebesar
persebaran penduduk Indonesia didominasi oleh youth segment. 24,67%, posisi keempat oleh XL Axiata sebesar 13,22% [2].
Karena itu penyedia jasa layanan telepon seluler berkompetisi
Menanggapi hasil dari riset Nielsen, PT Telekomunikasi
untuk akusisi youth segment. PT Telekomunikasi Selular
memiliki brand baru yang digunakan untuk mengakusisi youth Selular selaku penyedia jasa layanan telepon seluler terbesar
segment. Namun brand tersebut belum mampu menjawab di Indonesia melakukan perubahan organisasi pada Direktorat
keinginan konsumen dilihat dari jumlah market share yang masih Penjualan, dimana dulunya youth segment pada penjualan
sangat kecil. Untuk itu diperlukan pengembangan produk yang hanya ranah dari divisi Community Planning and Solution
sesuai dengan keinginan konsumen agar PT Telekomunikasi yang berada di bawah naungan Vice President Community
Selular berhasil dalam mengakusisi youth segment. Penelitian ini
and Corporate Account Management, sekarang berubah
bertujuan untuk mendefinisikan produk PT Telekomunikasi
Selular yang sesuai dengan youth segment. Selain itu penelitian menjadi fokusan dari Vice President pada Direktorat
ini juga mengidentifikasi keinginan konsumen youth segment Penjualan. Hal ini dilakukan dengan harapan penjualan untuk
pada penggunaan telepon seluler. Penelitian ini berbentuk studi youth segment dapat memberikan kontribusi pada kenaikan
kasus kualitatif dengan menggunakan Value Proposition Design, market share untuk youth segment.
House of Quality, dan Business Model Canvas. Data didapatkan Telkomsel sendiri mengeluarkan produk baru pada 2014
dengan cara in-depth interview, focused group discussion,
bernama LOOP yang dibuat khusus untuk youth segment,
kuesioner, wawancara dan pencarian literatur pendukung.
Populasi yang dipilih adalah pelajar SMP, SMA dan S1 di sayangnya market share masih sangat kecil dibandingkan
Indonesia atau pria maupun wanita dengan rentang usia 13-24 brand Telkomsel lainnya. Pelanggan cenderung lebih banyak
tahun. Adapun penelitian ini berhasil mengidentifikasi perilaku yang memilih SimPATI atau Kartu AS. Masyarakat secara
konsumen dan kebutuhan youth segment dalam menggunakan luas belum mengenal LOOP sebagai salah satu pilihan untuk
telepon seluler, dimana kegiatan utama konsumen adalah chat, anak muda, karena selama ini Kartu As menjadi pilihan untuk
email, video call, voice call secara online dan keinginan utama
tarif yang murah dari Telkomsel. Sehingga market share
konsumen adalah internet cepat, kualitas sinyal bagus dan harga
yang murah. Hal yang mengganggu konsumen adalah internet LOOP sangat sedikit. Namun Kartu As sendiri bukan produk
lambat dan harga yang mahal, dan sinyal tidak stabil. Dari yang sesuai untuk youth segment. Apalagi brand image dari
analisis tersebut didapatkan bahwa konsep produk LOOP baru Telkomsel adalah tarif yang mahal, karena itu Telkomsel
berfokus pada kuota yang besar dengan pendekatan komunitas. bukanlah pilihan favorit dari youth segment. Jika
membandingkan LOOP dengan operator lain yang telah lama
Kata Kunci—Value Proposition Design, House of Quality,
menyediakan fitur untuk youth segment, LOOP memiliki
Business Model Canvas, youth segment.
banyak kelemahan dibanding kompetitornya. Yang menjadi
I. PENDAHULUAN unggulan dari Telkomsel adalah jaringannya yang luas dan
pelayanan yang terpercaya. Karena itu pelanggan lebih banyak
kebutuhan pelanggan menggunakan kuesioner. Tahap ketiga youth segment. Dimana hal itu berarti Telkomsel masih jauh
adalah tahap identifikasi karakteristik produk yang sesuai dari titik tersebut.
dengan customer profile dengan metode yang mengacu pada
C. Value Proposition Design
VPD dan juga perlu dilakukan ranking untuk melihat nilai
utama dari produk objek amatan. Tahap keempat adalah tahap Setelah mengetahui kondisi eksisting, maka perlu dilakukan
mencocokkan atau fitting antara kebutuhan pelanggan dengan analisis perumusan pengembangan produk yang sesuai dengan
nilai yang dimiliki produk menggunakan metode yang kondisi kekinian. Analisis ini menggunakan VPD dimana data
mengacu pada House of Quality dengan pembagian kuesioner yang diperlukan didapatkan melalui FGD dan kuesioner
kepada pelanggan. Dimana hasil dari tahap keempat menjadi terhadap konsumen youth segment pengguna telepon seluler.
rekomendasi fitur produk untuk objek amatan. Setelah FGD dilakukan untuk mengumpulkan segala kegiatan
mendapatkan rekomendasi fitur produk, dibuat rekomendasi konsumen dengan telepon seluler sedangkan kuesioner
model bisnis menggunakan Business Model Canvas yang juga dilakukan untuk mengetahui seberapa penting kegiatan
menjadi implikasi manajerial dari penelitian. tersebut. VPD yang didapat value proposition baru dengan
berfokus kuota besar dengan pendekatan komunitas. Hasil
IV. ANALISIS DAN DISKUSI VPD adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 2 menunjukkan bahwa produk Telkomsel memiliki Gambar 4. Kerangka kerja VPD setelah fitting.
kualitas terbaik namun juga memiliki harga termahal.
Sedangkan dari hasil FGD dengan konsumen youth segment Hasil dari fitting yang dilakukan dengan kerangka kerja
menunjukkan bahwa segment ini memang menginginkan house of quality adalah dari 21 poin value map dimana 4 poin
kualitas baik namun tidak bisa membeli jika harganya terlalu adalah products and services, 9 poin adalah pain relievers dan
mahal. Sedangkan konsumen merasa bahwa harga yang sesuai 8 poin adalah gain creators, terdapat 15 poin value map yang
dengan mereka adalah Rp 50.000,00 seperti yang ditunjukkan sesuai dengan customer profile yang artinya terdapat 6 poin
pada simbol merah di Gambar 2. Simbol tersebut merupakan yang tidak sesuai dengan customer profile. Pada customer
titik nilai yang paling sesuai dengan keinginan konsumen profile sendiri seluruh aspeknya (customer jobs, customer
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D248
gain, dan customer pain) telah terpenuhi oleh value map yang pengembangan konsep produk LOOP baru. Dari analisis
dibuat. Sedangkan pada value map, terdapat 6 poin yang tidak tersebut didapatkan bahwa konsep produk LOOP baru
sesuai dengan customer profile. Sehingga jika dibentuk dalam berfokus pada kuota yang besar dengan pendekatan
Value Proposition Design adalah seperti pada Gambar 4. komunitas. Konsep LOOP baru menyediakan fitur-fitur
yang membuat pelanggan dapat merasakan kuota besar
E. Business Model Canvas
jika mendaftarkan komunitasnya pada fitur yang dimiliki
Dalam mengidentifikasi bisnis model konsep produk LOOP LOOP. Sedangkan business model canvas yang dibuat
baru menggunakan business model canvas, identifikasi berdasarkan konsep LOOP baru memiliki keunggulan
dipusatkan terhadap customer segment yang telah ditetapkan pada channel yang bekerjasama dengan café-café dan
sebelumnya. Bentuk fokus terhadap customer segment disebut gerai fastfood sebagai tempat untuk mendapatkan produk.
sebagai customer-driven dimana customer-driven berfokus Selain itu juga bekerjasama dengan pihak sekolah dan
pada kebutuhan pelanggan. Sehingga bagian-bagian lainnya kampus sehingga konsumen youth segment yang
dibuat agar bisa sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Gambar menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah atau
4.8 merupakan business model canvas dari konsep produk kampus bisa lebih mudah mendapatkan produk.
LOOP baru. Pada Gambar 5 menunjukkan bagaimana Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat
business model canvas dari konsep produk LOOP baru. beberapa saran yang dapat dipertimbangkan oleh Telkomsel
untuk pengembangan produk pada youth segment,
diantaranya:
1. Melakukan tes pasar dengan membuat suatu prototype
produk berbentuk sama dengan konsep yang telah
dirumuskan dan diuji coba kepada sampel youth segment
2. Melakukan monitoring pada perkembangan produk yang
telah dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
[1] I. Ali, “Positive and Negative Effects of Social Media on Society,” 2015.
[2] Nielsen, “Survey market share telekomunikasi di Indonesia umur 13-24
tahun.” [Online]. Available: http:www.nielsen.com.
[3] R. D’Aveni, “Mapping your competitive position.” .
Gambar 5. Business model canvas LOOP baru. [4] J. C. Anderson, J. A. Narus, and W. V. Rossum, “Customer Value
Proposition in Business Markets,” 2006.
[5] A. Osterwalder, Y. Pigneur, G. Bernarda, and A. Smith, Value
V. SIMPULAN DAN SARAN Proposition Design. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc, 2014.
[6] A. C. Bech, M. Hansen, and L. Wienberg, “Application if House of
Berdasarkan hasil dari analisis dan diskusi yang dilakukan Quality in Translation of Consumer Needs into Sensory Attributes
pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: Measurable by Descriptive Sensory Analysis,” Food Qual. Prefer., pp.
329–346, 1997.
1. Penelitian ini berhasil mengidentifikasi perilaku [7] Y. Akao, Quality Function Deployment. Cambridge: Productivity Press,
konsumen dan kebutuhan youth segment dalam 1990.
menggunakan telepon seluler, dimana kegiatan utama [8] H. Chesbrough and R. S. Rosenbloom, “The Role of The Business Model
in Capturing Value from Innovation: Evidence from Xerox Corporation’s
konsumen adalah chat, email, video call, voice call secara Technology Spin-off Companies,” Ind. Corp. Chang., p. 529, 2002.
online dan keinginan utama konsumen adalah internet [9] A. Osterwalder, “The Power of Immersion and Visual Thinking,” 2009.
cepat, kualitas sinyal bagus dan harga yang murah. [Online]. Available: http://businessmodelalchemist.com/2009/03/power-
of-immersion-and-visual-thinking.html.
Sedangkan hal yang mengganggu konsumen adalah [10] A. Osterwalder and Y. Pigneur, Business Model Generation. New Jersey:
internet lambat dan harga yang mahal serta sinyal tidak John Wiley & Sons, Inc, 2010.
stabil. [11] Telkomsel, “Annual Report Telkomsel,” 2017.
2. Penelitian ini berhasil mengaplikasikan Value Proposition
Design untuk merumuskan value proposition baru untuk