Anda di halaman 1dari 50

1

BAB I
TINJAUAN TEORI

I. KONSEP DASAR TEORI ANAK SEHAT


A. Pengertian
Anak Sehat adalah anak yang kelihatan gembira dan menarik perhatian
pada sekeliling serta suatu keadaan anak yang sehat terbebas dari penyakit
sehingga dapat melakukan segala aktivisnya tanpa hambatan fisik. Seseorang
dikatakan sehat jika ia memiliki kesehatan baik secara fisik (organ tubuh)
maupun psikis (mental, emosional, sosial, dan spiritual) (Soegeng, Santoso,
2008).
Pertumbuhan (growth) adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel organ maupun individu yang
bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kg), ukuran panjang (cm, m),
ukuran tulang dan keseimbangan metabolik. Perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematangan. (Soetjiningsih, 2012: 1).

B. Teori Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak


Menurut Pedoman Pelaksanaan SDIDTK Kementerian Kesehatan RI tahun
2012 sebagai berikut :
Periode penting dalam tumbuh kembang adalah masa balita karena pada
masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya, emosional dan intelegensia berjalan sangat
cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan
moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini.
1. Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah pemeriksan untuk menemukan
secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak
prasekolah, sehingga intervensi akan lebih mudah dilakukan. Bila

1
2

penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit


dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Ada 3 jenis deteksi tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya berupa:
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk
mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk/ dan
makro/mikrosefali
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk
mengetahui/menemukan gangguan perkembangan anak
(keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar.
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk
mengetahui adanya masalah mental emosional, autisme dan
gangguan pemusatan perhatian hiperaktivitas.
Adapun jadwal kegiatan dan jenis skrining/deteksi dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah oleh
tenaga kesehatan adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Jenis Deteksi Tumbuh Kembang yang harus dilakukan
Jenis Deteksi Tumbuh Kembang Yang Harus Dilakukan
Deteksi Dini Deteksi Dini Deteksi Dini
Umur
Penyimpangan Penyimpangan Penyimpangan Mental
Anak
Pertumbuhan Perkembangan Emosional
BB/TB LK KPSP TDD TDL KMME CHAT* GPPH*
0 Bulan √ √
3 Bulan √ √ √ √
6 Bulan √ √ √ √
9 Bulan √ √ √ √
12 Bulan √ √ √ √
15 Bulan √ √
18 Bulan √ √ √ √ √
21 Bulan √ √ √
3

24 Bulan √ √ √ √ √
30 Bulan √ √ √ √
36 Bulan √ √ √ √ √ √ √ √
42 Bulan √ √ √ √ √ √
48 Bulan √ √ √ √ √ √ √
54 Bulan √ √ √ √ √ √
60 Bulan √ √ √ √ √ √ √
66 Bulan √ √ √ √ √ √
72 Bulan √ √ √ √ √ √ √
Sumber : Kemenkes RI.2012.Pedoman Pelaksanaan SDIDTK.
Keterangan:
Tanda * Deteksi dilakukan atas indikasi.
a. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
1) Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
a) Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status
gizi anak, normal, kurus, kurus sekali atau gemuk.
b) Pengukuran Berat Badan (BB)
Menggunakan timbangan injak
(1) Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak
mudah bergerak.
(2) Lihat posisi jarum atau angka, harus menunjuk ke angka 0.
(3) Anak sebaiknya mamakai baju sehari-hari yang tipis, tidak
memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan
tidak memegang sesuatu.
(4) Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.
(5) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
(6) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau
angka timbangan.
(7) Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan
jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke
kanan dan ke kiri.
4

c) Pengukuran Tinggi Badan


Cara mengukur dengan posisi bediri
(1) Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
(2) Berdiri tegak menghadap ke depan.
(3) Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
(4) Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-
ubun.
(5) Baca angka pada batas tersebut.
d) Penggunaan Tabel BB/TB
(1) Ukur tinggi dantimbang berat badan anak, sesuai cara di
atas.
(2) Lihat kolom Tinggi/ Panjang Badan anak yang sesuai
dengan hasil pengukuran.
(3) Pilih kolom Berat Badan untuk laki-laki (kiri) atau
perempuan (kanan) sesuai jenis kelamin anak, cari angka
berat baan yang terdekat dengan berat badan anak.
(4) Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom
untuk mengetahui angka Standar Deviasi (SD)
(5) Interpretasi
Normal : -2 SD s/d 2 SD atau Gizi baik.
Kurus : <-2 SD s/d -3SD atau Gizi Kurang
Kurus sekali : <-3 SD atau Gizi buruk
Gemuk : > 2 SD atau Gizi lebih.
2) Pengukuran Lingkaran Kepala Anak (LKA)
a) Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk
mengetahui lingkaran kepala anaka dalam batas normal atau
diluar batas normal.
b) Cara mengukur Lingkaran Kepala:
(1) Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati
dahi, menutupi alis mata, di atas kedua telinga, dan bagian
belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang.
5

(2) Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.


(3) Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur anak/ bayi.
(4) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala
menurut umur dan jenis kelamin anak.
(5) Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu
denga ukuran yang sekarang.
c) Interpretasi:
(1) Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam “jalur
hijau” maka lingkaran kepala anak normal.
(2) Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di luar “jalur
hijau” maka lingkaran kepala anak tidak normal.
(3) Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu
makrosefal bila berada di ats “jalur hijau”
d) Intervensi
(1) Bila ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera
dirujuk ke rumah sakit.
3) Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak
a) Skrining/ pemeriksaan perkembangan anak menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
(1) Tujuan skrining/ pemeriksaan perkembangan anak
menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
(2) Jika anak belum mencapai umur skrining, minta ibu datang
kembali pada umur skrining yang terdekat untuk
pemeriksaan rutin.apabila orang tua datang dengan keluhan
anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang, sedangkan
umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan
menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang
lebih muda.
b) Alat/instrumen yang digunakan adalah:
(1) Formulir KPSP menurut umur.
6

(2) Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar


bola tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm
sebanyak 8 buah, kismis, kacang tanah, botongan biskuit
kecil berukuran 0,5 – 1 cm.
c) Cara menggunakan KPSP:
(1) Pada waktu pemeriksaan, anak harus dibawa.
(2) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan
dan tahuan anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari
dibulatkan menjadi 1 bulan..
(3) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai
dengan umur anak.
(4) KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
(a) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu / pengasuh anak.
(b) Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk
melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP.
(5) Jelaskan pada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut
menjawab, oleh karena itu pastikan ibu anak mengerti apa
yang ditanyakan kepadanya.
(6) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu
persatu. Setiap pertanyaan hanya ada satu jawaban. Ya atau
Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
(7) Ajukan peranyaan yang berikutnya setelah ibu anak
menjawab pertanyaan terdahulu.
(8) Teliti kembali apakah semua pertanyaan sudah di jawab.
d) Interpretasi hasil KPSP:
(1) Hitunglah berapa jumlah jawab Ya.
(a) Jawaban Ya, bila ibu anak menjawab: anak bisa atau
pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.
(b) Jawaban Tidak, bila ibu anak menjawab: anak belum
pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu tidak tahu.
7

(2) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 9 atau 10, perkembangan anak


sesuai dengan tahap perkembangannya (S).
(3) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak
meragukan (M)
(4) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P).
(5) Untuk jawaban ‘Tidak’, perlu di rinci jumlah jawaban
‘Tidak’ menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
e) Intervensi
(1) Beri perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan
sebagai berikut
(a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya
denganbaik.
(b) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap
perkembangan anak.
(c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesuai
dengan umur dan kesiapan anak.
(d) Ikutkan anak pada kegiatan penimbanagn dan
pelayanan kesehatan di posyandusecara teratur sebulan
1 kali dan setiap ada kegiatan BKB. Jika anak sudah
memasuki usia prasekolah, anak dapat diikutkan pada
kegiatan di PADU, kelompok bermain, dan TK.
(e) Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setiap
3 bulan pada anak usia kurang adari 24 bulan dan setiap
6 bulan pada anak usia 24-72 bulan.
(2) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan
berikut:
(a) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi
perkembangan pada anak lebih sering lagi,.
8

(b) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi


perkembangan pada anak untuk mengatasi
penyimpangan/ mengejar ketertinggalannya.
(c) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari
kemungkinan aanya penyakit yang menyebabkan
penyimpangan perkembangannya.
(d) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian
dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan
umur anak.
(e) Jika hasil KPSP ulang jawaban ‘Ya’ tepat 7 atau 8 maka
kemungkinan ada penyimpangan.
(3) Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P),
lakukan tindakan berikut:
Rujukan ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan
jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
4) Tes Daya Dengar
a) Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan
pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk
meningkatkan kemampuan daya dengan dan bicara anak.
b) Alat/sarana yang diperlukan adalah:
(1) Instrumen TDD menurut umur anak.
(2) Gambar binatang (ayam, anjing,kucing), manusia
(3) Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola)
c) Cara melakukan TDD:
(1) Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur
anak dalam bulan.
(2) Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur
anak.
(3) Pada anak umur kuang dari 24 bulan:
9

(a) Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua /


pengasuh anak. Tidak usah ragu-ragu atau takut
menjawab, karena tidak untuk mencari siapa yang
salah.
(b) Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring,
satu per satu, berurutan.
(c) Tunggu jawaban dari orangtua/ pengasuh anak.
(d) Jawaban YA jika menurut orangtua/ pengasuh, anak
dapat melakukannya dalam satu bulan terakhir.
(e) Jawaban TIDAK jika menurut orangtu/pengasuh anak
tidak pernah, tidak tahu atau tak dapat melakukannya
dalam satu bulan terakhir.
(4) Pada anak umur 24 bulan atau lebih:
(a) Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui
orangtua/pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.
(b) Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah
orangtua/pengasuh.
(c) Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah
orangtua/ pengasuh.
(d) Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau
melakukan perintah orangtua/pengasuh.
(5) Interpretasi:
(a) Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan
anak mengalami gangguan pendengaran.
(b) Catat dalam buku KIA atau kartu kohort bayi/balita
atau status/catatan medik anak, jenis kelainan.
(6) Intervensi:
(a) Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada.
(b) Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi.
5) Tes Daya Lihat
10

a) Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendetaksi secara dini


kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan
lanjutan sehingga esempatan untuk memperoleh ketajaman
daya lihat menjadi lebih besar.
b) Alat/sarana yang diperlukan adalah:
(1) Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik.
(2) Dua buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk pemeriksa.
(3) Poster “E” untukdigantung dan kartu “E” untuk dipegang
anak.
(4) Alat penunjuk.
c) Cara melakukan TDL:
(1) Pilih suatu ruangann yang bersih dan tenang, dengan
penyinaran yang baik.
(2) Gantungan poster “E” setinggi mata anak pada posisi
duduk.
(3) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E”,
menghadap ke poster “E”.
(4) Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk
pemeriksa.
(5) Pemeriksa memberikan kartu “E” pada anak. Latih anak
dalam mengarahkan kartu “E” menghadap ke atas, bawah,
kiri, dan kanan; sesuai yang ditunjuk pada poster “E” oleh
pemeriksa. Beri pujian setiap kali anak mau melakukannya.
Lakukan hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu “E”
dengan benar.
(6) Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya
dengan buku/kertas.
(7) Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster, satu
persatu, mulai baris pertama sampai baris kempat atau baris
“E” terkecil yang masih dapat dilihat.
11

(8) Puji anak setiap kali dapat mencocokkkan posisi kartu “E”
yang dipegangnya dengan huruf “E” pada poster.
(9) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan
cara yang sama.
(10) Tulis baris. “E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada
kertas yang telah disediakan:
Mata kanan : ............... Mata kiri : ........................
(11) Interpretasi:
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan
melihat sampai baris ketiga pada poster “E”. Bila kedua
mata anak tidak dapat melihat baris ketiga poster “E”,
artinya tidak dapat mencocokkan arah kartu “E” yang
dipegangnya dengan arah “E” pada baris ketiga yang
ditunjuk oleh pemeriksa, kemungkinan anak mengalami
gangguan daya lihat.
(12) Intervensi:
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat,
minta anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila
pada pemeriksaan berikutnya, anak tidak dapat melihat
sampai baris yang sama, atu tidak dapaat melihat baris
yang sama dengan kedua matanya, rujuk ke RS dengan
menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri,
atau keduanya).
b. Deteksi Penyimpangan Mental Emosional
Adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya
masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan
intervensi. Bila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui,
maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada
tumbuh kembang anak.
12

Ada beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara dini
adanya penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu:
1) Deteksi Dini Masalah Mental Emosional Pada Anak Prasekolah
(Kuesioner Masalah Mental Emosional / KMME bagi anak umur
36 bulan sampai 72 bulan.)
a) Tujuannya adalah untuk mendeteksi secar dini adanya
penyiimpangan masalah mental prasekolah.
b) Alat yang digunakan adalah KMME yang terdiri dari 12
pertanyaan untuk mengenali problem mental emosional anak
umur 36 bulan sampai 72 bulan.
c) Cara melakukan:
(1) Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas, dan
nyaring, satu persatu perilaku yang tertulis pada KMME
kepada orangtua / pengasuh anak
(2) Catat jawaban YA, kemudian hitung jumlah jawaban YA.
d) Interpretasi
Bila ada jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami
masalah mental emosional
e) Intervensi
(1) Bila Jawaban YA hanya 1
(a) Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan
Buku Pedoman Pola Asuh Yang Mendukung
Perkembangan Anak.
(b) Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada
perubahan rujuk ke RS yang memiliki fasilitas
kesehatan jiwa/ tumbuh kembang anak.
(2) Bila Jawaban YA ditemukan 2 atau lebih:
Rujuk ke RS yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/
tumbuh kembang anak. Rujukan harus disertai informasi
mengenai jumlah dan masalah mental emosional yang
ditemukan
13

2) Deteksi Dini Autis Pada Anak Prasekolah


a) Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autis
pada umur 18 bulan sampai 36 bulan.
b) Alat yang digunakan adalah CHAT (Checklist for Autism in
Toddlers).
(1) Ada 9 pertanyaan yang dijawab oleh orangtua/ pengasuh
anak.
Pertanyaan diajukan secara berurutan, satu persatu.
Jelaskan kepada orangtua untuk tidak ragu-ragu atautakut
menjawab.
(2) Ada 5 perintah bagi anak, untuk melaksanaan tugas seperti
yang tertulis CHAT
c) Cara menggunakan CHAT:
(1) Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas, dan nyaring, satu
persatu perilaku yang tertulis pada CHAT kepada orangtua
atau pengasuh anak.
(2) Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas
pada CHAT.
(3) Catat jawaban orangtua/pengasuh anak dan kesimpulan
hasil pengamatan kemampuan anak, YA atau TIDAK.
Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah di jawab.
d) Interpretasi:
(1) Resiko tinggi menderita autis :bila jawaban “Tidak” pada
pertanyaan A5, A7, B2, B3, dan B4.
(2) Resiko pernah menderita autis: bila jawaban “Tidak” pada
pertanyaan A7 dan B4.
(3) Kemungkinan gangguan perkembangan lain: bila jawaban
“Tidak” jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyaan A1-A4;
A8-A9; B1; B5.
(4) Anak dalam batas normal bila tidak termasuk dalam
kategori 1, 2, dan 3.
14

e) Intervensi:
Bila anak resiko menderita autis atau kemungkinan ada
gangguan perkembangan, rujuk ke RS yang memiliki fasilitas
kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
3) Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH) pada Anak Prasekolah.
a) Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini adanya
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
pada anak umur 36 bulan ke atas.
b) Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini GPPH
c) Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH:
(1) Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu
persatu perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini
GPPH. Jelaskan pada orangtua/pengasuh anak untuk tidak
ragu-ragu atau takut menjawab.
(2) Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan
pertanyaan pada formulir deteksi dini GPPH.
(3) Keadaan yang ditanyakan/ diamati pada anak dimanapun
anak berada.
(4) Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama
dilakukan pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua
pertanyaan telah dijawab.
d) Interpretasi:
(1) Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan
“bobot nilai” berikut ini dan jumlahkan nilai masing-
masing jawaban menjadi nilai total.
(a) Nilai 0: jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada
anak.
(b) Nilai 1: jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan
pada anak
15

(c) Nilai 2: jika keadaan tersebut sering ditemukan pada


anak.
(d) Nilai 3: jika keadaan tersebut selalu ditemukan pada
anak.
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
e) Intervensi:
(1) Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke RS
yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang
anak.
(2) Batas nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu,
jadwalkan pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian. Ajukan
pertanyaan kepada orang-orang terdekat dengan anak.
2. Menurut Nugroho,Heru.S.W. (2013) melalui DDST (Denver
Developmental Screening Test) ada 4 parameter perkembangan :
a. Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungan.
b. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat, misal : kemampuan untuk menggambar
sesuatu benda.
c. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan.
d. Gross motor (perkembangan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan gerak dan sikap tubuh
Sedangkan pelaksanaan tes DDST itu sendiri adalah sebagi berikut:
a. Semua item harus diujikan sesuai dengan prosedur yang
terstandarisasi(sesuai prosedur pelaksanaan per item)
16

b. Perlu kerjasama yang aktif dari anak.


c. Harus terbina kerja sama yang baik anatra kedua belah pihak. Caranya
dengan berkenalan terlebih dahulu dengan orang tua, baru kemudian
mendekati anak agar ia merasa lebih nyaman dengan kehadiran orang
baru.
d. Ruangan cukup luas, ventilasi baik dan beri kesan yang menyenangkan
dan santai.
e. Orangtua diberitahu bahwa tes ini bukan tes IQ, tetapi untuk melihat
perkembangan anak. Diberitahu bahwa anak tidak selalu dapat
melaksanakan semua tugas yang diberikan.
f. Menyajikan item sebaiknya bersifat fleksibel, tetapi dianjurkan:
1) Item yang kurang aktif, sebaiknya sektor personal sosial dulu
kemudian sektor motorik halus-adaptif.
2) Item yang mudah didahulukan, kemudian anak dipuji bila ia dapat
melakukannya sehingga anak tidak segan untuk aitam selanjutnya.
3) Hanya alat-alat yang akan digunakan saja yang akan diletakkan di
atas meja.
4) item yang menggunakan alat yang sama sebaiknya dilakukan
berurutan.
5) Pelaksanaan tes pada bayi dalm posisi berbaring sebaiknya
dilakukan secara berurutan.
6) Pelaksanaan tes semua sektor dimulai dengan item terletak di
sebelah kiri garis umur,lalu dilanjutkan ke item di sebelah kanan
garis umur.
g. Jumlah item yang ad bergantung pada lama waktu yang tersedia, yang
terpenting pelaksanaannya mengacu pada tujuan tes, yaitu
mengidentifikasi perkembangan anak dan menentukan kemampuan
anak yang relatif lebih tinggi.
1) Identifikasi perkembangan.
2) Menentukan kemampuan yang relatif lebih.
17

h. Untuk menentukan bila seorang anak ada resiko perkembangan


identifikasi perkembangan dilakukan:
Langkah 1: pada tiap sektor dilakukan paling sedikit 3 aitem tes yang
paling dekat di sebelah kiri garis umur serta tiap aitem tes yang
ditembus/berpotongan dengan garis umur.
Langkah 2: bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu aitem
pada langkah 1, berikan aitem tambahan di sebelah kiri pada sektor
yang sama sampai anak dapat melewati 3 aitem berturut-turut.
i. Untuk menentukan kemampuan anak yang relatif lebih, dilakukan:
Langkah 1: pada tiap sektor dilakukan paling sedikit 3 aitem tes yang
paling dekat di sebelah kiri garis umur serta tiap aitem tes yang
ditembus/berpotongan dengan garis umur.
Langkah 2: lanjutkan melakukan aitem ke kanan dari tiap aitem yang
lewat dalam satu sektor hingga tercapai 3 “gagal” berturut-turut.
Interpretasi terhadap DDST:
a. Penilaian Individual
1) Penilaian aitem “lebih” / Advanced
Bila anak “lulus” pada aitem tes yang terletak di kanan garis umur,
dinyatakan perkembangan anak lebih pada tes tesebut, karena anak
“lulus” pada tes dimana kebanyakan anak tidak lulus sampai
umurnya lebih tua.
2) Penilaian aitem “normal”
Aitem individual yang gagal atau ditolak, tidak perlu menunjukkan
sebuah keterlambatan dalam perkembangan. Sebagai contoh, bila
anak “gagal”/ “menolak” melakukan suatu aitem tes di sebelah
kanan garis umur, maka perkembangan anak normal. Ini
dikarenakan anak berumur lebih muda daripada umur dimana
hanya 25% anak-anak pada sampel standar dapat melakukan aitem
ini sehingga anak tidak diharapkan “lewat” sampai umur lebih tua.
3) Penilaian aitem “peringatan” / caution = P
18

Sebuah peringatan (P) pada aitem individual perlu diperhatikan


saat mennginterpretasikan hasil tes. Bila anak “gagal”/”menolak”
melakukan aitem tes dimana garis umur terletak pada atau antara
75% dan 90% maka diskor dengan P. Ini menunjukkan lebih dari
75% anak-anak pada sampel standar dapat “lewat pada umur lebih
muda dibandingkan usia anak yang sedang di tes. Setelah itu
tulislah P di sebelah kanan kotak segipanjang.
4) Penilaian aitem “keterlambatan” / Delayed=T
Sama seperti peringatan, aitem individual yang terlambat perlu
diperhatikan saat menginterprestasikan tes. Aitem
diinterprestasikan “terlambat” bila anak “gagal”/ “menolak”
melakukan aitem tes yang terletak jelas berada di sebelah kiri garis
umur. Hal ini disebabkan anak telah gagal atau menolak pada
aitem tes dimana 90% anak-anak pada sampel standar dapat
“lewat” pada umur lebih muda. Keterlambatan ditandai dengan
memberi warna pada tepi akhir kotak.
5) Penilaian Tidak ada kesempatan
Pada aitem tes yang orangtua melaporkan bahwa anak tidak ada
kesempatan untuk melakukan atau mencoba di skor sebagi “Tak”
untuk tidak ada kesempatan.
b. Penilaian Tes
Normal
1) Bila tidak ada “keterlambatan” / Delayed=T dan paling banyak 1
“caution”
2) Lakukan ulangan pemeriksaan pada kontrol kesehatan berikutnya.
Suspek
1) Bila didapatakan dua atau lebih “caution” dan / atau satu atau lebih
delays
2) Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor
sesaat.
Tidak dapat diuji
19

1) Bila ada skor menolak pada satu aitem tes atau lebih total di
sebelah kiri garis umur atau menolak pada lebih dari satu aitem tes
yang ditembus garis umur pada daerah 75%-90%
2) Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu.
Namun ada juga teori lain yang digunakan untuk menilai tumbuh kembang
anak, antara lain sebagai berikut:
1. Ukuran Antropometik
Dalam ukuran ini dibedakan menjadi 2 kelompok :
a. Tergantung umur
1) BB terhadap umur
2) TB terhadap umur
3) Lingkar kepala terhadap umur
4) Lila terhadap umur
b. Tidak tergantung umur
1) BB terhadap TB
2) Lila terhadap TB
Lain-lain : LILA dibandingkan dengan standar/baku, lipatan kulit,
pada trisep, subskapular, abdominal dibandingkan dengan baku,
kemudian hasil pengukuran antropometrik dengan suatu baku tertentu
misalnya baku Harvard, NCHS atau baku nasional (Soetjiningsih, 2012
: 37 – 38)
2. Berat badan (BB)
Indikator BB dimanfaatkan untuk :
a. Bahan informasi menilai keadaan gizi baik yang akut maupun kronis
tumbuh kembang dan kesehatan.
b. Memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan penyakit.
c. Dasar penghitung dosis obat dan makan yang perlu diberikan
(Soetjiningsih, 2012: 38)
Untuk memperkirakan BB anak dapat digunakan rumus diikuti oleh
Behrman, 1992 yaitu :
Perkiraan BB dalam kg
20

a. Lahir : 3,25 kg
umur (bulan)  9
b. 3 – 12 bulan :
2
c. 1 – 6 bulan : umur (tahun) x 2 + 8
d. 6 – 12 tahun : umur (tahun) x 7 - 5
3. Tinggi badan (TB)
Merupakan ukuran antrompmetri kedua yang terpenting, keistimewaannya
adalah pada masa pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maksimal
dicapai. Kenaikan TB berfluktuasi, dimana meningkat pesat pada masa
bayi, kemudian melambat pesat kembali (Adolesen) melambat lagi dan
berhenti umur 18 – 20 tahun.
Tinggi rata-rata pada waktu lahir = 50 cm
Secara garis besar tinggi badan anak dapat diperkirakan sebagai berikut :
a. 1 tahun : 1,5 x TB lahir
b. 4 tahun : 2 x TB lahir
c. 6 tahun : 1,5 x TB lahir
d. 13 tahun : 3 x TB lahir
e. Dewasa : 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)
Perkiraan tinggi badan dalam centimeter
a. Lahir : 50 cm
b. Umur 1 tahun : 75 cm
c. 2 – 12 tahun : umur (tahun) x 6 + 77 (Soetjiningsih, 2012: 21)
4. Lingkar kepala
a. Lingkar kepala saat lahir ± 34 cm
b. Pada umur 6 bulan ± 44 cm
c. Pada umur 1 tahun 47 cm
d. Pada umur 2 tahun 49 cm
e. Dewasa 54 cm
Pertumbuhan tulang kepala mengikuti perkembangan otak, demikian pula
sebaliknya. Pada bayi baru lahir berat otaknya ¼ berat otak dewasa, tapi
21

jumlah selnya sudah mencapai 2/3 jumlah sel orang dewasa.


(Soetjiningsih, 2012:23)
5. Gigi
a. Gigi pertama tumbuh pada umur 5-9 bulan. Pada umur 1 tahun
sebagian besar anak mempunyai 6-8 gigi susu. Selama tahun kedua
gigi tubuh 8 lagi, sehingga jumlah seluruhnya sekitar 14-16 gigi dan
pada umur 2,5 tahun sudah terdapat 20 gigi susu.
b. Erupsi gigi tetap.
1) Molar pertama 6-7 tahun
2) Incisor 7-9 tahun
3) Premolar 9-11 tahun
4) Kaninus 10-12 tahun
5) Molar kedua 12-16 tahun
6) Molar ketiga 17-25 tahun.
(Soetjiningsih, 2012:24)
6. Jaringan lemak
Selain otot, jaringan lemak juga menentukan ukuran dan bentuk tubuh
seseorang. Penambahan jumlah sel lemak meningkat pada trimester II
kehamilan sampai pertengahan masa bayi. Setelah itu sel lemak tidak
banyak bertambah dan besarnya sel lemak menentukan gemuk atau
kurusnya seseorang. Pertumbuhan jaringan lemak akan bertambah lagi
pada anak perempuan umur 8 tahun dan pada anak laki-laki umur 10 tahun
hingga awal menjelang pubertas. Seteah itu pada pria mengurang, tapi
anak wanita bertambah sampai dewasa. (Soetjiningsih, 2012:24-25)
7. Organ-organ tubuh
Pertumbuhan organ-organ tubuh mengikuti polanya sendiri-sendiri secara
ummum terdapat 4 pola pertumbuhan yaitu:
a. Pola umum (general pattern)
Yang mengikuti pertumbuhan pola umum adalah tulang panjang. Otot
skelet (pada neonatus 20-25% berat badan, setelah dewasa 40% berat
badan). Sistem pencernaan, pernafasan, peredaran.
22

b. Pada neural (brain dan head pattern)


Perkembangan otak bersama-sama tulang tengkorak yang
melindunginya, mata dan tenaga berlangsung lebih dini.
c. Pola limfoid
Pertumbuhan jaringan limfoid agak bebeda dari jaringan tubuh
lainnya, pertumbuhan mencapai maksimum sebelum adolesensi
kemudian menurun hingga mencapai ukuran dewasa.
d. Pola genetal
Organ-organ reproduksi mengikuti pola genetal, dimana
pertumbuhannya lambat pada pra remaja, kemudian disusun pacu
adolesensi yang pesat.
(Soetjiningsih, 2012:25-26)

I. KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN


A. Pengkajian Data
1. Data Subyektif
a. Biodata anak
1). Nama
Untuk mengetahui, mengenal anak dan tidak keliru dengan anak yang
memiliki nama sama. (Soetjiningsih, 2012)
2). Umur
Umur yang paling rawan adalah masa balita, umur digunakan untuk
mengetahui dasar perkembangan anak.
3). Jumlah saudara
Jumlah saudara yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial
ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan
kasih sayang yang diterima anak, lebih-lebih bila jarak anak terlalu
dekat. (Soetjiningsih, 2012)
4). Jenis kelamin
23

Pada masyarakat awan, wanita mempunyai status yang lebih rendah


dibandingkan laki-laki, sehingga angka kematian dan malnutrisi masih
sangat tinggi pada wanita (Soetjiningsih, 2012)
5). Agama
Pengajaran agama harus sudah ditanamkan muali anak-anak sedini
mungkin karena dengan memahami agama akan menuntun umatnya
untuk berbuat kebaikan dan kebajikan. (Soetjiningsing, 2012)
b. Biodata orangtua
1) Nama orangtua sebagai penanggung jawab
2) Umur
Ibu-ibu yang umurnya belasan tahun dengan anak pertama akan lebih
agresif terhadap anaknya dan lebih banyak mengalami kesulitan dalam
merawat dan mendidik anaknya.
3) Pendidikan Ayah/ibu
Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor dalam tumbuh
kembang anak karena dengan pendidikan yang baik maka orang tua
dapat menerima segala informasi kesehatan anaknya. (Soetjiningsih,
2012)
4) Pekerjaan/pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang
anak karena orang tua dapat menyediakan segala kebutuhan anak baik
yang primer maupun yang sekunder. (Soetjiningsih, 2012)
5) Alamat
Untuk mengetahui di mana tempat tinggal bila sewaktu-waktu
dibutuhkan.
c. Riwayat Kesehatan Anak Sekarang
Anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu tumbuhnya dan
pendidikannya disamping itu anak juga mengalami stress yang
berkepanjangan akibat dari penyakitnya (Soetjiningsih, 2012).
d. Riwayat kesehatan ibu
24

Gizi ibu yang jelek sebelum hamil maupun saat hamil lebih sering
mengakibatkan berat badan lahir rendah (BBLR) atau lahir mati, tapi jarang
menyebabkan kelainan bawaan. Selain itu, dapat juga mnyebabkan
hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, BBLR
mudah mendapat infeksi, abortus dan sebagainya. Anak yang lahir dari ibu
kurang gizi pula dan anak mudak mendapat infeksi. Jika bayi tersebut
wanita, akan menghasilkan wanita dewasa yang berat dan tingginya kurang
pula (Ngastiyah, 2005 : 3-4).
1) Riwayat Perinatal
Trauma kepala akibat pesalinan akan berpengaruh besar dan dapat
meninggalkan cacat permanen. BBLR yang disertai asfiksia berat dapat
terjadi paralisis serebralis, hiperbilirubinemia disertai kernikterus, IRDS
(idiophatic respiratory distress syndrome) asidosis metabolik, dan
meningitis atau ensefalitis (Ngastiyah, 2005 : 4).
2) Riwayat Postnatal
Pemberian ASI sedini mungkin segera bayi setelah lahir merupakan
stimulus dini terhadap tumbuh kembang anak. Keuntungan bagi bayi
selain nilai gizi yang tinggi ASI juga mengandung zat anti yang
melindungi bayi dari berbagai macam infeksi. Di samping itu, bayi juga
merasakan sentuhan, kata-kata, dan tatapan kasih sayang dari ibunya
serta mendapatkan kehangatan yang penting untuk tumbang bayi.
Keuntungan bagi ibu, juga adanya sekresi hormon oksitosin yang
mempercepat berhentinya pendarahan setelah melahirkan, dan prolaktin
akan mencegah terjadinya ovulasi yang mempunyai efek menarangkan
kehamilan. Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh
kembang anak.
Kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa karena makanan
diperlukan juga untuk prtumbuhan. Dalam hal ini, diperlukan
kecukupan tersedianya makanan dan keamanan pangan (food safety)
ialah terbebasnya makanan dari berbagai racun fisika, kimia, dan
biologis yang dapat mengancam kesehatan anak. Untuk
25

mempertahankan agar bayi/anak tetap sehat dilakukan pemeriksaan dan


penimbangan berat badan secara rutin setiap bulan dipelayanan
kesehatan (dokter, puskesmas). Dengan pemberian imunisasi
diharapkan anak terhindar dari penyakit. Dianjurkan agar sebelum bayi
umur satu tahun mendapat imunisasi BCG, polio 3 kali, DPT 3x,
hepatitis B 3 kali dan campak 3 kali. Selain itu gizi juga penting untuk
mennjang ketahanan tubuh.
Anak yang menderita sakit kronis akan terganggu tumbuh
kembang dan pendidikannya. Disamping itu anak juga menderita stres
akibat penyakit yang berkepanjangan. Karena ada perbedaan yang
mendasar dalam proses metabolisme anak dalam berbagai umur, maka
kebutuhan nutrien harus diperhitungkan dengan tepat. Hormon-hormon
yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak adalah hormon
pertubuhan, tiroid, hormon sek, insulin IGF dan hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar andrenal. Kemarau panjang dan bencana alam
yang menyebabkan gagal panen menyebabkan anak kurang gizi.
Gondok endemik terdapat di daerah pegunungan yang air tanahnya
kurang mengandung iodium. Kebersihan yang krang baik, lingkungn
maupun perorangan dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang
karena anak mudah mendapat infeksi. Rumah perlu cukup ventilasi agar
pertukaran udara baik dan sinar mata hari perlu untuk kesehatan pula.
Penghuni yang banyak kurang menjamin kesehatan. Akibat radiasi yang
tinggi dapat menggangu tumbuh kembang anak.
Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang
anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih
cepat berkembang dibanding anak yang tidak atau kurang mendapat
stimulasi. Motivasi belajar dapat diciptakan sjak dini dengan
meyediakan lingkungan yang kondusif untuk belajar. Ganjaran
diberikan pada anak jika berbuat kebajikan atau mencapai keberhasilan.
Ganjaran berupa pujian, ciuman, belaian, tepuk tangan, dsb. Akan tetapi
menghukum dengan wajar pada anak yang salah dapat dibenarkan.
26

Menghukum tidak boleh dilakukan dengan melampiaskan kebenjian


atau kejengkelan pada anak. Hukuman harus bersifat objektif dengan
memberikanpengertian tujuan hukuman tersebut agar anak tidak
mengulangi lagi. Untuk proses sosialisasi dengan lingkungan, anak
memerlukan teman sebaya. Orang tua harus tetap memperhatikan dan
memantau dengan siapa anak bergaul.
Stres pada anak juga berpegaruh pada tumbuh kembangnya
karena dapat menyebabkan anak menarik diri, rendah hati, terlambat
bicara, dsb. Salah satu hak anak adalah untuk dicintai dan dilindungi
kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orang tuanya sangat
diperlukan untuk anak agar dikemudian hari tidak menjadi anak yang
sombong dan akan memberikan kasih sayangnya pada sesama. Jika
penghasilan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan anak, misalnya
pemenuhan gizi, pendidikan, dan lainnya tentu mengakibatkan ganguan
tumbuh kembang anak (Ngastiyah, 2005 : 4-7).
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat
menularkan pada bayinya, juga factor genetic merupakan modal dasar
mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang (Soetjiningsih, 2012 : 2).
Ada juga berbagai penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan
kromosom seperti sindrom down, sindrom turner, dll (Ngastiyah, 2005
: 2).
Pada anak yang menderita jantung bawaan didapatkan anak terlihat
pucat, banyak berkeringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
f. Riwayat Tumbuh Kembang
Dengan mengetahui tumbuh kembang, dapat mendeteksi berbagai hal
yang berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga dan
mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental dan sosial,
juga menegakkan diagnosa dini setiap kelainan tumbuh kembang dan
kemungkinan penanganan yang efektif serta mencegah dan mencari
penyebabnya (Soetjiningsih, 2012 : 7).
27

g. Riwayat imunisasi
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari
penyakit-penyakit tertentu yang bisa menyebabkan kecacatan dan
kematian. Dianjurkan sebelum anak berumur 1 tahun sudah mendapat
imunisasi lengkap. (Soetjiningsih, 2012: 7)
Tabel 1.2 Jadwal Pemberian Imunisasi Sesuai Usia Bayi
Umur Jenis Imunisasi
0-7 hari HB 1
1 bulan BCG
2 bulan HB2, DPT1, polio 1
3 bulan HB3, DPT2, polio 2
4 bulan DPT3, polio 3
9 bulan Campak, polio 4
Sumber : (Depkes RI, 1997:27)
h. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya, seperti : protein, lemak, karbohidrat dan
mineral serta vitamin.
(depkes.RI.1992)
1) Kebutuhan
Kebutuhan energi
1000 + (100 x 2,25) =1225 kalori
Kebutuhan protein
10 % x 1225 = 122,5 kal
Kebutuhan lemak
20 % x 1225 = 245 kal
2) Kualitas / komposisi
a). Karbohidrat : nasi, roti, ubi.
b). Protein : hewani, meliputi: ayam, telur, daging, ikan. Dan
nabati, meliputi: tempe, tahu.
28

c). Vitamin : sayuran dan buah-buahan.


d). Mineral : sayuran.
e). Lemak : diperoleh dari sumber protein.
f). Air / ditambah 1 gelas susu.
3) Kuantitas
Berikan makanan pada anak 3 kali sehari dengan komposisi
nasi, sayur, lauk-pauk, buah-buahan dan air atau satu gelas
susu.
4) Waktu pemberian
Berikan makan pada anak pada saat pagi, siang dan sore. Pagi
sekitar pukul 06.00 – 07.00, siang 12.00 – 13.00 dan malam
hari pukul 18.00 – 20.00.
5) Makanan tambahan / selingan
Berikan makanan selingan antara makan pagi dan makan siang
antara pukul 10.00 dan antara makan siang dan makan malam
sekitar pukul 16.00. Makanan yang diberikan bisa berupa
makanan yang disukai anak tanpa mengesampingkan
kebutuhan gizinya.
2) Pola eliminasi BAB/BAK
Anak umur 1 ½ - 2 tahun berhenti mengompol pada siang hari 2 ½
- 3 tahun berhenti mengompol pada malam hari. Anak perempuan
lebih dulu berhenti mengompol, bila umur 3 – 4 tahun masih
mengompol. Dicari penyebabnya. Toilet training (latihan defekasi
perlu dimulai penyebabnya agar evakuasi sisa makanan dilakukan
secara teratur yang mempermudah kelancaran pemberian
makanan).
3) Istirahat dan tidur
Anak yang sudah mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya,
karena kegiatan fisiknya meningkat seperti bermain.
Kebutuhan tidur : 2 -3 jam tidur siang, 7 – 8 jam tidur malam
(Surjanah, 1996 : 80)
29

4) Olahraga dan rekreasi


Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologis dan
stimulasi perkembangan otot-otot. (Depkes RI, 1993 : 16)
5) Personal hygiene
Anak mandi 2x sehari, keramas 3x seminggu potong kuku 1x,
membersihkan mulut dan gigi untuk bayi yang sudah tumbuh
giginya dengan pasta gigi dan sikat sesuai umur.Kebersihan
lingkungan perlu diperhatikan karena anak suka bermain di lantai.
6) Riwayat ketergantungan
1) Menghisap jempol merupakan salah satu bentuk manipulasi
atas tubuh yang normal yang terjadi pada usia dini. Hal ini
dapat menjadi berlebihan pada keadaan akibat aktivitas dalam
usia yang masih dini atau karena suatu regrasi bila anak sedang
lelah atau tegang.
2) Menggunakan empeng/kempongan akan menggangu rahang.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1). Tanda-tanda vital
a). Suhu
Tabel 1.4 Nilai normal suhu anak rata-rata
Usia Nilai suhu derajat (oC)
3 bulan 37,5
6 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
11 tahun 36,7
13 tahun 36,6
Sumber : Depkes RI.1993
30

Keterangan
Frekuensi kenaikan suhu pada bayi sering berbeda sekitar 0,5-
1oC, masih dalam batas normal (Depkes RI, 1993 : 8).
b). Nadi
(1) Dapat diukur pada arteri radialis dan arteri femoralis bagi
anak umur lebih 1 tahun, sedangkan pada bayi
menggunakan stetoskop pada apex jantung. Nadi dihitung
dengan waktu satu menit, dan kemungkinan iramanya
kurang teratur.
(2) Nilai nadi pada anak (denyut permenit)
Tabel 1.5 Nilai Nadi Pada Anak
Usia Waktu bangun Tidur Demam
Bayi baru lahir 100-180 80-160 > 220
1 minggu 3 bln 100-220 80-200 > 220
3 bln-2 tahun 80-150 70-120 > 200
2-10 tahun 70-110 60-90 > 200
10 thn-dewasa 50-90 50-90 >200
Sumber : Depkes RI, 1993 : 9
c). Pernafasan
Pernafasan anak dihitung sama dengan pada orang dewasa,
kecuali pada bayi dhitung dari gerakan diafragma, atau gerakan
abdominal, pernafasan tersebut dihitung dalam waktu 1 menit
Tabel 1.6 Nilai pernafasan rata-rata setiap menit sesuai umur :
Umur Nilai pernafasan/menit
Bayi baru lahir 35
1-11 bulan 30
2 tahun 25
4 tahun 23
6 tahun 21
8 tahun 20
31

10-12 tahun 19
14 tahun 18
16 tahun 17
18 tahun 16-18
Sumber : Depkes RI, 1993 : 9

d). Tekanan darah


Merupakan pengukuran tanda-tanda vital yang biasanya diukur
pada anak 3 tahun keatas. Pada pengukuran tekanan darah anak
harus tenang dan rileks, pada bayi dan anak-anak lebih tenang
bila dipasang oleh orang tuanya. Akurat tidaknya pengukuran
tekanan darah tergantung dari ukuran manset tensi meternya.
Lebar manset harus mencukupi 2/3 lengan atas, sedangkan
panjang manset harus cukup melingkari lengan (Depkes RI,
1993 : 9)
Dalam periode neonatal rata-rata tekanan darah sistolik adalah
70 mmHg. Sejak usia enam minggu hingga usia 10 tahun, rata-
rata tekanan darah sistolik tetap berada di sekitar 95 mm Hg,
dan sebagian besaranak-anak akan memiliki tekanan darah
sistolik kurang dari 115 mm Hg. Rata-rata tekanan darah
sistolik adalah 125 mm Hg saat usia mencapai 16 tahun.
2). Ukuran pertumbuhan anak
BB: disesuaikan dengan usia anak
TB: disesuaikan dengan usia anak
LK: disesuaikan dengan usia anak
b. Pemeriksaan Fisik
Menurut Moersintowati (2002: 60)
1). Kepala : Rambut diperiksa pertumbuhannya, warna,
diameter (teabal atau tipis), sifat (lurus atau
keriting) dan akar rambut (mudah dicabut atau
tidak)
32

2). Mata : Konjungtiva tidak anemis, berwarna merah


muda, sclera putih, simetris, tidak ada rabun
senja akibat kurang vitamin A.
3). Hidung : Tampak Bersih, Tidak ada polip, tidak ada
secret/cairan.
4). Mulut dan gigi : Tidak ada luka atau sakit di sekitar bibir, Tidak
ada caries, bibir tidak pecah-pecah, tidak ada
stomatitis, mulut tidak berbau
5). Telinga : Bersih, simetris, tidak ada serumen, tidak ada
edema, dan sekresi kelenjar mukosa
6). Leher : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar tyroid,
vena jugularis dan kelenjar limfe.
7). Dada : Dada simetris, tidak ada retraksi interkosta,
wheezing dan ronchi (-).
8). Abdomen : Abdomen tidak buncit, hernia (-), tidak ada
nyeri tekan,
9). Kulit : Bersih, turgor baik, elastis dan tidak cyanosis.
10). Ekstremitas
a) Atas : Bentuk simetris, gerak aktif, kuku tampak
bersih, tidak adkelainan seperti sindaktili, polidaktili.
b) Bawah : Bentuk simetris, tidak ada kelainan, gerakan
aktif.
11). Genetalia : Bersih
a) Pada anak laki-laki : penis bentuknya normal, uretra berada
pada ujung penis, testis sudah turun, tidak ada pembengkakan
padascrotum
b) Pada anak perempuan: labia mayor sudah menutupi labia minor,
padavulva tidak ada rasa sakit, luka, pengeluaran cairan atau
abnormalitas.
12). Anus : Bersih, terdapat lubang anus, tidak ada luka
pada anus
33

3. Analisa Data
Menurut Depkes (2001) data yang terkumpul kemudian dianalisa dengan
metode sebagai berikut :
a. Menentukan hubungan antara fakta yang satu dengan lainnya.
b. Untuk mencari hubungan sebab akibat
c. Menentukan masalah yang terjadi
d. Menentukan penyebab utamanya
e. Menentukan tingkat masalah
B. Diagnosa Kebidanan
Anak sehat, umur tahun, jenis kelamin, status gizi ..., fase tumbuh kembang
sesuai umur, keadaan umum baik,.
Dengan kemungkinan masalah :
1. Terlambatnya perkembangan motorik sehubungan dengan kurangnya
kesempatan anak belajar.
2. Resiko sakit sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh.
3. Potensial cidera sehubungan dengan tumbuh kembang anak
C. Perencanaan
1. Diagnosa : Anak sehat, umur……, jenis kelamin…….., status gizi………,
pertumbuhan……., perkembangan……..
Tujuan : Tumbuh kembang anak optimal
Kriteria : Tumbuh kembang anak sesuai dengan umurnya
Intervensi
a. Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik
R/ ibu merasa dihargai dan bangga karena mampu mengasuh anaknya.
b. Anjurkan pada ibu untuk meneruskan pola asuh anak sesuai dengan
tahap perkembangan anak
R/ mengetahui tumbuh kembang anak sesuai umurnya
c. Anjurkan ibu untuk memberi stimulasi perkembangan anak setiap saat,
sesering mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak
R/ ibu memantau secara dini tumbuh kembang anak sesuai umurnya
34

d. Anjurkan ibu untuk mengikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan


pelayanan kesehatan di Posyandu secara teratur setiap sebulan 1 kali
dan setiap ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika anak sudah
memasuki usia prasekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkan pada
kegiatan PAUD atau TK.
R/ mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anaknya
e. Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan rutin dan melakukan
pemeriksaan lagi pada tgl....
R/ memantau dan deteksi dini tumbuh kembang anak
2. Masalah I : Terlambatnya perkembangan motorik sehubungan dengan
kurangnya kesempatan belajar.
Tujuan : Perkembangan motorik tercapai
Kriteria :
a. Anak mampu menolong diri sendiri
b. Anak dapat memakai baju tanpa bantuan
c. Anak dapat mengancing baju
Intervensi
a. Jelaskan pada ibu tentang keterlambatan perkembangan motorik anak.
R/ Keterlambatan motorik anak dipengaruhi ibu dalam
pengasuhannya.
b. Anjurkan pada ibu untuk memberikan kesempatan anak belajar
menolong diri sendiri.
R/ Kesempatan belajar menstimulasi organ motorik untuk
berkembang.
c. Anjurkan pada ibu untuk mengajari anak sendiri.
R/ Motivasi mandiri mempengaruhi proses perkembangan motorik.
3. Masalah II : Potensial cidera sehubungan dengan aktifitas bermain anak.
Tujuan : Tidak terjadi cidera selama masa bermain
Kriteria : Anak dapat melewati masa perkembangannya tanpa
mengalami cidera.
Intervensi
35

a. Jelaskan pada ibu bahwa masa-masa bermain merupakan masa yang


harus dilalui anak.
R./ Bermain merupakan salah satu cara mencapai fungsi
perkembangan.
b. Jangan melarang anak untuk bermain., tetapi berilah pengawasan dari
orang tua.
R./ Melarang anak sama dengan mengekang daya kreatifitas
anak.
c. Anjurkan pada ibu untuk menyediakan ruangan/tempat bermain yang
aman.
R./ Tempat yang aman menjauhkan anak dari cidera.
d. Anjurkan ibu untuk menyediakan anak alat permainan sesuai
umurnya.
R./ Alat permainan yang sesuai dapat merangsang kreaktifitas
anak.
4. Masalah III : Resiko sakit sehubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
Tujuan : Anak tidak jatuh dalam kondisi sakit.
Kriteria : Anak sehat dan daya tahan tubuh kuat.
Intervensi
a. Jelaskan pada ibu tentang akibat penurunan daya tahan tubuh.
R/ Daya tahan tubuh yang menurun memudahkan masuknya penyakit
pengaruh dari luar seperti kuman penyakit.
b. Anjurkan ibu untuk menjaga anaknya dari pengaruh cuaca.
R/ Cuaca yang tidak dalam adaptasi lingkungan, sehingga jika kondisi
turun menimbulkan sakit.
c. Anjurkan ibu memberikan makanan bergizi.
R/ Meningkatkan kekebalan tubuh anak terhadap penyakit.
D. Pelaksanaan
Bidan melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif. Efektif efisien
dan aman berdasarkan evidence based kepadaklien atau pasien dalam bentuk
36

upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dilaksanakan secara


mandiri, kolaborasi dan rujukan (Kepmenkes, RI, 2011:6)
E. Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk
melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien. Evaluasiatau penilaian dilakukan
segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil
evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan atau keluarga.
Hasil evaluasi harus ditindak lanjuti sesuai kondisi klien atau pasien.
Menurut kepmenkes RI (2011:7-8) evaluasi di tulis dalam bentuk catatan
perkembangan SOAP, yaitu sebagai berikut:
S = Data subyektif, mencatat hasil anamneses
O = Data obyektif, mencatat hasil pemeriksaan
A = Hasil analisa, mencatat diagnose dan masalah kebidanan
P = Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan
yang sudah dilakukan seerti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi atau follpow up
dan rujukan.
37

BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Data
Tempat Pengkajian : BPM Bidan Sulastri, S.ST
Tanggal Pengkajian : 20 Februari 2017 Jam 10.30 WIB
1. Pengumpulan Data
a. Data Subyektif
1) Biodata Anak
Nama : An. “A”
Umur : 69bulan
TTL : 23 Mei 2011
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Anak ke : 3 dari 4 bersaudara
Biodata Orang tua
Ibu Ayah
Nama : Ny. “D” Tn “N”
Umur : 35 tahun 40 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMK
Pekerjaan : IRT SWASTA
Penghasilan : - -
Alamat : Cepoko, Magetan.
2) Keluhan Utama
Anak dalam kondisi sehat dan tidak mempunyai keluhan apapun.
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Dulu

37
38

Sejak lahir sampai sekarang anak tidak pernah menderita sakit


yang menganggu pertumbuhan dan perkembangannya. Bila batuk
biasanya 5 hari. Bila anak sakit,ibulangsung memberi obat.
(1) Riwayat Prenatal
Ibu mengatakan selama hamil ibu rutin periksa ke bidan.Ibu
tidak ada pantangan makanan. Ibu tidak mengalami penyulit
apapun hanya mual muntah saat hamil muda. Selama hamil ibu
mendapat multivitamin dan kapsul tambah darah. Ibu juga
mendapatkan penyuluhan tentang nutrisi selama hamil dan ibu
mengatakan melaksanakan anjuran bidan. Dan juga tidak
pernah mengalami kekerasan psikologi seperti KDRT selama
hamil. Ibu juga tidak pernah menderita penyakit TORCH,
PMS, DM. Ibu belum pernah melakukan pemeriksaan USG.
(2) Riwayat Natal
Ibu mengatakan saat melahirkan usia kehamilan ibu 9 bulan.
Ibu melahirkan anak ”M”pada tanggal 23 Agustus 2012
ditolong oleh bidan di rumah bidan. Persalinan spontan dan
normal. Bayi lahir dengan normal tanpa adanya cacat bawaan.
BB lahir 2700 gram, PB 46 cm. Plasenta lahir spontan,
lengkap, tidak mengalami perdarahan yang hebat setelah
melahirkan.
(3) Riwayat post natal
Selama nifas ibu tidak mengalami perdarahan dan tidak
mengalami post partum blues. Bayi setelah persalinan tidak
mengalami ikterus, tidak mengalami asfiksia, tidak mengalami
hipoglikemi, tidak ada moulage, tidak ada ccephal dan caput,
tidak hipotermi, tidak mengalami trauma kepala. Tidak
meningitis/encefalitis yang terjadi 6 bulan pertama kehidupan.
Setelah IMD ibu menyusui si anak sampai usia 6 bulan setelah
itu disambung dengan susu formula.
39

b) Riwayat kesehatan sekarang


Ibu mengatakan satu minggu ini anaknya tidak sedang
menderita penyakit demam, batuk, pilek, tidak sedang
menderita penyakit dengan gejala batuk yang lama tidak
sembuh dalam 1 bulan, berkeringat dimalam hari (TBC), nafsu
makan berkurang, kencing berwarna kuning kecoklatan seperti
teh, mata kuning (Hepatitis), nafsu makan berkurang, berat
badan berkurang drastis, mudah sakit dan lama sembuhnya
(AIDS), sering kencing, banyak makan dan minum (DM).
Mudah lelah, konjungtiva palpebra pucat (Anemia), bila terluka
darah sulit membeku (Hemofillia) dan ibu tidak pernah
mempunyai bunatang peliharaan kucing dirumah (TORCH).
Anak dalam keadaan sehat.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menular seperti TBC, hepatitis, tidak ada yang
menderita penyakit menurun seperti hipertensi dan penyakit
kencing manis, tidak ada yang menderita penyakit menahun
seperti penyakit jantung
4) Riwayat tumbuh kembang
(a) Riwayat pertumbuhan
BB lahir : 2700 gram
BB sekarang : 19000 gram (19 kg)
PB lahir : 46cm
PB sekarang : 110cm
Selama posyandu anak mengikuti terus, dan ibu mengatakan
BB selalu di garis hijau.Ibu mengatakan anaknya sudah bisa:
(b) Riwayat perkembangan
Pada umur 3 bulan, bayi bisa: miring.
Pada umur 5 bulan, bayi bisa :tengkurap
Pada umur 7 bulan, bayi bisa: duduk dan ngoceh
40

Pada umur 10 bulan, bayi bisa: berdiri


Pada umur 12 bulan, bayi bisa: berjalan
Riwayat perkembangan sekarang :
Ibu mengatakan anaknya bisa bermain dengan teman
sebayanya, bisa menggosok gigi sendiri, menyebut nama
lengkapnya, mengetahui nama binatang, dan sudah pandai
berpujian.
5) Riwayat imunisasi
0 Bulan : HB0
1 Bulan : BCG, polio1
2 Bulan : DPT-HB-Hib 1, polio2
3 Bulan :DPT-HB-Hib 2, polio3
4 Bulan :DPT-HB-Hib 3, polio4
9 Bulan : Campak
6) Kebutuhan sehari-hari
a) Nutrisi
Anak mendapat ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, lalu ASI
tetap dilanjutkan dengan didampingi MPASI sampai usia 2
tahun. Anak makan 3 x sehari dengan komposisi nasi 1 piring
kecil (tidak penuh), kadang sayur 1 mangkok kecil (sop,bayam,
kangkung, atau kacang panjang), lauk 1 potong sedang (ayam,
ikan, telur, tempe,kentucky, tahu), minum susu 2 gelas perhari
(susu Frisian Flag dengan menggunakan botol dot) dan minum
air putih 4-5 gelas perhari. Anak sering jajan di dekat
rumahdan disekolahan. Anak jajan roti dan kadang membeli
susu.
b) Eliminasi
BAB 1x sehari, kadang 2 hari sekali, konsistensi lunak, warna
kuning, bau khas. BAK 4-5 kali sehari, warna jernih, bau khas
tidak ada keluhan. Anak sudah tidak mengompol.
41

d) Istirahat dan tidur


Anak biasa tidur siang  2 jam, mulai pukul 12.00-14.00 WIB,
tidur malam pukul 21.00-05.30 WIB. Dan anak jarang
terbangun pada malam hari.
e) Pola aktivitas
Setiap hari anak bermain dirumah karena belum sekolah. Anak
biasa bermain dengan mainannya dirumah bersama ibu,
neneknya,kakaknya,dan temannya. Anak aktif, berlari-larian,
lompat-lompatan, berkejar-kejaran dengan kakak danteman-
teman sebayanya.
f) Personal hygiene
Anak mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari pada pagi dan
sebelum tidur, keramas 2 hari sekali, ganti baju tiap kali mandi,
nenek selalu memotong kukunya bila kuku sudah mulai
panjang, terbiasa cuci tangan ketika mau makan atau habis
bermain. Anak saat BAK dan BAB sudah bisa cebok sendiri
7) Riwayat ketergantungan
Anak tidak mempunyai ketergantungan terhadap obat-obatan
tertentu
8) Riwayat spiritual dan psikososial
Anak tumbuh dalam lingkungan keluarga yang menyayanginya,
anak tinggal bersama orang tuanya dan anak mudah beradaptasi
dengan lingkungannya.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum baik, kesadaran composmentis
2) Ukuran pertumbuhan
BB : 19 kg
TB : 108 cm
LIKA : 50 cm
42

Status gizi (BB/TB) : Normal


b) Tanda-tanda vital
S : 36,4oC
N : 88 x/menit, teratur.
R : 22 x/menit, teratur.
c) Pemeriksaan fisik
Kepala : Rambut bersih, warna kecoklatan, penyebaran
merata, tidak mudah rontok, tidak mudah
dicabut, tidak ada bekas luka, kulit kepala
bersih.
Muka : Tidak sembab, tidak pucat.
Mata : Simetris, konjungtiva palpebra merah muda,
sklera putih, penglihatan baik.
Hidung : Simetris, tidak ada sekret.
Telinga : Simetris, pendengaran baik.
Mulut dan Gigi: Tidak sianosis, bibir lembab, tidak ada
stomatitis, bersih, gigitidak caries. Tidak ada
gigi yang berlubang.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, limfe
dan pembendungan vena jugularis.
Dada : Simetris, pernafasan teratur.
Abdomen : Tidak terkaji.
Kulit : Warna putih, bersih, tidak kering.
Genetalia : Tidak terkaji.
Anus : Tidak terkaji.
Ekstremitas
Atas : simetris, tidak ada odem pada jari-jari
tangan, tidak ada kelainan bawaan seperti
polidaktili, sindaktili, adaktili, kuku pendek
dan bersih.
43

Bawah : Simetris, tidak odem, tidak ada pas varus dan


pas vagus, kuku pendek dan bersih.
d) Pemeriksaan penunjang
Denver Development Skrining Test (DDST)
Kesimpulan pemeriksaan DDST adalah anak interpretasi normal
dengan 0T dan 0P
(1) Personal sosial : normal
(2) Motorik halus : normal
(3) Bahasa : normal
(4) Motorik kasar : normal
Pemeriksaan pertumbuhan
BB/TB : 19 kg/ 110 cm, interpretasisangat kurus

LK : 50 cm interpretasi normal

KPSP : jawaban “YA” = 10 dari 10 pertanyaan, interpretasi sesuai

TDD : jawaban “YA” = 2 dari 2 pertanyaan, interpretasi normal

TDL : normal, tidak mengalami gangguan penglihatan, anak


bisa menyebutkan bentuk huruf sampai baris ke 4 dengan semua
mata terbuka, dengan salah satu mata ditutup.

KMME : jawaban “TIDAK” = 12 dari 12 pertanyaan, interprestasi


normal

CHAT : tidak dikaji karena usia anak sudah 54 bulan

GPPH : nilai total = 2, interpretasi anak tidak mengalami GPPH.

3. Analisa data

No Diagnosa/masalah Data dasar


1. Anak sehat, usia 69 DS :
bulan, jenis kelamin - Anak dalam keadaan sehat
laki-laki, status gizi - Anak lahir pada tanggal 23 Mei 2011
normal, pertumbuhan - Anak bisa sepenuhnya berpakain
44

No Diagnosa/masalah Data dasar


normal, perkembangan sendiri tanpa bantuan,bisa bermain
normal,keadaan umum dengan teman sebayanya,
baik. menyebutkan nama tean-temannya,
mengetahui nama binatang, dan sudah
pandai berpujian pujian islam dan
sering ke masjid.
DO: -
Ukuran antropometri
BB : 19 kg
TB : 110 cm
LIKA : 50cm
Denver Development Skrining Test
(DDST)
Kesimpulan pemeriksaan DDST adalah
anak interpretasi normal dengan hasil
0 T dan 0 P
Pemeriksaan pertumbuhan
BB/TB : 19kg/ 110 cm, interpretasi
normal

LK : 50 cm interpretasi normal

KPSP : jawaban “YA” = 10 dari 10


pertanyaan, interpretasi sesuai

TDD : jawaban “YA” = 2 dari 2


pertanyaan, interpretasi normal

TDL : normal, tidak mengalami


gangguan penglihatan

KMEE : jawaban “TIDAK” = 12 dari


12 pertanyaan, interprestasi normal
45

No Diagnosa/masalah Data dasar


CHAT : GPPH : nilai total
= 2, interpretasi bukan GPPH

B. Diagnosa Kebidanan
Anak sehat, usia 69 bulan, laki-laki, status gizi normal, pertumbuhan dan
perkembangan normal, tidak ada gangguan mental emosional pada anak,
keadaan umum baik, prognosa baik.

C. Perencanaan
Tanggal 13 Februari 2017, pukul 10.40 WIB
1. Diagnosa :
Anak sehat, usia 69 bulan, laki-laki, status gizi normal, pertumbuhan
dan perkembangan normal, tidak ada gangguan mental emosional pada
anak, keadaan umum baik, prognosa baik.
Tujuan : Tumbuh kembang anak optimal dan sesuai
Kriteria : Tumbuh kembang anak sesuai dengan umurnya
Intervensi:
a. Jelaskan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak.
R/ Ibu menjadi tidak khawatir lagi jika anak mengalami kegagalan
saat dites, tapi sebaiknya diberi rangsangan atau stimulasi.
b. Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik
R/ ibu merasa dihargai dan bangga karena mampu mengasuh anaknya.
c. Anjurkan pada ibu untuk meneruskan pola asuh anak sesuai dengan
tahap perkembangan anak
R/ mengetahui tumbuh kembang anak sesuai umurnya
d. Anjurkan ibu untuk memberi stimulasi perkembangan anak setiap saat,
sesering mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak
R/ ibu memantau secara dini tumbuh kembang anak sesuai umurnya
46

e. Anjurkan ibu untuk melakukan stimulasi pada anaknya dan melakukan


pemeriksaan kembali 2 bulan lagi pada usia 36 bulan.
R/ memantau dan deteksi dini tumbuh kembang anak
f. Jelaskan pada ibu tentang gizi pada anak.
R/ Ibu bisa meningkatkan kebutuhan gizi anaknya

D. Pelaksanaan
Tanggal 13 Februari 2017, pukul 10.45 WIB.
Diagnosa :
Anak sehat, usia 69 bulan, perempuan, status gizi normal, pertumbuhan dan
perkembangan normal, tidak ada gangguan mental emosional pada anak,
keadaan umum baik, prognosa baik.
Implementasi:
1. Melakukan pendekatan kepada orangtua dan anak
2. Menjelaskan pada ibu tentang tujuan dari dilakukannya DDST untuk
mengetahui tingkat perkembangan anak.
3. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan, bahwa
perkembangan anak sesuai
4. Memberi pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan
baik
4. Menganjurkan ibu untuk meneruskan pola asuh anak sesuai dengan
tahap perkembangan anak
5. Menganjurkan ibu untuk memberi stimulasi perkembangan anak setiap
saat, sesering mungkin, sesuai dengan umur dan kesiapan anak seperti
:
Gerak Kasar :
Dorong anak main bola, permainan menjaga keseimbangan tubuh,
berlari, lompat dengan satu kaki, lompat jauh.
Gerak halus :
Bantu anak mengurutkan kegiatan, membuat sesuatu dengan tanah liat,
bantu anak bertukang memakai palu, gergaji, dan paku, bantu
47

mengumpulkan benda, mengenal kalender dan waktu, belajar


mengukur.
Bicara dan Bahasa :
Mengenal benda yang serupa dan berbeda, bermain tebak-tebakan,
berlatih mengingat-ingat, mengenal rambu/ tanda lalu lintas, mengenal
uang logam,
Personal sosial :
Berpakaian sendiri, menyimpan mainannya sendiri tanpa bantuan, beri
kesempatan anak bermain ke tetangga tanpa ditemani, beri anak
kesempatan memilih acara televisi yang ingin dilihat tapi tetap
diawasi.
6. Menjelaskan pentingnya makanan bergizi dan seimbang untuk anak.
Seperti makanan yang mengandung karbohidrat (nasi, roti, ubi,
jagung), protein (telur, dging, ikan, kacang-kacangan, tempe tahu,
susu), lemak (daging, telur, ikan, kelapa), vitamin (sayuran hijau dan
buah), dan air.
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kembali pada
anaknya 3 bulan lagi pada usia 72 bulan.
8. Berkolaborasi dengan bidan setempat untuk melakukan pemeriksaan
ulang pada saat anak usia 72 bulan atau 6 tahun

E. Evaluasi
Tanggal 20 februari 2017, pukul 11.00 WIB.
Diagnosa :
Anak sehat, usia 69 bulan, Laki-laki, status gizi normal, pertumbuhan dan
perkembangan normal, tidak ada gangguan mental emosional pada anak,
keadaan umum baik, prognosa baik.
S :
1. Ibu mengatakan mengerti tentang tujuan pengkajian tumbuh
kembang anaknya.
48

2. Ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan yang diberikan oleh


petugas dan ibu akan melaksanakan semua anjuran dari petugas.
O:
1. Ibu dan anak bisa diajak kerjasama
2. Ibu dapat mengulang kembali penjelasan yang telah diberikan
3. Hasil DDST normal, semua tahap dilalui sesuai dengan garis usia.
4. Hasil SDIDTK semua normal dan sesuai dengan perkembangan anak
A:
An. “A” usia 5 tahun 9 bulan (69 bulan) dalam kondisi sehat dan dalam
tahap pertumbuhan dan perkembangan yang normal.
P:
1. Pantau tumbuh kembang anak berikutnya.
2. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan stimulasi pada anak sesering
mungkin.
3. Anjurkan ibu untuk memberikan makanan bergizi dan seimbang
pada anak.
4. Lanjutkan stimulasi sesuai intervensi
49

DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan intervensi


Dini Tumbuh Kembang anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan
Dasar. Jakarta: Depkes RI.
Santosa W N, Heru. 2013. Petunjuk Praktis Denver Development Screening Test.
Jakarta: EGC.
Pusdiknakes. 1992. Asuhan Kebidanan Dalam Konteks Keluarga. Jakarta :
Depkes RI.
Pusdiknakes. 1993. Asuhan Kebidanan Dalam Konteks Keluarga. Jakarta :
Depkes RI.
Pusdiknakes. 1995. Manajemen Kebidanan. Jakarta : Depkes RI.
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh kembang Anak.. Jakarta : EGC.
Surjanah. 1996. Keperawatan untuk Siswa SPK. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 2005. Perawatan anak sakit. EGC: Jakarta.
Moersintowarti. 2002. Tumbuh kembang anak dan remaja. Sagung Seto: Jakarta.
Meadow, Roy., 2005. Pediatrika. PMS. Erlangga: Jakarta.

49
50

LAMPIRAN

50

Anda mungkin juga menyukai