Anda di halaman 1dari 16

REKAYASA PERANGKAT LUNAK

“MODEL – MODEL PROSES PENGEMBANGAN SOFTWARE”

Kelas : 57

Kelompok Mawar :
Mirdayanti Febyana 3101 1602 3014
Hanny Riananda Siska 3101 1602 3008
Widiatul Atkia 3101 1602 3021
Farah Ulfah Kamila 3101 1602 3017
M. Rizky Maradhika 3101 1602 3030
Muhammad Ihsan Ansyari 3101 1502 2788
Syarifudin Ahmad 3101 1602 3026

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER
(STMIK) BANJARBARU
2018
Perangkat lunak dipandang sangat perlu karena ia memengaruhi hampir setiap aspek
di dalam kehidupan kita dan telah menyatu dalam budaya, bisnis dan kegiatan kita sehari-
hari.Rekayasa perangkat lunak juga dipandang sangat perlu karena ia pada dasarnya
memungkinkan kita membangun sistem/perangkat lunak yang kompleks dalam jangka waktu
tertentu dan pada dasarnya harus memiliki kualitas tinggi.
Tujuan dan juga fungsi yang pertama adalah agar seseorang yang mempelajari
rekayasa perangkat lunak ini mampu mengembangkan sebuah perangkat lunak yang berguna
dan juga bermanfaat bagi usernya. Sebuah perangkat lunak tentu saja tidak akan digunakan
oleh user apabila tidak memiliki fungsi yang spesifik.
Karena itu dengan mempelajari rekayasa perangkat lunak, akan membuat seseorang
menjadi lebih paham mengenai pengembangan perangkat lunak yang fungsional. Contohnya,
perangkat lunak jaringan komputer yang digunakan dalam mengkoneksikan komputer pada
internet.
Perangkat lunak yang sudah ada terkadang membutuhkan pembaruan, karena
fungsinya yang mungkin sudah berkurang. Karena itu, dengan mempelajari rekayasa
perangkat lunak seseorang akan mampu mengembangkan perangkat lunak yang sudah ada
sebelumnya agar kemudian menjadi sebuah sistem perangkat lunak yang dapat berguna dan
menjadi lebih baik lagi di kalangan user.
Sistem perangkat lunak yang user friendly adalah sebuah sistem yang didambakan
oleh setiap user. Paling tidak, sebauh sistem perangkat lunak yang user friendly
membutuhkan tampilan atau interface yang menarik, fungsionalitas, hingga kemudahan
dalam penggunaannya.
Mereka yang mempelajari sistem rekayasa perangkat lunak ini tentu saja paham betul
dengan hal ini, sehingga dapat membantu mereka mengembangkan sebuah sistem perangkat
lunak yang user friendly, dan pastinya mudah untuk digunakan oleh banyak kalangan user.
Beberapa peralatan mekanikal, seperti robotik membutuhkan integrasi dengan perangkat
lunak agar bisa bekerja dengan baik dan juga optimal. Mereka yang mempelajari mengenai
rekayasa perangkat lunak tentu saja sudah sangat paham dengan hal ini. Dengan kemampuan
yang dipelajari dalam rekayasa perangkat lunak, maka sebuah sistem perangkat lunak dapat
diintegrasikan ke dalam sebuah peralatan mekanikal, sehingga dapat mendukung kegiatan
operasional dari peralatan tersebut.
Fungsi dari mereka yang mempelajari rekayasa perangkat lunak tidak hanya terpaku
pada pembuatan dan juga pengembangan dari sistem perangkat lunak yang ada, namun juga
berada pada level maintenance atau perawatan dari sebuah perangkat lunak yang ada. Setiap
perangkat lunak tentu saja membutuhkan maintenance, terutam aketika perangkat lunak
tersebut mengalami suatu gangguan atau kendala. Karena itu, pembelajaran mengenai
rekayasa perangkat lunak sangatlah dibutuhkan, untuk kepentingan perawatan dan juga
maintenance dari perangkat lunak tersebut.

1
1. Model Sekuensial Linier atau Waterfall Development Model

1.1 Pengertian Model Waterfall

Nama model ini sebenarnya adalah “Linear Sequential Model”. Model


ini sering disebut dengan “classic life cycle” atau model waterfall. Model ini
adalah model yang muncul pertama kali yaitu sekitar tahun 1970 sehingga
sering dianggap kuno, tetapi merupakan model yang paling banyak dipakai
didalam Software Engineering (SE). Disebut waterfall karena tahap demi
tahap yang dilalui harus menunggu selesainya tahap sebelumnya dan berjalan
berurutan.

Model pengembangan ini bersifat linear dari tahap awal pengembangan


system yaitu tahap perencanaan sampai tahap akhir pengembangan system
yaitu tahap pemeliharaan. Tahapan berikutnya tidak akan dilaksanakan
sebelum tahapan sebelumnya selesai dilaksanakan dan tidak bisa kembali atau
mengulang ke tahap sebelumnya.

1.2 Tahapan atau Fase Model Waterfall

Berikut adalah Gambar dan penjelasan dari tahap-tahap yang dilakukan di


dalam model ini menurut Pressman:
 System / Information Engineering and Modeling. Permodelan ini
diawali dengan mencari kebutuhan dari keseluruhan sistem yang akan
diaplikasikan ke dalam bentuk software. Hal ini sangat penting, mengingat
software harus dapat berinteraksi dengan elemen-elemen yang lain seperti
hardware, database, dsb. Tahap ini sering disebut dengan Project
Definition.
 Software Requirements Analysis. Proses pencarian kebutuhan
diintensifkan dan difokuskan pada software. Untuk mengetahui sifat dari
program yang akan dibuat, maka para software engineer harus mengerti
tentang domain informasi dari software, misalnya fungsi yang dibutuhkan,
user interface, dsb. Dari 2 aktivitas tersebut (pencarian kebutuhan sistem
dan software) harus didokumentasikan dan ditunjukkan kepada pelanggan.
 Design. Proses ini digunakan untuk mengubah kebutuhan-kebutuhan
diatas menjadi representasi ke dalam bentuk “blueprint” software sebelum

2
coding dimulai. Desain harus dapat mengimplementasikan kebutuhan
yang telah disebutkan pada tahap sebelumnya. Seperti 2 aktivitas
sebelumnya, maka proses ini juga harus didokumentasikan sebagai
konfigurasi dari software.
 Coding. Untuk dapat dimengerti oleh mesin, dalam hal ini adalah
komputer, maka desain tadi harus diubah bentuknya menjadi bentuk yang
dapat dimengerti oleh mesin, yaitu ke dalam bahasa pemrograman melalui
proses coding. Tahap ini merupakan implementasi dari tahap design yang
secara teknis nantinya dikerjakan oleh programmer.
 Testing / Verification. Sesuatu yang dibuat haruslah diujicobakan.
Demikian juga dengan software. Semua fungsi-fungsi software harus
diujicobakan, agar software bebas dari error, dan hasilnya harus benar-
benar sesuai dengan kebutuhan yang sudah didefinisikan sebelumnya.
 Maintenance. Pemeliharaan suatu software diperlukan, termasuk di
dalamnya adalah pengembangan, karena software yang dibuat tidak
selamanya hanya seperti itu. Ketika dijalankan mungkin saja masih ada
errors kecil yang tidak ditemukan sebelumnya, atau ada penambahan fitur-
fitur yang belum ada pada software tersebut. Pengembangan diperlukan
ketika adanya perubahan dari eksternal perusahaan seperti ketika ada
pergantian sistem operasi, atau perangkat lainnya.

Proses Pemeliharaan merupakan bagian paling akhir dari siklus


pengembangan dan dilakukan setelah perangkat lunak dipergunakan.
Kegiatan yang dilakukan pada proses pemeliharaan antara lain :

 Corrective Maintenance : yaitu mengoreksi apabila terdapat kesalahan pada


perangkat lunak, yang baru terdeteksi pada saat perangkat lunak
dipergunakan.
 Adaptive Maintenance : yaitu dilakukannya penyesuaian/perubahan sesuai
dengan lingkungan yang baru, misalnya hardware, periperal, sistem operasi
baru, atau sebagai tuntutan atas perkembangan sistem komputer, misalnya
penambahan driver, dll.
 Perfektive Maintenance : Bila perangkat lunak sukses dipergunakan oleh
pemakai. Pemeliharaan ditujukan untuk menambah kemampuannya seperti
memberikan fungsi-fungsi tambahan, peningkatan kinerja dan sebagainya.

3
Demikian, alasan mengapa tahap pemeliharaan merupakan tahap yang
panjang karena pada tahap ini terbagi menjadi beberapa kegiatan lagi,

1.3 Sifat dan Karakteristik Model Waterfall

Dalam model ini terdapat beberapa sifat-sifat yang menojol dan cenderung
menjadi permasalahan pada model waterfall.
 Ketika problem muncul, maka proses berhenti karena tidak dapat menuju
ke tahapan selanjutnya. Apabila terdapat kemungkinan problem tersebut
muncul akibat kesalahan dari tahapan sebelumnya, maka proses harus
membenahi tahapan sebelumnya agarproblem ini tidak muncul.
 Karena pendekatannya secara sequential, maka setiap tahap harus
menunggu hasil dari tahap sebelumnya. Hal itu tentu membuang waktu
yang cukup lama, artinya bagian lain tidak dapat mengerjakan hal lain
selain hanya menunggu hasil dari tahap sebelumnya.

1.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Waterfall

Kelebihan Model Waterfall :

 Cocok untuk system software berskala besar karena dengan menggunakan


model waterfall telah dipastikan software berhasil dibuat karena dilakukan
dengan tahapan yang matang.
 Pengerjaan project system akan terjadwal dengan baik dan mudah
dikontrol.
 Karena sudah jelas diketahui kebutuhannya. Maka hal ini bisa
meminimalisir kesalahan yang terjadi kedepannya.

Kekurangan atau Kelemahan Model Waterfall :

Waktu pengembangan yang lama membuat software tidak bisa digunakan


dengan segera. Selain itu, karena sebelum melanjutkan ke tahapan selanjutnya
harus selesai terlebih dahulu tahapan sebelumnya. Banyak waktu dari

4
pengembang yang sia-sia. Tahapan yang lama ini lah yang akan memakan
biaya lebih. Karena tahap-tahapan pada waterfall tidak dapat berulang, maka
model ini tidak cocok untuk pemodelan pengembangan sebuah proyek yang
memiliki kompleksitas tinggi.

1.4 Situasi atau Kondisi Digunakannya Model Waterfall

Teori-teori lama menyimpulkan ada beberapa situasi atau kondisi


digunakannya model waterfall, yaitu:

 Ketika semua persyaratan sudah dipahami dengan baik di awal


pengembangan.
 Definisi produk stabil dan tidak ada perubahan saat pengembangan untuk
alasan apapun seperti perubahan eksternal, perubahan tujuan, perubahan
anggaran atau perubahan teknologi. Untuk itu, teknologi yang digunakan
pun harus sudah dipahami dengan baik.
 Menghasilkan produk baru, atau versi baru dari produk yang sudah ada.
Sebenarnya, jika menghasilkan versi baru maka sudah masuk incremental
development, yang setiap tahapnya sama dengan Waterfall kemudian
diulang-ulang.
 Porting produk yang sudah ada ke dalam platform baru.

Dengan demikian, Waterfall dianggap pendekatan yang lebih cocok


digunakan untuk proyek pembuatan sistem baru. Tetapi salah satu
kelemahan paling dasar adalah menyamakan pengembangan perangkat
keras dengan perangkat lunak dengan meniadakan perubahan saat
pengembangan. Padahal, galat diketahui saat perangkat lunak dijalankan,
dan perubahan-perubahan akan sering terjadi.

Contoh Penerapan dari Pengembangan Model Sekuensial Linear / Waterfall


Development Model

Contoh dari penerapan model pengembangan ini adalah pembuatan


program pendaftaran online ke suatu Instansi Pendidikan. Program ini akan
sangat membantu dalam proses pendaftaran, karena dapat meng-efektifkan

5
waktu serta pendaftar tidak perlu repot-repot langsung mendatangi Instansi
Pendidikan. Teknisnya adalah sebagai berikut :

 Sistem program untuk pendaftaran dibuat menggunakan bahasa pemrograman


PHP, dengan Sistem Database yang dibuat menggunakan MySQL, dan
diterapkan (diaplikasikan) pada PC (personal computer) dengan sistem operasi
berbasis Microsoft Windows, Linux, dan sebagainya.
 Setelah program selesai dibuat dan kemudian dipergunakan oleh user,
programmer akan memelihara serta menambah atau menyesuaikan program
dengan kebutuhan serta kondisi user.

2. Model Prototype

Pada tahun 1960-an: Teknik-teknik prototyping pertama cepat menjadi


diakses pada tahun delapan puluhan kemudian dan mereka digunakan untuk
produksi komponen prototipe dan model. Sejarah prototipe cepat dapat
ditelusuri sampai akhir tahun enam puluhan, ketika seorang profesor teknik,
Herbert Voelcker, mempertanyakan dirinyasendiri tentang kemungkinan
melakukan hal-hal menarik dengan alat komputer dikontroldan otomatis mesin.
Alat-alat mesin baru saja mulai muncul di lantai pabrik itu. Voelcker berusaha mencari
jalan di mana alat-alat mesin otomatis dapat diprogram
denganmenggunakan output dari program desain komputer.
Kemudian 1970: Voelcker mengembangkan alat dasar matematika
yang dengan jelas menggambarkan tiga aspek dimensi dan menghasilkan
teori-teori awal teorialgoritma dan matematika untuk pemodelan solid. Teori-
teori ini membentuk dasar program komputer modern yang digunakan untuk
merancang hampir segala hal mekanis,mulai dari mobil mainan terkecil ke
gedung pencakar langit tertinggi. teori Volecker berubah metode perancangan
pada tahun tujuh puluhan, namun, metode lama untuk merancang masih sangat
banyak digunakan. Metode lama terlibat baik alat masinis ataumesin
dikendalikan oleh komputer. Para cowok logam dipotong dan bagian
yangdibutuhkan tetap sesuai kebutuhan. Namun, pada tahun 1987, Carl
Deckard, bentuk peneliti dari University of Texas,datang dengan ide yang
revolusioner yang baik. Dia memelopori manufaktur yang berbasis lapisan,
dimana ia memikirkan membangun lapisan model dengan lapisan. Diadicetak

6
model 3D dengan menggunakan sinar laser untuk bedak sekering logam
dalam prototipe solid, single layer pada suatu waktu. Deckard
mengembangkan ide ini menjadisebuah teknik yang disebut "Selective Laser
Sintering".

Metode Prototype merupakan suatu paradigma baru dalam metode


pengembangan perangkat lunak dimana metode ini tidak hanya sekedar
evolusi dalam dunia pengembangan perangkat lunak, tetapi juga merevolusi
metode pengembangan perangkat lunak yang lama yaitu sistem sekuensial
yang biasa dikenal dengan nama SDLC atau waterfall development model.

Berikut adalah 4 langkah yang menjadi karakteristik dalam proses


pengembangan pada metode prototype, yaitu :

 Pemilihan fungsi

 Penyusunan Sistem Informasi

 Evaluasi

 Penggunaan Selanjutnya

2.1 Tahapan Proses Model Prototype

Tahap-tahap pengembangan Prototype model menurut Roger S. Pressman Ph.


D adalah :

 Mendengarkan pelanggan

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan kebutuhan dari system dengan


cara mendengar keluhan dari pelanggan. Untuk membuat suatu sistem
yang sesuai kebutuhan, maka harus diketahui terlebuh dahulu bagaimana
sistem yang sedang berjalan untuk kemudian mengetahui masalah terjadi.

 Merangcang dan membuat prototype

Pada tahap ini, dilakukan perancangan dan pembuatan prototype system.


Prototype yang dibuat disesuaikan dengan kebutuhan system yang telah
didefinisikan sebelumnya dari keluhan pelanggan atau pengguna.

7
 Uji Coba

Pada tahap ini, prototype dari system di uji oleh pelanggan atau
pengguna. Kemudian dilakukan evaluasi kekurangan-kekurangan dari
kebutuhan pelanggan. Pengembangan kemudian kembali mendengarkan
keluhan dari pelanggan untuk memperbaiki prototype yang ada.

2.2 Sifat atau Karakteristik Model Prototype

Ada empat langkah yang menjadi karakteristik metode prototyping yaitu :


 Fungsi Pemilihan
Mengacu pada pemilahan fungsi yang harus ditampilkan oelh prototyping.
Pemilahan harus selalu dilakukan berdasarkan pada tugas-tugas yang
relevan yang sesuai dengan contoh kasus yang akan dipergakan.
 Penyusunan Sistem Informasi
Bertujuan untuk memenuhi permintaan akan tersedianya prototype.
 Evaluasi.
 Penggunaan selanjutnya.

Contoh Penerapan Model Prototype

Sebuah rumah sakit ingin membuat aplikasi sistem database untuk


pendataan pasiennya. Seorang atau sekelompok programmer akan melakukan
identifikasi mengenai apa saja yang dibutuhkan oleh pelanggan, dan
bagaimana model kerja program tersebut. Kemudian dilakukan rancangan
program yang diujikan kepada pelanggan. Hasil/penilaian dari pelanggan
dievaluasi, dan analisis kebutuhan pemakai kembali di lakukan.

2.3 Kelebihan dan kekurangan

Kelebihan Model Prototype

 Pelanggan berpartisipasi aktif dalam pengembangan sistem, sehingga hasil


produk pengembangan akan semakin mudah disesuaikan dengan keinginan dan
kebutuhan pelanggan.
 Penentuan kebutuhan lebih mudah diwujudkan.
 Mempersingkat waktu pengembangan produk perangkat lunak.
 Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan pelanggan.

8
 Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pelanggan.
 Lebih menghemat waktu dalam pengembangan sistem.
 Penerapan menjadi lebih mudah karena pelanggan mengetahui apa yang
diharapkannya.

Kekurangan Model Prototype

 Proses analisis dan perancangan terlalu singkat.


 Biasanya kurang fleksibel dalam mengahadapi perubahan.
 Walaupun pemakai melihat berbagai perbaikan dari setiap versi prototype, tetapi
pemakai mungkin tidak menyadari bahwa versi tersebut dibuat tanpa
memperhatikan kualitas dan pemeliharaan jangka panjang.
 Pengembang kadang-kadang membuat kompromi implementasi dengan
menggunakan sistem operasi yang tidak relevan dan algoritma yang tidak efisien.

2.4 Situasi digunakannya Model Prototype

 Membutuhkan banyak input dari user.


 Proyek besar dengan banyak user.
 Proyek tidak jelas objeknya.
 Ada tekanan untuk implementasi secepatnya.
 Perubahan fungsional sering berubah.
 User tidak terlalu memiliki pengetahuan yang memadai.
 Anggota tim berpengalaman.
 Komposisi tim stabil.
 Manajer proyek berpengalaman.
 Tidak ada jadwal strik.
 Mengijinkan ada banyak inovasi.

Kondisi yang beresiko tinggi di mana masalah-masalah tidak terstruktur


dengan baik, terdapat fluktuasi kebutuhan pemakai yang berubah dari waktu
ke waktu atau yang tidak terduga, bila interaksi dengan pemakai menjadi
syarat mutlak dan waktu yang tersedia sangat terbatas sehingga butuh
penyelesaian yang segera. Model ini juga dapat berjalan dengan maksimal

9
pada situasi di mana sistem yang diharapkan adalah yang inovatif dan
mutakhir sementara tahap penggunaan sistemnya relatif singkat.

3. Model Rapid Application Development (RAD)

Rapid Application Development ( RAD ) adalah istilah awalnya digunakan untuk


menggambarkan proses pengembangan perangkat lunak pertama kali dikembangkan
dan berhasil digunakan selama pertengahan 1970-an oleh Sistem Pusat
Pengembangan New York Telephone Co di bawah arahan Dan Gielan. Setelah
serangkaian implementasi sangat berhasil dari proses ini, Gielan kuliah secara
ekstensif di berbagai forum pada metodologi , praktek, dan manfaat dari proses ini.
RAD melibatkan pengembangan dan pembangunan prototipe iteratif . Pada
tahun 1990 , dalam buku RAD, Rapid Application Development, James Martin
didokumentasikan penafsirannya tentang metodologi. Baru-baru ini, istilah dan
singkatan yang telah datang untuk digunakan dalam lebih luas, pengertian umum yang
mencakup berbagai metode yang bertujuan untuk mempercepat pengembangan
aplikasi, seperti penggunaan kerangka perangkat lunak dari berbagai jenis, seperti
kerangka kerja aplikasi web.
Pengembangan aplikasi yang cepat merupakan respon terhadap proses yang
dikembangkan pada 1970-an dan 1980-an, seperti Structured Sistem Metode Analisis
dan Desain dan model Waterfall lainnya. Satu masalah dengan metodologi
sebelumnya adalah bahwa aplikasi begitu lama untuk membangun bahwa persyaratan
telah berubah sebelum sistem itu selesai, sehingga sistem tidak memadai atau bahkan
tidak dapat digunakan. Masalah lain adalah asumsi bahwa persyaratan metodis tahap
analisis saja akan mengidentifikasi semua persyaratan penting. Membuktikan fakta
bahwa ini adalah jarang terjadi, bahkan untuk proyek-proyek dengan profesional yang
sangat berpengalaman di semua tingkatan.
Dimulai dengan ide-ide dari Brian Gallagher, Alex Balchin, Barry Boehm dan
Scott Shultz, James Martin mengembangkan pendekatan pengembangan aplikasi yang
cepat selama tahun 1980 di IBM dan akhirnya diresmikan itu dengan menerbitkan
sebuah buku pada tahun 1991, Rapid Application Development.

3.1 Tahapan dan proses

Berikut adalah Tahapan – tahapan Proses Pengembangan dalam Model


Rapid Application Development (RAD), yaitu :

1. Bussiness Modeling

10
Fase ini untuk mencari aliran informasi yang dapat menjawab pertanyaan
berikut:

 Informasi apa yang menegndalikan proses bisnis?

 Informasi apa yang dimunculkan?

 Di mana informasi digunakan ?

 Siapa yang memprosenya ?

2. Data Modeling

Aliran informasi yang didefinisikan sebagai bagian dari fase


bussiness modeling disaring ke dalam serangkaian objek data yang
dibutuhkan untuk menopang bisnis tersebut. Karakteristik (atribut)
masing-masing objek diidentifikasi dan hubungan antar objek-objek
tersebut didefinisikan.

3. Proses Modeling

Aliran informasi yang didefinisikan di dalam fase data modeling


ditransformasikan untuk mencapai aliran informasi yang perlu bagi
implementasi sebuah fungsi bisnis. Gambaran pemrosesan diciptakan
untuk menambah, memodifikasi, menghapus, atau mendapatkan kembali
sebuah objek data.

4. Application Generation

Selain menggunakan bahasa pemrograman generasi ketiga, RAD


juga memakai komponen program yang telah ada atau menciptakan
komponen yang bisa dipakai lagi. Ala-alat bantu bisa dipakai untuk
memfasilitasi konstruksi perangkat lunak.

5. Testing dan Turnover

Karena proses RAD menekankan pada pemakaian kembali, banyak


komponen program telah diuji. Hal ini mengurangi keseluruhan waktu
pengujian. Tetapi komponen baru harus diuji dan semua interface harus
dilatih secara penuh.

11
Menurut Kendall (2010), terdapat tiga fase dalam RAD yang melibatkan
penganalisis dan pengguna dalam tahap penilaian, perancangan, dan
penerapan. Adapun ketiga fase tersebut adalah requirements planning
(perencanaan syarat-syarat), RADdesign workshop (workshop desain RAD),
dan implementation (implementasi). Sesuai dengan metodologi RAD menurut
Kendall (2010), berikut ini adalah tahap-tahap pengembangan aplikasi dari
tiap-tiap fase pengembangan aplikasi.
 Requirements Planning (Perencanaan Syarat-Syarat)
Dalam fase ini, pengguna dan penganalisis bertemu untuk
mengidentifikasikan tujuan-tujuan aplikasi atau sistem serta untuk
megidentifikasikan syarat-syarat informasi yang ditimbulkan dari tujuan-
tujuan tersebut. Orientasi dalam fase ini adalah menyelesaikan masalah-
masalah perusahaan. Meskipun teknologi informasi dan sistem bisa
mengarahkan sebagian dari sistem yang diajukan, fokusnya akan selalu
tetap pada upaya pencapaian tujuan-tujuan perusahaan (Kendall, 2010).
 RAD Design Workshop (Workshop Desain RAD)
Fase ini adalah fase untuk merancang dan memperbaiki yang bisa
digambarkan sebagai workshop. Penganalisis dan dan pemrogram dapat
bekerja membangun dan menunjukkan representasi visual desain dan pola
kerja kepada pengguna. Workshop desain ini dapat dilakukan selama
beberapa hari tergantung dari ukuran aplikasi yang akan dikembangkan.
Selama workshop desain RAD, pengguna merespon prototipe yang ada
dan penganalisis memperbaiki modul-modul yang dirancang berdasarkan
respon pengguna. Apabila sorang pengembangnya merupakan
pengembang atau pengguna yang berpengalaman, Kendall menilai bahwa
usaha kreatif ini dapat mendorong pengembangan sampai pada tingkat
terakselerasi (Kendall, 2010).
 Implementation (Implementasi)
Pada fase implementasi ini, penganalisis bekerja dengan para pengguna
secara intens selama workshop dan merancang aspek-aspek bisnis dan
nonteknis perusahaan. Segera setelah aspek-aspek ini disetujui dan sistem-
sistem dibangun dan disaring, sistem-sistem baru atau bagian dari sistem
diujicoba dan kemudian diperkenalkan kepada organisasi (Kendall, 2010).

12
3.2 Kelebihan dan Kekurangan

Berikut ini adalah kelebihan metodologi RAD menurut Marakas (2006) :


 Penghematan waktu dalam keseluruhan fase projek dapat dicapai.
 RAD mengurangi seluruh kebutuhan yang berkaitan dengan biaya projek
dan sumberdaya manusia.
 RAD sangat membantu pengembangan aplikasi yang berfokus pada waktu
penyelesaian projek.
 Perubahan desain sistem dapat lebih berpengaruh dengan cepat
dibandingkan dengan pendekatan SDLC tradisional.
 Sudut pandang user disajikan dalam sistem akhir baik melalui fungsi-
fungsi sistem atau antarmuka pengguna.
 RAD menciptakan rasa kepemilikan yang kuat di antara seluruh
pemangku kebijakan projek.

Sedangkan, mengacu pada pendapat Kendall (2010), kekurangan penerapan


metode RAD adalah sebagai berikut :

 Dengan metode RAD, penganalisis berusaha mepercepat projek dengan


terburu-buru.
 Kelemahan yang berkaitan dengan waktu dan perhatian terhadap detail.
Aplikasi dapat diselesaikan secara lebih cepat, tetapi tidak mampu
mengarahkan penekanan terhadap permasalahan-permasalahan perusahaan
yang seharusnya diarahkan.
 RAD menyulitkan programmer yang tidak berpengalaman menggunakan
prangkat ini di mana programmer dan analyst dituntut untuk menguasai
kemampuan-kemampuan baru sementara pada saat yang sama mereka
harus bekerja mengembangkan sistem.

Kelebihan Model RAD :

 Lebih efektif dari Pengembangan Model waterfall/sequential linear dalam


menghasilkan sistem yang memenuhi kebutuhan langsung dari pelanggan.
 Cocok untuk proyek yang memerlukan waktu yang singkat.

13
 Model RAD mengikuti tahap pengembangan sistem seperti pada
umumnya, tetapi mempunyai kemampuan untuk menggunakan kembali
komponen yang ada sehingga pengembang tidak perlu membuatnya dari
awal lagi sehingga waktu pengembangan menjadi lebih singkat dan
efisien.

Kekurangan Model RAD :

 Model RAD menuntut pengembangan dan pelanggan memiliki komitmen


di dalam aktivitas rapid-fire yang diperlukan untuk melengkapi sebuah
sistem, di dalam kerangka waktu yang sangat diperpendek. Jika komitmen
tersebut tidak ada, proyek RAD akan gagal.
 Tidak semua aplikasi sesuai untuk RAD, bila system tidak dapat
dimodulkan dengan teratur, pembangunan komponen penting pada RAD
akan menjadi sangat bermasalah.
 RAD tidak cocok digunakan untuk sistem yang mempunyai resiko teknik
yang tinggi.
 Membutuhkan Tenaga kerja yang banyak untuk menyelesaikan sebuah
proyek dalam skala besar.
 Jika ada perubahan di tengah-tengah pengerjaan maka harus membuat
kontrak baru antara pengembang dan pelanggan.

Penerapan Model RAD


Model RAD mengadopsi model waterfall dan pembangunan dalam waktu
singkat yang dicapai dengan menerapkan :
 Component based construction (pemrograman berbasis komponen
bukan prosedural).
 Penekanan pada penggunaan ulang (reuse) komponen perangkat lunak
yang ada.
 Pembangkitan kode program otomatis/semi otomatis.
 Multiple team (banyak tim), tiap tim menyelesaikan satu tugas yang
selevel tapi tidak sama. Banyaknya tim tergantung dari area dan
kompleksitasnya sistem yang dibangun.Jika keutuhan yang diinginkan

14
pada tahap analisis kebutuhan telah lengkap dan jelas, maka waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan secara lengkap perangkat lunak
yang dibuat adalah berkisar 60 sampai 90 hari. Model RAD hampir
sama dengan model waterfall, bedanya siklus pengembangan yang
ditempuh model ini sangat pendek dengan penerapan teknik yang
cepat. Sistem dibagi-bagi menjadi beberapa modul dan dikerjakan
beberapa tim dalam waktu yang hampir bersamaan dan waktu yang
sudah ditentukan. Model ini melibatkan banyak tim, dan setiap tim
mengerjakan tugas yang selevel, namun berbeda. Sesuai dengan
pembagian modul sistem.

1.3.3 Situasi digunakannya model RAD

Sistem yang telah jelas dan lengkap kebutuhannya, di mana


terdapat komponen-komponen yang dapat dipakai kembali dalam
proyek yang berskala kecil dengan waktu pengembangan perangkat
lunak yang singkat.

15

Anda mungkin juga menyukai