Anda di halaman 1dari 3

PNEUMONIA ASPIRASI

No.
:
Dokumen
No.
: 00
Revisi
SOP
25
Tanggal
: SEPTEMBER
Terbit
2018
Halaman : 1/3
PUSKESMAS dr. Anggoro Supriyo
I KEMRANJEN NIP.197101122002121002

1. Pengertian Pneumonia aspirasi (Aspiration pneumonia) adalah pneumonia


yang disebabkan oleh terbawanya bahan yang ada diorofaring
pada saat respirasi ke saluran napas bawah dan dapat
menimbulkan kerusakan parenkim paru. Secara spesifik,
pneumonia aspirasi didefinisikan dengan ditemukannya bukti
radiografi berupa penambahan infiltrat di paru pada pasien dengan
faktor risiko aspirasi orofaring.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah petugas untuk
penatalaksanaan pneumonia aspirasi.
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas 1 Kemranjen No.
440/115/SK.07/Tahun 2017 tentang Layanan medis
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama
5. Prosedur 1. 1. Petugas melakukan anamnesis terhadap pasien atau keluarga
pasien

2. Keluhannya berupa : 1. Batuk 2. Takipnea 3. Tanda-tanda dari


pneumonia.

3. Faktor Risiko:

a. Pasien dengan disfagi neurologis.

b. Pasien dengan irupsi dari gastroesophageal junction.

c. Terdapat abnormalitas anatomis dari traktus aerodigestifus


atas.

4. 2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik

5. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)


Pemeriksaan fisik serupa pada pneumonia umumnya. Temuan
pemeriksaan fisik dada tergantung dari luas lesi di paru.

6. Inspeksi : dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu


bernapas

7. Palpasi : fremitus dapat mengeras pada bagian yang sakit

8. Perkusi : redup di bagian yang sakit

9. Auskultasi : terdengar suara napas bronkovesikuler sampai


bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian
menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.

10. 3. Petugas melakukan Pemeriksaan Penunjang apabila diperlukan

11. a. Foto toraks (tidak dilakukan)

12. b. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap

13. 4. Penegakan Diagnostik (Assessment)

14. Diagnosis Klinis

15. Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


penunjang.

16. Diagnosis Banding :- Aspiration pneumonitis: -

17. 5. Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)

18. Penatalaksanaan

19. a. Pemberian oksigen

20. b. Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila cairan


parenteral). Jumlah cairan sesuai berat badan, peningkatan suhu
dan derajat dehidrasi.

21. c. Pemberian antibiotik tergantung pada kondisi :

22. a). Pneumonia komunitas : levofloksasin (500 mg/hari) atau


seftriakson (1-2 gr/hari)

23. b). Pasien dalam perawatan di rumah sakit : levofloksasin


(500 mg/hari)atau piperasilin tazobaktam (3, 375 gr/6 jam) atau
seftazidim (2 gr/8 jam)

24. c). Penyakit periodontal berat, dahak yang busuk atau


alkoholisme : piperasilin-tazobaktam (3, 375 gr/6 jam) atau
imipenem (500 mg/8 jam sampai 1 gr/6 jam) atau kombinasi dua

SOP Hipertensi Halaman 2/3


obat : levofloksasin (500 mg/hari) atau siprofloksasin (400 mg/12
jam) atau seftriakson (1-2 gr/hari) ditambah klindamisin (600 mg/8
jam) atau metronidazol (500 mg/8jam)

25. Kriteria Rujukan Penilaian status keparahan serupa dengan


pneumonia biasa.
6. Diagram Alir -
7. Unit Terkait Ruang Pemeriksaan Umum, Rawat Inap, Ruang Gawat Darurat,
Ruang Kesehatan Anak dan Remaja

SOP Hipertensi Halaman 2/3

Anda mungkin juga menyukai