Anda di halaman 1dari 19

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Kode Etik Profesi Pendidik “yang mana makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas Mata Kuliah Etika dan Profesi Pendidik.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan-
kekurangannya, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan, waktu, serta sumber yang kami
miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
untuk perbaikan penyusunan selanjutnya.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Etika dan
Profesi Pendidik Ibu Dr.Ir.Sukian Wilujeng,M.M. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Surabaya, 04 Oktober 2016

1
Daftar Isi

Kata Pengantar...................................................................................................................1
Daftar Isi............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang.............................................................................................................3

1.2.Rumusan Masalah........................................................................................................3

1.3.Tujuan..........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian unsur hara esensial...................................................................................5
2.2. Macam-macam unsur hara esensial...........................................................................5
2.3. Pengukuran konsentrasi dalam jaringan tubuh..........................................................6
2.4. Fungsi unsur hara esensial.........................................................................................11
2.5. Gejala kekurangan unsur hara esensial......................................................................19

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan..............................................................................................................28
3.2. Saran........................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang.

Profesi adalah suatu hal yang harus dibarengi dengan keahlian dan etika.
Meskipun sudah ada aturan yang mengatur tentang kode etik profesi, namun seperti
kita lihat saat ini masih sangat banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran ataupun
penyalah gunaan profesi. Untuk itu penulis akan membahas pengertian dari kode etik
profesi dan sanksi atas pelanggaran kode etik profesi. Terutama membahas tentang
kode etik profesi pendidik dalam hal ini kita akan mengacu pada seorang guru.
Bagaiaman guru dalam proses pembelajaran sebagai pendidik menggunakan kode etik
profesi nya. Apakah sudah benar atau tidak sesuai dengan fungsinya dan juga tentang
pelanggaran-pelanggarannya.

1.2.Rumusan masalah.

1. Apa pengertian etika?


2. Apa pengertian profesi?
3. Apa pengertian etika profesi?
4. Apa pengertian kode etik?
5. Apa fungsi dan tujuan kode etik profesi?
6. Apa pengertian pendidik?
7. Apa ciri-ciri dan syarat pendidik?
8. Bagaimana rumusan kode etik perofesi pendidik (guru) ?
9. Apa alasan penting nya kode etik profesi bagi pendidik (guru) ?
10. Bagimana upaya mewujudkan kode etik profesi pendidik (guru) ?
11. Bagaimana kode etik profesi pendidik (guru) Indonesia?
12. Apa pengertian pelanggaran kode etik profesi pendidik (guru) ?
13. Apa faktor penyebab pelanggaran kode etik profesi pendidik (guru) ?
14. Apa contoh fenomena pelanggaran kode etik profesi pendidik (guru) ?
15. Apa sanksi pelanggran kode etik profesi pendidik (guru) ?
16. Bagaimana upaya mengatasi pelanggran kode etik profesi pendidik (guru) ?

3
1.3. Tujuan.
1. Mengetahui pengertian etika.
2. Mengetahui pngertian profesi.
3. Mkengetahui pengertian etika profesi.
4. Mengetahui pengertian kode etik.
5. Mengetahui manfaat dan tujuan kode etik profesi.
6. Mengetahui pengertian pendidik.
7. Mengetahui ciri-ciri dan syarat pendidik.
8. Mengetahui rumusan kode etik perofesi pendidik (guru).
9. Mengetahui alasan penting nya kode etik profesi bagi pendidik (guru).
10. Mengetahui upaya mewujudkan kode etik profesi pendidik (guru).
11. Mengetahui kode etik profesi pendidik (guru) Indonesia.
12. Mengetahui pengertian pelanggaran kode etik profesi pendidik (guru).
13. Mengetahui faktor penyebab pelanggaran kode etik profesi pendidik (guru).
14. Mengetahui contoh fenomena pelanggaran kode etik profesi pendidik
(guru).
15. Mengetahui sanksi pelanggran kode etik profesi pendidik (guru).
16. Mengetahui upaya mengatasi pelanggran kode etik profesi pendidik (guru).

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian etika.

Dari asal usul kata, Etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang bearti adat istiadat/
kebiasaan yang baik. Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak
dan kewajiban moral. Etika juga dapat diartikan sebagai kumpulan asas / nilai yang
berkenaan dengan akhlak, nilai yang mengenai yang benar dan salah yang dianut
masyarakat.

2.2. Pengertian profesi.

Profesi adalah suatu pekerjaan yang melaksanakan tugasnya memerlukan atau


menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang
tinggi. Keahlian yang diperoleh dari lembaga pendidikan khusus diperuntukkan untuk itu
dengan kurikulum yang dapat dipertanggung jawabkan. Seseorang yang menekuni suatu
profesi tertentu disebut professional, sedangkan professional sendiri mempunyai makna
yang mengacu kepada sebutan orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang
penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengn profesinya.

2.3. Pengertian etika profesi.

Etika profesi menurut keiser dalam ( Suhrawardi Lubis, 1994:6-7 ) adalah sikap
hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat
dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan
tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.
Kode etik profesi adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang secara
tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
professional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa
yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar

5
professional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Dengan
adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak professional.

2.4. Pengertian kode etik.

kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh
suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma
sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk
dalam kategori norma hukum.

Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata
cara sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa
sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi
perbuatan yang tidak profesional.

2.5. Fungsi dan tujuan kode etik profesi

- Fungsi kode etik profesi:

Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para pelaksana
sebagai seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Ada tiga
hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi:
a) Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana
profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan.
b) Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan
kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga
memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan
sosial).
c) Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para

6
pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh
mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.

- Fungsi kode etik profesi :

Adapun fungsi dari kode etik profesi adalah :

1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas


yang digariskan.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika
dalam keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dlam berbagai
bidang.

2.6. Pengertian pendidik.

Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,


konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan
lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.

2.7. Ciri-ciri dan syarat pendidik.

> ciri-ciri pendidik :

1. Menunjukkan kewibawaan

Ciri utama seorang pendidik adalah adanya kewibawaan yang terpancar dari
dirinya terhadap anak didik. Pendidik harus memiliki kewibawan (kekuasan batin
mendidik) menghindari penggunaan kekuasaan lahir, yaitu kekuasaan yang
semata-mata didasarkan kepada unsur wewenang jabatan. Kewibawaan merupakan
pancaran batin yang dapat menimbulkan pada pihak lain sikap untuk mengakui,
menerima, dan menuruti dengan penuh pengertian atas pengaruh pihak tersebut

7
2. Mengenal anak didiknya
Ciri kedua seorang pendidik adalah mengenal anak didiknya, yakni sifat anak
secara umum, anak usia kelas rendah berbeda sifatnya dengan anak usia kelas
tinggi

3. Membantu anak didiknya.


Ciri ketiga seorang pendidik adalah mau membantu anak didiknya, dan bantuan
yang diberikan harus sesuai dengan yang diharapkan anak didiknya.

 Syarat pendidik :

Edi Suardi (1984) mengungkapkan bahwa seorang pendidik harus memenuhi


beberapa persyaratan, yakni ;

1. Seorang pendidik harus mengetahui tujuan pendidikan. Salah satu tujuan akhir
pendidikan harus ia sadari benar. Dalam hal itu, pendidik harus banyak mempunyai
pengetahuan tentang apa yang disebut manusia dewasa, sesuai dengan tempat dan
waktu. Di Indonesia harus mengenal tujuan pendidikan nasional atau cita-cita
nasional tentang manusia Indonesia.
2. Seorang pendidik harus mengenal anak didiknya.Hal ini dapat dibantu dengan
pengetahuan tentang bimbingan dan koseling agar guru dapat lebih mendalami lagi
hal-hal yang terjadi pada siswanya dan dapat mencari solusi untuk
permasalahnnya.
3. Seorang pendidik harus tahu prinsip dan penggunaan alat pendidikan. Ia harus tahu
pula memilih mana yang cocok untuk anak inipada situasi tertentu. Untuk itu, ia
harus adapat menentukan jalan atau prosedur mendidik yang bagaimana harus ia
gunakan atau tempuh.
4. Untuk dapat melakukan tugasnya, yang menghendaki pengetahuan dan kesabaran
itu ia harus mempunyai sikap bersedia mebantu anak didik. Tanpa itu, ia akan
merupakan orang yang bertindak mekanis, seperti robot, atau kadang-kadang di
luar kesadaranya berlaku kurang cocok sebagai pendidik, misalnya kurang sabar.
5. Untuk dapat membuat suatu pergaulan pendidikan yang serasi dan berbicara pada
anak didik, maka ia harus dapat beridentifikasi (menyatupadukan) dengan anak
didiknya. Itu tidak berarti bahwa ia uluh dalam kehidupan seorang atau beberapa

8
orang anak didiknya. Ia harus dapat beridentifikasi tetapi itu tidak berarti bahwa ia
lupa akan dirinya dan berlaku sperti anak didiknya. Ia tetap harus seorang dewasa
tetapi menyesuaikan segala cara dengan dunia anak didiknya.

2.8. Rumusan kode etik perofesi pendidik (guru).

Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku dan
mengikat para anggota. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu kongres
organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan
oleh orang secara perorangan, melainkan harus dilakukan oleh orang orang yang
diutus untuk dan atas nama anggota-anggota profesinya dari organisasi tersebut.
Dengan demikian, orang orang yang bukan anggota profesi tidak dapa dikenakan
aturan yang ada dalam kode etik tersebut. Bagi guru guru di indonesia, PGRI
merupakan wadah bagi yang mempunyai jabatan profesi guru, sebagai perwujudan
cita-cita perjuangan bangsa. PGRI didirikan di Surakarta pada tanggal 25
november 1945.
Kode etik guru indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh
seluruh utusan cabang dan pengurus daerah PGRI dari seluruh penjuru tanah air,
pertama dalam kongres XIII di Jakarta tahun 1973 kemudian di sempurnakan
dalam kongres PGRI XVI tahun 1989 juga dijakarta. Kode etik guru indonesia yang
telah disempurnakan tersebut ialah:
Guru indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian
terhadap Tuhan YME, bangsa dan negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru
indonesia yang berjiwa pancasila dan setia pada undang undanh dasar 1945, turut
bertanggung jawab atas terwujudnya cita cita proklamasi kemerdekaan republik
indonesia 17 agustus 1945.

2.9. Alasan penting nya kode etik profesi bagi pendidik (guru).

Secara umum, kode etik ini diperlakukan dengan beberapa alasan, antara lain
seperti berikut ini;
a. Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang telah
ditetapkan berdasarkan perundangan-undangan yang berlaku.

9
b. Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan dan persengketaan dari para
pelaksana, sehingga dapat menjaga dan meningatkan stabilitas internal dan
eksternal pekerjaan.
c. Melindungi para praktisi di masyarakat, terutama dalam hal adanya kasus-kasus
penyimpangan tindakan. melindungi anggota masyarakat dari praktek-praktek
yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku.

2.10. Upaya mewujudkan kode etik profesi pendidik (guru).

Dalam upaya mewujudkan kode etik guru Indonesia, perlu


memperhatikan sejumlah faktor yang hingga saat ini masih di rasakan sebagai
kendala. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Kualitas pribadi guru
b. Pendidikan guru
c. Sarana dan prasarana pendidikan
d. Sistem pendidikan
e. Kedudukan, karier dan kesejahteraan guru
f. Kebijakan pemerintah
Berbagai pihak yang memiliki keterkaitan (pembuat
kebijakan/keputusan, para pakar, manajer, pelaksana) secara proporsional dan
professional seyogyanya dapat bekerjasama secara sistemik, sinergik, dan
simbiotik dalam mewujudkan kode etik guru Indonesia. Hal yang paling
mendasar adalah kemauan politik yang terwujud dalam bentuk kebijakan
manajemen guru dan perlakuan terhadap profesi guru.

2.11. Kode etik profesi pendidik (guru) Indonesia.

Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian


terhdapa Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara, serta kemanusiaan pada
umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-undang
Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi
Kemerdian Republik Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan
memedomani dasar-dasar sebagai berikut:

10
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untukmembentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.

3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan


melakukan bimbingan dan pembinaan.

4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yangmenunjang berhasilnya


proses belajar-mengajar.

5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhdap
pendidikan.

6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengambangkan dan meningkatkan mutu


dan martabat profesinya.

7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan


kesetiakawanan sosial.

8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI


sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan

6. Unsur Kandungan Kode Etik Guru


Dalam pidato pembukaan kongres PGRI XIII Tahun 1973, Basuni (ketua
PGRI) menyatakan bahwa kode etik guru indonesia merupakan landasan moral
dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan tugas sebagai
guru. Pengertian itu menunjukkan unsur yang terkandung dalam kode etik guru
indonesia yaitu:
A) sebagai landasan moral
B) sebagai pedoman tingkah laku

11
2.12. Pengertian pelanggaran kode etik profesi pendidik (guru).

Berdasarkan mukadimah kode etik guru Indonesia, guru Indonesia tampil


secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.

Adapun esensi yang penulis dapat dari kode etik guru secara garis
besarnya dapat penulis gambarkan sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnyayang berjiwa Pancasila.

2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.

3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan


melakukan bimbingan dan pembinaan.

4. Guru rnenciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya


proses belajar-mengajar.

5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap
pendidikan.

6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu


dan martabat profesinya. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat
kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.

7. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi


PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

8. Guru melaksanakan segala kebijakan Pemerintah dalam bidang pendidikan.

Jelas nampak pada gambaran diatas bahwa guru-guru di Indonesia telah


disusun sedemikian rupa untuk menjadi teladan yang terbaik bagi lingkungan
sekitarnya. Namun kenyataan yang kita jumpai dilapangan saat ini bahwasanya
apa yang diharapkan dalam undang-undang profesionalitas guru dan dosen serta
kode etik yang tertera diatas masih mengidentifikasikan bahwa mutu pendidikan
di Indonesia masih rendah.

12
Jadi pelanggaran kode etik profesi guru merupakan pelanggaran
terhadap suatu norma, nilaidanaturanprofesionaltertulis yangsecarategas
menyatakan apa yang benar dan baik bagi suatu profesi dalam masyarakat.

2.13. Faktor penyebab pelanggaran kode etik profesi pendidik (guru).

Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan anak bangsa. Berbagai


upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilaksanakan
walapun belum menunjukkan hasil yang optimal. Pendidikan tidak bisa lepas dari
siswa atau peserta didik. Siswa merupakan subjek didik yang harus diakui
keberadaannya. Berbagai karakter siswa dan potensi dalam dirinya tidak boleh
diabaikan begitu saja. Tugas utama guru mendidik dan mengembangkan berbagai
potensi itu.
Jika ada pendidik (guru) yang sikap dan perilakunya menyimpang karena
dipengaruhi beberapa faktor. Pertama, adanya malpraktik (meminjam istilah Prof
Mungin) yaitu melakukan praktek yang salah, miskonsep. Guru salah dalam
menerapkan hukuman pada siswa. Apapun alasannya tindakan kekerasan maupun
pencabulan guru terhadap siswa merupakan suatu pelanggaran.
Kedua, kurang siapnya guru maupun siswa secara fisik, mental, maupun
emosional. Kesiapan fisik, mental, dan emosional guru maupun siswa sangat
diperlukan. Jika kedua belah pihak siap secara fisik, mental, dan emosional,
proses belajar mengajar akan lancar, interaksi siswa dan guru pun akan terjalin
harmonis layaknya orang tua dengan anaknya.
Ketiga, kurangnya penanaman budi pekerti di sekolah. Pelajaran budi
pekerti sekarang ini sudah tidak ada lagi. Kalaupun ada sifatnya hanya sebagai
pelengkap, lantaran diintegrasikan dengan berbagai mata pelajaran yang ada.
Namun realitas di lapangan pelajaran yang didapat siswa kebanyakan hanya
dijejali berbagai materi. Sehingga nilai-nilai budi pekerti yang harus diajarkan
justru dilupakan.

13
2.14. Contoh fenomena pelanggaran kode etik profesi pendidik (guru) dan solusinya.

Berikut adalah beberapa penggalan fenomena pelanggaran kode etik guru di masyarakat
dan solusi yang bisa berikan:

KODE ETIK KASUS PELANGGARAN SOLUSI


 Guru memposisikan diri
sebagai penguasa yang
 Guru bersifat humanis-
memberikan sanksi,
demokratik menekankan
mengancam dan menghukum
konformitas internalisasi bagi
peserta apabila melanggar
peserta didiknya.Pendidikan
aturan atau tidak mengikuti
mendorong berkembangnya
kehendak guru.
kemampuan yang ada pada diri
 Guru memberikan imbalan /
Guru berbakti peserta didik.
membimbing peserta hadiah semata-mata untuk
 Situasi pendidikan mendorong
didik untuk membentuk membina kepatuhan peserta
dan menyerahkan kesempatan
manusia Indonesia didik
pengembangan kemandirian
seutuhnya yang berjiwa  Guru menciptakan situasi kepada peserta didik sendiri.
Pancasila. pendidikan otoriter yang
 Pengembangan kebebasan
membentuk manusia dengan
disertai dengan pertimbangan
pribadi pasrah, patuh, penurut,
rasional, perasaan, nilai dan
dan takluk kepada penguasa
sikap, keterampilan dan
(guru). Mengasingkan orang-
pengalaman diri peserta didik
orang yang kreatif, berpendirian
dan mandiri

 Guru tidak menunjukkan


 Kejujuran adalah salah satu
kejujuran sehingga tidak pantas
keteladanan yang harus dijaga
Guru memiliki dan untuk ditiru, misalnya: suka
guru selain prilaku lain seperti
melaksanakan kejujuran ingkar janji, pilih kasih,
mematuhi peraturan dan moral,
profesional memanipulasi nilai, mencuri
berdisiplin, bersusila dan
waktu mengajar, dan lain
beragama.
sebagainya.

14
 Guru mengajar tidak sesuai  Guru harus menjaga
dengan bidang keilmuannya keteladanan agar dapat diterima
sehingga sering melakukan dan bahkan ditiru oleh peserta
kesalahan secara keilmuan. didik.

 Guru tidak pernah


 Guru harus bekerjasama
mengkomunikasikan
dengan orangtua dan juga
perkembangan anak kepada
lingkungan masyarakat dalam
orangtuanya, sehingga orangtua
pendidikan. Tanggung jawab
Menjaga hubungan baik tidak mengetahui kemajuan
pembinaan terhadap peserta
dengan orangtua, murid belajarnya.
didik ada pada sekolah,
dan masyarakat sekitar  Guru tidak pernah mengajak keluarga, dan masyarakat.
untuk membina peran orangtua untuk membicarakan
 Hal yang menyangkut
serta dan tanggung bersama yang menyangkut
kepentingan si anak seyogyanya
jawab bersama terhadap kepentingan anak dan sekolah,
guru (sekolah) mengajak
pendidikan melainkan memutuskan secara
orangtua dan bahkan
sepihak, misalnya: pembelian
lingkungan masyarakat untuk
buku anak, seragam sekolah,
bermusyawarah.
kegiatan anak di luar kurikuler,
dan sebagainya.

Etos kerja harus dijaga dengan


menciptakan lingkungan kerja
Seorang guru harus Hubungan antar guru tidak yang sehat, dinamis, serta
saling menghormati dan harmonis (misalnya: saling menjaga hubungan baik dengan
menghargai sesama menjelekkan dan saling saling menghormati dan
rekan seprofesi menjatuhkan bahkan berkelahi) menghargai dan mau
bekerjasama/ saling menolong
antar sesama guru.

15
2.15. Sanksi pelanggran kode etik profesi pendidik (guru).

Adapun sanksi-sanksi yang diberikan kepada guru atas pelanggaran kode etik
profesi antara lain :
a. Guru dapat di berhentikan tidak dengan hormat dari jabatan sebagai guru,
karena:
1. Melanggar sumpah dan janji jabatan.
2. Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
3. Melalaikan kewajiban dalam melaksanakan tugas selama 1 bulan atau lebih
secara terus menerus.
Sanksi terhadap guru dapat juga berupa :
1. Teguran
2. Peringatan tertulis
3. Penundaan pemberian hak guru
4. Penurunan Pangkat
5. Pemberhentian dengan hormat
6. Pemberhentian tidak dengan hormat

2.16. Upaya mengatasi pelanggran kode etik profesi pendidik (guru).

Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi


Pelanggaran Kode Etik Profesi Guru:
1. Menindak tegas dan memberikan sanksi berat pada oknum-oknum guru
yang melakukan kasus etika profesi guru karena sangat merugikan guru sebagai
salah satu profesi yang salah satu tugasnya adalah memberi keteladanan yang baik
terhadap peserta didik.

2. Sebelum menjadi guru, seorang calon guru seharusnya diberi tes psikologi
yang ketat,agar mampu menghadapi setiap karakter peserta didik.

3. Mewajibkan seorang guru untuk membaca dan menjalankan profesinya


sesuai kode etik keguruan.

4. Mengadakan pelatihan-pelatihan bagaimana seorang guru menghadapi


peserta didik yang berbeda karakter. Sehingga seorang guru, mampu menangani
siswa yang karakternya nakal atau bandel.

16
5. Guru seharusnya memahami perkembangan tingkah laku peserta didiknya.
Apabila guru memahami tingkahlaku peserta didik dan perkembangan tingkah
laku itu, maka strategi, metode, media pembelajaran dapat dipergunakan secara
lebih efektif.

6. Tugas yang penting bagi guru dalam melakukan pendekatan kepada peserta
didik adalah menjadikan peserta didik mampu mengembangkan keyakinan dan
penghargaan terhadap dirinya sendiri, serta membangkitkan kecintaan terhadap
belajar secara berangsur-angsur dalam diri peserta didik.

7. Sesuai dengan pendapat Prayitno, bahwa pembelajaran harus sesuai konsep


HMM (Harkat dan Martabat Manusia). Antara guru dan peserta didik terjalin
hubungan yang menimbulkan situasi pendidikan yang dilandasi dua pilar
kewibawaan dan kewiyataan. Pengaruh guru terhadap peserta didik didasarkan
pada konformitas internalisasi.

17
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan atau
menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi.
Keahlian diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan
kurikulum yang dapat dipertanggung jawabkan. Suatu pekerjaan dapat dikatakan profesi jika
memiliki beberapa syarat-syarat tertentu.
Setiap profesi memiliki kode etik masing-masing, kode etik adalah pedoman sikap,
tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari-hari (Undang-
undang nomor 8 Tahun 1974). Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi
adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri.
Seperti yang telah disebutkan salah satu kriteria jabatan profesional, jabatan profesi
harus mempunyai wadah untuk meyatukan gerak langkah dan mengendalikan keseluruhan
profesi, yakni organisasi profesi. Bagi guru-guru di negara kita, wadah ini telah ada yakni
Persatuan Guru Republik Indonesia yang lebih dikenal dengan singkatan PGRI. Salah satu
tujuan PGRI adalah mempertinggi kesadaran, sikap, mutu, dan kegiatan profesi guru serta
meningkatkan kesejahteraan mereka (Basuni, 1986).

3.2. Saran.
a. Guru sebagai pionir terdepan pembawa kemajuan bangsa hendaknya melaksanakan
apa yang telah menjadi standar dan aturan yang telah disepakati bersama, dalam hal ini
kode etik guru.
b. Guru hendaknya menujukan citra profesionalitasnya kepada publik bukan
memanipulasi keprofesionalitasnya.
c. Kejujuran merupakan hal terpenting dalam menjaga kehormatan seorang guru, maka
dari itu guru hendaknya menjunjung kejujuran dalam etika profesinya sebagai seorang
guru.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://evendimuhtar.blogspot.co.id/2015/05/fenomena-pelanggaran-kode-etik-
profesi.html
https://candrajunie.blogspot.co.id/2012/06/ciri-ciri-pendidik-dan-syarat-pendidik.html
http://dibalue.blogspot.co.id/2011/04/kode-etik-pelanggaran-dan-sanksi.html
http://cyberlawncrime.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-etika-kode-etik-dan-
fungsi.html
http://syafrudiin.blogspot.co.id/2014/12/a-kode-etik-profesi-keguruan.html

19

Anda mungkin juga menyukai