1102013268
Sasaran Belajar
LO.1 Memahami dan Menjelaskan Retardasi Mental
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Retardasi Mental
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Retardasi Mental
LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Retardasi Mental
LO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Retardasi Mental
LO 1.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Retardasi Mental
LO 1.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Retardasi Mental
LO 1.7 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Retardasi
Mental
LO 1.8 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Retardasi Mental
LO 1.9 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Retardasi Mental
LO 1.10 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Retardasi Mental
LO.2 Memahami dan Menjelaskan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
LO 2.1 Memahami dan Menjelaskan Kebutuhan Gizi Normal Anak
LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan Tahap Perkembangan Anak
LO.3 Memahami dan Menjelaskan Tanggung Jawab Orangtua terhadap Anak dalam
Pandangan Islam
1
LO.1 Memahami dan Menjelaskan Retardasi Mental
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan suatu kondisi gangguan perkembangan mental yang
ditandai oleh terhenti atau tidak lengkapnya perkembangan seseorang. Umumnya kondisi ini
ditunjukkan oleh adanya hendaya keterampilan pada masa awal perkembangan (sebelum usia
18 tahun) sehingga mempengaruhi perkembangan tingkat intelegensia pasien (dapat timbul
gangguan dari segi kognitif, bahasa, motorik, dan sosial).
The american Association Deficiency (AAMD) dan Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV) mendefinisikan retardasi mental sebagai fungsi
intelektual keseluruhan yang secara bermakna di bawah rata-rata yang menyebabkan atau
berhubungan dengan gangguan pada perilaku adaktif dan bermanifestasi selama periode
perkembangan yaitu sebelum usia 18 tahun. (Kaplan, 2008).
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Retardasi Mental
Prevalens retardasi mental pada anak-anak di bawah umur 18 tahun di negara maju
diperkirakan mencapai 0,5-2,5% , di negara berkembang berkisar 4,6%. Di indonesia 1-3%
penduduknya menderita kelainan ini. Insidens retardasi mental di negara maju berkisar 3-4
kasus baru per 1000 anak dalam 20 tahun terakhir. Angka kejadian anak retardasi mental
berkisar 19 per 1000 kelahiran hidup.1 Banyak penelitian melaporkan angka kejadian
retardasi mental lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan perempuan. (Sari Pediatri,
Vol. 2, No. 3, Desember 2000: 170 – 177)
LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Retardasi Mental
Dapat mencapai kemampuan mandiri penuh dalam merawat diri sendiri dan
keterampilan praktis serta rumah tangga meskipun lebih lambat dibandingkan orang
normal.
Sering timbul kesulitan pada bidang akademik, seperti membaca dan menulis.
Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III:
IQ antara 50 sampai 69
Adanya keterlambatan dalam belajar berbicara, tetapi sebagian besar dapat
mencapai kemampuan berbicara untuk keperluan sehari-hari.
Penyebab organik dapat diidentifikasi pada sebagian kecil penderita.
Dapat ditemukan bersama kondisi lain seperti autisme, gangguan
perkembangan, epilepsi, gangguan tingkah laku, atau disabilitas fisik. Setiap
kondisis penyerta harus diberi kode diagnosis sendiri.
Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dididik
(educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu menguasainya untuk
keperluan bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik. Umumnya mereka juga mampu
mengurus diri sendiri secara independen (makan, mencuci, memakai baju, mengontrol
saluran cerna dan kandung kemih), meskipun tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat
dari ukuran normal. Kesulitan utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan
banyak yang bermasalah dalam membaca dan menulis. Dalam konteks sosiokultural yang
memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka tidak ada masalah. Tetapi jika ternyata
timbul masalah emosional dan sosial, akan terlihat bahwa mereka mengalami gangguan,
2
misal tidak mampu menguasai masalah perkawinan atau mengasuh anak, atau kesulitan
menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.
Adanya hendaya motorik dan defisit lainnya, menunjukkan adanya kerusakan atau
penyimpangan perkembangan yang bermakna secara klinis dari susunan saraf pusat.
Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III:
IQ dalam rentang 20-34
Pedoman diagnostik sama dengan retardasi mental sedang dari segi gambaran
klinis, etiologi organik, kondisi penyerta, dan tingkat prestasi yang rendah.
Terdapat gangguan motorik atau defisit lain yang mencolok yang menandai
gangguan SSP.
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang
dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang terkait. Perbedaan
utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan motor yang
bermakna atau adanya defisit neurologis.
3
Tidak atau hanya sedikit sekali kemampuan untuk mengurus diri sendiri kebutuhan
dasar dan senantiasa memerlukan bantuan dari pengawasan.
Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III:
IQ dibawah 20
Penggunaan bahasa sangat terbatas, hanya mengerti perintah dasar dan
pengajuan permohonan dalam taraf sederhana.
Pasien memiliki keterampilan visuo-spasial dasar, sehingga jika dilatih dapat
melakukan tugas praktis dan pekerjaan rumah tangga.
Penyebab organik dapat ditemukan pada sebagian besar kasus.
Ditemukan disabilitas neurologik dan fisik.
Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas
kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi. Umumnya anak
sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu pada bentuk komunikasi nonverbal
yang sangat elementer.
Keadaan Nilai IQ
superior 120-129
Rata-rata 110-119
5
Retardasi mental sedang (mampu latih) 36-51
2.2.Faktor pranatal
A. Ganguan pertumbuhan otak trimester I
1. Kelainan kromosom (trisomi, mosaik,dll)
2. Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV (Human
Immunodeficiency Virus)
3. Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi,dll)
4. Disfungsi plasenta
5. Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)
B. Ganguan pertumbuhan otak trimester II dan III
1. Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV
2. Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam berat, dll)
3. Ibu : diabetes melitus, PKU (phenylketonuria)
4. Toksemia gravidarum
5. Ibu malnutrisi
2.3.Faktor perinatal
a. Sangat prematur
b. Asfiksia neonatorum
c. Trauma lahir : perdarahan intra kranial
d. Meningitis
e. Kelainan metabolik: hipoglikemia, hiperbilirubinemia
2.4.Faktor post natal
a. Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
b. Neuro toksin, misalnya logam berat
c. CVA (Cerebrovascular accident)
6
d. Anoksia, misalnya tenggelam
e. Metabolik
1. Gizi buruk
2. Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid
3. Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll.
4. Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler
5. Cerebral lipidosis (Tay Sachs), dengan hepatomegali (Gaucher)
6. Penyakit degeneratif/metabolik lainnya.
f. Infeksi
1. Meningitis, ensefalitis, dll
2. Subakut sklerosing, panesefalitis
LO 1.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Retardasi Mental
PRENATAL
1. KELAINAN GENETIK
Kelainan genetic prenatal dikarakteristik dengan perubahan materi genetic, yang dapat
diturunkan oleh orangtua atau tidak diturunkan.
a. Penyimpangan/aberasi Kromosom
Down syndrome merupakan contoh terbaik pada kelainan genetic prenatal. Pada 95%
kasus, down syndrome disebabkan karena trisomy 21, yang mana kelebihan kromosom 21
pada sel telur atau sel sperma tersebuttidak memisah (nondisjunction) pada tahap meiosis.
Ketika gamet terfertilisasi, fetus akan memiliki kromosom tambahan 21 pada tiap selnya,
sehingga totalnya 47 kromosom.
Dalam sekitar setengah dari kasus translokasi, orang tua (biasanya ibu) memiliki
translokasi seimbang, yaitu, 45 kromosom dengan t (14; 21). Jika seorang anak memiliki
translokasi sindrom Down, orang tua harus diperiksa untuk kehadiran translokasi seimbang.
Hal ini penting dalam konseling genetik karena ketika ibu atau ayah memiliki di (14; 21)
translokasi, kemungkinan memiliki anak dengan sindrom Down adalah 1 di 10 jika pada ibu
atau 1 dalam 20 jika di ayah.
Pada varian lain, mosaicism, beberapa sel memiliki 47 kromosom dan yang lain
memiliki 46 karena kesalahan dalam salah satu pembelahan sel pertama dari telur yang telah
dibuahi. Fenotip karakteristik sindrom Down pada dasarnya sama dalam trisomi 21 dan
translokasi. Fitur utama adalah fisura palpebra atas-miring, jembatan rendah hidung dengan
lipatan epicanthal, mulut dan telinga kecil , simian crease (lipatan simian), jembatan hidung
datar, telapak tangan pendek dan lebar, dan karakteristik pola dermatoglyphic.
Hilangnya bagian dari kromosom ini disebut delesi. Contoh paling terkenal adalah cri-
du-chat syndrome, yang ditandai dengan suara bernada tinggi dan disebabkan oleh delesi
dalam kromosom 5p3. Perhatikan bahwa kebanyakan janin dengan penyimpangan kromosom
tidak layak. Sekitar 40-50% dari janin yang aborsi spontan memiliki anomali kromosom.
Hanya 2 dari 10 janin dengan sindrom Down lahir hidup.
Sebuah metode baru menggunakan probe DNA dan fluoresensi hibridisasi in situ telah
membawa cahaya baru bagi banyak sindrom malformasi yang sebelumnya diklasifikasikan
sebagai dviketahui asalnya. Delesi submicroscopic (microdeletions) DNA telah dilaporkan
dalam kromosom 15q11-12 pada Prader-Willi dan sindrom Angelman, meskipun fakta bahwa
sindrom ini memiliki fenotipe yang berbeda. Karena mekanisme pencetakan, hasil sindrom
Prader-Willi ketika mikrodelesi berada dalam kromosom asal ayah dan hasil sindrom
Angelman bila asal ibu.
7
Orang dengan sindrom Prader-Willi memiliki nafsu makan yang berlebihan dan
kebiasaan makan sembarangan, sehingga menyebabkan obesitas. Karena sindrom ini tidak
memiliki fitur patognomonik yang jelas, mungkin tetap tidak terdiagnosis, dan orang tersebut
bahkan mungkin dirujuk untuk perawatan psikiatris karena gangguan makan. Jelas, faktor
psikologis bukanlah penyebab utama di sini, tapi psikoterapi suportif mungkin bisa
membantu. Pengobatan ini didasarkan pada modifikasi perilaku, lembaga batas lingkungan
yang ketat pada asupan makanan, dan program pendidikan dan habilitative diperlukan. Selain
itu, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pengobatan dengan hormon pertumbuhan
meningkatkan defisit somatik dan perilaku dalam pasien ini
8
Sindrom Fragile X adalah bentuk herediter paling umum dari retardasi mental dan,
setelah sindrom Down, bentuk genetik yang paling umum. Hal ini terkait X, dengan
pewarisan dominan, dan penetrasi lebih rendah pada wanita. Karena penyempitan di lokasi
Xq27.3, tampak seolah-olah kromosom yang rapuh dan bagian dari kromosom tersebut
pecah.
Anak laki-laki prapubertas dengan sindrom ini terlihat cukup normal. Mereka sering
resah dan hiperaktif dan memiliki rentang perhatian yang pendek. Tahap perkembangan
mereka, terutama perkembangan bicara, yang tertunda. Setelah pubertas, fitur phenotypical
karakteristik mungkin muncul, yaitu termasuk wajah lonjong, telinga yang menonjol dan
rahang, dan macroorchidism. Sebagian besar memiliki keterbelakangan mental moderat,
tetapi retardasi lebih parah pada lainnya. Carrier laki-laki tidak memiliki keterbelakangan
mental. Wanita dengan sindrom X rapuh yang memiliki mutasi penuh dan bergejala biasanya
memiliki cacat atau keterbelakangan mental ringan belajar. Gejala perilaku telah dijelaskan
pada individu-individu, yaitu, hiperaktif dan penarikan sosial di sekitar 50% dan depresi pada
sekitar 25%.
b. Bahan Beracun
Yang paling penting dari zat teratogenik adalah etanol, yang merupakan penyebab
sindrom alkohol janin (FAS). Prevalensi sindrom ini bervariasi di seluruh dunia, namun
kejadian di negara-negara industri diperkirakan sekitar 1 dari 1000 bayi baru lahir. Ketika
digunakan berat selama kehamilan, alkohol menyebabkan kelainan pada 3 kategori utama: (1)
fitur dismorfik, yang berasal dari periode organogenesis; (2) retardasi pertumbuhan prenatal
dan postnatal, termasuk microcephaly; dan (3) disfungsi SSP, termasuk keterbelakangan
mental ringan sampai sedang, keterlambatan dalam perkembangan motorik, hiperaktif, dan
9
defisit perhatian. Tingkat keparahan gejala yang berhubungan dengan jumlah alkohol
tertelan.
PERINATAL
Periode ini adalah 1 minggu sebelum dan 4 minggu setelah kelahiran
1. Infeksi
Selama periode neonatal, infeksi yang paling penting, dari sudut pandang gejala sisa
pembangunannya, adalah herpes simpleks tipe 2. neonatus terinfeksi selama persalinan dan
dapat menjadi ensefalitis dalam waktu 2 minggu. Pengobatan dini dengan asiklovir dapat
mengurangi hasil, yaitu, mikrosefali, retardasi mental yang mendalam, dan defisit neurologis.
Infeksi bakteri Neonatal mungkin mengakibatkan sepsis dan meningitis, yang, pada saatnya,
dapat menyebabkan hydrocephalus.
3. Lainnya
Retinopati prematuritas (sebelumnya disebut fibroplasia sebagai Retrolental) terlihat
sering ketika penggunaan oksigen 100% pada neonatus masih umum, yang
mengakibatkan kebutaan. Hal ini sering dikaitkan dengan kerusakan SSP lainnya,
keterbelakangan mental, dan masalah perkembangan lainnya.
Bayi dengan berat lahir sangat rendah berisiko untuk perdarahan intrakranial dan
hipoglikemia akibat kurangnya penyimpanan glikogen hati. Masalah-masalah
neonatal mungkin memiliki hasil yang sama dengan asfiksia.
Hiperbilirubinemia mungkin akibat dari kehancuran peningkatan sel darah merah
(misalnya, hemolisis karena ibu-anak golongan darah ketidakcocokan) atau penurunan
ekskresi bilirubin (misalnya, karena adanya ketidakmatangan fungsi hati).
Kerusakan otak yang mungkin terjadi mengakibatkan manifestasi dari berbagai
tingkat, termasuk CP, gangguan pendengaran sensorineural, dan keterbelakangan
mental.
POSTNATAL
10
1. Infeksi
Infeksi bakteri dan virus pada otak selama masa kanak-kanak dapat menyebabkan
meningitis dan encephalitis dan mengakibatkan kerusakan permanen. Jumlah dari komplikasi
ini mengalami penurunan karena peningkatan pengobatan dan ketersediaan imunisasi (seperti
untuk campak).
3. Penyebab Lain
Di antara keganasan pada masa kanak-kanak, tumor otak merupakan no.2 dalam
frekuensi setelah leukemia. Dari jumlah tersebut, 70-80% adalah glioma, gejala yang
sebagian besar tergantung pada lokasi. Beberapa bersifat jinak dan dapat diobati,
namun sebagian besar memiliki efek merusak, sehingga berakibat berbagai gejala
neuropsikiatri tergantung pada lokasi dan luasnya. Selain itu, pengobatan seperti
pembedahan dan radiasi dapat mempengaruhi integritas dan fungsi otak.
Kecelakaan lalu lintas , tenggelam, dan trauma lainnya adalah penyebab paling umum
kematian selama masa kanak-kanak. Lebih besar adalah jumlah anak-anak yang
menjadi cacat. Hampir tenggelam sering menghancurkan, tetapi bahkan dalam kasus
ini, peningkatan kapasitas fungsional dapat dicapai dengan rehabilitasi karena
perkembangan otak memiliki kemampuan untuk pulih.
4. Masalah Psikososial
Tingkat perkembangan individu tumbuh tergantung pada integritas SSP dan pada faktor-
faktor lingkungan dan psikologis. Pentingnya stimulasi lingkungan untuk perkembangan anak
telah dihargai karena penelitian pada anak-anak di lembaga menunjukkan bahwa
pembangunan mengalami dampak yang parah di lingkungan merampas, bahkan jika
perawatan fisik yang memadai diberikan. Kemiskinan merupakan predisposisi anak untuk
banyak risiko perkembangan, seperti kehamilan remaja, gizi buruk, penyalahgunaan,
perawatan medis miskin, dan kekurangan.
Penyakit mental yang berat pada ibu merupakan faktor risiko. Ibu dengan penyakit yang
berat dan kronis mungkin mengalami kesulitan memberikan perawatan dan stimulasi yang
memadai. Depresi ibu selama kehamilan dan postpartum telah terbukti berhubungan dengan
keterlambatan perkembangan pada anak-anak di usia 18 bulan.
Anak-anak dari ibu yang memiliki skizofrenia beresiko untuk pengembangan defisit
kognitif, meskipun ini mungkin tidak menjadi sekunder untuk penyakit ibu, tetapi mungkin
merupakan predisposisi genetik bertekad untuk skizofrenia. Penyakit psikotik pada anak telah
terbukti berhubungan dengan penurunan kemampuan kognitif.
11
LO 1.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Retardasi Mental
Karakteristik anak retardasi mental menurut Brown et al, 2003; Wolery & Haring, 2004 pada
Exceptional Children, six edition, p.485-486, menyatakan:
1. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari
pengetahuan abstrak, dan selalu cepat lupa apa yang dipelajari tanpa latihan yang terus
menerus.
2. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
3. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak retardasi mental berat.
4. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak dengan retardasi mental berat
mempunyai ketebatasan dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat
berdiri atau bangun dengan bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang
sangat sederhana, sulit menjangkau sesuatu, dan mendongakkan kepala.
5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak retardasi mental
berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti: berpakaian, makan, dan mengurus
kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan
dasar.
6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahita ringan dapat bermain
bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai retardasi mental berat tidak
melakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak retardasi mental
dalam memberikan perhatian terhadap lawan main.
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
1. Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini
termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik
kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bias
bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya
kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka
ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari
keluarganya.
2. Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih
tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD
saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan,
pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih
bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang kurang mampu menghadapi
stress dan kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan pengawasan.
3. Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah
ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan
keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan
motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar
saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan
memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
12
4. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena
gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka
ini seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya.
LO 1.7 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Retardasi
Mental
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis, anamnesis yang baik sangat diperlukan, yaitu untuk
mengetahui penyebab kelainan ini organik atau non organik, apakah kelainannya dapat
diobati/tidak dan apakah ada faktor genetik/tidak. Dengan melakukan skrining secara rutin
misalnya dengan menggunakan DDST (Denver Developmental Screening Test), maka
diagnosis dini dapat segera dibuat. Demikian pula anamnesis yang baik dari orang tuanya,
pengasuh atau gurunya, sangat membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak
berumur enam tahun dapat dilakukan tes IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan
tidak dapat diambil kesimpulan. Pada kasus seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada
system susunan saraf pusat, perlu anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang cacat,
mencari masalah lingkungan/faktor non organik lainnya dimana diperkirakan mempengaruhi
kelainan pada otak anak.
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang
merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu
sindrom penyakit tertentu.
(Depkes, 2005)
Anamnesis
Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis adalah
membedakannya dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi
besar pada usia saat mereka belajar berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatan
berbahasa sering diikuti kesulitan dalam membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungan
interpersonal, serta gangguan emosional dan perilaku.
Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan bahasa anak.
Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain :
1. Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya berkedip, terkejut, atau
menggerakkan bagian tubuh.
2. Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya saat berbicara
padanya.
13
3. Kapan bayi mulai mengeluarkan suara “aaaggh”
4. Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling atau mencari
ke arah suara
5. Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum
6. Mengikuti perintah satu langkah, seperti “beri ayah sepatu” atau “ambil koran”
7. Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukkan oleh anak, seperti mata, hidung,
telinga.
(Depkes, 2009)
Pada gangguan bahasa ekspresif, secara dapat ditemukan gejala seperti perbendaharaan kata
yang jelas terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata, mengalami kesulitan dalam
mengingat kata-kata atau membentuk kalimat yang panjang dan memiliki kesulitan dalam
pencapaian akademik, dan komunikasi sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif
utuh. Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia 18 bulan, saat anak tidak dapat
mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan gerakan badannya
untuk menyatakan keinginannya.
Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi pengulangan atau
perpanjangan suara, kata, atau suku kata. Biasanya sering terjadi pada anak laki-laki
Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh, dengan perhatian
khusus pada kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran; adanya riwayat retardasi mental;
hubungan darah pada orang tua; dan gangguan herediter. Sebagai bagian riwayat penyakit,
klinisi menilai latar belakang sosialkultural pasien, iklim emosional di rumah, dan fungsi
intelektual pasien. Serta dilakukan anamnesis pada ibu pasien, sebagai berikut:
1. Riwayat kehamilan dan persalinan ibu?
2. Apakah kehamilannya diharapkan atau tidak?
3. Adakah usaha-usaha untuk menggugurkan kehamilannya?
4. Apakah waktu hamil ibu mengalami perdarahan, minum obat-obat yang bukan anjuran
dokter?
14
5. Sakit apa saja yang pernah diderita ibu sewaktu hamil?
6. Apakah ibu mengontrolkan kehamilannya secara teratur?
7. Riwayat perkembangan anak?
8. Adanya penyakit keturunan atau penyakit lain yang pernah didapat?
9. Adanya hubungan darah antar kedua orang tuanya?
10. Latar belakang sosiokultural?
(Depkes, 2009)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan bahasa dan
bicara. Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media yang
berulang, sindrom William (facies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah yang
tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain. Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan
menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah, dan mengulang suku kata
pa, ta, pata, pataka.
(Depkes, 2007)
Cara Pengukuran Pertumbuhan
Parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pertumbuhan, maka
dilakukan pengukuran tertentu yang hasilnya kemudian dibandingkan dengan parameter yang
sudah terstandardisasikan, yaitu meliputi:
1. Tinggi badan
2. Berat badan
3. Lingkar lengan
4. Lingkar kepala
5. Lingkar dada
6. Lingkar abdomen
Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan sambil berbaring atau dalam posisi tubuh berdiri.
Pengukuran pada posisi tubuh berbaring lebih tepat untuk anak-anak di bawah 5 tahun.
Panjang badan berbaring diukur ketika anak berbaring di atas sebuah meja yang kokoh yang
memiliki tongkat pengukur. Telapak kaki dipegang kuat-kuat pada sebilah papan vertikal
yang dipasang pada tanda nol. Kemudian anak diukur panjang padannya baik dengan tongkat
pengukur ataupun menggunakan meteran untuk menjahit.
Pengukuran panjang/tinggi badan sambil berdiri dilakukan saat berdiri tegak lurus, dengan
tumit, bokong, bagian atas punggung dan oksiput (belakang kepala) pada suatu bidang
vertikal (misal dinding tembok). Saat melakukan pengukuran, kedua tumit harus dirapatkan.
Kemudian ukurlah tinggi/panjang badan dengan alat ukur meteran.
Memprediksikan tinggi akhir anak sesuai potensi genetik berdasarkan tinggi badan orang tua
dengan asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai potensinya. Rumus yang digunakan:
(Moersintowati, 2008)
Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan. Banyak timbangan yang dapat
digunakan untuk menimbang berat badan. Yang penting harus menggunakan alat timbang
yang standar.
Cara melakukan pengukuran lingkar kepala dapat menggunakan pita meteran yang tidak
mudah berubah panjangnya, seperti pita meteran yang dipakai untuk menjahit baju. Pita
dilingkarkan pada kepala anak, menutupi alis mata dan melewati oksipital.
Berbagai bagian tubuh mungkin memiliki karakteristik tertentu yang sering ditemukan pada
pasien retardasi mental dan memiliki penyebab pranatal.
(Kaplan, 2008)
Pemeriksaan Penunjang:
1. Kromosomal kariotipe
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genital abnormal
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
16
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
a. Pemebesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sklerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
d. Kejang lokal
e. Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intrakranial
g. Mikrosefali
5. Serum asam urat
a. Choreoatetosis
b. Gout
c. Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
a. Asidosis metabolik
b. Kejang mioklonik
c. Kelemahan yang progresif
d. Ataksia
e. Degenerasi retina
f. Ophtalmoplegia
g. Episode seperti stroke yang berulang
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
a. Hepatomegali
b. Tuli
c. Kejang dini dan hipotonia
d. Degenerasi retina
e. Ophtalmoplegia
f. Kista pada ginjal
8. Serum seng (Zn)
a. Acrodermatitis
9. Logam berat dalam darah
a. Anamnesis adanya pika
b. Anemia
10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
a. Gerakan involunter
b. Sirosis
c. Cincin Kayser-fleischer
11. Serum asam amino atau asam organik
a. Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi
b. Gagal tumbuh
c. Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
d. Warna rambut yang tidak biasa
e. Mikrosefali
f. Asidodis yang tidak diketahui sebabnya
12. Plasma amonia
17
a. Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit
a. Kehilangan fungsi motorik dan kognitif
b. Atrofi N. Optikus
c. Degenerasi retina
d. Sereberal ataksia yang berulang
e. Mioklonus
f. Hepatosplenomegali
g. Kulit yang kasar dan lepas-lepas
h. Kejang
i. Pemebsaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
14. Urin mukopolisakarida
a. Kiposis
b. Anggota gerak yang pendek
c. Badan yang pendek
d. Hepatosplenomegali
e. Kornea keruh
f. Gangguan pendengaran
g. Kekakuan pada sendi
15. Urin reducing substance
a. Katarak
b. Hepatomegali
c. Kejang
16. Urin ketoacid
a. Kejang
b. Rambut yang mudah putus
17. Urin asam vanililmandelik
a. Muntah-muntah
b. Isapan bayi pada saat menyusu lemah
c. Gejala disfungsi autonomik
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)
Diagnosis Banding
Kelainan perkembangan yang diturunkan secara genetik akibat adanya gangguan pada gen
transporter dopamin dan gen reseptor dopamin D4. Gangguan tersebut terjadi pada sistem
dopaminergik dan nor-adrenergik yang menyebabkan adanya disfungsi pre-frontal dan sirkuit
fronto-striatal.
Manifestasi Klinis: Anak dengan ADHD dapat memperlihatkan gejala inatensi, hiperaktifitas
dan implusivitas. Inatensi dapat berupa keluhan susah konsentrasi, mudah sekali teralih
perhatiannya, sering lupa akan barang-barang pribadinya dan bahkan lupa pada tugas-tugas
yang harus dikerjakannya. Bila sedang berjalan anak sering menabrak benda-benda di
sekitarnya sehingga seringkali, dengan perilakunya yang seperti itu, akan menyebabkan
barang-barang yang berada di dekat anak berjatuhan.
Hal tersebut penting karena sebagian besar penderita ADHD memiliki IQ normal,
bahkan diantaranya ada yang diatas rerata. Dampak bagi individu ADHD itu sendiri yaitu
18
adanya gangguan emosi, rasa rendah diri, dan pada saat dewasa akan tampak memiliki
kepribadian yang “sulit”.
5. Penyakit fisik yang kronis Kesulitan belajar (diagnosis banding untuk retardasi mental
yang ringan)
6. Gangguan komunikasi
8. Dementia
9. Autism
Disleksia Anak mempunyai kesukaran dalam berbicara dan mengucapkan kata-kata segera
setelah disekolahkan. Kerusakan terletak di lintasan integratif antara sirkuit visual dan
sirkuit auditorik, mereka dapat berpikir tetapi mewujudkan pikirannya dalam bentuk kata-
kata atau tulisan dirasa sangat sulit.
Sindroma Ertzam Gangguan dalam berhitung dan menulis. Motorik mereka terganggu
dalam melaksanakan gerakan komplek dimana gerakan diperlukanseperti dalam hal
menulis. Namun demikian ia dapat membaca dengan lancar.
Sindroma Gertsman Tidak dapat mengenal benda-benda dengan sensibilitasnya. Mereka
mendapat banyak kesukaran dalam menulis karena tidak mampu menyusun pemikiran.
Juga berhitung adalah sukar bagi mereka. Lesi serebral yang bertanggung jawab atas
gangguan tersebut adalah girus angularis.
Sindroma diskontrol Lambat sekali dalam mengekspresikan kehendaknya dan lambat
bereaksi trerhadap stimulus dunia luar. Mereka dapat berbahasa, penglihatannya tidak
terganggu dan pendengarannya baik. Namun mereka lambat diperintah atau tidak bereaksi
bila diperintah. Lesi serebral yang mendasari gangguan ini tidak diketahui, tetapi
pengobatannya dengan perangsang amphetamine dapat memperbaiki keadaan.
Afasia dan AfoniaAfasia timbul sebagai akibat manifestasi lesi serebral di area brocca dan
atau wernicke. Afonia adalah bisu tidak dapat mengeluarkan kata-kata karena anak ini tuli
sebelum ia belajar berbahasa. Afasia motorik akibat lesi di area brocca dengan gejala tidak
mampu mengeluarkan kata-kata untuk mengutarakan pikirannya dan afasia sensoris akibat
lesi di area wernicke dengan gejala tidak mampu untuk mengerti bahasa lisan atau tulisan.
19
melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan
kognitifnya, dokter anak untuk memeriksa perkembangan fisiknya, menganalisis penyebab
dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran dari pekerja social
kadang-kadang diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka dibuatlah
strategi terapi. Sering kali melibatkan lebih banyak ahli lagi, misalnya ahli saraf bila anak
juga menderita epilepsy, palsi serebral dll. Psikiater bila anaknya menunjukkan kelainan
tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi
medis bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi
wicara untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk merangsang perkembangan
bicaranya. Serta diperlukan guru pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental
ini.
Pada orang tuanya perlu diberikan penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya
dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Kadang-kadang diperlukan waktu
yang lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya maka perlu konsultasi
pula dengan psikolog atau psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara
guru dan orang tuanya, agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak
disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian agar anak
tidak diejek atau dikucilkan. Disamping itu, masyarakat perlu diberikan penerangan tentang
retardasi mental agar mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar.
Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan khusus yang sesuaikan dengan
taraf IQ-nya. Mereka digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental ringan
dan yang mampu latih untuk anak dengan retardasi mental sedang. Sekolah khusus untuk
anak retardasi mental ini adalah SLB-C. Di sekolah ini diajarkan juga keterampilan-
keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri di kemudian hari. Di ajarkan pula
tentang baik-buruknya suatu tindakan tertentu sehingga mereka diharapkan tidak memerlukan
tindakan yang tidak terpuji, seperti mencuri, merampas, kejahatan seksual dan lain-lain.
Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti
pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya.
Anak-anak ini juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penangan khusus.
Misalnya pada anak yang mengalami infeksi pranataldengan cytomegalovirus akan
mengalami gangguan pendengaran yang progresif walaupun lambat, demikian pula anak
dengan sindrom Down dapat timbul gejala hipotiroid. Masalah nutrisi juga perlu mendapat
perhatian.
Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan retardasi mental adalah terutama
untuk menekan gejala-gejala hiperkinetik. Metilfenidat (ritalin) dapat memperbaiki
keseimbangan emosi dan fungsi kognitif. Imipramin, dekstroamfetamin, klorpromazin,
flufenazin, fluoksetin kadang-kadang dipergunakan oleh psikiatri anak. Untuk menaikkan
kemampuan belajar pada umumnya diberikan tioridazin (melleril), metilfenidat, amfetamin,
asam glutamat, gamma aminobutyric acid (GABA).Pendekatan farmakologis dalam terpai
gangguan mental komorbid pada pasien retardasi mental adalah banyak kesamaannya seperti
untuk pasien yang tidak mengalami retardasi mental. Semakin banyak data yang mendukung
pemakaian berbagai medikasi untuk pasien dengan gangguan mental yang tidak retardasi
mental. Beberapa penelitian telah memusatkan perhatian pada pemakaian medikasi untuk
sindrom perilaku berikut ini yang sering terjadi di antara retardasi mental
1) Agresi dan perilaku melukai diri sendiri
20
o Beberapa bukti dari penelitian telah menyatakan bahwa lithium (Eskalith)
berguna dalam menurunkan agresi dan perilaku melukai diri sendiri.
o Antagonis narkotik seperti naltrexone (Trexan) telah dilaporkan menurunkan
perilaku melukai diri sendiri pada pasien retardasi mental yang juga
memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan austik infantile. Satu hipotesis
yang diajukan sebagai mekanisme kerja terapi naltrexone adalah bahwa obat
mempengaruhi pelepasan opioid endogen yang dianggap berhubungan dengan
melukai diri sendiri.
o Carbamazepine (Tegretol) dan valproic acid (Depakene) adalah medikasi
yang juga bermanfaat pada beberapa kasus perilaku melukai diri sendiri.
2) Gerakan motorik stereotipik
Medikasi antipsikotik, seperti haloperidol (Haldol) dan chlorpromazine (Thorazine),
menurunkan perilaku stimulasi diri yang berulang pada pasien retardasi mental, terapi
medikasi tersebut tidak meningkatkan perilaku adaptif. Beberapa anak dan orang
dewasa (sampai sepertiga) dengan retardasi mental menghadapi resiko tinggi
mengalami tardive dyskinesia dengan pemakaian kontinu medikasi antipsikotik.
3) Perilaku kemarahan eksplosif
Penhambat-β, seperti propranolol dan buspirone (BuSpar), telah dilaporkan
menyebabkan penurunan kemarahan ekspolasif di antara pasien dengan retardasi
mental dan gangguan autistik. Penelitian sistematik diperlukan sebelum obat dapat
ditetapkan sebagai manjur.
4) Gangguan defisit atensi/hiperaktivitas
Penelitian terapi methylphenidate pada pasien retardasi mental ringan dengan
gangguan defisit atensi/hiperaktivitas telah menunjukkan perbaikan bermakna dalam
kemampuan mempertahankan perhatian dan menyelesaikan tugas. Penelitian terapi
metylphenidate tida menunjukkan bukti adanya perbaikan jangka panjang dalam
keterampilan sosial atau belajar.
Psikoterapi
Psikoterapi dapat diberikan kepada anak retardasi mental maupun kepada orangtua anak
tersebut. Walaupun tidak dapat menyembuhkan retardasi mental tetapi dengan psikoterapi
dan obat-obatan
dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah laku dan adaptasi sosialnya.
Konseling
Tujuan konseling dalam bidang retardasi mental ini adalah menentukan ada atau tidaknya
retardasi mental dan derajat retardasi mentalnya, evaluasi mengenai sistem kekeluargaan dan
pengaruh retardasi mental pada keluarga, kemungkinan penempatan di panti khusus,
konseling pranikah dan pranatal.
Pendidikan
21
Pendidikan yang penting disini bukan hanya asal sekolah, namun bagaimana mendapatkan
pendidikan yang cocok bagi anak yang terbelakang ini. Terdapat empat macam tipe
pendidikan untuk retardasi mental.
• Kelas khusus sebagai tambahan dari sekolah biasa
• Sekolah luar biasa C
• Panti khusus
• Pusat latihan kerja (sheltered workshop)
Latihan dan Pendidikan
Pendidikan anak dengan retardasi mental secara umum ialah:
1) Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas yang ada.
2) Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau yang anti sosial.
3) Mengajarkan suatu keahlian (skill) agar anak itu dapat mencari nafkah kelak.
22
Jika suatu gangguan yang disertai dengan retardasi mental telah dikenali, gangguan harus
diobati untuk mempersingkat perjalanan penyakit (pencegahan sekunder) dan untuk menekan
sekuele atau kecacatan yang terjadi setelahnya (pencegahan tersier).
Gangguan metabolik dan endokrin herediter, seperti PKU dan hipotiroidisme, dapat
diobati dalam stadium awal dengan control diet atau dengan terapi penggantian hormone.
Anak retardasi mental seringkali memiliki kesulitan emosional dan perilaku yang
memerlukan terapi psikiatrik. Kemampuan kognitif dan sosial yang terbatas yang dimiliki
anak tersebut memerlukan modalitas terapi psikiatrik yang dimodifikasi berdasarkan tingkat
kecerdasan anak.
a. Pendidikan untuk anak
Lingkungan pendidikan untuk anak-anak dengan retardasi mental harus termasuk program
yang lengkap yang menjawab latihan keterampilan adaptif, latihan keterampilan sosial, dan
latihan kejujuran. Perhatian khusus harus dipusatkan pada komunikasi dan usaha untuk
meningkatkan kualitas hidup. Terapi kelompok seringkali merupakan format yang berhasil
dimana anak-anak dengan retardasi mental dapat belajar dan mempraktekkan situasi hidup
nyata dan mendapatkan umpan balik yang mendukung.
b. Terapi perilaku, kognitif, dan psikodinamika
Kesulitan dalam beradaptasi di antara orang retardasi mental adalah luas dan sangat
bervariasi sehingga sejumlah intervensi sendiri atau dalam kombinasi mungkin berguna.
Terapi perilaku telah digunakan selama bertahun-tahun untuk membentuk dan meningkatkan
perilaku sosial dan untuk mengendalikan dan menekan perilaku agresif dan destruksi pasien.
Dorongan positif untuk perilaku yang diharapkan dan memulai hukuman (seperti mencabut
hak istimewa) untuk perilaku yang tidak diinginkan telah banyak menolong.
Terapi kognitif seperti menghilangkan keyakinan palsu dan latihan relaksasi dengan instruksi
dari diri sendiri, juga telah dianjurkan untuk pasien retardasi mental yang mampu mengikuti
instruksi pasien.
Terapi psikodinamika telah digunakan pada pasien retardasi mental dan keluarganya untuk
menurunkan konflik tentang harapan yang menyebabkan kecemasan, kekerasan, dan depresi
yang menetap.
c. Pendidikan keluarga
Satu bidang yang penting dalam pendidikan keluarga dari pasien dengan retardasi mental
adalah tentang cara meningkatkan kompetensi dan harga diri sambil mempertahnkan harapan
yang realistic untuk pasien. Keluarga seringkali merasa sulit untuk menyeimbangkan antara
mendorong kemandirian dan memberikan lingkungan yang mengasuh dan suportif bagi anak
retardasi mental, yang kemungkinan mengalami suatu tingkat penolakan dan kegagalan di
luar konteks keluarga.
Orang tua mungkin mendapatkan manfaat dari konseling yang terus-menerus datau terpai
keluarga. Orang tua harus diberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan bersalah,
putus asa, kesedihan, penyangkalan yang terus-menerus timbul, dan kemarahan tentang
gangguan dan masa depan anak. Dokter psikiatrik harus siap untuk memberikan semua
23
informasi medis dasar dan terakhir tentang penyebab, terapi, dan bidang lain yang
berhubungan (seperti latihan khusus dan perbaikna defek sensorik).
d. Intervensi farmakologis
Pendekatan farmakologis dalam terpai gangguan mental komorbid pada pasien retardasi
mental adalah banyak kesamaannya seperti untuk pasien yang tidak mengalami retardasi
mental. Semakin banyak data yang mendukung pemakaian berbagai medikasi untuk pasien
dengan gangguan mental yang tidak retardasi mental. Beberapa penelitian telah memusatkan
perhatian pada pemakaian medikasi untuk sindrom perilaku berikut ini yang sering terjadi di
antara retardasi mental:
1) Agresi dan perilaku melukai diri sendiri
Beberapa bukti dari penelitian telah menyatakan bahwa lithium (Eskalith)
berguna dalam menurunkan agresi dan perilaku melukai diri sendiri.
Antagonis narkotik seperti naltrexone (Trexan) telah dilaporkan menurunkan
perilaku melukai diri sendiri pada pasien retardasi mental yang juga memenuhi
kriteria diagnostik untuk gangguan austik infantile. Satu hipotesis yang
diajukan sebagai mekanisme kerja terapi naltrexone adalah bahwa obat
mempengaruhi pelepasan opioid endogen yang dianggap berhubungan dengan
melukai diri sendiri.
Carbamazepine (Tegretol) dan valproic acid (Depakene) adalah medikasi yang
juga bermanfaat pada beberapa kasus perilaku melukai diri sendiri.
24
Retardasi mental yang diketahuipenyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik.
Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan dengan
retardasi mental ringan dengan kesehatan yang baik tanpa penyakit kardiorespirasi, pada
umumnya umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada
retardasi mental yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia
muda.
LO.2 Memahami dan Menjelaskan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
LO 2.1 Memahami dan Menjelaskan Kebutuhan Gizi Normal Anak
Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kecukupan gizi sangat
diperlukan oleh setiap individu, sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja,
hingga usia lanjut. Zat besi merupakan salah satu komponen gizi mikro yang memiliki
peranan penting dalam proses tumbuh kembang khususnya pada anak. (Soekirman, 2000)
Fungsi zat-zat gizi
Jenis-jenis zat gizi penunjang perkembangan otak dan kecerdasan anak adalah:
1. Karbohidrat, dalam bentuk gula sederhana dan gula kompleks, dibutuhkan sebagai
sumber energi untuk membentuk sel-sel otak baru.
2. Protein, baik hewani maupun nabati, terdiri daru 25 jenis asam amino yang berperan
penting bagi terbentuknya neutrotransmitter, yaitu senyawa pengantar pesan dari sel
otak satu ke sel otak yang lain.
3. Lemak, terutama dalam bentuk asam lemak, sebagai bahan baku pembentuk sel-sel
otak baru. Sebanyak 60% dari otak terbentuk dari lemak. Jenis asam lemak yang
paling utama adalah asam lemak tidak jenuh rantai panjang, contohnya omega-3,
EPA, dan DHA. Asam lemak omega-3 ini paling banyak ditemukan dalam ikan laut,
seperti ikan kod.
4. Vitamin dan mineral, sangat dibutuhkan untuk membantu fungsi kerja otak,
menunjang kerja sistem imun dan sistem saraf pusat.
Vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh.
Vitamin D menjaga kesehatan tulang dan gigi.
DHA 224 mg/5 ml membantu perkembangan sel-sel otak.
Kecerdasan, keterampilan, dan perkembangan mental balita tidak lepas dari pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak. Agar otak anak berkembang optimal, harus memenuhi aneka zat
gizi yang diperlukan. Apalagi, ilmu pengetahuan mengajarkan bahwa otak terus tumbuh
hingga anak berusia dua tahun. Artinya, pada masa emas itulah, balita harus mengonsumsi
makanan bergizi lengkap dan seimbang, terutama untuk perkembangan otaknya.
Aneka zat gizi yang berperan penting bagi perkembangan otak, diantaranya adalah kelompok
asam lemak tak jenuh, kalori dan protein, zat besi, kelompok vitamin B, dan seng (Zn).
25
Asam lemak tak jenuh sangat dominan dalam susunan sel-sel saraf di otak anak. Bahkan
diketahui bahwa 60% otak manusia terdiri dari aneka jenis lemak itu. Yang termasuk asam
lemak tak jenuh itu adalah:
Kedua asam lemak ini terdapat dalam ASI. Setelah mendapat asupan makanan, asam lemak
ini bisa diperoleh dari ikan tenggiri atau tuna, bayam, minyak kedelai, dan minyak bunga
matahari. (Moersintowati, 2008)
Kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan otak anak tidak tumbuh optimal dan akan
mengakibatkan gangguan motorik dan kecerdasan. Kalori dibutuhkan dalam proses
metabolisme otak, sementara protein berperan dalam pembentukan sel-sel saraf baru,
termasuk otak. Sumber-sumber kedua zat gizi ini adalah daging sapi, ayam, ikan, telur, susu
dan produk olahannya, minyak ikan, tempe, tahu, dan kedelai.
3. Zat besi
Zat besi berperan besar dalam pembentukan sel-sel baru, termasuk otak, di mana mengangkut
dan mendistribusikan O2 paru-paru ke seluruh tubuh. Serta berperan dalam pembentukan
eritrosit di dalam sumsum tulang belakang. Sistem imun yang berfungsi dengan baik adalah
tanda cukupnya zat besi dalam tubuh. Sumber-sumbernya adalah hati, daging merah, ikan,
telur, serealia, dan sayuran berwarna hijau tua.
4. Kelompok vitamin B
Berbagai jenis vitamin B sangat besar peranannya dalam perkembangan otak anak, yaitu B1,
B3, B6, dan B12.
Vitamin B1 melindungi sel-sel saraf dalam jaringan sel pusat, B3 menjaga keseimbangan
kerja sel-sel saraf, B6 berperan dalam proses pembentukan eritrosit, serta membantu tubuh
dalam proses penyerapan karbohidrat, protein, dan lemak; B12 berperan dalam membentuk
senyawa kimia yang mendukung pertumbuhan dan fungsi sel saraf dan pertumbuhan tulang
belakang, serta mencegah kerusakan saraf dan meningkatkan daya ingat. Bersama zat besi,
vitamin B12 jga membantu pembentukan eritrosit. Sumber vitamin B adalah serealia, kacang-
kacangan, biji-bijian, ikan, ayam, daging tanpa lemak, produk olahan susu, dan sayuran
berwarna hijau.
5. Seng (Zn)
Seng berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi genetik dalam sel. Selain itu, seng
juga bertugas membantu proses pembentukan sel-sel tubuh, termasuk otak. Kekurangan seng
dapat berpengaruh terhadap perkembangan kecedasan anak dan gangguan fungsi otak. Seng
26
banyak terdapat dalam daging, hati, ayam, seafood, susu, biji-bijian, dan kacang-kacangan.
(Hurlock, 2007)
27
awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21
tahun).
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah
aktivitas fisik. Remaja yang aktif dan banyak melakukan olahraga memerlukan asupan energi
yang lebih besar dibandingkan yang kurang aktif.
Angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan
2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
1. Penyebab Langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi
kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak
yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita
gizi kurang.
2. Penyebab tidak Langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
a. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan
mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam
jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
b. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan
dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh
kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
c. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan kesehatan
yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan
kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Penilaian Status Gizi Anak Sekolah Dasar
Penilaian Status Gizi Secara Antropometri
Supariasa, dkk (2002), mendefenisikan antropometri adalah ukuran tubuh. Jika dilihat dari
tujuannya antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Untuk ukuran massa jaringan : Pengukuran berat badan, tebal lemak dibawah kulit,
lingkar lengan atas. Ukuran massa jaringan ini sifanya sensitif, cepat berubah, mudah
turun naik dan menggambarkan keadaan sekarang.
b. Untuk ukuran linier : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar dada.
Ukuran linier sifatnya spesifik, perubahan relatif lambat, ukuranya tetap atau naik,
dapat menggambarkan riwayat masa lalu.
Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi anak
adalah indikator Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U),
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Depkes RI, 2006).
1. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
28
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran tentang
massa tubuh (otot dan lemak), karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang
mendadak misalnya karena penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunya
makanan yang dikonsumsi maka berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat
labil. Berdasarkan sifat-sifat ini, maka indeks berat badan menurut umur (BB/U) digunakan
sebagai salah satu indikator status gizi. Oleh karena sifat berat badan yang stabil maka indeks
BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang pada saat kini (current nutritional status).
Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kekurangan
yang perlu mendapat perhatian.
Kelebihan indeks BB/U yaitu :
1. Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
2. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek.
3. Dapat mendeteksi kegemukan (Over weight).
Kelemahan dari indek BB/U adalah :
1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat udema.
2. Memerlukan data umur yang akurat.
3. Sering terjadi kesalahan pengukuran misalnya pengaruh pakaian, atau gerakan anak
pada saat penimbangan.
4. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya
setempat. Dalam hal ini masih ada orang tua yang tidak mau menimbangkan anaknya
karena seperti barang dagangan (Supariasa, 2002).
2. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan pertumbuhan skeletal.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup
lama.
Kelemahan penggunaan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) yaitu :
1) Tidak dapat memberi gambaran keadaan pertumbuhan secara jelas.
2) Dari segi operasional, sering dialami kesulitan dalam pengukuran terutama bila anak
mengalami keadaan takut dan tegang (Jahari, 2002).
3. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah
dengan menentukan atau melihat. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh (fat
mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat mass) (Riyadi, 2004).
Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan
menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) anak sekolah.
Rumus IMT :
29
IMT = BB (kg) : (TB (m) x TB (m))
(Soekirman, 2000)
Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri
Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi diperlukan ukuran baku
(reference). Pada tahun 2009, Standar Antropometri WHO 2007 diperkenalkan oleh WHO
sebagai standar antopometri untuk anak dan remaja di dunia.
AKG Remaja
13- 15 th 16 – 19 th 20 - 45 th 13 - 15 th 16 - 19 th 20 - 45 th
Protein (g) 62 51 48 64 66 55
Besi (mg) 19 25 26 17 23 13
Vit. E (mg) 8 8 8 10 10 10
Vit C (mg) 60 60 60 60 60 60
30
(Hurlock, 2007)
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, atau ukuran, yang
bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) dan ukuran panjang (cm, meter),
sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dari seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
berinteraksi dengan lingkungannya (Kania, 2006).
a. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, yaitu:
1) Faktor genetik
Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut. Kemampuan anak
merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari orang tuanya (Kania, 2006).
2) Faktor lingkungan
Yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak itu berada. Dalam hal ini lingkungan
berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang sejak dalam
kandungan sampai dewasa. Lingkungan yang baik akan menunjang tumbuh kembang anak,
sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan menghambat tumbuh kembangnya (Kania,
2006).
a) Faktor lingkungan pranatal
Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam kandungan. Faktor
lingkungan pranatal yang berpengaruh pada tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi
sampai lahir. Antara lain gizi ibu pada waktu hamil, mekanis, toksik atau zat kimia,
endokrin, radiasi, infeksi, stres, imunitas dan anoksia embrio (Soetjiningsih, 2000).
b) Faktor lingkungan posnatal
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang
sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada
kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Lingkungan post natal
yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi
(Soetjiningsih, 2000):
1. Lingkungan biologis.
2. Lingkungan fisik
3. Faktor psikososial
4. Faktor keluarga dan adat istiadat.
31
b. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri
tersebut adalah sebagai berikut (Rusmila, 2008):
1) Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersamaan dengan
pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya
perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak
dan serabut saraf.
2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan
bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika
pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak
terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan
menentukan perkembangan selanjutnya.
3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-
beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan
perkembangan pada masing-masing anak.
4) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan. Pada saat pertumbuhan
berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental,
memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah
berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh
terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu: a. Perkembangan terjadi lebih dahulu
di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola
sefalokaudal); b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak
kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai
kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan seorang anak
mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi
terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum
mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan
sebagainya.
1. Pertumbuhan Anak
Tumbuh adalah bertambah besarnya ukuran sel atau organ tubuh sedangkan
perkembangan adalah bertambahnya fungsi organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Artinya untuk perkembangan yang normal diperlukan
pertumbuhan yang selalu bersamaan dengan kematangan fungsi. Sebuah organ yang tumbuh
atau menjadi besar karena sel-sel jaringan yang mengalami proliferasi atau hiperplasia dan
hipertrofi. Pada awalnya organ ini masih sederhana dan fungsinya pun belum sempurna.
Dengan bertambahnya umur atau waktu, organ tersebut berikut fungsinya akan tumbuh dan
berkembang. Pertumbuhan seorang anak memberikan gambaran tentang perkembangan
keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak untuk berbagai
proses biologis termasuk untuk tumbuh (Harahap, 2004).
32
Periode pertumbuhan dan perkembangan anak mulai di dalam kandungan ibu sampai
umur 2 tahun disebut masa kritis tumbuh-kembang. Bila anak gagal melalui periode kritis ini
maka anak tersebut sudah terjebak dalam kondisi “point of no return”, artinya walaupun anak
dapat dipertahankan hidup tetapi kapasitas tumbuh-kembangnya tidak bisa dikembalikan ke
kondisi potensialnya (Buku saku gizi, 2010).
Pada dasarnya pertumbuhan dibagi dua, yaitu; pertumbuhan yang bersifat linier dan
pertumbuhan massa jaringan. Dari sudut pandang antropometri, kedua jenis pertumbuhan ini
mempunyai arti yang berbeda. Pertumbuhan linier menggambarkan status gizi yang
dihubungkan pada saat lampau, dan pertumbuhan massa jaringan menggambarkan status gizi
yang dihubungkan pada saat sekarang atau saat pengukuran (Supariasa dkk, 2002).
a. Pertumbuhan linier
Ukuran yang berhubungan dengan tinggi (panjang) atau stature dan merefleksikan
pertumbuhan skeletal. Contoh ukuran linier adalah panjang badan, lingkar dada dan lingkar
kepala. Ukuran linier yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi kurang akibat
kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau. Ukuran linier yang paling sering
digunakan adalah tinggi atau panjang badan (Supariasa dkk, 2002; Yayuk H dan Tryanti,
2008).
2. Perkembangan Anak
Perkembnagan (development) adalah bertambahnya kemapuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya (Soetjiningsih, 2000).
33
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat
kuntitatif, melainkan kualitatif. Jadi perkembangan itu adalah proses terjadinya perubahan
pada manusia baik secara fisik maupun secara mentalsejak berada di dalam kandungan
sampai manusia tersebut meninggal. Proses perkembangan pada manusia terjadidikarenakan
manusia mengalami kematangan dan proses belajar dari waktu ke waktu. Kematangan adalah
perubahan yangterjadi pada individu dikarenakan adanya perkembangan dan pertumbuhan
fisik dan biologis, misalnya seorang anak yangberanjak menjadi dewasa akan mengalami
perubahan pada fisik dan mentalnya.
34
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-
otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit,
menulis, dan sebagainya. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas
permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll (Administrator, 2010;
Rusmil, 2009).
35
Motorik Kasar Motorik Halus
• menggunting dengan cukup baik
• menuruni tangga dengan cepat • melipat amplop
• seimbang saat berjalan mundur • membawa gelas tanpa
• melompati rintangan menumpahkan isinya
• melempar dan menangkap bola • memasikkan benang ke lubang
• melambungkan bola besar
Berikut ini, antropometri yang digunakan untuk mengukur motorik bayi dengan
mengggunakan Milestone Perkembangan Motori :
36
4) Perkembangan Kognitif
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara
berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih
bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah
berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya
menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar
(Administrator, 2010).
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut
pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas
mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Dalam
upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan
informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai
kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan
sesungguhnya (Administrator, 2010).
Skala Yaumil-mimi
Perkembangan Mental Anak
(Gerakan-gerakan Kasar&Halus,Emosi,Sosial,Perilaku,Bicara).
37
Dapat duduk tanpa dibantu
Dapat tengkurap dan berbailik sendiri
Dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
Memegang benda kecil daengan ibu jari dan jari telunjuk
Bergembira dengan melempar benda-benda
Mengeluarkan kata-kata tanpa arti
Mengenal muka anggota-anggota keluarga dan takut kepada orang asing/ lain
Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-sembunyian
38
Berjalan pada jari kaki
Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
Menggambar garis silang
Mengenal 2 atau 3 warna
Menggambar orang hanya kepala dan badan
Bicara dengan baik
Menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya
Banyak bertanya
Bertanya bagaimana anak dilahirkan
Mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, dan sisi belakang
Mendengarkan cerita-cerita
Bermain dengan anak lain
Menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudranya
Dapat melakasanakan tugas-tugas sederhana
39
-Menstruasi.
Laki-Laki :
-Tumbuh rambut halus
-Keringat bertambah
-Kulit dan rambut berminyak
-Dada bertambah besar dan bidang.
-Tumbuh jakun.
-Suara bertambah berat.
-Mimpi basah.
LO.3 Memahami dan Menjelaskan Tanggung Jawab Orangtua terhadap Anak dalam
Pandangan Islam
Menurut ajaran Islam, anak adalah amanah Allah dan tidak bisa dianggap sebagai harta benda
yang bisa diperlakukan sekehendak hati oleh orang tua. Sebagai amanah anak harus dijaga
sebaik mungkin oleh yang memegangnya, yaitu orang tua. Anak adalah manusia yang
memiliki nilai kemanusiaan yang tidak bisa dihilangkan dengan alasan apa pun.
‘Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan memberikan
rizqi kepadamu dan kepada mereka.’ ( QS. Al-An’am: 151)
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai kewajiban agar anak tetap bisa
hidup betapapun susahnya kondisi ekonomi orang tua. Ayat itu juga memberi jaminan
kepada kita bahwa Allah saw pasti akan memberikan rizqi baik kepada orang tua maupun
sang anak, asalkan berusaha.
2. Menyusui
Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana firman Allah (QS
AI Baqarah: 233)
40
Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya kewajiban orang tua dalam
memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama, memberi nama yang baik ketika lahir.
Kedua, mendidiknya dengan al-Qur’an dan ketiga, mengawinkan ketika menginjak
dewasa.”
Berkenaan dengan nama-nama yang bagus untuk anak, Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kamu
sekalian, maka perbaguslah nama kalian.” (HR.Abu Dawud)
Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah sebuah doa. Dengan memberi
nama yang baik, diharapkan anak kita berperilaku baik sesuai dengan namanya.
4. Mengaqiqahkan Anak
Menurut keterangan A. Hasaan ‘aqiqah adalah; “menyembelih kambing untuk (bayi) yang
baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu, pada hari ketujuhnya.
Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Tiap-tiap seorang anak tergadai dengan ‘aqiqahnya.
Disembelih (‘aqiqah) itu buat dia pada hari yang ketujuhnya dan di cukur serta diberi nama
dia.’ (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang empat dan dishahihkan oleh At Tirmidzy,
hadits dari Samurah ).
5. Mendidik anak
Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Dia
senantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak Muhammad dan
para sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah (sekedar) kemurahan hati seorang ibu
kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah
kepada seorang ibu.
Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara lainnya, seperti
mencucikan pakaiannya atau membersihkan badannya saja. Bahkan mendidik anak itu
mencakup perkara yang luas, mengingat anak merupakan generasi penerus yang akan
menggantikan kita yang diharapkan menjadi generasi tangguh yang akan memenuhi bumi ini
dengan kekuatan, hikmah, ilmu, kemuliaan dan kejayaan.
Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah maka sesuatu yang
sedikit saja akan berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah adalah orang yang bersegera
menanamkan agama yang mudah ini, serta menanamkan kecintaan tehadap agama ini kepada
anak-anaknya.
41
Mengenai kekhassan kaum wanita, antara lain Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Wanita itu
bagaikan tulang rusuk. Apabila anda biarkan begitu saja, dia akan tetap bengkok. Namun
apabila anda luruskan sekaligus, dia akan patah’.
16. Memberikan kepada anak tempat yang baik dalam hati orang tua
Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, doakan dia selalu, agar
menjadi anak yang sholeh, santunilah dengan lemah lembut, sabarlah menghadapi
perilakunya yang tidak baik, hadapi segalanya dengan penuh kearifan, jangan mudah
42
membentak apalagi memukul tanpa alasan, tempatkan dia dengan ikhlas pada hati, belailah
dengan penuh kasih sayang nasehati dengan santun.
Seorang datang kepada Nabi s.a.w. dan bertanya; ‘Ya Rasulullah, apakah hak anakku ini?
Nabi s.a.w. menjawab;’ Kau memberinya nama yang baik, memberi adab yang baik dan
memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu). ( HR At Tuusy )
18. Menikahkannya
Bila anak telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah. Jangan biarkan mereka
terus tersesat dalam belantara kemaksiatan. Doakan dan dorong mereka untuk hidup
berkeluarga, tak perlu menunggu memasuki usia senja.
Bila muncul rasa khawatir tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat
kelurga, Allah berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang
dilakukannya, sebagaimana firman-Nya,
“Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin) dan orang-orang yang sudah waktunya
kawin dari hamba-hambamu yang laki-laki ataupun yang perempuan. Jika mereka itu
orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka
dari anugerah-Nya.” (QS. An-Nur:32)
“Sesungguhnya pemuda itu sedang tumbuh. Maka apabila dia lebih mengutamakan untuk
duduk bersama orang-orang yang berilmu, hampir-hampir bisa dikata dia akan selamat.
Namun bila dia cenderung pada selain mereka, hampir-hampir dia rusak binasa.” (Dinukil
dari Lammud Durril Mantsur minal Qaulil Ma`tsur, bab Hukmus Salaf ‘alal Mar`i bi Qarinihi
wa Mamsyahu).
43
(Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, 2000)
Daftar Pustaka
Harold Kaplan & Benyamin Sadock. (2008). Synopsis Psikiatri jilid 2. Jakarta. Karisma.
Hurlock, E.B. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta. Gramedia.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. (2000). Fiqih Bayi. Jakarta. Fikr Rabbani Group.
Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin (1999). Ilmu Kesehatan Anak jilid 1 Edisi 15. Jakarta.
EGC
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC.
44