Anda di halaman 1dari 44

Satya Kesumawardani

1102013268
Sasaran Belajar
LO.1 Memahami dan Menjelaskan Retardasi Mental
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Retardasi Mental
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Retardasi Mental
LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Retardasi Mental
LO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Retardasi Mental
LO 1.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Retardasi Mental
LO 1.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Retardasi Mental
LO 1.7 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Retardasi
Mental
LO 1.8 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Retardasi Mental
LO 1.9 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Retardasi Mental
LO 1.10 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Retardasi Mental
LO.2 Memahami dan Menjelaskan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
LO 2.1 Memahami dan Menjelaskan Kebutuhan Gizi Normal Anak
LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan Tahap Perkembangan Anak
LO.3 Memahami dan Menjelaskan Tanggung Jawab Orangtua terhadap Anak dalam
Pandangan Islam

1
LO.1 Memahami dan Menjelaskan Retardasi Mental
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan suatu kondisi gangguan perkembangan mental yang
ditandai oleh terhenti atau tidak lengkapnya perkembangan seseorang. Umumnya kondisi ini
ditunjukkan oleh adanya hendaya keterampilan pada masa awal perkembangan (sebelum usia
18 tahun) sehingga mempengaruhi perkembangan tingkat intelegensia pasien (dapat timbul
gangguan dari segi kognitif, bahasa, motorik, dan sosial).
The american Association Deficiency (AAMD) dan Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV) mendefinisikan retardasi mental sebagai fungsi
intelektual keseluruhan yang secara bermakna di bawah rata-rata yang menyebabkan atau
berhubungan dengan gangguan pada perilaku adaktif dan bermanifestasi selama periode
perkembangan yaitu sebelum usia 18 tahun. (Kaplan, 2008).
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Retardasi Mental
Prevalens retardasi mental pada anak-anak di bawah umur 18 tahun di negara maju
diperkirakan mencapai 0,5-2,5% , di negara berkembang berkisar 4,6%. Di indonesia 1-3%
penduduknya menderita kelainan ini. Insidens retardasi mental di negara maju berkisar 3-4
kasus baru per 1000 anak dalam 20 tahun terakhir. Angka kejadian anak retardasi mental
berkisar 19 per 1000 kelahiran hidup.1 Banyak penelitian melaporkan angka kejadian
retardasi mental lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan perempuan. (Sari Pediatri,
Vol. 2, No. 3, Desember 2000: 170 – 177)
LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Retardasi Mental

Retardasi Mental Ringan:

 Dapat mencapai kemampuan mandiri penuh dalam merawat diri sendiri dan
keterampilan praktis serta rumah tangga meskipun lebih lambat dibandingkan orang
normal.
 Sering timbul kesulitan pada bidang akademik, seperti membaca dan menulis.
 Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III:
 IQ antara 50 sampai 69
 Adanya keterlambatan dalam belajar berbicara, tetapi sebagian besar dapat
mencapai kemampuan berbicara untuk keperluan sehari-hari.
 Penyebab organik dapat diidentifikasi pada sebagian kecil penderita.
 Dapat ditemukan bersama kondisi lain seperti autisme, gangguan
perkembangan, epilepsi, gangguan tingkah laku, atau disabilitas fisik. Setiap
kondisis penyerta harus diberi kode diagnosis sendiri.
Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dididik
(educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu menguasainya untuk
keperluan bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik. Umumnya mereka juga mampu
mengurus diri sendiri secara independen (makan, mencuci, memakai baju, mengontrol
saluran cerna dan kandung kemih), meskipun tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat
dari ukuran normal. Kesulitan utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan
banyak yang bermasalah dalam membaca dan menulis. Dalam konteks sosiokultural yang
memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka tidak ada masalah. Tetapi jika ternyata
timbul masalah emosional dan sosial, akan terlihat bahwa mereka mengalami gangguan,

2
misal tidak mampu menguasai masalah perkawinan atau mengasuh anak, atau kesulitan
menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.

Retardasi Mental Sedang:

 Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas dalam pencapaiannya.


 Adanya keterlambatan dalam keterampilan merawat diri dan motorik.
 Jarang ada yang dapat hidup mandiri sepenuhnya pada masa dewasa.
 Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III:
 IQ antara 35 sampai 49
 Adanya perbedaan kemampuan yang cukup menonjol. Kemampuan visuo-
spasial lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan berbahasa. Tingkat
perkembangan bahasa variatif antarpasien.
 Dapat ditegakkan etiologi organik.
 Dapat ditemukan bersama kondisi lain seperti autisme, gangguan
perkembangan, epilepsi, gangguan tingkah laku, atau disabilitas fisik. Setiap
kondisis penyerta harus diberi kode diagnosis sendiri.
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dilatih (trainable).
Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan perkembangan pemahaman dan
penggunaan bahasa, serta pencapaian akhirnya terbatas. Pencapaian kemampuan mengurus
diri sendiri dan ketrampilan motor juga mengalami keterlambatan, dan beberapa diantaranya
membutuhkan pengawasan sepanjang hidupnya. Kemajuan di sekolah terbatas, sebagian
masih bisa belajar dasar-dasar membaca, menulis dan berhitung.

Retardasi Mental Berat:

 Adanya hendaya motorik dan defisit lainnya, menunjukkan adanya kerusakan atau
penyimpangan perkembangan yang bermakna secara klinis dari susunan saraf pusat.
 Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III:
 IQ dalam rentang 20-34
 Pedoman diagnostik sama dengan retardasi mental sedang dari segi gambaran
klinis, etiologi organik, kondisi penyerta, dan tingkat prestasi yang rendah.
 Terdapat gangguan motorik atau defisit lain yang mencolok yang menandai
gangguan SSP.
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang
dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang terkait. Perbedaan
utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan motor yang
bermakna atau adanya defisit neurologis.

Retardasi Mental Sangat Berat:

 Kemampuan sangat terbatas untuk memahami atau mematuhi permintaan atau


instruksi.
 Sebagian besar tidak dapat bergerak atau sangat terbatas dalam gerakannya. Bisa
ditemukan inkontinensia dan hanya dapat mengadakan komunikasi non-verbal yang
belum sempurna.

3
 Tidak atau hanya sedikit sekali kemampuan untuk mengurus diri sendiri kebutuhan
dasar dan senantiasa memerlukan bantuan dari pengawasan.
 Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III:
 IQ dibawah 20
 Penggunaan bahasa sangat terbatas, hanya mengerti perintah dasar dan
pengajuan permohonan dalam taraf sederhana.
 Pasien memiliki keterampilan visuo-spasial dasar, sehingga jika dilatih dapat
melakukan tugas praktis dan pekerjaan rumah tangga.
 Penyebab organik dapat ditemukan pada sebagian besar kasus.
 Ditemukan disabilitas neurologik dan fisik.
Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas
kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi. Umumnya anak
sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu pada bentuk komunikasi nonverbal
yang sangat elementer.

Klasifikasi retardasi mental menurut Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa


(PPDGJ/DSM II 1968) adalah
1. Retardasi mental taraf sangat berat = Idiot (IQ 0-19)
Tidak dapat dilatih dan dididik tidak dapat merawat dirinya sendiri.
1. Makan harus disuap.
2. Mandi dan berpakaian harus ditolong
3. Tidak mengenal bahaya, tak dapat menjaga diri terhadap ancaman fisik.
4. Pergerakan motorik biasanya terganggu, pergerakan kaku atau spastis. biasanya
didapatkan kelainan kongential misalnya bentuk kepala abnormal, kelainan fisik pada
badan anggota badan seperti badan kecil, bungkuk; bentuk tangan abnormal jari
kelingking bengkok (mongolism).
5. Perkembangan fisik (duduk, jalan) dan bicara terlambat. Sering tak dapat diajar
berbicara, bicara hanya 1 suku katabsaja (ma,pa).
6. Mudah terserang penyakit lain, misalnya tbc, infeksi lain.

2. Retardasi mental taraf berat = Imbecile berat (IQ 20-35)


Dapat dilatih dan tak dapat dididik.
1. Dapat dilatih merawat dirinya sendiri; makan, mandi dan berpakaian sendiri. kadang-
kadang masih dapat mengenal bahaya dan menjaga dirinya.
2. Pergerakan motorik biasanya masih terganggu, pergerakan kaku dan spastis.
3. Biasanya masih didapatkan kelainan kongenital.
4. Perkembangan fisik dan berbicara masih terlambat.
5. Masih mudah terserang penyakit lain.

3. Retardasi mental sedang = Imbecile ringan (IQ 36-51)


Dapat dilatih dan dapat dididik (Trainable & Educable) sampai ke taraf kelas II - III SD.
1. Dapat dilatih merawat dirinya sendiri misalnya : makan, mandi dan berpakaian
sendiri.
2. Mengenal bahaya dan dapat menyelamatkan diri.
3. Koordinasi motorik biasanya masih sedikit terganggu.
4. Biasanya masih didapatkan kelainan kongenital.
5. Dapat dilatih pekerjaan yang sederhana dan rutin misalnya : menyapu, mencuci
piring, membersihkan rumah dsb.
4
6. Bisa menghitung 1 - 20, mengetahui macam-macam warna dan membaca beberapa
suku kata.
7. Perkembangan fisik dan berbicara masih terlambat.
8. Sering tersangkut perkara krimini lkarena mudah disugesti dan penilaian terhadap
baik dan buruknya suatu hal masih kurang.

4. Retardasi mental taraf ringan = Debil (IQ 52-67).


Dapat dilatih dan dididik.
1. Dapat merawat dirinya dan melakukan semua pekerjaan di rumah.
2. Dalam keadaan cocok dapat mencari nafkah - tetapi tak dapat bersaing dengan orang
lain dan tak dapat mengurus pekerjaannya dengan bijaksana, sehingga bila ada
penghematan tenaga kerja, penderita diberhentikan lebih dahulu.
3. Tidak dapat dididik di sekolah biasa tetapi harus di lembaga istimewa atau Sekolah
Luar Biasa.
4. Pada saat menginjak Taman Kanak-kanak belum tampak kekurangannya, sesudah
menginjak Sekolah Dasar tampak kurang kepandaiannya, sehingga sukar untuk naik
kelas (kelas I SD - 3 tahun).
5. Tak dapat berfikir secara abstrak, hanya hal-hal konkrit yang dapat difahami.
6. Kurang dapat membedakan hal-hal yang penting dan remeh atau hal-hal yang baik
dan buruk, sehingga mudah tersangkut perkara kriminil. Oleh karena itu perlu
pengawasan orang tua dalam melakukan aktivitasnya.
7. Koordinasi motorik tidak mengalami gangguan.
8. Kelainan kongenital biasanya tidak didapatkan.
9. Perkembangan fisik biasanya normal tetapi perkembangan bicara biasanya masih
terlambat (biasanya bicara kurang sempurna dan perbendaharaan kata-kata kurang).

5. Retardasi mental taraf perbatasan = Subnormal (IQ 68-85)


Dapat dididik di sekolah biasa, meskipun tiap kelas dicapai dalam 2 tahun.
1. Dapat berfikir secara abstrak.
2. Dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk.

Keadaan Nilai IQ

Sangat superior 130 atau lebih

superior 120-129

Rata-rata 110-119

Diatas rata-rata 90-190

Dibawah rata-rata 80-89

Retardasi mental borderline 70-79

Retardasi mental ringan (mampu didik) 52-69

5
Retardasi mental sedang (mampu latih) 36-51

Retardasi mental berat 20-35

Retardasi mental sangat berat Dibawah 20 LO 1.4


Memahami dan
Menjelaskan Etiologi Retardasi Mental
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Penyebab dari retardasi
mental sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang
potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT
(1983) dan Shonkoff JP (1992) dibawah ini.
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental
1. Non- organik
1. Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
2. Faktor sosiokultural
3. Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
4. Penelantaran anak
2. Organik
2.1.Faktor prakonsepsi
a. Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan
neurocutaneos,dll)
b. Kelainan kromosom (X-linked, translokasi, fragile-X) sindrom polygenic
familial

2.2.Faktor pranatal
A. Ganguan pertumbuhan otak trimester I
1. Kelainan kromosom (trisomi, mosaik,dll)
2. Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV (Human
Immunodeficiency Virus)
3. Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi,dll)
4. Disfungsi plasenta
5. Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)
B. Ganguan pertumbuhan otak trimester II dan III
1. Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV
2. Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam berat, dll)
3. Ibu : diabetes melitus, PKU (phenylketonuria)
4. Toksemia gravidarum
5. Ibu malnutrisi
2.3.Faktor perinatal
a. Sangat prematur
b. Asfiksia neonatorum
c. Trauma lahir : perdarahan intra kranial
d. Meningitis
e. Kelainan metabolik: hipoglikemia, hiperbilirubinemia
2.4.Faktor post natal
a. Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
b. Neuro toksin, misalnya logam berat
c. CVA (Cerebrovascular accident)

6
d. Anoksia, misalnya tenggelam
e. Metabolik
1. Gizi buruk
2. Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid
3. Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll.
4. Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler
5. Cerebral lipidosis (Tay Sachs), dengan hepatomegali (Gaucher)
6. Penyakit degeneratif/metabolik lainnya.
f. Infeksi
1. Meningitis, ensefalitis, dll
2. Subakut sklerosing, panesefalitis
LO 1.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Retardasi Mental

PRENATAL
1. KELAINAN GENETIK
Kelainan genetic prenatal dikarakteristik dengan perubahan materi genetic, yang dapat
diturunkan oleh orangtua atau tidak diturunkan.

a. Penyimpangan/aberasi Kromosom
Down syndrome merupakan contoh terbaik pada kelainan genetic prenatal. Pada 95%
kasus, down syndrome disebabkan karena trisomy 21, yang mana kelebihan kromosom 21
pada sel telur atau sel sperma tersebuttidak memisah (nondisjunction) pada tahap meiosis.
Ketika gamet terfertilisasi, fetus akan memiliki kromosom tambahan 21 pada tiap selnya,
sehingga totalnya 47 kromosom.
Dalam sekitar setengah dari kasus translokasi, orang tua (biasanya ibu) memiliki
translokasi seimbang, yaitu, 45 kromosom dengan t (14; 21). Jika seorang anak memiliki
translokasi sindrom Down, orang tua harus diperiksa untuk kehadiran translokasi seimbang.
Hal ini penting dalam konseling genetik karena ketika ibu atau ayah memiliki di (14; 21)
translokasi, kemungkinan memiliki anak dengan sindrom Down adalah 1 di 10 jika pada ibu
atau 1 dalam 20 jika di ayah.
Pada varian lain, mosaicism, beberapa sel memiliki 47 kromosom dan yang lain
memiliki 46 karena kesalahan dalam salah satu pembelahan sel pertama dari telur yang telah
dibuahi. Fenotip karakteristik sindrom Down pada dasarnya sama dalam trisomi 21 dan
translokasi. Fitur utama adalah fisura palpebra atas-miring, jembatan rendah hidung dengan
lipatan epicanthal, mulut dan telinga kecil , simian crease (lipatan simian), jembatan hidung
datar, telapak tangan pendek dan lebar, dan karakteristik pola dermatoglyphic.
Hilangnya bagian dari kromosom ini disebut delesi. Contoh paling terkenal adalah cri-
du-chat syndrome, yang ditandai dengan suara bernada tinggi dan disebabkan oleh delesi
dalam kromosom 5p3. Perhatikan bahwa kebanyakan janin dengan penyimpangan kromosom
tidak layak. Sekitar 40-50% dari janin yang aborsi spontan memiliki anomali kromosom.
Hanya 2 dari 10 janin dengan sindrom Down lahir hidup.
Sebuah metode baru menggunakan probe DNA dan fluoresensi hibridisasi in situ telah
membawa cahaya baru bagi banyak sindrom malformasi yang sebelumnya diklasifikasikan
sebagai dviketahui asalnya. Delesi submicroscopic (microdeletions) DNA telah dilaporkan
dalam kromosom 15q11-12 pada Prader-Willi dan sindrom Angelman, meskipun fakta bahwa
sindrom ini memiliki fenotipe yang berbeda. Karena mekanisme pencetakan, hasil sindrom
Prader-Willi ketika mikrodelesi berada dalam kromosom asal ayah dan hasil sindrom
Angelman bila asal ibu.

7
Orang dengan sindrom Prader-Willi memiliki nafsu makan yang berlebihan dan
kebiasaan makan sembarangan, sehingga menyebabkan obesitas. Karena sindrom ini tidak
memiliki fitur patognomonik yang jelas, mungkin tetap tidak terdiagnosis, dan orang tersebut
bahkan mungkin dirujuk untuk perawatan psikiatris karena gangguan makan. Jelas, faktor
psikologis bukanlah penyebab utama di sini, tapi psikoterapi suportif mungkin bisa
membantu. Pengobatan ini didasarkan pada modifikasi perilaku, lembaga batas lingkungan
yang ketat pada asupan makanan, dan program pendidikan dan habilitative diperlukan. Selain
itu, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pengobatan dengan hormon pertumbuhan
meningkatkan defisit somatik dan perilaku dalam pasien ini

b. Kelainan dengan autosomal-dominan herediter (diturunkan)


Tuberous sclerosis adalah contoh dari gangguan dalam kelompok ini, yang mungkin
terkait dengan keterbelakangan mental. Hal ini disebabkan oleh mutasi pada gen yang
mempengaruhi pembentukan lapisan ektodermal embrio. Karena kulit dan SSP berkembang
dari lapisan ini, kelainan yang terlihat dapat pada keduanya.
Lesi kulit termasuk angiofibroma dalam bentuk makula di pipi (adenoma sebasea),
dengan distribusi kupu-seperti, terutama setelah pubertas. Café au lait atau daerah berbentuk
daun abu tidak berpigmen juga ditemukan. Keterbelakangan mental, epilepsi, dan kalsifikasi
di otak terlihat, seperti tumor. Serangan epilepsi sering mulai sebagai kejang infantil, yang
harus diwaspadai oleh dokter untuk mencari gejala lain dari gangguan ini.
Jika tuberous sclerosis didiagnosis, kedua orang tua harus dicermati karena mutasi
diwariskan pada sekitar 28% kasus. Karena pewarisan dominan, risiko kekambuhan adalah
50% untuk setiap kehamilan. Ekspresi mutasi gen ini bervariasi dari perubahan warna kulit
kecil (yang mungkin menunjukkan bahwa anak tersebut carrier) ke beberapa kondisi
penonaktifan. Ini adalah gangguan yang relatif jarang (prevalensinya 1 dalam 30.000 sampai
1 dalam 50.000 kelahiran hidup), tetapi dapat ditemukan pada sekitar 0,5% dari orang dengan
keterbelakangan mental yang berat.

c. Kelainan dengan autosomal-resesif herediter (diturunkan)


Kebanyakan gangguan metabolisme termasuk dalam kategori ini. Mereka disebabkan
oleh gen bermutasi tunggal yang mengganggu metabolisme dengan aktivitas enzim
kekurangan. Risiko orang tua pembawa sehat memiliki anak yang menderita adalah 25%
untuk setiap kehamilan. Diagnosis dibuat dengan deteksi produk metabolisme abnormal
dalam urin, darah, atau jaringan dan / atau oleh aktivitas enzim yang rendah atau tidak ada.
Fenilketonuria (PKU) adalah yang paling dikenal dan paling umum dari gangguan
metabolisme, dengan prevalensi sekitar 1 dari 10.000 kelahiran hidup. Defek enzimatik yang
terjadi adalah berkurangnya aktivitas fenilalanin hidroksilase, yang mengarah ke kadar
fenilalanin serum yang tinggi, yang mempengaruhi, antara lain, mielinisasi SSP. Hal itu
dijelaskan pada tahun 1934 oleh Folling 10 anak dengan keterbelakangan mental, hypertonia,
dan hyperreflexia, dengan bau apak dalam urin dan keringat. Kejang dan tremor yang umum,
seperti eksim dan manifestasi psikotik.
Gejala klinis dapat dicegah dengan menggunakan diet rendah fenilalanin segera
setelah lahir. Di sebagian besar negara maju, semua bayi baru lahir diperiksa untuk PKU.
Diet rendah fenilalanin seumur hidup dianjurkan untuk mencegah kerusakan di fungsi
kognitif. Wanita dengan PKU yang berhasil diobati tidak memiliki manifestasi klinis diri
mereka sendiri tetapi masih memiliki tingkat darah fenilalanin cukup tinggi untuk
menyebabkan kerusakan otak pada janin jika mereka hamil. Untuk menghindari hal ini,
mereka harus mulai mengikuti diet lagi sebelum mereka hamil.

d. Retardasi Mental X-linked

8
Sindrom Fragile X adalah bentuk herediter paling umum dari retardasi mental dan,
setelah sindrom Down, bentuk genetik yang paling umum. Hal ini terkait X, dengan
pewarisan dominan, dan penetrasi lebih rendah pada wanita. Karena penyempitan di lokasi
Xq27.3, tampak seolah-olah kromosom yang rapuh dan bagian dari kromosom tersebut
pecah.
Anak laki-laki prapubertas dengan sindrom ini terlihat cukup normal. Mereka sering
resah dan hiperaktif dan memiliki rentang perhatian yang pendek. Tahap perkembangan
mereka, terutama perkembangan bicara, yang tertunda. Setelah pubertas, fitur phenotypical
karakteristik mungkin muncul, yaitu termasuk wajah lonjong, telinga yang menonjol dan
rahang, dan macroorchidism. Sebagian besar memiliki keterbelakangan mental moderat,
tetapi retardasi lebih parah pada lainnya. Carrier laki-laki tidak memiliki keterbelakangan
mental. Wanita dengan sindrom X rapuh yang memiliki mutasi penuh dan bergejala biasanya
memiliki cacat atau keterbelakangan mental ringan belajar. Gejala perilaku telah dijelaskan
pada individu-individu, yaitu, hiperaktif dan penarikan sosial di sekitar 50% dan depresi pada
sekitar 25%.

2. KERUSAKAN/CEDERA PADA FETUS


a. Infeksi Maternal
Infeksi virus pada ibu dapat mengganggu organogenesis, dan semakin awal infeksi
pada kehamilan terjadi, semakin lebih parah efeknya, seperti yang dicontohkan oleh rubella
bawaan. Infeksi rubella selama bulan pertama kehamilan mempengaruhi organogenesis dari
50% dari embrio. Infeksi pada bulan ketiga kehamilan masih mengganggu perkembangan
15% dari janin. Berbagai sistem yang terpengaruh, dan sebagai hasilnya, gejala dan gangguan
dapat bervariasi dan termasuk keterbelakangan mental, mikrosefali, pendengaran dan
gangguan penglihatan, penyakit jantung bawaan, dan masalah perilaku. Untungnya, kejadian
rubella kongenital telah sangat menurun karena ketersediaan imunisasi bagi calon ibu.
Infeksi sitomegalovirus kongenital dapat mengakibatkan mikrosefali, gangguan
pendengaran sensorineural, dan retardasi psikomotor. Antibodi terhadap sitomegalovirus
ditemukan pada sekitar 80% dari orang dewasa. Tergantung pada populasi, infeksi primer
terjadi selama 2-5% dari kehamilan. Badan Cytomegalovirus inklusi terlihat pada spesimen
urin bayi baru lahir yang terinfeksi sebelum lahir.
Toksoplasmosis kongenital dapat mengakibatkan masalah yang signifikan pada sekitar
20% bayi yang terinfeksi (misalnya, hidrosefalus, mikrosefali, retardasi psikomotor, visi dan
gangguan pendengaran) dan dalam masalah yang lebih ringan perkembangan di kemudian
hari. Infeksi virus immunodeficiency bawaan manusia telah meningkat penting. Dalam
sebuah penelitian di Jerman dari 41 anak yang lahir dari ibu yang positif terinfeksi HIV,
gejala-gejala neurologis yang digambarkan pada usia 1-7 tahun. HIV ensefalopati ditandai
dengan microcephaly, kerusakan neurologis progresif, keterbelakangan mental, gejala
cerebellar, dan perubahan perilaku. Terapi imunoglobulin intravena profilaksis dengan dan
tanpa AZT sering mampu mencegah regresi. Peningkatan terlihat dengan pengobatan AZT.

b. Bahan Beracun
Yang paling penting dari zat teratogenik adalah etanol, yang merupakan penyebab
sindrom alkohol janin (FAS). Prevalensi sindrom ini bervariasi di seluruh dunia, namun
kejadian di negara-negara industri diperkirakan sekitar 1 dari 1000 bayi baru lahir. Ketika
digunakan berat selama kehamilan, alkohol menyebabkan kelainan pada 3 kategori utama: (1)
fitur dismorfik, yang berasal dari periode organogenesis; (2) retardasi pertumbuhan prenatal
dan postnatal, termasuk microcephaly; dan (3) disfungsi SSP, termasuk keterbelakangan
mental ringan sampai sedang, keterlambatan dalam perkembangan motorik, hiperaktif, dan

9
defisit perhatian. Tingkat keparahan gejala yang berhubungan dengan jumlah alkohol
tertelan.

c. Toxemia Kehamilan dan Insufisiensi Plasenta


Pertumbuhan terbelakang intrauterine memiliki banyak penyebab, yang paling penting
adalah toksemia ibu dengan konsekuensinya, berakhir pada penghinaan terhadap SSP.
Prematuritas mungkin berasal dari ibu atau janin. Ketika terhubung dengan penyimpangan
perkembangan janin, prognosis tergantung pada kondisi umum bayi. Prematuritas dan
terutama pertumbuhan terbelakanh intrauterine predisposisi komplikasi perinatal, yang dapat
mengakibatkan penghinaan terhadap SSP dan masalah perkembangan.

PERINATAL
Periode ini adalah 1 minggu sebelum dan 4 minggu setelah kelahiran
1. Infeksi
Selama periode neonatal, infeksi yang paling penting, dari sudut pandang gejala sisa
pembangunannya, adalah herpes simpleks tipe 2. neonatus terinfeksi selama persalinan dan
dapat menjadi ensefalitis dalam waktu 2 minggu. Pengobatan dini dengan asiklovir dapat
mengurangi hasil, yaitu, mikrosefali, retardasi mental yang mendalam, dan defisit neurologis.
Infeksi bakteri Neonatal mungkin mengakibatkan sepsis dan meningitis, yang, pada saatnya,
dapat menyebabkan hydrocephalus.

2. Masalah dalam Persalinan


Selama kelahiran, asfiksia adalah faktor yang paling penting yang menyebabkan
penghinaan terhadap SSP. Ini menyebabkan kematian sel, yang mungkin ditunjukkan dengan
teknik neuroimaging sebagai leukomalacia. Bayi prematur dan mereka yang memiliki
hambatan pertumbuhan dalam kandungan beresiko khusus untuk kerusakan pada korteks atau
thalamus, yang, selain mempengaruhi kecerdasan, menyebabkan berbagai gejala cerebral
palsy (CP) dan gangguan kejang, tergantung pada lokasi dari kondisi patologis. Yang penting,
perhatikan asfiksia itu saja tidak menyebabkan keterbelakangan mental. Gejala neurologis
selama periode neonatal memiliki hubungan yang kuat dengan penyimpangan perkembangan
prenatal dan integritas neurologis kemudian dan tingkat intelektual. Untuk alasan ini, bayi
dengan masalah perinatal memerlukan pemeriksaan menyeluruh untuk fitur dismorfik dan
tindak lanjut dekat karena beberapa cacat mungkin menjadi jelas di kemudian hari.

3. Lainnya
 Retinopati prematuritas (sebelumnya disebut fibroplasia sebagai Retrolental) terlihat
sering ketika penggunaan oksigen 100% pada neonatus masih umum, yang
mengakibatkan kebutaan. Hal ini sering dikaitkan dengan kerusakan SSP lainnya,
keterbelakangan mental, dan masalah perkembangan lainnya.
 Bayi dengan berat lahir sangat rendah berisiko untuk perdarahan intrakranial dan
hipoglikemia akibat kurangnya penyimpanan glikogen hati. Masalah-masalah
neonatal mungkin memiliki hasil yang sama dengan asfiksia.
 Hiperbilirubinemia mungkin akibat dari kehancuran peningkatan sel darah merah
(misalnya, hemolisis karena ibu-anak golongan darah ketidakcocokan) atau penurunan
ekskresi bilirubin (misalnya, karena adanya ketidakmatangan fungsi hati).
 Kerusakan otak yang mungkin terjadi mengakibatkan manifestasi dari berbagai
tingkat, termasuk CP, gangguan pendengaran sensorineural, dan keterbelakangan
mental.

POSTNATAL

10
1. Infeksi
Infeksi bakteri dan virus pada otak selama masa kanak-kanak dapat menyebabkan
meningitis dan encephalitis dan mengakibatkan kerusakan permanen. Jumlah dari komplikasi
ini mengalami penurunan karena peningkatan pengobatan dan ketersediaan imunisasi (seperti
untuk campak).

2. Zat beracun (Toxic)


Keracunan timbal masih merupakan penyebab penting dari keterbelakangan mental di
Amerika Serikat. Sumber yang paling sering memimpin adalah pica (yaitu, tertelannya hasil
mengelupas, lama, timbal yang berbasis cat). Sumber-sumber lain dari timbal adalah
semprotan tertentu untuk buah-pohon, bensin bertimbal, beberapa tembikar mengkilap, dan
asap dari pembakaran baterai mobil. Gejala gastrointestinal mendominasi keracunan akut.
Sakit kepala dapat berhubungan dengan tekanan intrakranial meningkat, yang bahkan dapat
menyebabkan koma. Manifestasi akhir termasuk keterbelakangan perkembangan, ataksia,
kejang, dan perubahan kepribadian.

3. Penyebab Lain
 Di antara keganasan pada masa kanak-kanak, tumor otak merupakan no.2 dalam
frekuensi setelah leukemia. Dari jumlah tersebut, 70-80% adalah glioma, gejala yang
sebagian besar tergantung pada lokasi. Beberapa bersifat jinak dan dapat diobati,
namun sebagian besar memiliki efek merusak, sehingga berakibat berbagai gejala
neuropsikiatri tergantung pada lokasi dan luasnya. Selain itu, pengobatan seperti
pembedahan dan radiasi dapat mempengaruhi integritas dan fungsi otak.
 Kecelakaan lalu lintas , tenggelam, dan trauma lainnya adalah penyebab paling umum
kematian selama masa kanak-kanak. Lebih besar adalah jumlah anak-anak yang
menjadi cacat. Hampir tenggelam sering menghancurkan, tetapi bahkan dalam kasus
ini, peningkatan kapasitas fungsional dapat dicapai dengan rehabilitasi karena
perkembangan otak memiliki kemampuan untuk pulih.

4. Masalah Psikososial
Tingkat perkembangan individu tumbuh tergantung pada integritas SSP dan pada faktor-
faktor lingkungan dan psikologis. Pentingnya stimulasi lingkungan untuk perkembangan anak
telah dihargai karena penelitian pada anak-anak di lembaga menunjukkan bahwa
pembangunan mengalami dampak yang parah di lingkungan merampas, bahkan jika
perawatan fisik yang memadai diberikan. Kemiskinan merupakan predisposisi anak untuk
banyak risiko perkembangan, seperti kehamilan remaja, gizi buruk, penyalahgunaan,
perawatan medis miskin, dan kekurangan.
Penyakit mental yang berat pada ibu merupakan faktor risiko. Ibu dengan penyakit yang
berat dan kronis mungkin mengalami kesulitan memberikan perawatan dan stimulasi yang
memadai. Depresi ibu selama kehamilan dan postpartum telah terbukti berhubungan dengan
keterlambatan perkembangan pada anak-anak di usia 18 bulan.
Anak-anak dari ibu yang memiliki skizofrenia beresiko untuk pengembangan defisit
kognitif, meskipun ini mungkin tidak menjadi sekunder untuk penyakit ibu, tetapi mungkin
merupakan predisposisi genetik bertekad untuk skizofrenia. Penyakit psikotik pada anak telah
terbukti berhubungan dengan penurunan kemampuan kognitif.

5. Penyebab Tidak Diketahui


Meskipun penilaian rinci, penyebabnya tidak dapat diidentifikasi pada sekitar 30% kasus
retardasi mental yang berat dan di 50% kasus retardasi mental ringan. Ini, tentu saja,
mencerminkan ketidakcukupan teknik diagnostik, daripada kurangnya sebab-akibat.

11
LO 1.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Retardasi Mental
Karakteristik anak retardasi mental menurut Brown et al, 2003; Wolery & Haring, 2004 pada
Exceptional Children, six edition, p.485-486, menyatakan:
1. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari
pengetahuan abstrak, dan selalu cepat lupa apa yang dipelajari tanpa latihan yang terus
menerus.
2. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
3. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak retardasi mental berat.
4. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak dengan retardasi mental berat
mempunyai ketebatasan dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat
berdiri atau bangun dengan bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang
sangat sederhana, sulit menjangkau sesuatu, dan mendongakkan kepala.
5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak retardasi mental
berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti: berpakaian, makan, dan mengurus
kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan
dasar.
6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahita ringan dapat bermain
bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai retardasi mental berat tidak
melakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak retardasi mental
dalam memberikan perhatian terhadap lawan main.
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
1. Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini
termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik
kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bias
bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya
kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka
ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari
keluarganya.
2. Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih
tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD
saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan,
pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih
bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang kurang mampu menghadapi
stress dan kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan pengawasan.
3. Retardasi mental berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah
ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan
keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan
motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar
saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan
memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
12
4. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena
gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka
ini seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya.
LO 1.7 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Retardasi
Mental

Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis, anamnesis yang baik sangat diperlukan, yaitu untuk
mengetahui penyebab kelainan ini organik atau non organik, apakah kelainannya dapat
diobati/tidak dan apakah ada faktor genetik/tidak. Dengan melakukan skrining secara rutin
misalnya dengan menggunakan DDST (Denver Developmental Screening Test), maka
diagnosis dini dapat segera dibuat. Demikian pula anamnesis yang baik dari orang tuanya,
pengasuh atau gurunya, sangat membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak
berumur enam tahun dapat dilakukan tes IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan
tidak dapat diambil kesimpulan. Pada kasus seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada
system susunan saraf pusat, perlu anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang cacat,
mencari masalah lingkungan/faktor non organik lainnya dimana diperkirakan mempengaruhi
kelainan pada otak anak.

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang
merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu
sindrom penyakit tertentu.

(Depkes, 2005)

Kriteria diagnostik retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :


1. Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau
dibawahnya pada individu yang dilakukan test IQ.
2. Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2 misalnya komunikasi, kemampuan
menolong diri sendiri, berumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan keamanan.
3. Onsetnya sebelum berusia 18 tahun.

Anamnesis

Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis adalah
membedakannya dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi
besar pada usia saat mereka belajar berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatan
berbahasa sering diikuti kesulitan dalam membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungan
interpersonal, serta gangguan emosional dan perilaku.

Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan bahasa anak.
Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain :

1. Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya berkedip, terkejut, atau
menggerakkan bagian tubuh.
2. Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya saat berbicara
padanya.

13
3. Kapan bayi mulai mengeluarkan suara “aaaggh”
4. Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling atau mencari
ke arah suara
5. Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum
6. Mengikuti perintah satu langkah, seperti “beri ayah sepatu” atau “ambil koran”
7. Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukkan oleh anak, seperti mata, hidung,
telinga.

(Depkes, 2009)

American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder


(DSM IV) membagi gangguan bahasa dalam 4 tipe:

1. Gangguan bahasa ekspresif


2. Gangguan bahasa reseptif ekspresif
3. Gangguan phonological
4. Gagap

Pada gangguan bahasa ekspresif, secara dapat ditemukan gejala seperti perbendaharaan kata
yang jelas terbatas, membuat kesalahan dalam kosa kata, mengalami kesulitan dalam
mengingat kata-kata atau membentuk kalimat yang panjang dan memiliki kesulitan dalam
pencapaian akademik, dan komunikasi sosial, namun pemahaman bahasa anak tetap relatif
utuh. Gangguan menjadi jelas pada kira-kira usia 18 bulan, saat anak tidak dapat
mengucapkan kata dengan spontan atau meniru kata dan menggunakan gerakan badannya
untuk menyatakan keinginannya.

Pada gangguan bahasa campuran ekspresif-reseptif, selain ditemukan gejala-gejala gangguan


bahasa ekspresif, juga disertai kesulitan dalam mengerti kata dan kalimat. Gangguan ini
biasanya tampak sebelum usia 4 tahun. Bentuk yang parah terlihat pada usia 2 tahun, bentuk
ringan tidak terlihat sampai usia 7 tahun atau lebih tua. Anak dengan gangguan bahasa
reseptif-ekspresif campuran memiliki gangguan auditorik sensorik atau tidak mampu
memproses simbol visual seperti arti suatu gambar, biasanya tampak tuli.

Anak-anak dengan kesulitan berbicara memiliki masalah dalam pengucapan, yaitu


berhubungan dengan gangguan motorik, diantaranya kemampuan untuk memproduksi suara.

Anak yang gagap dapat diketahui dari cara dia berbicara, dimana terjadi pengulangan atau
perpanjangan suara, kata, atau suku kata. Biasanya sering terjadi pada anak laki-laki

Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh, dengan perhatian
khusus pada kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran; adanya riwayat retardasi mental;
hubungan darah pada orang tua; dan gangguan herediter. Sebagai bagian riwayat penyakit,
klinisi menilai latar belakang sosialkultural pasien, iklim emosional di rumah, dan fungsi
intelektual pasien. Serta dilakukan anamnesis pada ibu pasien, sebagai berikut:
1. Riwayat kehamilan dan persalinan ibu?
2. Apakah kehamilannya diharapkan atau tidak?
3. Adakah usaha-usaha untuk menggugurkan kehamilannya?
4. Apakah waktu hamil ibu mengalami perdarahan, minum obat-obat yang bukan anjuran
dokter?

14
5. Sakit apa saja yang pernah diderita ibu sewaktu hamil?
6. Apakah ibu mengontrolkan kehamilannya secara teratur?
7. Riwayat perkembangan anak?
8. Adanya penyakit keturunan atau penyakit lain yang pernah didapat?
9. Adanya hubungan darah antar kedua orang tuanya?
10. Latar belakang sosiokultural?
(Depkes, 2009)

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain dari gangguan bahasa dan
bicara. Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali, anomali telinga luar, otitis media yang
berulang, sindrom William (facies Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah yang
tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain. Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan
menyuruh anak menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah, dan mengulang suku kata
pa, ta, pata, pataka.

(Depkes, 2007)
Cara Pengukuran Pertumbuhan

Parameter yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pertumbuhan, maka
dilakukan pengukuran tertentu yang hasilnya kemudian dibandingkan dengan parameter yang
sudah terstandardisasikan, yaitu meliputi:

1. Tinggi badan
2. Berat badan
3. Lingkar lengan
4. Lingkar kepala
5. Lingkar dada
6. Lingkar abdomen

A. Pengukuran Tinggi Badan

Pengukuran tinggi badan dapat dilakukan sambil berbaring atau dalam posisi tubuh berdiri.
Pengukuran pada posisi tubuh berbaring lebih tepat untuk anak-anak di bawah 5 tahun.
Panjang badan berbaring diukur ketika anak berbaring di atas sebuah meja yang kokoh yang
memiliki tongkat pengukur. Telapak kaki dipegang kuat-kuat pada sebilah papan vertikal
yang dipasang pada tanda nol. Kemudian anak diukur panjang padannya baik dengan tongkat
pengukur ataupun menggunakan meteran untuk menjahit.

Pengukuran panjang/tinggi badan sambil berdiri dilakukan saat berdiri tegak lurus, dengan
tumit, bokong, bagian atas punggung dan oksiput (belakang kepala) pada suatu bidang
vertikal (misal dinding tembok). Saat melakukan pengukuran, kedua tumit harus dirapatkan.
Kemudian ukurlah tinggi/panjang badan dengan alat ukur meteran.

Memprediksikan tinggi akhir anak sesuai potensi genetik berdasarkan tinggi badan orang tua
dengan asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai potensinya. Rumus yang digunakan:

TB anak perempuan = ( TB ayah – 13 cm ) + TB ibu ± 8,5 cm


15
2
TB anak laki-laki = ( TB ibu +13 cm ) + TB ayah ± 8,5 cm

(Moersintowati, 2008)

B. Pengukuran Berat Badan

Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan. Banyak timbangan yang dapat
digunakan untuk menimbang berat badan. Yang penting harus menggunakan alat timbang
yang standar.

C. Pengukuran Lingkar Kepala

Cara melakukan pengukuran lingkar kepala dapat menggunakan pita meteran yang tidak
mudah berubah panjangnya, seperti pita meteran yang dipakai untuk menjahit baju. Pita
dilingkarkan pada kepala anak, menutupi alis mata dan melewati oksipital.

Berbagai bagian tubuh mungkin memiliki karakteristik tertentu yang sering ditemukan pada
pasien retardasi mental dan memiliki penyebab pranatal.

1. Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala tidak simetris).


2. Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tidak ada, halus, mudah putus dan cepat berubah.
3. Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus.
4. Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke
atas.
5. Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi.
6. Geligi : odontogenesis yang tidak normal.
7. Telinga : keduanya letak rendah atau bentuknya aneh.
8. Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia.
9. Leher : pendek; tidak mempunyai kemampuan gerak sempurna.
10. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibu jari gemuk dan lebar,
klinodaktil.
11. Dada dan Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit.
12. Genitalia : mikropenis, testis tidak turun.
13. Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang dan tegap/panjang kecil meruncing
diujungnya, lebar, besar, gemuk.

(Kaplan, 2008)

Pemeriksaan Penunjang:

1. Kromosomal kariotipe
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genital abnormal
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat

16
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
a. Pemebesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sklerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
d. Kejang lokal
e. Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intrakranial
g. Mikrosefali
5. Serum asam urat
a. Choreoatetosis
b. Gout
c. Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
a. Asidosis metabolik
b. Kejang mioklonik
c. Kelemahan yang progresif
d. Ataksia
e. Degenerasi retina
f. Ophtalmoplegia
g. Episode seperti stroke yang berulang
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
a. Hepatomegali
b. Tuli
c. Kejang dini dan hipotonia
d. Degenerasi retina
e. Ophtalmoplegia
f. Kista pada ginjal
8. Serum seng (Zn)
a. Acrodermatitis
9. Logam berat dalam darah
a. Anamnesis adanya pika
b. Anemia
10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
a. Gerakan involunter
b. Sirosis
c. Cincin Kayser-fleischer
11. Serum asam amino atau asam organik
a. Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi
b. Gagal tumbuh
c. Bau yang tidak biasa pada air seni atau kulit
d. Warna rambut yang tidak biasa
e. Mikrosefali
f. Asidodis yang tidak diketahui sebabnya
12. Plasma amonia

17
a. Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit
a. Kehilangan fungsi motorik dan kognitif
b. Atrofi N. Optikus
c. Degenerasi retina
d. Sereberal ataksia yang berulang
e. Mioklonus
f. Hepatosplenomegali
g. Kulit yang kasar dan lepas-lepas
h. Kejang
i. Pemebsaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun
14. Urin mukopolisakarida
a. Kiposis
b. Anggota gerak yang pendek
c. Badan yang pendek
d. Hepatosplenomegali
e. Kornea keruh
f. Gangguan pendengaran
g. Kekakuan pada sendi
15. Urin reducing substance
a. Katarak
b. Hepatomegali
c. Kejang
16. Urin ketoacid
a. Kejang
b. Rambut yang mudah putus
17. Urin asam vanililmandelik
a. Muntah-muntah
b. Isapan bayi pada saat menyusu lemah
c. Gejala disfungsi autonomik
(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

Diagnosis Banding

1. Attention Deficit Hyoperactivity Disorder (ADHD)

Kelainan perkembangan yang diturunkan secara genetik akibat adanya gangguan pada gen
transporter dopamin dan gen reseptor dopamin D4. Gangguan tersebut terjadi pada sistem
dopaminergik dan nor-adrenergik yang menyebabkan adanya disfungsi pre-frontal dan sirkuit
fronto-striatal.

Manifestasi Klinis: Anak dengan ADHD dapat memperlihatkan gejala inatensi, hiperaktifitas
dan implusivitas. Inatensi dapat berupa keluhan susah konsentrasi, mudah sekali teralih
perhatiannya, sering lupa akan barang-barang pribadinya dan bahkan lupa pada tugas-tugas
yang harus dikerjakannya. Bila sedang berjalan anak sering menabrak benda-benda di
sekitarnya sehingga seringkali, dengan perilakunya yang seperti itu, akan menyebabkan
barang-barang yang berada di dekat anak berjatuhan.

Hal tersebut penting karena sebagian besar penderita ADHD memiliki IQ normal,
bahkan diantaranya ada yang diatas rerata. Dampak bagi individu ADHD itu sendiri yaitu

18
adanya gangguan emosi, rasa rendah diri, dan pada saat dewasa akan tampak memiliki
kepribadian yang “sulit”.

2. Kelainan sensorik terutama buta dan tuli

3. Gangguan perkembangan spesifik (kelambatan satu aspek perkembangan): gangguan


perkembangan bicara, aleksia, agrafia, afasia

4. Gangguan perkembangan pervasif (penyimpangan perkembangan): autisme infantil,


skizofrenia yang timbul pada masa anak.

5. Penyakit fisik yang kronis Kesulitan belajar (diagnosis banding untuk retardasi mental
yang ringan)

6. Gangguan komunikasi

7. Gangguan perkambangan pervasif

8. Dementia

9. Autism
 Disleksia Anak mempunyai kesukaran dalam berbicara dan mengucapkan kata-kata segera
setelah disekolahkan. Kerusakan terletak di lintasan integratif antara sirkuit visual dan
sirkuit auditorik, mereka dapat berpikir tetapi mewujudkan pikirannya dalam bentuk kata-
kata atau tulisan dirasa sangat sulit.
 Sindroma Ertzam Gangguan dalam berhitung dan menulis. Motorik mereka terganggu
dalam melaksanakan gerakan komplek dimana gerakan diperlukanseperti dalam hal
menulis. Namun demikian ia dapat membaca dengan lancar.
 Sindroma Gertsman Tidak dapat mengenal benda-benda dengan sensibilitasnya. Mereka
mendapat banyak kesukaran dalam menulis karena tidak mampu menyusun pemikiran.
Juga berhitung adalah sukar bagi mereka. Lesi serebral yang bertanggung jawab atas
gangguan tersebut adalah girus angularis.
 Sindroma diskontrol Lambat sekali dalam mengekspresikan kehendaknya dan lambat
bereaksi trerhadap stimulus dunia luar. Mereka dapat berbahasa, penglihatannya tidak
terganggu dan pendengarannya baik. Namun mereka lambat diperintah atau tidak bereaksi
bila diperintah. Lesi serebral yang mendasari gangguan ini tidak diketahui, tetapi
pengobatannya dengan perangsang amphetamine dapat memperbaiki keadaan.
 Afasia dan AfoniaAfasia timbul sebagai akibat manifestasi lesi serebral di area brocca dan
atau wernicke. Afonia adalah bisu tidak dapat mengeluarkan kata-kata karena anak ini tuli
sebelum ia belajar berbahasa. Afasia motorik akibat lesi di area brocca dengan gejala tidak
mampu mengeluarkan kata-kata untuk mengutarakan pikirannya dan afasia sensoris akibat
lesi di area wernicke dengan gejala tidak mampu untuk mengerti bahasa lisan atau tulisan.

LO 1.8 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Retardasi Mental

Penatalaksanaan anak dengan retardasi mentaladalah multidimensi dan sangat


individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap anak penaganan multidisiplin merupakan
jalan terbaik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara
individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu

19
melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan
kognitifnya, dokter anak untuk memeriksa perkembangan fisiknya, menganalisis penyebab
dan mengobati penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran dari pekerja social
kadang-kadang diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka dibuatlah
strategi terapi. Sering kali melibatkan lebih banyak ahli lagi, misalnya ahli saraf bila anak
juga menderita epilepsy, palsi serebral dll. Psikiater bila anaknya menunjukkan kelainan
tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi
medis bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi
wicara untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk merangsang perkembangan
bicaranya. Serta diperlukan guru pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental
ini.

Pada orang tuanya perlu diberikan penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya
dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Kadang-kadang diperlukan waktu
yang lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya maka perlu konsultasi
pula dengan psikolog atau psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara
guru dan orang tuanya, agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak
disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian agar anak
tidak diejek atau dikucilkan. Disamping itu, masyarakat perlu diberikan penerangan tentang
retardasi mental agar mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar.

Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan khusus yang sesuaikan dengan
taraf IQ-nya. Mereka digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental ringan
dan yang mampu latih untuk anak dengan retardasi mental sedang. Sekolah khusus untuk
anak retardasi mental ini adalah SLB-C. Di sekolah ini diajarkan juga keterampilan-
keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri di kemudian hari. Di ajarkan pula
tentang baik-buruknya suatu tindakan tertentu sehingga mereka diharapkan tidak memerlukan
tindakan yang tidak terpuji, seperti mencuri, merampas, kejahatan seksual dan lain-lain.

Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti
pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya.
Anak-anak ini juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penangan khusus.
Misalnya pada anak yang mengalami infeksi pranataldengan cytomegalovirus akan
mengalami gangguan pendengaran yang progresif walaupun lambat, demikian pula anak
dengan sindrom Down dapat timbul gejala hipotiroid. Masalah nutrisi juga perlu mendapat
perhatian.
Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan retardasi mental adalah terutama
untuk menekan gejala-gejala hiperkinetik. Metilfenidat (ritalin) dapat memperbaiki
keseimbangan emosi dan fungsi kognitif. Imipramin, dekstroamfetamin, klorpromazin,
flufenazin, fluoksetin kadang-kadang dipergunakan oleh psikiatri anak. Untuk menaikkan
kemampuan belajar pada umumnya diberikan tioridazin (melleril), metilfenidat, amfetamin,
asam glutamat, gamma aminobutyric acid (GABA).Pendekatan farmakologis dalam terpai
gangguan mental komorbid pada pasien retardasi mental adalah banyak kesamaannya seperti
untuk pasien yang tidak mengalami retardasi mental. Semakin banyak data yang mendukung
pemakaian berbagai medikasi untuk pasien dengan gangguan mental yang tidak retardasi
mental. Beberapa penelitian telah memusatkan perhatian pada pemakaian medikasi untuk
sindrom perilaku berikut ini yang sering terjadi di antara retardasi mental
1) Agresi dan perilaku melukai diri sendiri

20
o Beberapa bukti dari penelitian telah menyatakan bahwa lithium (Eskalith)
berguna dalam menurunkan agresi dan perilaku melukai diri sendiri.
o Antagonis narkotik seperti naltrexone (Trexan) telah dilaporkan menurunkan
perilaku melukai diri sendiri pada pasien retardasi mental yang juga
memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan austik infantile. Satu hipotesis
yang diajukan sebagai mekanisme kerja terapi naltrexone adalah bahwa obat
mempengaruhi pelepasan opioid endogen yang dianggap berhubungan dengan
melukai diri sendiri.
o Carbamazepine (Tegretol) dan valproic acid (Depakene) adalah medikasi
yang juga bermanfaat pada beberapa kasus perilaku melukai diri sendiri.
2) Gerakan motorik stereotipik
Medikasi antipsikotik, seperti haloperidol (Haldol) dan chlorpromazine (Thorazine),
menurunkan perilaku stimulasi diri yang berulang pada pasien retardasi mental, terapi
medikasi tersebut tidak meningkatkan perilaku adaptif. Beberapa anak dan orang
dewasa (sampai sepertiga) dengan retardasi mental menghadapi resiko tinggi
mengalami tardive dyskinesia dengan pemakaian kontinu medikasi antipsikotik.
3) Perilaku kemarahan eksplosif
Penhambat-β, seperti propranolol dan buspirone (BuSpar), telah dilaporkan
menyebabkan penurunan kemarahan ekspolasif di antara pasien dengan retardasi
mental dan gangguan autistik. Penelitian sistematik diperlukan sebelum obat dapat
ditetapkan sebagai manjur.
4) Gangguan defisit atensi/hiperaktivitas
Penelitian terapi methylphenidate pada pasien retardasi mental ringan dengan
gangguan defisit atensi/hiperaktivitas telah menunjukkan perbaikan bermakna dalam
kemampuan mempertahankan perhatian dan menyelesaikan tugas. Penelitian terapi
metylphenidate tida menunjukkan bukti adanya perbaikan jangka panjang dalam
keterampilan sosial atau belajar.

Rumah Sakit/Panti Khusus


Penempatan di panti-panti khusus perlu dipertimbangkanatas dasar: kedudukan sosial
keluarga, sikap dan perasaan orangtua terhadap anak, derajat retardasi mental, pandangan
orangtua mengenai prognosis anak, fasilitas perawatan dalam masyarakat, dan fasilitas untuk
membimbing orangtua dan sosialisasi anak. Kerugian penempatan di panti khusus bagi anak
retardasi mental adalah kurangnya stimulasi mental karena kurangnya kontak dengan orang
lain dan kurangnya variasi lingkungan yang memberikan kebutuhan dasar bagi anak.

Psikoterapi
Psikoterapi dapat diberikan kepada anak retardasi mental maupun kepada orangtua anak
tersebut. Walaupun tidak dapat menyembuhkan retardasi mental tetapi dengan psikoterapi
dan obat-obatan
dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah laku dan adaptasi sosialnya.

Konseling
Tujuan konseling dalam bidang retardasi mental ini adalah menentukan ada atau tidaknya
retardasi mental dan derajat retardasi mentalnya, evaluasi mengenai sistem kekeluargaan dan
pengaruh retardasi mental pada keluarga, kemungkinan penempatan di panti khusus,
konseling pranikah dan pranatal.

Pendidikan

21
Pendidikan yang penting disini bukan hanya asal sekolah, namun bagaimana mendapatkan
pendidikan yang cocok bagi anak yang terbelakang ini. Terdapat empat macam tipe
pendidikan untuk retardasi mental.
• Kelas khusus sebagai tambahan dari sekolah biasa
• Sekolah luar biasa C
• Panti khusus
• Pusat latihan kerja (sheltered workshop)
Latihan dan Pendidikan
Pendidikan anak dengan retardasi mental secara umum ialah:
1) Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas yang ada.
2) Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau yang anti sosial.
3) Mengajarkan suatu keahlian (skill) agar anak itu dapat mencari nafkah kelak.

Latihan diberikan secara kronologis dan meliputi :


1) Latihan rumah: pelajaran-pelajaran mengenai makan sendiri, berpakaian sendiri,
kebersihan badan.
2) Latihan sekolah: yang penting dalam hal ini ialah perkembangan sosial.
3) Latihan teknis: diberikan sesuai dengan minat, jenis kelamin dan kedudukan sosial.
4) Latihan moral: dari kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan apa yang tidak
baik. Agar ia mengerti maka tiap-tiap pelanggaran disiplin perlu disertai dengan
hukuman dan tiap perbuatan yang baik perlu disertai hadiah.

LO 1.9 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Retardasi Mental


Retardasi mental berhubungan dengan beberapa gangguan heterogen dan berbagai faktor
psikososial. Terapi yang terbaik untuk retardasi mental adalah pencegahan primer, sekunder,
dan tersier.
A. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau
menurunkan kondisi yang menyebabkan perkembangan gangguan yang disertai dengan
retardasi mental. Tindakan tersebut termasuk :

 Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum


tentang retardasi mental.
 Usaha terus-menerus dari professional bidang kesehatan untuk menjaga dan
memperbaharui kebijaksanaan kesehatan masyarakat.
 Aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang optimal.
 Eradikasi gangguan yang diketahui disertai dengan kerusakan system saraf pusat.
Konseling keluarga dan genetik membantu menurunkan insidensi retardasi mental dalam
keluarga dengan riwayat gangguan genetic yang berhubungan dengan retardasi mental. Untuk
anak-anak dan ibu dengan sosioekonomi rendah, pelayanan medis prenatal dan perinatal yang
sesuai dan berbagai program pelengakap dan bantuan pelayanan social dapat menolong
menekan komplikasi medis dan psikososial.
B. Pencegahan Sekunder dan Tersier

22
Jika suatu gangguan yang disertai dengan retardasi mental telah dikenali, gangguan harus
diobati untuk mempersingkat perjalanan penyakit (pencegahan sekunder) dan untuk menekan
sekuele atau kecacatan yang terjadi setelahnya (pencegahan tersier).
Gangguan metabolik dan endokrin herediter, seperti PKU dan hipotiroidisme, dapat
diobati dalam stadium awal dengan control diet atau dengan terapi penggantian hormone.
Anak retardasi mental seringkali memiliki kesulitan emosional dan perilaku yang
memerlukan terapi psikiatrik. Kemampuan kognitif dan sosial yang terbatas yang dimiliki
anak tersebut memerlukan modalitas terapi psikiatrik yang dimodifikasi berdasarkan tingkat
kecerdasan anak.
a. Pendidikan untuk anak
Lingkungan pendidikan untuk anak-anak dengan retardasi mental harus termasuk program
yang lengkap yang menjawab latihan keterampilan adaptif, latihan keterampilan sosial, dan
latihan kejujuran. Perhatian khusus harus dipusatkan pada komunikasi dan usaha untuk
meningkatkan kualitas hidup. Terapi kelompok seringkali merupakan format yang berhasil
dimana anak-anak dengan retardasi mental dapat belajar dan mempraktekkan situasi hidup
nyata dan mendapatkan umpan balik yang mendukung.
b. Terapi perilaku, kognitif, dan psikodinamika
Kesulitan dalam beradaptasi di antara orang retardasi mental adalah luas dan sangat
bervariasi sehingga sejumlah intervensi sendiri atau dalam kombinasi mungkin berguna.
Terapi perilaku telah digunakan selama bertahun-tahun untuk membentuk dan meningkatkan
perilaku sosial dan untuk mengendalikan dan menekan perilaku agresif dan destruksi pasien.
Dorongan positif untuk perilaku yang diharapkan dan memulai hukuman (seperti mencabut
hak istimewa) untuk perilaku yang tidak diinginkan telah banyak menolong.
Terapi kognitif seperti menghilangkan keyakinan palsu dan latihan relaksasi dengan instruksi
dari diri sendiri, juga telah dianjurkan untuk pasien retardasi mental yang mampu mengikuti
instruksi pasien.
Terapi psikodinamika telah digunakan pada pasien retardasi mental dan keluarganya untuk
menurunkan konflik tentang harapan yang menyebabkan kecemasan, kekerasan, dan depresi
yang menetap.
c. Pendidikan keluarga
Satu bidang yang penting dalam pendidikan keluarga dari pasien dengan retardasi mental
adalah tentang cara meningkatkan kompetensi dan harga diri sambil mempertahnkan harapan
yang realistic untuk pasien. Keluarga seringkali merasa sulit untuk menyeimbangkan antara
mendorong kemandirian dan memberikan lingkungan yang mengasuh dan suportif bagi anak
retardasi mental, yang kemungkinan mengalami suatu tingkat penolakan dan kegagalan di
luar konteks keluarga.
Orang tua mungkin mendapatkan manfaat dari konseling yang terus-menerus datau terpai
keluarga. Orang tua harus diberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan bersalah,
putus asa, kesedihan, penyangkalan yang terus-menerus timbul, dan kemarahan tentang
gangguan dan masa depan anak. Dokter psikiatrik harus siap untuk memberikan semua

23
informasi medis dasar dan terakhir tentang penyebab, terapi, dan bidang lain yang
berhubungan (seperti latihan khusus dan perbaikna defek sensorik).
d. Intervensi farmakologis
Pendekatan farmakologis dalam terpai gangguan mental komorbid pada pasien retardasi
mental adalah banyak kesamaannya seperti untuk pasien yang tidak mengalami retardasi
mental. Semakin banyak data yang mendukung pemakaian berbagai medikasi untuk pasien
dengan gangguan mental yang tidak retardasi mental. Beberapa penelitian telah memusatkan
perhatian pada pemakaian medikasi untuk sindrom perilaku berikut ini yang sering terjadi di
antara retardasi mental:
1) Agresi dan perilaku melukai diri sendiri
 Beberapa bukti dari penelitian telah menyatakan bahwa lithium (Eskalith)
berguna dalam menurunkan agresi dan perilaku melukai diri sendiri.
 Antagonis narkotik seperti naltrexone (Trexan) telah dilaporkan menurunkan
perilaku melukai diri sendiri pada pasien retardasi mental yang juga memenuhi
kriteria diagnostik untuk gangguan austik infantile. Satu hipotesis yang
diajukan sebagai mekanisme kerja terapi naltrexone adalah bahwa obat
mempengaruhi pelepasan opioid endogen yang dianggap berhubungan dengan
melukai diri sendiri.
 Carbamazepine (Tegretol) dan valproic acid (Depakene) adalah medikasi yang
juga bermanfaat pada beberapa kasus perilaku melukai diri sendiri.

2) Gerakan motorik stereotipik


Medikasi antipsikotik, seperti haloperidol (Haldol) dan chlorpromazine (Thorazine),
menurunkan perilaku stimulasi diri yang berulang pada pasien retardasi mental, terapi
medikasi tersebut tidak meningkatkan perilaku adaptif. Beberapa anak dan orang
dewasa (sampai sepertiga) dengan retardasi mental menghadapi resiko tinggi
mengalami tardive dyskinesia dengan pemakaian kontinu medikasi antipsikotik.

3) Perilaku kemarahan eksplosif


Penghambat-β, seperti propranolol dan buspirone (BuSpar), telah dilaporkan
menyebabkan penurunan kemarahan ekspolasif di antara pasien dengan retardasi
mental dan gangguan autistik. Penelitian sistematik diperlukan sebelum obat dapat
ditetapkan sebagai manjur.
4) Gangguan defisit atensi/hiperaktivitas
Penelitian terapi methylphenidate pada pasien retardasi mental ringan dengan
gangguan defisit atensi/hiperaktivitas telah menunjukkan perbaikan bermakna dalam
kemampuan mempertahankan perhatian dan menyelesaikan tugas. Penelitian terapi
metylphenidate tida menunjukkan bukti adanya perbaikan jangka panjang dalam
keterampilan sosial atau belajar.
LO 1.10 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Retardasi Mental
Anak dengan retardasi mental memiliki resiko lebih tinggi untuk terjadinya gangguan
penglihatan, pendengaran, ortopedi, dan perilaku atau emosi.Deficit yang paling umum
terjadi diantaranya gangguan motoric, ganngguan perilaku atau emosi, komplikasi medis, dan
kejang.Makin parah tingkat retardasi makin banyak kompikasi yang terjadi.Dengan
mengetahui tingkat retardasi mental dapat membantu memprediksi ganngguan yang dapt
terjadi.

24
Retardasi mental yang diketahuipenyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik.
Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan dengan
retardasi mental ringan dengan kesehatan yang baik tanpa penyakit kardiorespirasi, pada
umumnya umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada
retardasi mental yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia
muda.
LO.2 Memahami dan Menjelaskan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
LO 2.1 Memahami dan Menjelaskan Kebutuhan Gizi Normal Anak
Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kecukupan gizi sangat
diperlukan oleh setiap individu, sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja,
hingga usia lanjut. Zat besi merupakan salah satu komponen gizi mikro yang memiliki
peranan penting dalam proses tumbuh kembang khususnya pada anak. (Soekirman, 2000)
Fungsi zat-zat gizi
Jenis-jenis zat gizi penunjang perkembangan otak dan kecerdasan anak adalah:
1. Karbohidrat, dalam bentuk gula sederhana dan gula kompleks, dibutuhkan sebagai
sumber energi untuk membentuk sel-sel otak baru.
2. Protein, baik hewani maupun nabati, terdiri daru 25 jenis asam amino yang berperan
penting bagi terbentuknya neutrotransmitter, yaitu senyawa pengantar pesan dari sel
otak satu ke sel otak yang lain.
3. Lemak, terutama dalam bentuk asam lemak, sebagai bahan baku pembentuk sel-sel
otak baru. Sebanyak 60% dari otak terbentuk dari lemak. Jenis asam lemak yang
paling utama adalah asam lemak tidak jenuh rantai panjang, contohnya omega-3,
EPA, dan DHA. Asam lemak omega-3 ini paling banyak ditemukan dalam ikan laut,
seperti ikan kod.
4. Vitamin dan mineral, sangat dibutuhkan untuk membantu fungsi kerja otak,
menunjang kerja sistem imun dan sistem saraf pusat.
Vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh.
Vitamin D  menjaga kesehatan tulang dan gigi.
DHA 224 mg/5 ml  membantu perkembangan sel-sel otak.
Kecerdasan, keterampilan, dan perkembangan mental balita tidak lepas dari pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak. Agar otak anak berkembang optimal, harus memenuhi aneka zat
gizi yang diperlukan. Apalagi, ilmu pengetahuan mengajarkan bahwa otak terus tumbuh
hingga anak berusia dua tahun. Artinya, pada masa emas itulah, balita harus mengonsumsi
makanan bergizi lengkap dan seimbang, terutama untuk perkembangan otaknya.

Aneka zat gizi yang berperan penting bagi perkembangan otak, diantaranya adalah kelompok
asam lemak tak jenuh, kalori dan protein, zat besi, kelompok vitamin B, dan seng (Zn).

1. Asam lemak tak jenuh

25
Asam lemak tak jenuh sangat dominan dalam susunan sel-sel saraf di otak anak. Bahkan
diketahui bahwa 60% otak manusia terdiri dari aneka jenis lemak itu. Yang termasuk asam
lemak tak jenuh itu adalah:

a. DHA (asam dokosaheksaenoat) atau omega-3. Berperan besar dalam perkembangan


sel saraf, otak, dan penglihatan. Kekurangan omega-3 dapat mengganggu
perkembangan sistem saraf. Akibatnya, terjadi gangguan pada sistem daya tahan
tubuh, daya ingat, mental, dan penglihatan.
b. AA (asam arakidonat) atau omega-6. Asam lemak ini berfungsi membantu
pembentukan senyawa yang bersifat seperti hormon, yaitu sebagai pengantar perintah
dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya dalam tubuh, termasuk ke otak.

Kedua asam lemak ini terdapat dalam ASI. Setelah mendapat asupan makanan, asam lemak
ini bisa diperoleh dari ikan tenggiri atau tuna, bayam, minyak kedelai, dan minyak bunga
matahari. (Moersintowati, 2008)

2. Kalori dan protein

Kekurangan kalori dan protein dapat menyebabkan otak anak tidak tumbuh optimal dan akan
mengakibatkan gangguan motorik dan kecerdasan. Kalori dibutuhkan dalam proses
metabolisme otak, sementara protein berperan dalam pembentukan sel-sel saraf baru,
termasuk otak. Sumber-sumber kedua zat gizi ini adalah daging sapi, ayam, ikan, telur, susu
dan produk olahannya, minyak ikan, tempe, tahu, dan kedelai.
3. Zat besi
Zat besi berperan besar dalam pembentukan sel-sel baru, termasuk otak, di mana mengangkut
dan mendistribusikan O2 paru-paru ke seluruh tubuh. Serta berperan dalam pembentukan
eritrosit di dalam sumsum tulang belakang. Sistem imun yang berfungsi dengan baik adalah
tanda cukupnya zat besi dalam tubuh. Sumber-sumbernya adalah hati, daging merah, ikan,
telur, serealia, dan sayuran berwarna hijau tua.

4. Kelompok vitamin B
Berbagai jenis vitamin B sangat besar peranannya dalam perkembangan otak anak, yaitu B1,
B3, B6, dan B12.
Vitamin B1 melindungi sel-sel saraf dalam jaringan sel pusat, B3 menjaga keseimbangan
kerja sel-sel saraf, B6 berperan dalam proses pembentukan eritrosit, serta membantu tubuh
dalam proses penyerapan karbohidrat, protein, dan lemak; B12 berperan dalam membentuk
senyawa kimia yang mendukung pertumbuhan dan fungsi sel saraf dan pertumbuhan tulang
belakang, serta mencegah kerusakan saraf dan meningkatkan daya ingat. Bersama zat besi,
vitamin B12 jga membantu pembentukan eritrosit. Sumber vitamin B adalah serealia, kacang-
kacangan, biji-bijian, ikan, ayam, daging tanpa lemak, produk olahan susu, dan sayuran
berwarna hijau.
5. Seng (Zn)

Seng berfungsi membantu otak dalam mengantar informasi genetik dalam sel. Selain itu, seng
juga bertugas membantu proses pembentukan sel-sel tubuh, termasuk otak. Kekurangan seng
dapat berpengaruh terhadap perkembangan kecedasan anak dan gangguan fungsi otak. Seng

26
banyak terdapat dalam daging, hati, ayam, seafood, susu, biji-bijian, dan kacang-kacangan.
(Hurlock, 2007)

Makanan yang Mempengaruhi Kecerdasan


Mempunyai anak dengan tingkat kecerdasan yang tinggi merupakan dambaan setiap orang
tua. Untuk mendapatkan kecerdasan anak yang optimal sebaiknya orangtua memperhatikan
beberapa hal, yang pertama yaitu pemberian Asi eksklusif, kemudian kecukupan zat gizi,
lingkungan yang sehat dan nyaman serta suasana keluarga yang harmonis. Berikut ini adalah
7 makanan yang baik untuk kecerdasan anak :
1. Ikan salmon yaitu sumber asam lemak omega-3-DHA and EPA- yang keduanya
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan fungsi otak anak.
2. Telur, kuning telur padat kandungan kolin yaitu zat yang membantu perkembangan
daya ingat.
3. Kacang tanah, merupakan sumber vitamin E. Vitamin ini membantu otak dan sistem
saraf dalam penggunaan glukosa untuk kebutuhan energi.
4. Susu dan yoghurt, protein dan vitamin B tinggi yang terkandung di dalamnya sangat
penting untuk pertumbuhan jaringan otak, neurotransmitter dan enzim.
5. Daging sapi tanpa lemak, selain mengandung zat besi daging sapi juga dapat
memelihara daya ingat dan kecerdasan anak.
6. Gandum murni, serat pada gandum, dapat membantu mengatur pelepasam glukosa
dalam tubuh, selain itu juga mengandung vitamin B yang berfungsi memelihara
kesehatan sistem saraf. Gandum juga mempunyai kemampuan untuk mendukung
kebutuhan sediaan glukosa dari tubuh yang sifatnya konstan.
7. Strawberry, cherry, blueberry. Buah-buahan ini kaya antioksidan kadar tinggi,
khususnya vitamin C. Biji dari buah berry kaya asam lemak omega-3 yang sangat
penting untuk kecerdasan otak. Secara umum, semakin kuat warnanya, semakin
banyak nutrisinya.
(Hurlock, 2007)
Peranan dan Pengaruh Gizi dalam Perkembangan Inteligensi
Periode emas. Proses perkembangan otak anak terdiri dari serangkaian tahapan yang telah
dimulai sejak di dalam kandungan. Tepatnya, ketika kehamilan memasuki trimester ke-3.
Tahapan itu berlanjut setelah anak lahir dan perkembangan yang berlangsung hingga usia 2
tahun merupakan periode emas atau periode pacu tumbuh otak.
1. Pada usia 6 bulan, perkembangan otak anak mencapai 50%.
2. Pada umur 2 tahun melonjak hingga 75%.
3. Pada umur 5 tahun perkembangan otak mencapai 90%.
4. Pada umur 10 tahun mencapai 99%.

Kebutuhan Gizi Anak dan Remaja


Masa remaja menurut WHO adalah antara 10 –24 tahun, sedangkan menurut Monks
(1992) masa remaja berlangsung pada umur 12-21 tahun dengan pembagian masa remaja

27
awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21
tahun).
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi remaja adalah
aktivitas fisik. Remaja yang aktif dan banyak melakukan olahraga memerlukan asupan energi
yang lebih besar dibandingkan yang kurang aktif.
Angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa muda perempuan
2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
1. Penyebab Langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi
kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak
yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita
gizi kurang.
2. Penyebab tidak Langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
a. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan
mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam
jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
b. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan
dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh
kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
c. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan kesehatan
yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan
kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Penilaian Status Gizi Anak Sekolah Dasar
Penilaian Status Gizi Secara Antropometri
Supariasa, dkk (2002), mendefenisikan antropometri adalah ukuran tubuh. Jika dilihat dari
tujuannya antropometri dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Untuk ukuran massa jaringan : Pengukuran berat badan, tebal lemak dibawah kulit,
lingkar lengan atas. Ukuran massa jaringan ini sifanya sensitif, cepat berubah, mudah
turun naik dan menggambarkan keadaan sekarang.
b. Untuk ukuran linier : pengukuran tinggi badan, lingkar kepala dan lingkar dada.
Ukuran linier sifatnya spesifik, perubahan relatif lambat, ukuranya tetap atau naik,
dapat menggambarkan riwayat masa lalu.
Parameter dan indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi anak
adalah indikator Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U),
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Depkes RI, 2006).
1. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

28
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan gambaran tentang
massa tubuh (otot dan lemak), karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan yang
mendadak misalnya karena penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunya
makanan yang dikonsumsi maka berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat
labil. Berdasarkan sifat-sifat ini, maka indeks berat badan menurut umur (BB/U) digunakan
sebagai salah satu indikator status gizi. Oleh karena sifat berat badan yang stabil maka indeks
BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang pada saat kini (current nutritional status).
Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kekurangan
yang perlu mendapat perhatian.
Kelebihan indeks BB/U yaitu :
1. Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum.
2. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek.
3. Dapat mendeteksi kegemukan (Over weight).
Kelemahan dari indek BB/U adalah :
1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat udema.
2. Memerlukan data umur yang akurat.
3. Sering terjadi kesalahan pengukuran misalnya pengaruh pakaian, atau gerakan anak
pada saat penimbangan.
4. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya
setempat. Dalam hal ini masih ada orang tua yang tidak mau menimbangkan anaknya
karena seperti barang dagangan (Supariasa, 2002).
2. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan pertumbuhan skeletal.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup
lama.
Kelemahan penggunaan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) yaitu :
1) Tidak dapat memberi gambaran keadaan pertumbuhan secara jelas.
2) Dari segi operasional, sering dialami kesulitan dalam pengukuran terutama bila anak
mengalami keadaan takut dan tegang (Jahari, 2002).
3. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan perbaikan gizi adalah
dengan menentukan atau melihat. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh (fat
mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat mass) (Riyadi, 2004).
Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan
menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) anak sekolah.
Rumus IMT :

29
IMT = BB (kg) : (TB (m) x TB (m))

(Soekirman, 2000)
Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri
Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi diperlukan ukuran baku
(reference). Pada tahun 2009, Standar Antropometri WHO 2007 diperkenalkan oleh WHO
sebagai standar antopometri untuk anak dan remaja di dunia.

Indeks BB/U Indeks TB/U Indeks IMT/U

a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 a. Sangat gemuk : > 3 SD


SD SD
b. Gemuk : > 2 SD s/d ≤ 3
b. Kurang : ≥ -3 SD s/d < -2 b. Pendek : ≥ -3 SD s/d < -2 SD
SD SD
c. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2
c. Sangat Kurang : < -3 SD c. Sangat pendek : < -3 SD SD
d. Kurus : ≥ -3 SD s/d < -2
SD
e. Sangat kurus : < -3 SD

AKG Remaja

Uraian Perempuan Laki – laki

13- 15 th 16 – 19 th 20 - 45 th 13 - 15 th 16 - 19 th 20 - 45 th

Energi (kcal) 2100 2000 2200 2400 2500 2800

Protein (g) 62 51 48 64 66 55

Kalsium (mg) 700 600 600 700 600 500

Besi (mg) 19 25 26 17 23 13

Vit. A (RE) 500 500 500 600 700 700

Vit. E (mg) 8 8 8 10 10 10

Vit B1 (mg) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,2

Vit C (mg) 60 60 60 60 60 60

Folat (mg) 130 150 150 125 165 170

30
(Hurlock, 2007)

LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan Tahap Perkembangan Anak


Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi
saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih,
2000).

Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, atau ukuran, yang
bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) dan ukuran panjang (cm, meter),
sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dari seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
berinteraksi dengan lingkungannya (Kania, 2006).
a. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, yaitu:
1) Faktor genetik
Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut. Kemampuan anak
merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari orang tuanya (Kania, 2006).

2) Faktor lingkungan
Yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak itu berada. Dalam hal ini lingkungan
berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang sejak dalam
kandungan sampai dewasa. Lingkungan yang baik akan menunjang tumbuh kembang anak,
sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan menghambat tumbuh kembangnya (Kania,
2006).
a) Faktor lingkungan pranatal
Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih dalam kandungan. Faktor
lingkungan pranatal yang berpengaruh pada tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi
sampai lahir. Antara lain gizi ibu pada waktu hamil, mekanis, toksik atau zat kimia,
endokrin, radiasi, infeksi, stres, imunitas dan anoksia embrio (Soetjiningsih, 2000).
b) Faktor lingkungan posnatal
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang
sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya, ke suatu sistem yang tergantung pada
kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri. Lingkungan post natal
yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi
(Soetjiningsih, 2000):
1. Lingkungan biologis.
2. Lingkungan fisik
3. Faktor psikososial
4. Faktor keluarga dan adat istiadat.

31
b. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri
tersebut adalah sebagai berikut (Rusmila, 2008):
1) Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersamaan dengan
pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya
perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak
dan serabut saraf.
2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan
bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika
pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak
terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan
menentukan perkembangan selanjutnya.
3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-
beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan
perkembangan pada masing-masing anak.
4) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan. Pada saat pertumbuhan
berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental,
memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah
berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh
terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu: a. Perkembangan terjadi lebih dahulu
di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola
sefalokaudal); b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak
kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai
kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan seorang anak
mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi
terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum
mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan
sebagainya.

1. Pertumbuhan Anak
Tumbuh adalah bertambah besarnya ukuran sel atau organ tubuh sedangkan
perkembangan adalah bertambahnya fungsi organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Artinya untuk perkembangan yang normal diperlukan
pertumbuhan yang selalu bersamaan dengan kematangan fungsi. Sebuah organ yang tumbuh
atau menjadi besar karena sel-sel jaringan yang mengalami proliferasi atau hiperplasia dan
hipertrofi. Pada awalnya organ ini masih sederhana dan fungsinya pun belum sempurna.
Dengan bertambahnya umur atau waktu, organ tersebut berikut fungsinya akan tumbuh dan
berkembang. Pertumbuhan seorang anak memberikan gambaran tentang perkembangan
keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak untuk berbagai
proses biologis termasuk untuk tumbuh (Harahap, 2004).

32
Periode pertumbuhan dan perkembangan anak mulai di dalam kandungan ibu sampai
umur 2 tahun disebut masa kritis tumbuh-kembang. Bila anak gagal melalui periode kritis ini
maka anak tersebut sudah terjebak dalam kondisi “point of no return”, artinya walaupun anak
dapat dipertahankan hidup tetapi kapasitas tumbuh-kembangnya tidak bisa dikembalikan ke
kondisi potensialnya (Buku saku gizi, 2010).

Pada dasarnya pertumbuhan dibagi dua, yaitu; pertumbuhan yang bersifat linier dan
pertumbuhan massa jaringan. Dari sudut pandang antropometri, kedua jenis pertumbuhan ini
mempunyai arti yang berbeda. Pertumbuhan linier menggambarkan status gizi yang
dihubungkan pada saat lampau, dan pertumbuhan massa jaringan menggambarkan status gizi
yang dihubungkan pada saat sekarang atau saat pengukuran (Supariasa dkk, 2002).

a. Pertumbuhan linier
Ukuran yang berhubungan dengan tinggi (panjang) atau stature dan merefleksikan
pertumbuhan skeletal. Contoh ukuran linier adalah panjang badan, lingkar dada dan lingkar
kepala. Ukuran linier yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi kurang akibat
kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau. Ukuran linier yang paling sering
digunakan adalah tinggi atau panjang badan (Supariasa dkk, 2002; Yayuk H dan Tryanti,
2008).

b. Pertumbuhan Massa Jaringan


bentuk dan ukuran massa jaringan adalah massa tubuh. Contoh ukuran massa tubuh adalah
berat badan, lingkar lengan atas (LLA), dan tebal lemak bawah kulit, apabila ukuran ini
rendah atau kecil, menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein
yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan. Ukuran massa jaringan yang sering
digunakan adalah berat badan (Supariasa dkk, 2002).

c. Tahap pertumbuhan anak


Tahap perkembangan anak berangsur-angsur mulai dari (Harahap, 2004):
1) Pertumbuhan yang cepat sekali dalam tahun pertama, yang kemudian
mengurang secara berangsur-angsur sampai umur 3-4 tahun.
2) Pertumbuhan yang berjalan lamban dan teratur sampai masa akil balik.
3) Pertumbuhan cepat pada masa akil balik (12-16 tahun).
4) Pertumbuhan kecepatannya mengurang berangsur-angsur sampai suatu waktu
(kira-kira umur 18 tahun) berhenti. Dalam tahun pertama panjang badan bayi
bertambah dengan 23 cm (dinegeri maju 25 cm), sehingga anak pada umur 1
tahun panjangnya menjadi 71 cm (75 cm di negeri maju).Kemudian kecepatan
pertambahan panjang badan kira-kira 5 cm per-tahun (Harahap, 2004).

2. Perkembangan Anak
Perkembnagan (development) adalah bertambahnya kemapuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya (Soetjiningsih, 2000).

33
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat
kuntitatif, melainkan kualitatif. Jadi perkembangan itu adalah proses terjadinya perubahan
pada manusia baik secara fisik maupun secara mentalsejak berada di dalam kandungan
sampai manusia tersebut meninggal. Proses perkembangan pada manusia terjadidikarenakan
manusia mengalami kematangan dan proses belajar dari waktu ke waktu. Kematangan adalah
perubahan yangterjadi pada individu dikarenakan adanya perkembangan dan pertumbuhan
fisik dan biologis, misalnya seorang anak yangberanjak menjadi dewasa akan mengalami
perubahan pada fisik dan mentalnya.

Perkembangan Anak (Perkembangan Fisik, Perkembangan Motorik, Perkembangan


Kognitif, Perkembangan Psikososial) – Periode ini merupakan kelanjutan dari masa bayi
(lahir – usia 4 th) yang ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik, motorik dan kognitif
(perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku), psikosial serta diikuti oleh perubahan –
perubahan yang lain (Administrator, 2010).

Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan cara pemeriksaan perkembangan


secara berkala, apakah sesuai dengan umur atau telah terjadi penyimpangan dari
perkembangan normal. Empat parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan anak
adalah:
1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).
2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll).
3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara spontan).
4. Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi denganlingkungannya).

Jenis – jenis Perkembangan


1.Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relatif seimbang. Peningkatan berat badan anak
lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak terjadi terutama
karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya
(Administrator, 2010)

2.Perkembangan Motorik Kasar


Perkembangan Motorik Kasar
Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk,
berdiri, dan sebagainya (Rusmil, 2009). Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih
halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih
cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya
(Administrator, 2010).
Perkembangan Motorik Halus
Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak terus melakukan
berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Gerak
halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak

34
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-
otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit,
menulis, dan sebagainya. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas
permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll (Administrator, 2010;
Rusmil, 2009).

Tahap Perkembangan Motorik


Berikut tahapan-tahapan perkembangannya Admin (2010):
Usia 1-2 tahun

Motorik Kasar Motorik Halus

• merangkak • mengambil benda kecil dengan ibu


• berdiri dan berjalan beberapa jari atau telunjuk
langkah • membuka 2-3 halaman buku secara
• berjalan cepat bersamaan
• cepat-cepat duduk agar tidak • menyusun menara dari balok
jatuh • memindahkan air dari gelas ke gelas
• merangkak di tangga lain
• berdiri di kursi tanpa pegangan • belajar memakai kaus kaki sendiri
• menarik dan mendorong benda- • menyalakan TV dan bermain remote
benda berat • belajar mengupas pisang
• melempar bola

Usia 2-3 tahun


Motorik Kasar Motorik Halus

• melompat-lompat • mencoret-coret dengan 1 tangan


• berjalan mundur dan jinjit • menggambar garis tak beraturan
• menendang bola • memegang pensil
• memanjat meja atau tempat tidur • belajar menggunting
• naik tangga dan lompat di anak • mengancingkan baju
tangga terakhir • memakai baju sendiri
• berdiri dengan 1 kaki

Usia 3-4 tahun


Motorik Kasar Motorik Halus
• melompat dengan 1 kaki • menggambar manusia
• berjalan menyusuri papan • mencuci tangan sendiri
• menangkap bola besar • membentuk benda dari plastisin
• mengendarai sepeda • membuat garis lurus dan lingkaran cukup
• berdiri dengan 1 kaki rapi

Usia 4-5 tahun

35
Motorik Kasar Motorik Halus
• menggunting dengan cukup baik
• menuruni tangga dengan cepat • melipat amplop
• seimbang saat berjalan mundur • membawa gelas tanpa
• melompati rintangan menumpahkan isinya
• melempar dan menangkap bola • memasikkan benang ke lubang
• melambungkan bola besar

Berikut ini, antropometri yang digunakan untuk mengukur motorik bayi dengan
mengggunakan Milestone Perkembangan Motori :

Pengukuran Milestone Perkembangan Motorik yang dikembangkan oleh Depkes.

Gambar 1 : Pengukuran Milestone Perkembangan Motorik

36
4) Perkembangan Kognitif

Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara
berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih
bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah
berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya
menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar
(Administrator, 2010).

Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut
pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas
mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Dalam
upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan
informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai
kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan
sesungguhnya (Administrator, 2010).

Skala Yaumil-mimi
Perkembangan Mental Anak
(Gerakan-gerakan Kasar&Halus,Emosi,Sosial,Perilaku,Bicara).

Perkembangan anak balita:


 Sangat penting sebagai dasar untuk perkembangan selanjutnya yakni prasekolah,
sekolah, akil balig dan remaja
 Untuk perkembangan yang baik dibutuhkan:1. Kesehatan & gizi yang baik dari ibu
hamil, bayi dan anak prasekolah2. Stimulasi/ rangsangan yang cukup dalam kualitas
dan kuantitas
 Keluarga dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) mempunyai peran yang penting dalam
pembinaan fisik, mental sosial anak balita

Dari lahir sampai 3 bulan:


 Belajar mengangkat kepala
 Belajar mengikuti objek dengan matanya
 Melihat ke muka orang dengan tersenyum
 Bereaksi terhadap suara/ bunyi
 Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak
 Menahan barang yang dipegangnya
 Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh

Dari 3 bulan sampai 6 bulan:


 Mengangkat kepala 90 derajat dan mengangkat dada dengan bertopang tangan
 Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau di luar
jangkauannya.
 Menahan benda-benda di mulutnya
 Berusaha memperluas lapangan pandangan
 Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
 Mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang

Dari 6 bulan sampai 9 bulan:

37
 Dapat duduk tanpa dibantu
 Dapat tengkurap dan berbailik sendiri
 Dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
 Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
 Memegang benda kecil daengan ibu jari dan jari telunjuk
 Bergembira dengan melempar benda-benda
 Mengeluarkan kata-kata tanpa arti
 Mengenal muka anggota-anggota keluarga dan takut kepada orang asing/ lain
 Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-sembunyian

Dari 9 bulan sampai 12 bulan:


 Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu
 Dapat berjalan dengan dituntun
 Menirukan suara
 Mengulang bunyi yang didengarnya
 Belajar menyatakan satu atau dua kata
 Mengerti perintah sederhana atau larangan
 Memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya, ingin menyentuh
apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya (memasuki fase oral sepertinya)
 berpartisipasi dalam permainan

Dari 12 bulan sampai 18 bulan:


 Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
 Menyusun 2 atau 3 kotak
 Dapat mengatakan 5-10 kata
 Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing

Dari 18 sampai 24 bulan:


 Naik turun tangga
 Menyusun 6 kotak
 Menunjuk mata dan hidungnya
 Menyusun dua kata
 Belajar makan sendiri
 Menggambar garis di kertas atau pasir
 Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil/ kencing
 Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar
 Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka

Dari 2 sampai 3 tahun:


 Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
 Membuat jembatan dengan 3 kotak
 Mampu menyusun kalimat
 Mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang ditujukan
kepadanya
 Menggambar lingkaran
 Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar
keluarganya

Dari 3 sampai 4 tahun:


 Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga

38
 Berjalan pada jari kaki
 Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
 Menggambar garis silang
 Mengenal 2 atau 3 warna
 Menggambar orang hanya kepala dan badan
 Bicara dengan baik
 Menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya
 Banyak bertanya
 Bertanya bagaimana anak dilahirkan
 Mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, dan sisi belakang
 Mendengarkan cerita-cerita
 Bermain dengan anak lain
 Menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudranya
 Dapat melakasanakan tugas-tugas sederhana

Dari 4 sampai 5 tahun:


 Melompat dan menari
 Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan dan badan
 Menggambar segi empat dan segi tiga
 Pandai bicara
 Dapat menghitung jari-jarinya
 Dapat menyebut hari-hari dalam seminggu
 Mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita
 Minat kepada kata baru dan artinya
 Memprotes bila dilarang apa yang diingininya
 Mengenal 4 warna
 Memperkirakan bentuk dan besarnya benda, membedakan besar dan kecil
 Menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa

Pendidikan/ stimulasi yang perlu diberikan:


 Akademik sederhana: pengenalan ruang, bentuk, warna, persiapan berhitung
 Pendidikan alam sekitar, sosialisasi, mengenal lingkungan masyarakat
 Bermain bebas untuk mengembangkan fantasi dan memperkaya pengalaman
 Menyanyi, menggambar
 Bahasa: bercakap-cakap, membaca gambar, bercerita, mengucapkan syair sederhana
 Melatih daya ingat dengan antara lain bermain jualan, menyampaikan berita
 Menggambar
 Membuat permainan dari kertas
 Mengenal tugas, larangan-larangan
 Aktivitas sehari-hari: makan sendiri, minum sendiri, kontrol buang air besar (BAB),
kontrol buang air kecil (BAK).

Tumbuh Kembang Masa Remaja .


Wanita :
-Tumbuh Rambut halus
-Payudara membesar
-Pinggul membesar
-Kulit dan Rambut berminyak.
-Bokong berkembang lebih besar.
-Pada vagina megeluarkan cairan.

39
-Menstruasi.
Laki-Laki :
-Tumbuh rambut halus
-Keringat bertambah
-Kulit dan rambut berminyak
-Dada bertambah besar dan bidang.
-Tumbuh jakun.
-Suara bertambah berat.
-Mimpi basah.

LO.3 Memahami dan Menjelaskan Tanggung Jawab Orangtua terhadap Anak dalam
Pandangan Islam
Menurut ajaran Islam, anak adalah amanah Allah dan tidak bisa dianggap sebagai harta benda
yang bisa diperlakukan sekehendak hati oleh orang tua. Sebagai amanah anak harus dijaga
sebaik mungkin oleh yang memegangnya, yaitu orang tua. Anak adalah manusia yang
memiliki nilai kemanusiaan yang tidak bisa dihilangkan dengan alasan apa pun.

1. Anak mempunyai hak untuk hidup.


Allah berfirman:

‘Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan memberikan
rizqi kepadamu dan kepada mereka.’ ( QS. Al-An’am: 151)
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai kewajiban agar anak tetap bisa
hidup betapapun susahnya kondisi ekonomi orang tua. Ayat itu juga memberi jaminan
kepada kita bahwa Allah saw pasti akan memberikan rizqi baik kepada orang tua maupun
sang anak, asalkan berusaha.
2. Menyusui
Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana firman Allah (QS
AI Baqarah: 233)

ِ ‫س َوت ُ ُهنَّ ِبا ْل َم ْع ُر‬


َ‫وف ال‬ ْ ‫ع َلى ا ْل َم ْولُو ِد لَهُ ِر ْزقُ ُهنَّ َو ِك‬ َ ‫الرضَاعَةَ َو‬ َّ ‫َاملَي ِْن ِل َم ْن أَ َرا َد أَن يُتِ َّم‬ِ ‫َوا ْل َوا ِلدَاتُ يُ ْر ِض ْعنَ أ َ ْوالَ َدهُنَّ ح َْو َلي ِْن ك‬
‫اض‬ َ َ
ٍ ‫ث ِمث ُل ذ ِلكَ ف ِإ ْن أ َرادَا فِصَاالً عَن تَ َر‬ َ ْ ِ ‫علَى ا ْل َو ِار‬ َ ‫َآر َوا ِل َدةُ ِب َولَ ِد َها َوالَ َم ْولُودُُُ لَّهُ ِب َو َل ِد ِه َو‬ َّ ‫سعَهَا الَ تُض‬ ْ ‫س إِالَّ ُو‬ ٌ ‫ف نَ ْف‬ ُ َّ‫ت ُ َكل‬
‫وف َواتَّقُوا‬ ‫ر‬ ‫ع‬ ‫م‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬‫ب‬ ‫ُم‬ ‫ت‬‫ي‬َ ‫ت‬‫ا‬
ِ ُ ْ َ ِ ْ َ َّ ْ َ ِ ْ ْ َ ُ ‫ء‬ ‫آ‬‫م‬ ‫ُم‬ ‫ت‬‫م‬ َّ ‫ل‬‫س‬ ‫ا‬َ ‫ذ‬ ‫إ‬ ‫م‬ ‫ك‬ُ ‫ي‬‫ل‬َ ‫ع‬
َ ‫ح‬ ‫ا‬ َ ‫ن‬‫ج‬ َ ‫ال‬َ ‫ف‬ ‫م‬
ْ ُ
‫ك‬ ‫د‬
َ َ ‫ال‬ ‫و‬َ ‫أ‬ ‫وا‬ ‫ع‬
ْ ُ ِ ْ ْ ‫ض‬ ‫ر‬ َ ‫ت‬‫س‬ َ ‫ت‬ ‫ن‬ َ ‫أ‬ ‫م‬ُ ‫ت‬‫د‬ْ ‫ر‬َ
ْ َ َِ َ ِ ‫أ‬ ْ
‫ن‬ ‫إ‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ْه‬
‫ي‬ َ ‫ل‬‫ع‬َ ‫ح‬
َ ُ‫ا‬‫ن‬َ ‫ج‬ َ ‫ال‬َ ‫ف‬ ‫ر‬
ٍُ ‫َاو‬
‫ش‬ َ ‫ت‬‫و‬َ َ ‫ِم ْن ُه‬
‫ا‬‫م‬
}233{ ُُ‫ير‬ َ
ُ ‫هللاَ َوا ْعلَ ُموا أنَّ هللاَ بِ َما ت َ ْع َملُونَ بَ ِص‬
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama 2 tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan”.
Bayi yang memperoleh ASI akan mempunyai daya kekebalan tubuh yang lebih baik.
Seorang ibu diwajibkan untuk menyusui anaknya sampai 2 tahun penuh, kecuali ada alasan
yang dapat diterima oleh hukum Islam. Menyusui anak sampai dua tahun ini akan
menumbuhkan pengaruh positif terhadap sang anak baik secara fisik maupun secara jiwani.

3. Memberi Nama yang Baik

40
Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya kewajiban orang tua dalam
memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama, memberi nama yang baik ketika lahir.
Kedua, mendidiknya dengan al-Qur’an dan ketiga, mengawinkan ketika menginjak
dewasa.”
Berkenaan dengan nama-nama yang bagus untuk anak, Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kamu
sekalian, maka perbaguslah nama kalian.” (HR.Abu Dawud)
Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah sebuah doa. Dengan memberi
nama yang baik, diharapkan anak kita berperilaku baik sesuai dengan namanya.

4. Mengaqiqahkan Anak
Menurut keterangan A. Hasaan ‘aqiqah adalah; “menyembelih kambing untuk (bayi) yang
baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu, pada hari ketujuhnya.
Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Tiap-tiap seorang anak tergadai dengan ‘aqiqahnya.
Disembelih (‘aqiqah) itu buat dia pada hari yang ketujuhnya dan di cukur serta diberi nama
dia.’ (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang empat dan dishahihkan oleh At Tirmidzy,
hadits dari Samurah ).

5. Mendidik anak
Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Dia
senantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak Muhammad dan
para sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah (sekedar) kemurahan hati seorang ibu
kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah
kepada seorang ibu.
Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara lainnya, seperti
mencucikan pakaiannya atau membersihkan badannya saja. Bahkan mendidik anak itu
mencakup perkara yang luas, mengingat anak merupakan generasi penerus yang akan
menggantikan kita yang diharapkan menjadi generasi tangguh yang akan memenuhi bumi ini
dengan kekuatan, hikmah, ilmu, kemuliaan dan kejayaan.
Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah maka sesuatu yang
sedikit saja akan berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah adalah orang yang bersegera
menanamkan agama yang mudah ini, serta menanamkan kecintaan tehadap agama ini kepada
anak-anaknya.

6. Memberi makan dan keperluan lainnya


Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warisan pun
berkewajiban demikian. Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Cukup berdosa orang yang menyia-nyiakan (tanggung jawab) memberi makan
keluarganya.’ ( HR Abu Daud)

7. Memberi rizqi yang ‘thayyib’


Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya
tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang
baik.’ HR Al Hakim.

8. Mendidik anak tentang agama


‘Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan baik maka mereka akan
menyebabkannya masuk surga. ( HR Al Bukhary ).

41
Mengenai kekhassan kaum wanita, antara lain Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Wanita itu
bagaikan tulang rusuk. Apabila anda biarkan begitu saja, dia akan tetap bengkok. Namun
apabila anda luruskan sekaligus, dia akan patah’.

9. Mendidik anak untuk sholat


Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Suruhlah anak anakmu sholat bila berumur tujuh tahun dan
gunakan pukulan jika mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur
mereka (putra putri’).
Maksudnya, kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan sholat dimulai setelah anak
berumur tujuh tahun. Bila telah berusia sepuluh tahun anak belum juga mau mengerjakan
sholat, boleh dipukul dengan pukulan ringan, yang mendidik, bukan pukulan yang membekas
atau menyakitkan.

10. Mendidik anak tentang adab yang baik


Islam mengutamakan pendidikan mental. ‘Taqwa itu ada disini’, kata Rasulullah seraya
menunjukkan kearah dadanya. Artinya hati manusia adalah sumber yang menentukan baik
buruknya perilaku seseorang.

11. Memberi pengajaran dengan pelajaran yang baik


Berkata shahabat ‘Aly r.a.; ‘Ajarilah anak anakmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk
zaman yang berbeda dengan zamanmu’.

12. Memberi pengajaran Al Quraan


Rasulullah s.a.w. bersabda;’Sebaik baik kalian adalah barang siapa yang belajar Al Qur aan
dan mengajarkannya’.
Nabi s.a.w. bersabda; ‘Ilmu itu ada tiga macam. Selainnya adalah sekedar tambahan.
Adapun yang tiga macam itu ialah; Ilmu tentang ayat ayat ( Al Quraan) yang muhkamat,
ilmu tentang Sunnah Nabi, dan ilmu tentang pembagian warits. ( HR Ibnu Majah ).

13. Memberikan pendidikan dan pengajaran baca tulis


Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah mengajarinya
tulis baca, mengajarinya berenang dan memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang
baik.’ HR Al Hakim.

14. Memberikan perawatan dan pendidikan kesehatan


Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Jagalah kebersihan dengan segala usaha yang mampu kamu
lakukan. Sesungguhnya Allah SAW menegakkan Islam diatas prinsip kebersihan. Dan tak
akan masuk sorga kecuali orang yang memelihara kebersihan.’ ( HR At Thabarany ).

15. Memberikan pengajaran ketrampilan


Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Sebaik baik makanan adalah hasil usaha tangannya sendiri’.
Dalam sabdanya yang lain beliau mengatakan; ‘Mengapa tidak kau ajarkan padanya (anak
itu) menenun sebagaimana dia telah diajarkan tulis baca?’ (HR An- Nasai).

16. Memberikan kepada anak tempat yang baik dalam hati orang tua
Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, doakan dia selalu, agar
menjadi anak yang sholeh, santunilah dengan lemah lembut, sabarlah menghadapi
perilakunya yang tidak baik, hadapi segalanya dengan penuh kearifan, jangan mudah

42
membentak apalagi memukul tanpa alasan, tempatkan dia dengan ikhlas pada hati, belailah
dengan penuh kasih sayang nasehati dengan santun.
Seorang datang kepada Nabi s.a.w. dan bertanya; ‘Ya Rasulullah, apakah hak anakku ini?
Nabi s.a.w. menjawab;’ Kau memberinya nama yang baik, memberi adab yang baik dan
memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu). ( HR At Tuusy )

17. Memberi kasih sayang


Kecintaan orang tua kepada anak tidak cukup dengan hanya memberinya materi baik berupa
pakaian, makanan atau mainan dan sebagainya. Tapi yang lebih dari pada itu adalah adanya
perhatian dan rasa kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua.
Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Bukanlah dari golongan kami yang tidak menyayangi yang lebih
muda dan (bukan dari golongan kami) orang yang tidak menghormati yang lebih tua.’(HR
At Tirmidzi).

18. Menikahkannya
Bila anak telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah. Jangan biarkan mereka
terus tersesat dalam belantara kemaksiatan. Doakan dan dorong mereka untuk hidup
berkeluarga, tak perlu menunggu memasuki usia senja.
Bila muncul rasa khawatir tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat
kelurga, Allah berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang
dilakukannya, sebagaimana firman-Nya,
“Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin) dan orang-orang yang sudah waktunya
kawin dari hamba-hambamu yang laki-laki ataupun yang perempuan. Jika mereka itu
orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka
dari anugerah-Nya.” (QS. An-Nur:32)

19. Mengarahkan anak


Orang tua wajib mengarahkan anak-anak, serta menekankan mereka untuk memilih
kawan, teman duduk maupun teman dekat yang baik. Hendaknya orang tua menjelaskan
kepada anak tentang manfaat di dunia dan di akhirat apabila duduk dan bergaul dengan
orang-orang sholeh, dan bahaya duduk dengan orang-orang yang suka melakukan kejelekan
ataupun teman yang jelek.
Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mencari tahu setiap keadaan anak,
menanyakan tentang teman-temannya. Betapa banyak terjadi seorang anak yang jelek
mengajak teman-temannya untuk berbuat kemungkaran dan kerusakan, serta menghiasi
perbuatan jelek dan dosa di hadapan teman-temannya.
Bila suatu ketika orang tua mendapati anaknya berbuat kejelekan dan kerusakan, tidak
mengapa orang tua berusaha mencari tahu tentang keadaan anaknya. Walaupun dengan hal
itu mereka terpaksa melakukan salah satu bentuk perbuatan tajassus (mata-mata). Ini tentu
saja dengan tujuan mencegah kejelekan dan kerusakan yang terjadi, karena sesungguhnya
Allah k tidak menyukai kerusakan.
Inilah kiranya sebuah kewajiban yang tak boleh dilupakan oleh setiap orang tua.
Hendaknya orang tua mengingat sebuah ucapan yang dituturkan oleh ‘Amr bin Qais Al-
Mala`I:

“Sesungguhnya pemuda itu sedang tumbuh. Maka apabila dia lebih mengutamakan untuk
duduk bersama orang-orang yang berilmu, hampir-hampir bisa dikata dia akan selamat.
Namun bila dia cenderung pada selain mereka, hampir-hampir dia rusak binasa.” (Dinukil
dari Lammud Durril Mantsur minal Qaulil Ma`tsur, bab Hukmus Salaf ‘alal Mar`i bi Qarinihi
wa Mamsyahu).

43
(Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, 2000)

Daftar Pustaka
Harold Kaplan & Benyamin Sadock. (2008). Synopsis Psikiatri jilid 2. Jakarta. Karisma.
Hurlock, E.B. (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta. Gramedia.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. (2000). Fiqih Bayi. Jakarta. Fikr Rabbani Group.
Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin (1999). Ilmu Kesehatan Anak jilid 1 Edisi 15. Jakarta.
EGC
Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC.

44

Anda mungkin juga menyukai