Anda di halaman 1dari 2

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan salah satu sumber yang terpenting di dunia ini. Ketersediaan air yang
cukup secara kuantitas, kualitas, dan kontinuitas sangat penting untuk kelangsungan hidup
manusia. Air baku adalah air yang dapat digunakan sebagai sumber atau bahan baku dalam
penyediaan air bersih. Pengertian air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor:416/MENKES/PER/IX/1990 adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
dan dapat diminum setelah dimasak. Sumber air baku yang dapat digunakan untuk
penyediaan air bersih yaitu air hujan, air permukaan (air sungai, air danau, air rawa, air laut),
dan air tanah (air tanah dangkal, air tanah dalam, mata air). Namun kenyataannya
ketersediaan air bersih secara alami sangat terbatas. Penyediaan air bersih di Indonesia
terutama dalam skala besar masih terpusat di daerah perkotaan dan dikelola oleh Perusahaan
Air Minum (PAM) di kota tersebut. Namun pada beberapa daerah di Indonesia masih
mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih dan hal tersebut masih menjadi
permasalahan yang belum terpecahkan. (Hartomo, 1994; JICA,1974; Lisnley, 1989; Martin
D, 2001; Sutrisno, 2002).
Desa Lubuk Saban adalah salah satu daerah yang terletak di daerah di pesisir pantai.
Banyaknya masyarakat yang memilih hidup di daerah tersebut dikarenakan banyaknya
potensi sumber daya alam hayati maupun non hayati, sumber daya buatan serta jasa
lingkungan yang sangat penting bagi penghidupan masyarakat. Namun hal tersebut tidak
sepenuhnya menjadikan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut hidup sejahtera. Sekolah
yang ada di desa Lubuk Saban hanya sampai batas SMP (Sekolah Menengah Pertama),
sehingga menyebabkan masih rendahnya produktivitas dan kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai pengolahan air bersih ini berdampak pada kesehatan masyarakat.
Di desa ini terdapat banyak limbah cangkang kepiting bertumpukkan di berbagai
tempat yang belum dapat diolah secara maksimal. Sehingga dapat menimbulkan limbah di
daerah sekitar. Dimana diketahui bahwa cangkang kepiting ini daat diolah menjadi kitin
berfungsi untuk menjernihkan air dengan prinsip koagulasi. Selain itu, desa tersebut belum
memiliki sistem jaringan air bersih dari PDAM sehingga untuk memperoleh air bersih
sebagian masyarakat menggunakan sumur bor yang kualitas airnya masih terbilang kurang
baik. Dengan demikian, maka penjernihan air laut di desa tersebut dapat diterapkan dengan
memanfaatkan limbah cangkang kepiting di lingkungan sekitar yang ramah lingkungan serta
efektif untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari, salah satunya yaitu dengan koagulasi,
filtrasi dan pemanasan (evaporasi).
Penelitian mengenai penjernihan air telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
Manurung (2011) menggunakan kitin yang terbuat dari kulit udang sebagai koagulan untuk
menjernihkan, dimana hasil penelitian tersebut membuktikan kitin kulit udang mampu
menurunkan tingkat kekeruhan air hingga 90,37%. Penelitian lain yang dilakukan oleh Jacky
(2013) tentang pengolahan air laut atau yang dikenal dengan desalinasi dengan metode
evaporasi. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa dengan metode evaporasi air yang
dihasilkan telah teruji tidak memiliki kandungan logam-logam berbahaya ataupun zat
pengotor yang dikarenakan dengan metode ini hanya air saja yang mengalami proses
penguapan, meskipun memang masih terdapat kandungan salinitas tetapi <10 ppm, sehingga
air tersebut berkualitas sangat baik untuk dikonsumsi. Selain itu, penggunaan karbon aktif
sebagai adsorben untuk menjernihkan air sudah sangat banyak dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Nurhidayah, dkk (2013) membuat karbon aktif dari sekam padi sebagai
adsorben penjernihan air, dimana dikatakan ukuran pori karbon dan waktu aliran regenerasi
berbanding lurun dengan penurunan konsentrasi Fe di dalam air.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperlukan suatu upaya memperkenalkan
usulan program rim kami berupa “Pengolahan Air Laut Menjadi Air Tawar
Menggunakan Teknologi KFE-ASI untuk Masyarakat di Pesisir Pantai Desa Lubuk
Saban Kecamatan Pantai Cermin”. Melalui usulan program ini diharapkan teknologi KFE-
ASI dapat dimanfaatkan secara lebih sebagai alternatif untuk memperoleh air bersih melalui
air laut yang ada di daerah tersebut.

1.2.Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam usulan Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian
Masyarakat dengan judul di atas yaitu:
1. Bagaimana karakteristik air yang dihasilkan dari teknologi KFE-ASI?
2. Apa keunggulan teknologi KFE-ASI sebagai alternatif untuk mengubah air laut
menjadi air tawar?
3. Bagaimana metode yang aplikatif dalam mensosialisasikan penggunaan teknologi
KFE-ASI kepada masyarakat?

1.3. Tujuan
Penulisan Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui karakteristik air yang dihasilkan dari teknologi KFE-ASI
2. Untuk mengetahui keunggulan teknologi KFE-ASI sebagai alat untuk mengubah air
laut menjadi air tawar.
3. Untuk mengetahui pemahaman masyarakat terhadap penggunaan teknologi KFE-
ASI kepada masyarakat.

1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang diperolah dari karya tulis ini yaitu:

Anda mungkin juga menyukai