Anda di halaman 1dari 2

Laporan Kegiatan Membaca Buku

Judul Buku : Panggil Aku Kartini Saja


Pengarang : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera
Kota Terbit : Jakarta
Kegiatan Prabaca
No Pertanyaan Sebelum Membaca buku
1 Siapakah sosok Kartini sebenarnya ?
2 Benarkah Kartini yang bergelar Raden Ajeng itu hanya seorang pejuang emansipasi
wanita?
3 Apa saja sebenarnya yang dilakukan seorang Kartini ?

Kegiatan Pascabaca
No Bab/Sub Butir – Butir Penting/Menarik
bab/Bagian
1 I/Pendahuluan Tujuan penulis menulis buku ini adalah penulis ingin semua orang tau
bahwa Kartini bukanlah seorang pejuang emansipasi wanita saja dan
penulis ingin agar pembaca mengetahui apa saja pemikiran pemikiran
Kartini
2 I/Pengetian Buku ini berisi tentang pemikiran pemikiran Kartini di zaman Belanda
untuk memperjuangkan hak hak yang telah dirampas oleh Belanda,
Buku ini juga berisi hal hal yang tidak diketahui banyak orang tentang
Kartini, Buku ini juga tidak murni buku Biografi saja melainkan juga
banyak interpretasi.
3 II/Isi Buku yang Berjudul “Panggil Aku Kartini” ini dimulai dengan
kekalahan perang diponegoro, yang berlanjut ke politik tanam paksa
Van den Bosch yang menyengsarakan rakyat berkali lipat. Lalu
penjelasan tentang silsilah kartini dan para leluhurnya yang termasuk
dalam kaum ksatria, sehingga bila disejajarkan menurut kasta hindu
yang artinya termasuk golongan bangsawan. Kemudian masuk ke masa
kelahiran, masa kecil, bersekolah, hidup dalam pingitan hingga
kembalinya kebebasan kartini untuk melongok dunia luar yang
mendekatkan dirinya pada kotanya, Jepara. Beranjak dewasa, ditemani
buku semasa dalam pingitan yang sebenarnya juga merupakan pelarian
dirinya atas keresahan budaya pingitan jawa, sehingga ia beralih ke
dunia pustaka. Kartini mulai melihat adanya perbedaan, jurang
pemisah antara kelompok pribumi dan belanda. Kemiskinan, sistem
kasta yang berlaku terutama di kalangan pribumi/jawa sendiri.
Feodalisme yang membuatnya resah mengenai dunia pribumi yang
dikenalnya. Sedang pada saat bersamaan, ia mengenal dunia barat dan
menguasai alatnya, yaitu bahasa belanda. Ia temukan setitik jalan
keluar bagi bangsanya melalui bacaan, dan budaya barat yang dalam
hal ini diwakili oleh eropa atau Belanda khususnya di Indonesia--
sebagai kekuatan terbesar di zamannya.
Kartini berjuang melalui seni. Seni utama yang ia kuasai tentulah
mengarang. Namun ia juga menghayati seni membatik, melukis,
bermusik, dan menggagas kehidupan yang lebih baik untuk para
seniman di Jepara. Berkat dirinya pula, Jepara dikenal akan ukirannya
oleh orang Belanda. Kemudian Pram menutup buku ini dengan
menjelaskan sedikit tentang kondisi kejiwaan kartini. Tentang
pandangannya akan Tuhan, yang pada masa itu ia mengakui bahwa
ilmu agama tak dipelajari dengan baik. Maka meski menganut Islam,
Kartini tidak menutup diri akan beragam pengetahuan agama lain
selain itu dikabarkan ia juga menguasai Injil. Ia berpegangan bahwa
Tuhannya adalah kebajikan dan cinta, lebih pada kebatinan. Bahkan,
disinyalir ia memiliki kemampuan berbicara dengan roh dan
bertelepati. Pada akhirnya, ia mengedepankan akal/ilmu sebelum
beribadah. Kartini cukup kritis dan memiliki daya observasi serta
intelegensi yang cukup tinggi bagi wanita sebangsanya di masa itu.
4 III/ Buku ini sangat dirokemdasi untuk dibaca karena membicarakan
Kesimpulan perjuangan seorang wanita yang sangat hebat, jika kita mengerrti lika
liku kehidupannya kita bisa juga ikut terbawa suasana saat
membacanya.Buku ini layak dibaca untuk semua kalangan.
5 III/ Imbauan Saya mengimbau kepada para pembaca untuk membaca buku ini
karena mempunyai banyak manfaat, bukan hanya menginspirasi kita
tapi kita juga diajak berfikri kritis,sehingga kita juga dapat
berkeembanng dari membaca buku ini.

Dilaporkan Oleh : Fikri Adriansyah


Kelas : XII IPS 2

Anda mungkin juga menyukai