Anda di halaman 1dari 14

Laporan Pendahuluan : Keperawatan anak

SEPSIS NEONATORUM

Di susun oleh :

TAMRIN
C12113750

Preseptor Lahan Preseptor Institusi

(...............................................) (.................................................)

Profesi Ners
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar
2015
SEPSIS NEONATORUM

1. Defenisi
Sepsis neonatorum merupakan sindrom klinis yang timbul akibat invasi
mikroorganisme ke dalam aliran darah yang terjadi dalam satu bulan pertama
kehidupan. Sepsis neonatorum dibedakan menjadi sepsis neonatorum onset dini
(SNOD) dan sepsis neonatorum onset lanjut (SNOL). (Mansur, dkk 2013)

2. Etiologi
a. Mikroorganisme pathogen seperti streptococcus grup B, klebsiela
enterococcus, hemofilus influenza, stafilococcus pneumonia
b. Hambatan penarikan plasenta pada bayi yang premature
c. Kontak langsung selama kelahiran melalui jalan lahir
d. Kontaminasi dengan bayi lain, personal, objek dan lingkungan

3. Patofisiologi
Hambatan penarikan plasenta pada bayi yang premature menyebabkan bayi
mudah terserang virus, bakteri, jamur dan infeksi parasit. Normalnya substansi
immune, utamanya Ig G didapatkan dari system maternal dan dibawa kejaringan
fetal selama gestasi pada minggu terakhir untuk memberikan imunitas pasif bagi
bayi baru lahir terhadap agen infeksi.
Mekanisme pertahanan neonatus selanjutnya menghambat complement yang lebih
rendah, disfungsi monosit dan sirkulasi monosit dan leukosit menurun jumlah dan
fungsinya tidak efesien.
Sepsis pada periode neonatal dapat diperoleh pada masa melalui plasenta yang
berasal dari aliran darah maternal dan selama ingesti atau aspirasi yang
dipengaruhi oleh cairan amnion. Pada waktu lahir, infeksi dapat terjadi dari
kontak langsung dengan jaringan maternal selama perjalanan kelahiran. Agent
infeksi umumnya E. coli yang mungkin terdapat dalam vagina yang berasal dari
kontaminasi fekal. Candida albicans, virus herpeks, streptococcus hemolitik
adalah mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan infeksi pada neonatus yang
mendiami vagina.
Bayi berisiko infeksi terhadap dirinya sendiri karena dekatnya umbilical ke
perineum. Invasi bakteri dapat terjadi melalui tempat ujung umbilical misalnya
kulit, membrane mukosa dan lain-lain
Infeksi post natal diperoleh dari kontaminasi yang berasal dari bayi lain, personal
atau objek dalam lingkungan. Mesin suction, sebagian besar alat respirasi atau
indwelling vena dan kateter arteri. Mikroorganisme dapat ditransmisi secara
personal dari organ ke orang lain dengan kebersihan tangan yang buruk.

4. Tanda dan gejala


a. Hipotermia atau hipertermia, tampak tidak sehat, malas minum, letargi
(keadaan kesedaran menurun seperti tidur)
b. Distensi abdomen, anorexia, muntah, diare dan hepatomegali
c. Apnu, dispnu, takipnu, retraksi dinding dada, napas cuping hidung, merintih
dan cianosis
d. Pucat, kulit lembab, hipotensi, tachicardi atau bradicardi
e. Icterus, splenomegali, peteki dan purpura

5. KLASIFIKASI
Berdasarkan umur dan onset / waktu timbulnya gejala-gejala, sepsis neonatorum
dibagi menjadi dua:
a. Early onset sepsis neonatal / sepsis awitan awal dengan ciri-ciri:
1) Umur saat onset → mulai lahir sampai 7 hari
2) Penyebab → organisme dari saluran genital ibu.
3) Organisme → grup B Streptococcus, Escherichia coli, Listeria non-typik,
Haemophilus influezae dan enterococcus.
4) Klinis → melibatkan multisistem organ (resiko tinggi terjadi pneumoni)
5) Mortalitas → mortalitas tinggi (15-45%).
b. Late onset sepsis neonatal / sepsis awitan lanjut dengan ciri-ciri:
1) Umur saat onset → 7 hari sampai 30 hari.
2) Penyebab → selain dari saluran genital ibu atau peralatan.
3) 0rganisme → Staphylococcus coagulase-negatif, Staphylococcus aureus,
Pseudomonas, Grup B Streptococcus, Escherichia coli, dan Listeria.
4) Klinis → biasanya melibatkan organ lokal/fokal (resiko tinggi terjadi
meningitis).
5) Mortalitas → mortalitas rendah ( 10-20%).

6. Pemeriksaan penunjang
Bila sindrom klinis mengarah kesepsis perlu dilakukan evaluasi sepsis secara
menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, lumbal, analisis dan kultur urin serta
foto dada.
Diagnosis sepsis ditegakkan dengan dengan ditemukannya kuman pada biakan
darah. Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan neutropenia (penurunan sel
darah putih neutropil). Adanya peningkatan C-reaktif protein memperkuat dugaan
sepsis.

7. Komplikasi
a. Meningitis
b. Henti jantung
c. Henti Napas

8. Penatalaksanaan
a. Supportif
1) Monitoring cairan, elektrolit dan glukosa. Bila terjadi SIADH (Sindrom of
In Appronate Anti Diuretik Hormon) maka perlu dilakaukan pembatasan
cairan
2) Awasi adanya hiperbilirubinemia, lakukan transfusi tukar bila perlu
3) Pertimbangkan pemberian nutrisi parenteral bila pasien tidak dapat
menerima nutrisi enteral
b. Kausatif
1) Antibiotika diberikan sebelum kuman penyebab ditemukan. Biasanya
dengan pemberian ampicillin atau gentamisin selama 7 – 10 hari dan
sering kali diberikan melalui IVFD
2) Terapi oksigen untuk mengatasi distress pernapasan dan cianosis
3) Transfusi yang baru dengan leukosit polimorfonuklear dari donor adult
9. Penyimpangan KDM
Sepsis Neonatorum

Hambatan penarikan plasenta Kontak langsung selama Aliran darah dari maternal Kontaminasi dengan bayi lain,
pada bayi prematur kelahiran pada jalan lahir ke neonatus personal, objek dalam lingkungan

Transmisi antibody-
plasenta terganggu SEPSIS NEONATORUM Septikemia & Viremia

Ig A dan Ig M tidak dapat Vasodilatasi pembuluh darah Pelepasan mediator Proses inflamasi Melepaskan interleukin I
ditransfer ke neonatus kimia dan prostaglandin 2

Peningkatan permeabilitas
Penurunan immunitas pembuluh darah Perubahan set point pada
pada neonatus hipotalamus bagian anterior

Peningkatan volume plasma


Risiko Tinggi Infeksi Evaporasi meningkat Peningkatan suhu tubuh

Penurunan volume sirkulasi

Hipertermia
Penurunan perfusi Dehidrasi/kehilangan cairan
jaringan
Perubahan status kesehatan
Defisit Volume Cairan

Perubahan membrane
alveolar – kapiler Kesiapan meningkatkan Anak dihospitalisasi
koping keluarga
Gangguan Pertukaran
Gas
KONSEP KEPERAWATAN

1. Data Dasar Pengkajian Pasien


a. Aktifitas/Istirahat : Malaise
b. Sirkulasi : Tekanan darah normal/sedikit dibawa jangkauan normal
(selama hasil curah jantung tetap meningkat), Denyut perifer kuat, cepat,
tachycardia ekstrim (syok). Suara jantung disritmia, Kulit hangat kering,
pucat, lembab, burik (vasokonstriksi) atau barcahaya (vasodilatasi)
c. Eliminasi : Diare
d. Makanan & Cairan : Anorexia, mual dan muntah, penurunan bebrat
badan, penurunan massa otot, penurunan haluaran, konsentasi urin;
perkembangan kearah oliguria dan anuria
e. Neurosensori : Gelisah, penurunan tingkat kesdaran
f. Ketidaknyamanan : Kejang abdominal, urtikaria
g. Pernapasan : Takipnu dengan penurunan kedalaman pernapasan,
suhu umumnya meningkat, (37,95o C atau lebih), menggigil

2. Prioritas Keperawatan
1) Menghilangkan infeksi
2) Mendukung perfusi jaringan/volume sirkulasi
3) Mencegah komplikasi
4) Memberikan informasi mengenai proses penyakitnya, prognosa dan
kebutuhan pengobatan

3. TUJUAN PEMULANGAN
1) Infeksi teratasi
2) Homeostasis dapat dipertahankan
3) Komplikasi dicegah minimal
4) Proses penyakit, prognosis dan aturan terapeutik dipahami
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi infeksi

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi NOC : NIC :


Setelah dilakukan tindakan  Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko : keperawatan selama…… pasien tidak
- Prosedur Infasif mengalami infeksi dengan kriteria  Batasi pengunjung bila perlu
- Malnutrisi hasil:  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
- Peningkatan paparan lingkungan  Klien bebas dari tanda dan gejala tindakan keperawatan
patogen infeksi  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
- Imonusupresi  Menunjukkan kemampuan untuk pelindung
- Tidak adekuat pertahanan sekunder mencegah timbulnya infeksi
(penurunan Hb, Leukopenia,  Jumlah leukosit dalam batas
 Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
penekanan respon inflamasi) normal
- Penyakit kronik  Menunjukkan perilaku hidup  Gunakan kateter intermiten untuk
- Imunosupresi sehat menurunkan infeksi kandung kencing
- Malnutrisi  Status imun, gastrointestinal,  Tingkatkan intake nutrisi
- Pertahan primer tidak adekuat genitourinaria dalam batas  Berikan terapi
(kerusakan kulit, trauma jaringan, normal antibiotik:.................................
gangguan peristaltik)
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
 Monitor adanya luka
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam

2. Hipertermia
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Hipertermia NOC: NIC :


Berhubungan dengan :
- penyakit/ trauma Setelah dilakukan tindakan  Monitor suhu sesering mungkin
- peningkatan metabolisme keperawatan selama………..pasien  Monitor warna dan suhu kulit
- aktivitas yang berlebih menunjukkan :  Monitor tekanan darah, nadi dan RR
- dehidrasi Suhu tubuh dalam batas normal  Monitor penurunan tingkat kesadaran
dengan kreiteria hasil:  Monitor WBC, Hb, dan Hct
DO/DS:  Monitor intake dan output
 Suhu 36 – 37C  Berikan anti piretik:
 kenaikan suhu tubuh diatas rentang
 Nadi dan RR dalam rentang  Kelola Antibiotik:………………………..
normal
normal  Selimuti pasien
 serangan atau konvulsi (kejang)
 Tidak ada perubahan warna  Berikan cairan intravena
 kulit kemerahan kulit dan tidak ada pusing,  Kompres pasien pada lipat paha dan
 pertambahan RR merasa nyaman aksila
 takikardi  Tingkatkan sirkulasi udara
 Kulit teraba panas/ hangat  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
kelembaban membran mukosa)

3. Defisit volume cairan


Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Defisit Volume Cairan NOC: NIC :


Berhubungan dengan:  Pertahankan catatan intake dan output
Setelah dilakukan tindakan
- Kehilangan volume cairan secara yang akurat
keperawatan selama….. defisit volume
aktif
- Kegagalan mekanisme pengaturan
cairan teratasi dengan kriteria hasil:  Monitor status hidrasi ( kelembaban
 Mempertahankan urine output membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
sesuai dengan usia dan BB, BJ darah ortostatik ), jika diperlukan
DS :
urine normal,
- Haus  Monitor hasil lab yang sesuai dengan
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
DO: retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
dalam batas normal
- Penurunan turgor kulit/lidah urin, albumin, total protein )
 Tidak ada tanda tanda dehidrasi,
- Membran mukosa/kulit kering
Elastisitas turgor kulit baik,  Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
- Peningkatan denyut nadi, penurunan
tekanan darah, penurunan
membran mukosa lembab, tidak  Kolaborasi pemberian cairan IV
ada rasa haus yang berlebihan  Monitor status nutrisi
volume/tekanan nadi
 Orientasi terhadap waktu dan
- Pengisian vena menurun
tempat baik  Berikan cairan oral
- Perubahan status mental
 Jumlah dan irama pernapasan  Berikan penggantian nasogatrik sesuai
- Konsentrasi urine meningkat
dalam batas normal output (50 – 100cc/jam)
- Temperatur tubuh meningkat
 Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas  Dorong keluarga untuk membantu pasien
- Kehilangan berat badan secara tiba-
normal makan
tiba
 pH urin dalam batas normal
- Penurunan urine output
 Intake oral dan intravena adekuat  Kolaborasi dokter jika tanda cairan
- HMT meningkat berlebih muncul meburuk
- Kelemahan  Atur kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi
 Pasang kateter jika perlu
 Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
4. Gangguan pertukaran gas

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan Pertukaran gas NOC: NIC :


Berhubungan dengan :  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
è ketidakseimbangan perfusi ventilasi Setelah dilakukan tindakan  Pasang mayo bila perlu
è perubahan membran kapiler-alveolar keperawatan selama …. Gangguan  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
DS: pertukaran pasien teratasi dengan  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
è sakit kepala ketika bangun kriteria hasil:  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
è Dyspnoe  Mendemonstrasikan peningkatan tambahan
è Gangguan penglihatan ventilasi dan oksigenasi yang  Berikan bronkodilator ;
DO: adekuat -………………….
è Penurunan CO2  Memelihara kebersihan paru paru -………………….
dan bebas dari tanda tanda
è Takikardi  Barikan pelembab udara
distress pernafasan
è Hiperkapnia  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
 Mendemonstrasikan batuk efektif
è Keletihan keseimbangan.
dan suara nafas yang bersih, tidak
è Iritabilitas ada sianosis dan dyspneu (mampu  Monitor respirasi dan status O2
è Hypoxia mengeluarkan sputum, mampu  Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
è kebingungan bernafas dengan mudah, tidak ada penggunaan otot tambahan, retraksi otot
è sianosis pursed lips) supraclavicular dan intercostal
è warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)  Tanda tanda vital dalam rentang  Monitor suara nafas, seperti dengkur
è Hipoksemia normal  Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
è hiperkarbia  AGD dalam batas normal kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
 Status neurologis dalam batas  Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
è AGD abnormal
normal tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
è pH arteri abnormal
 Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental
èfrekuensi dan kedalaman nafas
 Observasi sianosis khususnya membran mukosa
abnormal
 Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat
tambahan (O2, Suction, Inhalasi)
 Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut
jantung
5. Kesiapan meningkatkan koping keluarga

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kesiapan meningkatkan koping keluarga Setelah dilakukan asuhan selama 4  Identifikasi sumber komunikasi untuk
berhubungan dengan tugas adaktif secara jam diharapkan dapat meningkatkan meningkatkan status kesehatan pasien
efektif pemahaman keluarga terhadap  Dorong keluarga untuk mendampingi klien
kondisi pasien dengan kriteria hasil:  Berikan informasi tentang kondisi anaknya
 Mengidentifikasi dan  Berikan pengetahuan yang dibutuhkan oleh
mempreoritaskan tujuan keluarga
 Mengimplementasikan rencana  Berikan dorongan dalam merencanakan
berikut perawatan lanjutan

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth. J : Buku Saku Patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 2000

Guyton & hall, (2012), Buku Ajar Fisiologi Keperawatan, edisi 11, Jakarta-Indonesia,
EGC

Mansur R, Alasiry E & Daud D., (2013), Mannose-binding lectin sebagai predictor
sepsis neonatorum onset dini, JST Kesehatan, Oktober 2013, Vol.3 No.4 : 372
– 379, diakses tanggal 9 april 2015, webside : <
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/093da41965e442fa74d551474c8
84e1d.pdf>

SMF Anak RS Dr. Wahidin Sudirohusodo, (2013), Standar Pelayanan Medik,


Makassar, Indonesia

Wilkinson J.M., Ahren N.R. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed.9.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai