Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori kebutuhan dasar yang sampai saat ini masih sebagai acuan atau masih
digunakan yaitu hierarki kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow
(1950). Menurut Maslow, terdiri dari lima kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan rasa cinta,
kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Terganggunya atau belum terpenuhinya kebutuhan dasar rasa aman dan
nyaman biasa mengalami nyeri. Nyeri merupakan gangguan rasa aman dan
nyaman yang paling sering muncul atau pernah dialami setiap individu manusia.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan, bersifat objektif
karena perasaan nyeri bebeda pada setiap orang dalam hal tingkatannya (Aziz &
Uliyah, 2016).
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan
maupun berat. Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Setiap individu pasti pernah
mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan yang paling
umum orang mencari pelayanan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari
gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu
yang paling sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa menderita
dan mencari upaya untuk menghilangkannya.
Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri
tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak dapat melihat dan
merasakan nyeri yang dialami oleh klien karena nyeri bersifat subjektif. Nyeri
dapat diekspresikan melalui menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku. Nyeri
yang bersifat subjektif membuat perawat harus mampu dalam memberikan
asuhan keperawatan secara holistic dan menanganinya.
B. Tujuan
1. Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman yaitu nyeri.
2. Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian nyeri
b. Mahasiswa mampu menyebutkan klasifikasi nyeri
c. Mahasiswa mampu menyebutkan faktor-faktor penyebab nyeri
d. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis nyeri
e. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi nyeri
f. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala nyeri
g. Mahaiswa mampu menyebutkan pemeriksaan penunjang nyeri
h. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi pada nyeri
i. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan pada pasien dengan nyeri
BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal
skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan
atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul, 2006).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang memengaruhi seseorang
dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul
secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya
kerusakan.
International Association for Study of Pain (dalam Prasetyo, 2010),
mendifinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional
yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat
aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian di mana
terjadi kerusakan.
Nyeri mengakibatkan individu untuk berusaha menghilangkan rasa nyeri
itu. Sebagai individu tentunya merasa tidak nyaman apabila terjadi rasa nyeri.
Oleh karena itu, tindakan untuk menghilangkan nyeri atau mengalihkan
perhatian dibutuhkan pada saat nyeri menyerang.

B. Klasifikasi Nyeri
1. Nyeri berdasarkan kualitasnya
a. Nyeri yang menyayat
b. Nyeri yang menusuk
2. Nyeri berdasarkan tempatnya
a. Nyeri superfisial/nyeri permukaan tubuh
b. Nyeri dalam/nyeri tusuk bagian dalam
c. Nyeri ulseral/nyeri dari tusuk jaringan ulseral
d. Nyeri neurologis/nyeri dari kerusakan saraf perifer
e. Nyeri menjalar/nyeri akibat kerusakan jaringan ditempat lain
f. Nyeri sindrom/nyeri akibat kehilangan sesuatu bagian tubuh karena
pengalaman masa lalu
g. Nyeri patogenik/nyeri tanpa adanya stimulus
3. Nyeri berdasarkan serangannya
a. Nyeri akut : nyeri yang timbul tiba-tiba, waktu kurang dari 6 bulan.
b. Nyeri kronis : nyeri yang timbul terus-menerus, waktu lebih atau sama 6
bulan.
4. Nyeri menurut sifatnya
a. Nyeri timbul sewaktu-waktu
b. Nyeri yang menetap
c. Nyeri yang kumat-kumatan
5. Nyeri menurut rasa
a. Nyeri yang cepat : nyeri yang menusuk
b. Nyeri difus : nyeri normal yang bisa dirasakan
6. Nyeri menurut kegawatan
a. Nyeri ringan
b. Nyeri sedang
c. Nyeri berat
7. Nyeri berdasarkan penyebab
a. Fisik
b. Psycogenic

C. Etiologi
Penyebab nyeri dapat berasal dari macam-macam keadaan. Di bawah ini
pemicu yang dapat menimbulkan nyeri:
1. Secara fisik, misalnya trauma (mekanik, thermal, kimiawi, maupun elektrik)
a. Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung nyeri bebas
mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan, ataupun luka.
b. Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat panas atau dingin.
c. Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat.
d. Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh listrik yang
kuat mengenai reseptor rasa nyeri.
2. Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau kerusakan
jaringan yang mengandug reseptor nyeri dan juga terikan, jepitan atau
metafase.
3. Peradangan adalah nyeri yang diakibatkan karena adanya kerusakan ujung-
ujung saraf reseptor akibat pembengkakan.
4. Gangguan sirkulasi dan kelainan pembuluh darah, biasanya pada pasien
infark miokard dengan tanda nyeri pada dada yang khas.

Nyeri yang timbul dapat timbul oleh beberapa faktor. Di antaranya adalah
faktor risiko, faktor predisposisi, dan faktor presipitasi.
1. Faktor Risiko
a. Nyeri Akut
1) Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
2) Menunjukkan kerusakan
3) Posisi untuk mengurangi nyeri
4) Muka dengan ekspresi nyeri
5) Gangguan tidur
6) Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
7) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
b. Nyeri Kronis
1) Perubahan berat badan
2) Melaporkan secara verbal dan non verbal
3) Menunjukan gerakan melindungi, gelisah, depresi, fokus pada diri
sendiri
4) Kelelahan
5) Perubahan pola tidur
6) Takut cidera
7) Interaksi dengan orang lain menurun
2. Faktor Predisposisi
a. Trauma
b. Peradangan
c. Trauma psikologis
3. Faktor Presipitasi
a. Lingkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
d. Emosi

D. Manifestasi Klinis
1. Gangguan tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan menghindari nyeri
4. Ekspresi wajah kesakitan (menangis, merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Pernapasan meningkat
8. Depresi

E. Patofisiologi Nyeri
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat
kimia seperti bradikinin, serotonin, dan enzim proteotik. Kemudian, zat-zat
tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan
tersebut akan dihantarkan ke hipothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di
korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain
dihantarkan ke hipothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap
reseptor mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan
atau mengalami nyeri (Wahit Chayatin, N. Mubarak, 2007).
Timbulnya nyeri muncul dengan dua tahap atau proses sehingga seseorang
dapat mengalaminya, di antaranya: (Prasetyo, 2010)
1. Proses Transduksi
Proses transduksi terjadi ketika nosiseptor (reseptor yang menerima
stimulus-stimulus nyeri) yang terletak pada bagian perifer tubuh distimulus
oleh berbagai stimulus, seperti faktor biologis, mekanis, listrik, thermal,
radiasi dan lain-lain. Serabut saraf tertentubereaksi atas stimulus tertentu.
Fast pain dicetuskan oleh reseptor tipe mekanis atau thermal yaitu
serabut saraf A-delta, sedangkan slow pain (nyeri lambat) biasanya
dicetuskan oleh serabut saraf C. Serabut saraf A menyalurkan implus nyeri
yang tajam, terlokalisasi, dan jelas dalam melokalisasi sumber nyeri dan
mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C menyampaikan impuls yang tidak
terlokalisasi (bersifat difusi), viseral, dan terus-menerus. Sebagai contoh
mekanisme kerja serabut A-delta dan serabut C dalam suatu trauma, yaitu
ketika seseorang menginjak paku, sesaat setelah kejadian orang tersebut
dalam waktu kurang dari 1 detik akan merasakan nyeri yang terlokalisasi dan
tajam, yang merupakan transmisi dari serabut saraf A. Dalam beberapa detik
selanjutnya, nyeri menyebar sampai seluruh kaki terasa sakit karena
persarafan serabut C.
2. Proses Transmisi
Transmisi adalah proses penyaluran impuls melalui saraf sensoris
setelah terjadinya proses transduksi. Impuls akan ditransmisikan atau
disalurkan oleh serat afferen (serabut saraf A delta dan serabut C) sebagai
neuron pertama, dari perifer ke medulla spinalis melalui dorsal horn, di mana
impuls tersebut akan bersinapsis di substansia gelatinosa (lamina II dan III).
Impuls kemudian diteruskan melewati traktus sphinotalamikus sebagai
neuron kedua. Beberapa impuls kemudian diteruskan langsung ke thalamus
sebagai fast pain. Dari thalamus selanjutnya impuls disalurkan ke daerah
somatosensoris di korteks serebral melalui neuron ketiga. Impuls kemudian
diterjemahkan sebagai persepsi nyeri dan mulai berespon terhadap nyeri.
Beberapa impuls nyeri ditransmisikan melalui traktus
paleospinothalamus pada bagian tengah medulla spinalis. Impuls ini
memasuki formatio retikularis dan sistem limbik yang mengatur perilaku
emosi dan kognitif, serta integrasi dari sistem saraf otonom. Slow pain yang
terjadi akan membangkitkan emosi, sehingga timbul respon terkejut, cemas,
tekanan darah meningkat, keluar keringat dingin, dan jantung berdebar-debar.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di abdomen.
2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal.
3. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya.
4. CT Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang
pecah di otak.

G. Komplikasi
1. Edema pulmonal
2. Kejang
3. Masalah mobilisasi
4. Hipertensi
5. Hipovolemik
6. Hipertermi

H. Penatalaksanaan
Dalam memberikan atau penatalaksanaan nyeri dapat digunakan dua
metode atau dapat dilakukan secara bersamaan untuk hasil yang lebih signifikan,
metode tersebut di antaranya:
1. Non Farmakologis
a. Teknik distraksi
Teknik distraksi ini adalah teknik dengan mengalihkan perhatian klien dari
nyeri yang dirasakannya. Teknik distraksi dapat berupa menyanyi,
mendengarkan musik (Asmadi, 2008)
b. Teknik relaksasi
Relaksasi merupakan penatalaksanaan non-farmakologi yang mempunyai
efek yang sangat baik untuk mengatasi nyeri. Teknik relaksasi ini akan
menurunkan hormon adrenalin yang akan menyebabkan seseorang
menjadi merasa lebih tenang. Teknik relaksasi ini dapat berupa seperti:
teknik relaksasi otot skeletal, yaitu dapat menurunkan nyeri dengan
merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Serta relaksasi napas
abdomen yaitu teknik napas abdomen dengan berirama pelan atau lambat
(Muttaqin, 2008).
c. Sentuhan terapeutik
Sentuhan terapeutik merupakan teknik dengan menggunakan tangan untuk
secara sadar memberikan dampak distraksi dan dukungan perilaku klien
yang mengalami nyeri. Sifat analgesik pada sentuhan terapeutik ini
menciptakan respons relaksasi yang bersifat umum.
2. Farmakologis
Metode penatalaksanaan untuk mengurangi nyeri atau mengatasi nyeri dapat
menggunakan sebagai berikut (Aziz & Uliyah, 2016):
a. Pemberian obat analgesik
Pemberian obat analgesik yaitu metode yang paling umum untuk
mengatasi nyeri. Pemberian obat analgesik dilakukan untuk mengganggu
atau memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan
cara mengurangi kortikal terhadap nyeri.
b. Non-narkotik dan obat anti-inflamasi nonsteroid atau nonsteroid anti-
inflamantory drug (NSAIDs)
NSAIDs yaitu metode dengan cara menghambat prostaglandin dan dosis
rendah dapat berfungsi sebagai analgesik, kelompok obat ini seperti
ibuprofen, asam mefenamat, fenoprofen, naprofen, zomepirac, dan lain-
lain.
c. Analgesik narkotik atau opiat (opioid analgesics)
Obat analgesik jenis narkotika ini dapat menurunkan tekanan darah dan
menimbulkan depresi pada fungsi vital seperti respiratori.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Aziz, A.H. & Uliyah, M. 2016. Buku Dasar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Samlemba Medika

Hidayat, A.A.L.,2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika

Muttaqin, A., 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Nanda International. 2009. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi


2009-2011. Jakarta : EGC

Prasetyo, S.N., 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Risnanto & Insani, U., 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah:
Sistem Muskuloskeletal. Yogyakarta: Deepublish.

Tarwoto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI PADA PASIEN TN. Y DENGAN
VERTIGO CENTRAL DI BANGSAL EDELWISE
RS KOTA YOGYAKARTA

Tugas Praktik Klinik


Kebutuhan Dasar Manusia

Disusun oleh :

Agus Renaldi NIM P07120216069


Silvester Harda Prist NIM P07120216075

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia yang berjudul


“Gangguan Rasa Nyaman Nyeri pada Pasien Tn. Y dengan Vertigo Central” di
bangsal Edelwise disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Kebutuhan
Dasar Manusia yang disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Tempat : RS Kota Yogyakarta Bangsal Edelwise

Praktikan

Agus Renaldi Silvester Harda Prist


(P07120216069) (P07120216075)

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

Eko Suryani, SPd, S.Kep, MA Rini Nurulyati, S.Kep., Ns

Anda mungkin juga menyukai