Anda di halaman 1dari 23

PRAKTIKUM RUMAH SAKIT

FIBROID

Dosen Pengampu : Dr. Wiwin Herdwiani, M.Sc.,Apt.

Kelompok A.1-5 :

Annisa Puspita Dewi (1820353876)


Aprida Swastika Dewi (1820353877)

PROGRAM PROFESI APOTEKER XXXV


UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Fibroid atau juga dikenal sebagai leiomyoma atau mioma uteri berasal dari otot polos
miometrium dan merupakan sel tumor (neoplasma) yang jinak di dalam atau sekitar rahim
wanita. Diketahui 20 sampai 50% wanita usia subur menderita penyakit ini terutama terjadi
pada kelompok usia di atas 40 tahunan. Fibroid uterus dapat menyebabkan beberapa gejala
perdarahan dan nyeri yang mungkin memiliki dampak negatif pada kehidupan perempuan,
yang mempengaruhi kehidupan seksual, sosial dan aktivitas kerja (Anne, 2012).
Terlepas dari penyebabnya yang belum diketahui, namun ada banyak bukti bahwa
tumor berkembang dari sel otot yang menyimpang dari rahim berkembang biak dengan
cepat karena pengaruh estrogen dan progesterone. Rahim fibroid memiliki tingkat reseptor
estradiol yang lebih tinggi dibanding rahim normal dan memiliki konsentrasi reseptor
progesteron A dan B yang lebih tinggi dari miometrium sekitarnya (Nissole, 1999).
Fibroid uterus adalah tumor jinak yang umum terjadi pada wanita dan histerektomi
merupakan terapi terdepan di Amerika serikat, data prevalensi berkisar 5% sampai 21%
dalam sebuah penelitian di AS dengan wanita yang dipilih secara acak berumur antara 35
sampai 49 tahun yang diskrinning melalui data catatan medis dan sonografi. Kejadian uteri
fibroid pada usia 35 tahun sebesar 60% dan meningkat menjadi lebih dari 80% pada usia
50tahun, sedangkan pada wanita Kaukasia menunjukkan angka kejadian 40% pada wanita
usia 35 tahun dan hampir 70% pada usia 50tahun.
Mayoritas wanita dengan fibroid uterus bersifat asimtomatik, akibatnya kurang
mendapat perhatian klinis dan tumor fibroid sering tidak terdiagnosis (Okolo, 2008).
Wanita yang mengeluhkan gejala simtomatik biasanya mengalami perdarahan uterus yang
abnormal, khususnya dalam hal pendarahan berat dan berkepanjangan. Selain itu, wanita
dengan fibroid uterus mungkin menderita lebih sering dispareunia dan nyeri panggul non-
siklik (Lippman, 2003). Meskipun gejala nyeri perdarahan dan panggul sering dilaporkan
dalam literatur sebagai gejala utama yang berhubungan dengan fibroid uterus, jumlah studi
sistematis mengenai gejala fibroid maasih terbatas.
Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik umumnya adalah tindakan operasi
yaitu histerektomi (pengangkatan rahim) atau pada wanita yan ingin mempertahankan
kesuburannya, miomektomi (pengangkatan mioma) dapat menjadi pilihan (Djuwantono,
2004).

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah pengertian dari fibroid ?
b. Apakah faktor resiko dari fibroid ?
c. Bagaimana patofisiologi dari fibroid ?
d. Bagaimana pemeriksaan dari fibroid?
e. Bagaimana penatalaksanaan terapi fibroid?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari fibroid.
2. Untuk mengetahui faktor resiko fibroid.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari fibroid.
4. Untuk mengetahui pemeriksaan dari fibroid.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan terapi fibroid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Fibroid
Fibroid adalah pertumbuhan sel dari jaringan otot rahim yang tidak normal pada
uterus. Fibroid juga dikenal dengan nama fibroid uterus, miom, fibromiom atau leiomiom
uteri. Ukuran, bentuk, dan lokasi fibroid bisa sangat bervariasi. Fibroid mungkin ada di
dalam rahim, di permukaan luar atau di dalam dindingnya, Seorang wanita mungkin hanya
memiliki satu fibroid atau dengan berbagai ukuran. Sebuah fibroid mungkin tetap sangat
kecil untuk waktu yang lama dan tiba-tiba tumbuh dengan cepat, atau tumbuh perlahan
selama beberapa tahun

Klasifikasi Fibroid
- Fibroid subserosa : jenis fibroid yang tumbuh di luar dinding rahim
- Fibroid submukosa : jenis yang tumbuh di bawah permukaan rahim namun dapat
menjalar hingga ke rahim
- Fibroid miometrial/intramural: jenis yang ditemukan pada dinding otot rahim
- Fibroid pedunkulata : jenis ini tumbuh di luar rahim, namun menempel pada dasar
rahim
B. Faktor Risiko
1. Umur
Fibroid paling umum terjadi pada wanita yang berusia 30-40 tahun atau lebih.
Risiko fibroid uterus tampak lebih tinggi pada wanita dengan menarche dini,
terutama sebelum 10 tahun, dibandingkan dengan wanita yang menarche terjadi
setelah usia 16 tahun. Penjelasan yang mungkin untuk peningkatan risiko ini adalah
kenyataan bahwa wanita dengan menarke dini mengalami stimulasi uterus dini
dengan jumlah yang lebih tinggi dari pembelahan sel otot dan kemungkinan mutasi
lebih tinggi (Marshall, 1998).
2. Genetik
Jika seorang wanita memiliki fibroid maka keturunannya akan mengalami risiko
fibroid tiga kali lebih tinggi daripada wanita normal.
3. Obesitas
Wanita yang memiliki berat badan berlebih juga memiliki risiko tinggi untuk
terkena fibroid. Dalam penelitian Lumbiganon bahwa dengan setiap peningkatan
unit IMT, risiko pengembanagn penyakit fibroid naik 6%.
4. Kebiasaan Makan
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging babi
insidem mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri
(Parker, 2007).
C. Patofisiologi

Mioma uteri sebenarnya berasal dari sebuah sel miosit progenitor dengan
kemampuan untuk terdiferensiasi menjadi suatu jenis sel tertentu. Mutasi ini menginisiasi
pembentukan tumor yang masih belum diketahui penyebabnya. Selain itu, mioma uteri
adalah tumor yang sensitif terhadap estrogen dan progesteron. Oleh sebab itu, ia dapat
tumbuh selama bertahun-tahun dalam reproduksi waanita, dan setelah menopause tumor ini
mengecil dan insidennya juga lebih rendah.
Mioma uteri ini membentuk suatu lingkungan yang bersifat hiperestrogen, dimana
estrogen diperlukan untuk pertumbuhannya. Perbedaannya dengan sel miosit normal yaitu
mioma uteri memiliki kadar sitokrom P450 aromatase yang lebih tinggi dibandingkan
miosit normal. Sitokrom ini mengkatalisis konversi androgen menjadi estrogen. Dengan
kata lain, apa saja kondisi yang berhubungan dengan peningkatan produksi estrogen, maka
ia akan mendorong pertumbuhan mioma uteri.
D. Manifestasi Klinik
Beberapa wanita yang memiliki fibroid tidak memiliki gejala, atau hanya memiliki
gejala ringan, sementara wanita lain memiliki gejala gangguan yang lebih parah. Berikut ini
adalah gejala yang paling umum untuk fibroid uterus, namun setiap individu mungkin
mengalami gejala secara berbeda. Gejala fibroid rahim meliputi:
- Masa menstruasi berat atau berkepanjangan
- Perdarahan tidak normal antara periode menstruasi
- Nyeri pelvis (akibat tumor menekan organ panggul)
- Sering buang air kecil
- Nyeri punggung bawah
- Nyeri saat bersenggama
- Massa yang kuat, sering berada di dekat bagian tengah panggul, yang bisa dirasakan
oleh dokter
Dalam beberapa kasus, periode menstruasi yang berat atau berkepanjangan, atau
perdarahan abnormal antar periode, dapat menyebabkan anemia defisiensi besi, yang juga
memerlukan perawatan.

E. Pemeriksaan
Fibroid juga dapat mengganggu kehamilan. Beberapa orang percaya bahwa
fibroid adalah salah satu penyebab ketidaksuburan. Para wanita yang memiliki fibroid
juga dapat mengalami masalah saat kehamilan karena kondisi ini dapat
menyebabkan keguguran. Fibroid juga dapat mengganggu kelahiran. Jika ukuran
fibroid terlalu besar, maka bedah caesar akan sangat dianjurkan untuk dilakukan.
Fibroid biasanya diketahui pada pemeriksaan bagian dalam vagina, setelah
pemeriksaan menggunakan gelombang suara ultrasonik atau pengambilan gambar
memastikan keberadaan fibroid.

Gelombang suara ultrasonik – Sebuah pemancar gelombang ultrasonik dapat


dimasukkan ke dalam vagina atau ditempatkan pada tulang pinggang untuk mengambil
gambar fibroid.
MRI – Jika diagnosa masih belum jelas, maka MRI dapat dilakukan untuk memperoleh
gambar yang lebih detail.

Biopsi uterus – Jika dokter masih belum yakin apakah pertumbuhannya berpotensi
kanker atau tidak, maka ia dapat melakukan pengambilan contoh jaringan rahim
(biopsi uterus). Prosedur ini melibatkan pengambilan beberapa jaringan dari rahim
melalui vagina atau pembedahan.

Histerosalpingogram – Rontgen mengenali alat celup yang dimasukkan ke dalam


vagina dan leher Rahim (serviks). Alat tersebut akan menghasilkan gambar rahim dan
tabung tuba.

Sonohisterogram – Tindakan ini melibatkan penggunaan alat pemancar gelombang


suara ultrasonik dan air yang dimasukkan ke dalam vagina. Hal ini dapat mengetahui
keberadaan fibroid yang tidak terdeteksi oleh gelombang ultrasonik biasa.

Histeroskopi – Tindakan ini menggunakan tabung yang dipasangi kamera, yang


bernama endoskop. Endoskop dimasukkan ke dalam vagina untuk mengambil gambar
bagian dalam dari rahim. Namun, histeroskopi tidak dapat mengenali fibroid yang
tumbuh di luar dinding rahim.
F. Terapi Farmakologi

Terapi medisinal (hormonal)


1. Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonist
mengurangi produksi ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari
ovarium, mengurangi vaskularisasi pada tumor untuk memudahkan tindakan
pembedahan.
Beberapa contoh nama obat golongan agonis GnrH adalah buserelin, nafarelin,
tripoterelin, leuprorelin, dan goserelin.
2. Kontrasepsi oral dan Selective progesterone receptor modulator (SPRM)
Mengurangi gejala perdarahan uterus yang abnormal namun tidak dapat mengurangi
ukuran dari mioma.
G. Terapi Non Farmakologi
Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan
gejala. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) dan American
Society for Reproductive Medicine (ASRM) indikasi pembedahan pada pasien dengan mioma uteri
adalah :
 Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif.
 Sangkaan adanya keganasan.
 Pertumbuhan mioma pada masa menopause
 Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba.
 Nyeri dan penekanan yang sangat mengganggu.
 Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius.
 Anemia akibat perdarahan.
Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi maupun histerektomi.
a. Miomektomi
Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi
reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Keunggulan melakukan miomektomi adalah
lapangan pandang operasi yang lebih luas sehingga penanganan terhadap perdarahan yang mungkin
timbul pada pembedahan miomektomi dapat ditangani dengan segera. Namun pada miomektomi
secara laparotomi resiko terjadi perlengketan lebih besar, sehingga akan mempengaruhi faktor
fertilitas pada pasien. Disamping itu masa penyembuhan pasaka operasi juga lebih lama, sekitar 4 –
6 minggu.
Pada miomektomi secara histeroskopi dilakukan terhadap mioma submukosum yang
terletak pada kavum uteri. Pada prosedur pembedahan ini ahli bedah memasukkan alat histeroskop
melalui serviks dan mengisi kavum uteri dengan cairan untuk memperluas dinding uterus. Alat
bedah dimasukkan melalui lubang yang terdapat pada histeroskop untuk mengangkat mioma
submukosum yang terdapat pada kavum uteri. Keunggulan tekhnik adalah masa penyembuhan
paska operasi (2 hari). Miomektomi juga dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi.
Mioma yang bertangkai diluar kavum uteri dapat diangkat dengan mudah secara laparoskopi.
Mioma subserosum yang terletak didaerah permukaan uterus juga dapat diangkat secara
laparoskopi. Tindakan laparoskopi dilakukan dengan ahli bedah memasukkan alat laparoskop
kedalam abdomen melalui insisi yang kecil pada dinding abdomen. Keunggulannya adalah masa
penyembuhan paska operasi yang lebih cepat antara 2 – 7 hari.
b. Histerektomi
Tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu
dengan pendekatan abdominal (laparotomi), vaginal, dan pada beberapa kasus secara laparoskopi.
Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma uteri merupakan indikasi bila didapati keluhan
menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar usia
kehamilan 12 – 14 minggu. Histerektomi praabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total
abdominal histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal histerektomi (STAH). Subtotal abdominal
histerektomi dilakukan untuk menghindari resiko operasi yang lebih besar seperti perdarahan yang
banyak, trauma operasipada ureter, kandung kemih, rectum.
BAB II
KASUS
Soal 5. Fibroid

Pertanyaan
Lakukan Analisa Problem Pengobatan menggunakan metode SOAP, FARM, Atau PAM
KASUS data RM

Nama Pasien : Nn MN
Umur : 38 thn
Alamat : Jln Dewi Kunti 66 Solo
Sex : Perempuan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Status Perkawinan : Menikah
BB/TB : 58/160

Cara Masuk RS :
1. Datang sendiri 4. Kasus polisi
2. Diantar keluarga √ 5. Cara lain
3. Diantar tetangga

Riwayat Pasien Masuk Rumah Sakit :


Seorang wanita dirawat dirumah sakit dengan keluhan perdarahan hebat di jalan rahim
disertai nyeri perut hebat. Selama ini untuk mengatasi nyeri dan perdarahan, pasien
mengkonsumsi analgetika Ibuprofen dan Klanex 3x1. Pemeriksaan USG intravagina
diperoleh adanya fibroid baik fibroid sub serosa, fibroid submukosa dan fibroid
pendunculata.
ANAMNESE
TD = 160/140
Pemeriksaan Fisik ==== -

PEMERIKSAAN FISIK :
a. Keadaan Umum : letih, pucat, demam, kesadaran menurun dan nyeri
b. Kepala – Leher :
c. Extremitas :
f. Status Neorologis :

DIAGNOSA :
- FIBROID

RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU :


BPH Sedang
RIWAYAT ALERGI : -

Nama Penanggung Jawab Tanggal Masuk :


Pembayaran Tanggal :………………………
…………………………………………. Bulan :……………………..
Tahun :……………………..
Jam :…………………….
Tanggal Keluar :
Keluarga Terdekat :………………….. Tanggal :………………………
Bulan :……………………..
Bag/Spes Ruangan Kelas Tahun :……………………..
Jam :……………………..
Diagnosa Masuk : ……………………………. Lama Dirawat : Hari
Diagnosa Utama :…………………………….
Akhir dan Kode Komplikasi :………………….
Penyebab Luar Cedera dan Keracunan/Morfologi Neoplasma
Nama Operasi - Tindakan Gol. O Jenis Anesti Tanggal :……………
No. Kode :…………..
Infeksi Nosokomial: Penyebab Infeksi :............................

Imunisasi yang pernah didapat :


1. BCG 4. TFI Pengobatan Radioterapi/
2. DPT 5. Campak Kedokteran Nuklir
3. Polio
Imunisasi yang diperoleh :
1. BCG 4. TFI Transfusi Darah : ccselama dirawat
2. DPT 5. Campak
3. Polio
Tanda Vital Parameter 10/6 11/6 12/6 13/6 14/6
TD (mmHg) 140/100 110/80 110/80 110/80 110/80
Suhu (0 C) 40 35,8 37,6 36,5 36,5
Denyut nadi (/menit) 92 84 80 80 82

RR (/menit) 20 20 20 20 20

Kondisi klinis pasien 10/6 11/6 12/6 13/6 14/6


Kondisi Klinis
Lemah ++ + + - -
Nyeri Perut +++ +++ +++ ++ ++
Mual ++ - - - -
muntah

Hasil Pemeriksaan Normal 10/6 12/6


Laboratorium Parameter
Hb 14 – 18 g/dl 6,3 7
Leukosit 4 – 11 x 10³/UL 6,4 4,7
Trombosit 150 – 450 x 10³/UL 182 206
Eritrosit 4,7 – 6,1 x 10⁶/UL 7,92 3,65
HCT 42 – 52 % 24,2 30,8
MCV 80 – 94 fL 82,6 -
MCH 27 – 33 pq 28,3 -
BUN 6 – 20 mg/dl 12 -
Cr 0,6 – 1,3 mg/dl 0,12 -
Na 136 – 145 mmol/L 144 -
K 3,5 – 5,1 mmol/L 3,6 -
Cl 98 – 107 mmol/L 107 -
GDS 80 – 120 mg/dL 123 -
Total protein 6,4 – 8,3 g/dl 6,83 -
Albumin 3,97 – 4,94 g/dl 1,42 -
SGOT ≤ 32 103 -
SGPT < 33 98 -

Terapi di bangsal : Signa 10/6 11/6 12/6 13/6 14/6


Nama obat
Infus NaCl 0,9% 20 tpm V V V V -
Ibuprofen 1 x 1 tab V V V V V
Sangobion 3 x 1 tab V V V V V
Asam Folat 3 x 1 tab V V V V V
Paracetamol 3 x 1 tab V V V V V
Ranitidin 3 x 1 tab V V V V V
BAB III
FORM DATA BASE PASIEN
UNTUK ANALISIS PENGGUNAAN OBAT

A. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Nn MN
BB/TB : 58/160
Umur : 38 thn
Alamat : Jln. Dewi Kunti 66 Solo
Sex : Perempuan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Status Perkawinan : Menikah
B. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU : BPH sedang
C. RIWAYAT ALERGI :-
D. RIWAYAT SOSIAL : -
E. RIWAYAT MASUK RS
Seorang wanita dirawat dirumah sakit dengan keluhan perdarahan hebat di jalan rahim
disertai nyeri perut hebat. Selama ini untuk mengatasi nyeri dan perdarahan, pasien
mengkonsumsi analgetika Ibuprofen dan Klanex 3x1. Pemeriksaan USG intravagina
diperoleh adanya fibroid baik fibroid sub serosa, fibroid submukosa dan fibroid
pendunculata.
F. KELUHAN / TANDA UMUM :
Tanggal Subyektif Obyektif
10/6 Lemah, nyeri perut, mual TD : 140/100 mmHg
Suhu : 40ºC
Denyut nadi : 92/menit
RR : 20/menit
11/6 Lemah, nyeri perut TD : 110/80 mmHg
Suhu : 35,6ºC
Denyut nadi : 84/menit
RR : 20/menit
12/6 Lemah, nyeri perut TD : 110/80 mmHg
Suhu : 37,6ºC
Denyut nadi : 80/menit
RR : 20/menit
13/6 Nyeri perut TD : 110/80 mmHg
Suhu : 36,5ºC
Denyut nadi : 80/menit
RR : 20/menit
14/6 Nyeri perut TD : 110/80 mmHg
Suhu : 36,5ºC
Denyut nadi : 82/menit
RR : 20/menit

Data Laboratorium
Hasil Pemeriksaan Normal 10/6 12/6 Keterangan
Laboratorium Parameter
Hb 14 – 18 g/dl 6,3 7 Rendah
Leukosit 4 – 11 x 10³/UL 6,4 4,7 Rendah
Trombosit 150 – 450 x 10³/UL 182 206 Normal
Eritrosit 4,7 – 6,1 x 10⁶/UL 7,92 3,65 Rendah
HCT 42 – 52 % 24,2 30,8 Rendah
MCV 80 – 94 fL 82,6 - Normal
MCH 27 – 33 pq 28,3 - Normal
BUN 6 – 20 mg/dl 12 - Normal
Cr 0,6 – 1,3 mg/dl 0,12 - Tidak normal
Na 136 – 145 mmol/L 144 - Normal
K 3,5 – 5,1 mmol/L 3,6 - Normal
Cl 98 – 107 mmol/L 107 - Normal
GDS 80 – 120 mg/dL 123 - Tidak normal
Total protein 6,4 – 8,3 g/dl 6,83 - Normal
Albumin 3,97 – 4,94 g/dl 1,42 - Tidak normal
SGOT ≤ 32 103 - Tidak normal
SGPT < 33 98 - Tidak normal

G. DIAGNOSA : Fibroid

H. RIWAYAT PENGOBATAN
Terapi di bangsal : Signa 10/6 11/6 12/6 13/6 14/6
Nama obat
Infus NaCl 0,9% 20 tpm V V V V -
Ibuprofen 1 x 1 tab V V V V V
Sangobion 3 x 1 tab V V V V V
Asam Folat 3 x 1 tab V V V V V
Paracetamol 3 x 1 tab V V V V V
Ranitidin 3 x 1 tab V V V V V

I. Obat Yang Digunakan Saat Ini


No Nama obat Indikasi Dosis Rute Interaksi ESO Outcome
pemberian Terapi
obat
1 Infus NaCl Perawatan 20 tpm IV - Infeksi pada Kadar
elektrolit
0,9% untuk tempat
normal
kehilangan penyuntikan,
cairan kadar thrombosis vena
Na, K, Mg atau flebitis yang
yang rendah meluas dari
tempat
penyuntikan,
ekstravasasi.
2 Ibuprofen Nyeri ringan 1x1 tab PO Menurunkan efek Gangguan Meredakan
sampai sedang, diuretik beta blocker, gastrointestinal nyeri dan
demam prazosin, dan (mual, muntah, demam
captopril diare, konstipasi,
meningkatkan kadar nyeri ulu hati),
warfarin dalam ruam kulit,
plasma, dapat gangguan
memperpanjang perdarahan.
masa pendarahan,
3 Sangobion Anemia yang 3x1 tab PO Dapat menghambat Gangguan Meningkatkan
disebabkan absorpsi tetrasiklin GastroIntestinal pembentukan
defisiensi besi hemoglobin
dan mineral dan sel darah
lain yang merah
berkontribusi
dalam
pembentukan
sel-sel darah.
4 Asam folat Pencegahan 3x1 tab PO - - Memperbaiki
dan pengobatan kadar
defisiensi folat hemoglobin
5 Parasetamol Nyeri ringan 3x1 tab PO Kolestiramin Reaksi alergi, Mengatasi
sampai sedang, menurunkan absorpsi ruam kulit, nyeri dan
demam parasetamol, kelaianan darah, demam
metoklorpramid dan kerusakan hati
domperidone
meningkatkan efek
parasetamol,
parasetamol
meningkatkan kadar
warfarin
6 Ranitidin Tukak 3x1 tab PO Antacid menurunkan Sakit kepala,
Mual, muntah
lambung, tukak biavailabilitas gangguan berkurang
duodenum, ranitidine, warfarin kardiovaskuler,
refluks meningkatkan atau gangguan
esophagitis menurunkan waktu gastrointestinal,
protombine gangguan
musculoskeletal,
gangguan
hematologic,
gangguan
endokrin.

J. ASSESMENT
PROBLEM SUBYEKTIF OBYEKTIF TERAPI DRP
MEDIK
Pendarahan Letih, pucat,  Hb Sangobion 3x1 tablet Tepat terapi
pada jalan demam, kesadaran o 10/6 : 6,3 g/dl PO
rahim menurun, anemia o 12/6 : 7 g/dl Asam folat 3x1 tablet
 Eritrosit PO
o 10/6 : 7,92 x Paracetamol 3x1 PO
106/UL
o 12/6 : 3,65 x
106/UL
 Hct
o 10/6 : 24,2%
o 12/6 : 30,8%
- - Ranitidine 3x1 tablet PO Terapi tanpa
-
indikasi
Fibroid Nyeri perut, - Ibuprofen 1x1 tablet PO Terapi kurang
demam tepat
Hasil pemeriksaan
ultrasonografi
transvaginal:
Endometrum
menebal

K. Care Plan
1. Agar Hb pasien >10 gr/L maka diberikan transfusi darah (PRC)
2. Diberikan terapi Asam mefenamat 3x500 mg untuk mengatasi nyeri perut dan
pendarahan yang dialami pasien.
3. Pemakaian Ranitidine dihentikan karena salah satu efek samping menyebabkan
pendarahan, untuk mencegah ulkus peptik maka dapat diberikan Omeprazole.
4. Paracetamol dihentikan karena berdasarkan data tanda vital suhu badan pasien
sudah normal.
5. Asam folat dan sangobion tidak diberikan karena pasien sudah diberikan PRC.
6. Disarankan untuk melakukan pembedahan histerektomi (pembedahan) untuk
mengatasi fibroids. Minimum kadar Hb jika ingin dilakukan histerektomi adalah 10
mg/dl sehingga diperlukan terapi yang dapat meningkatkan kadar Hb dengan cepat.

L. Terapi Non-Farmakologi
1. Mengonsumsi sayuran dan makanan yang mengandung zat besi
2. Diet rendah lemak
3. Olahraga

M. Monitoring
1. Monitoring kadar Hb, Hct, trombosit, eritrosit, kreatinin, dan albumin.
2. Tidak dianjurkan juga melakukan aktifitas seksual hingga melakukan cek up dan
diperbolehkan oleh dokter spesialis kandungan.
3. Dari segi pola hidup, disarankan untuk memperbanyak makan sayur dan buah.
DAFTAR PUSTAKA

Day Baird D, Dunson DB, Hill MC, Cousins D, Schectman JM: High cumulative incidence
of uterine leiomyoma in black and white women: ultrasound evidence. Am J
Obstet Gynecol. 2003, 188 (1): 100-107. 10.1067/mob.2003.99.

Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH agonis sebelum histerektomi. Mioma: Farmacia 3:38-
41.

http://obgyn.ucla.edu/fibroids. Diakses tanggal 13 Februari Pukul 10.52

Lippman SA, Warner M, Samuels S, Olive D, Vercellini P, Eskenazi B: Uterine fibroids


and gynecologic pain symptoms in a population-based study. Fertil Steril. 2003,
80 (6): 1488-1494. 10.1016/S0015-0282(03)02207-6.

Lumbiganon P, Rugpao S, Phandhu-fung S, Laopaiboon M, Vudhikamraksa N,


Werawatakul Y. Protective effect of depot-medroxyprogesterone acetate on
surgically treated uterine leiomyomas: a multicentre case--control study. British
journal of obstetrics and gynaecology. 1996;103(9):909-14. Epub 1996/09/01.

Marshall LM, Spiegelman D, Goldman MB, Manson JE, Colditz GA, Barbieri RL, et al. A
prospective study of reproductive factors and oral contraceptive use in relation
to the risk of uterine leiomyomata. Fertility and sterility. 1998;70(3):432-9.
Epub 1998/10/03.

Okolo S: Incidence, aetiology and epidemiology of uterine fibroids. Best Pract Res Clin
Obstet Gynaecol. 2008, 22 (4): 571-588. 10.1016/j.bpobgyn.2008.04.002. Epub
2008 Jun 4

Rein MS, Barbieri RL, Friedman AJ. 1995. Progesterone: a critical role in the pathogenesis
of uterine myomas. Am J Obstet Gynecol. 1995, 172 (1 Pt 1): 14-18.

William’s. 2008. Gynecology

Zimmerman, A, Bernuit, D., Christoph, G. 2012. Prevalance symptoms and management of


uterine fibroids: an international internet-based survey of 21, 746 woman. BMC
Women’s Health.

Anda mungkin juga menyukai