Anda di halaman 1dari 18

KEARIFAN LOKAL

DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

OLEH

KELOMPOK 5

1. I GUSTI AGUNG GDE INDIRA PRASADHA (P07120216053)


2. NI LUH DESI DIARTAMI (P07120216054)
3. PUTU RISMA ARIA PRADNYADEWI (P07120216055)
4. I GUSTI BAGUS KOMANG ALIT WARDANA (P07120216056)

TINGKAT 3.B SEMESTER V D-IV KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmatnyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KEARIFAN
LOKAL DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN” ini dengan tepat waktu.

Mengingat banyaknya kelemahan yang penulis miliki tentunya makalah ini mempunyai
banyak kekurangan baik dalam tulisan maupun penyajiannya, untuk itu penulis selalu
mengharapkan keritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk memperbaiki
makalah ini.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam penulisan
makalah ini. Penulis juga mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Walaupun demikian, penulis tetap berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Denpasar, 06 September 2018

Mahasiswa

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ........................................................................................................................................ 2
BAB II .......................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Kearifan Lokal............................................................................................................. 3
2.2 Klasifikasi Kearifan Lokal .............................................................................................................. 4
2.3 Ciri-ciri Kearifan Local ................................................................................................................... 5
2.4 Bagaimana Menggali Kearifan Lokal ............................................................................................ 6
2.5 Fungsi Kearifan Lokal ..................................................................................................................... 7
2.6 Wujud Kearifan Lokal .................................................................................................................... 8
BAB III....................................................................................................................................................... 12
PENUTUP.................................................................................................................................................. 12
3.1 Simpulan ......................................................................................................................................... 12
3.2 Saran ............................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kearifan adalah seperangkat pengetahuan yang dikembangkan oleh suatu kelompok
masyarakat setempat (komunitas) yang terhimpun dari pengalaman panjang menggeluti alam
dalam ikatan hubungan yang saling menguntungkan kedua belah pihak (manusia dan
lingkungan) secara berkelanjutan dan dengan ritme yang harmonis. Kearifan (wisdom) dapat
disepadankan pula maknanya dengan pengetahuan, kecerdikan, kepandaian, keberilmuan, dan
kebijaksanaan dalam pengambilan Keputusan yang berkenaan dengan penyelesaian atau
penanggulangan suat masalah atau serangkaian masalah yang relatif pelik dan rumit.
Kearifan lokal (localwisdom) terdiri dari dua kata: kearifan (wisdom) dan lokal
(local). Local berarti setempat, sedangkan wisdom dapat berarti kebijaksanaan. Kearifan local
merupakan modal utama masyarakat dalam membangun dirinya tanpa merusak tatanan sosial
yang adaptif dengan lingkungan alam sekitarnya. Kearifan lokal dibangun dari nilai-nilai sosial
yang dijunjung dalam struktur sosial masyarakat sendiri dan memiliki fungsi sebagai pedoman,
pengontrol, dan rambu-rambu untuk berperilaku dalam berbagai dimensi kehidupan baik saat
berhubungan dengan sesama maupun dengan alam. Sekarang eksistensi kearifan lokal
dirasakan semakin memudar pada berbagai kelompok masyarakat

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas
1.2.1 Apa Yang Dimaksud Dengan Kearifan Local ?
1.2.2 Apa Saja Klasifikasi Kearifan Local ?
1.2.3 Apa Saja Ciri-Ciri Kearifan Local ?
1.2.4 Bagaimana Menggali Kearifan Local ?
1.2.5 Bagaimana Fungsi Kearifan Local ?
1.2.6 Bagaimana Wujud Dari Kearifan Local ?

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari rumusan masalah diatas
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Kearifan Local ?
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja klasifikasi kearifan local ?
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri kearifan local ?
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana menggali kearifan local ?
1.3.5 Untuk mengetahui bagaimana fungsi kearifan local ?
1.3.6 Untuk mengetahui bagaimana wujud dari kearifan local ?

1.4 Manfaat
1.4.1 Agar memahami apa yang dimaksud dengan kearifan local ?
1.4.2 Agar memahami apa saja klasifikasi kearifan local ?
1.4.3 Agar memahami apa saja ciri-ciri kearifan local ?
1.4.4 Agar memahami bagaimana menggali kearifan local ?
1.4.5 Agar memahami bagaimana fungsi kearifan local ?
1.4.6 Agar memahami bagaimana wujud dari kearifan local ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kearifan Lokal


Secara etimologis, kearifan (wisdom) berarti kemampuan seseorang dalam
menggunakan akal pikirannya untuk menyikapi sesuatu kejadian, obyek atau situasi.
Sedangkan lokal, menunjukkan ruang interaksi di mana peristiwa atau situasi tersebut
terjadi. Dengan demikian, kearifan lokal secara substansial merupakan nilai dan norma yang
berlaku dalam suatu masyarakat yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam
bertindak dan berperilaku sehari-hari.
Dengan kata lain kearifan lokal adalah kemampuan menyikapi dan memberdayakan
potensi nilai-nilai luhur budaya setempat. Oleh karena itu, kearifan lokal merupakan entitas
yang sangat menentukan harkat dan martabat manusia dalam komunitasnya (Geertz, 2007).
Perilaku yang bersifat umum dan berlaku di masyarakat secara meluas, turun temurun, akan
berkembang menjadi nilai-nilai yang dipegang teguh, yang selanjutnya disebut sebagai
budaya. Kearifan lokal didefinisikan sebagai kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg
dalam suatu daerah (Gobyah, 2003). Kearifan lokal (local wisdom) dapat dipahami sebagai
usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap
terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu (Ridwan, 2007).
Secara umum maka local wisdom (kearifan/kebijaksanaansetempat) dapat dipahami
sebagai gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai
baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal merupakan suat
gagasan konseptual yang hidup dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang secara terus-
menerus dalam kesadaran masyarakat serta berfungsi dalam mengatur kehidupan
masyarakat. Kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat memiliki ciri yang spesifik, terkait
dengan pengelolaan lingkungan sebagai kearifan lingkungan.
Kearifan lingkungan (ecologicalwisdom) merupakan pengetahuan yang diperoleh dari
abstraksi pengalaman adaptasi aktif terhadap lingkungannya yang khas. Pengetahuan
tersebut diwujudkan dalam bentuk ide, aktivitas dan peralatan. Kearifan lingkungan yang
diwujudkan ke dalam tiga bentuk tersebut dipahami, dikembangkan, dipedomani dan
diwariskan secara turun-temurun oleh komunitas pendukungnya. Kearifan lingkungan

3
dimaksudkan sebagai aktivitas dan proses berpikir, bertindak dan bersikap secara arif dan
bijaksana dalam mengamati, memanfaatkan dan mengolah alam sebagai suatu lingkungan
hidup dan kehidupan umat manusia secara timbal balik. Pengetahuan rakyat yang memiliki
kearifan ekologis itu dikembangkan, dipahami dan secara turun-temurun diterapkan sebagai
pedoman dalam mengelola lingkungan terutama dalam mengolah sumberdaya alam.
Pengelolaan lingkungan secara arif dan berkesinambungan itu dikembangkan mengingat
pentingnya fungsi sosial lingkungan untuk menjamin kelangsungan hidup masyarakat.
Manfaat yang diperoleh manusia dari lingkungan mereka, lebih-lebih kalau merekaberada
pada taraf ekonomi sub-sistensi, mengakibatkan orang merasa menyatu atau banyak
tergantung kepada lingkungan mereka.

2.2 Klasifikasi Kearifan Lokal


Klasifikasi kearifan lokal meliputi tata kelola, nilai-nilai adat, serta tata cara dan
prosedur, termasuk dalam pemanfaatan ruang (tanah ulayat).
Tata Kelola
Di setiap daerah pada umumnya terdapat suatu sistem kemasyarakatan yang mengatur
tentang struktur sosial dan keterkaitan antara kelompok komunitas yang ada, seperti Dalian
Natolu di Sumatera Utara, Nagari di Sumatera Barat, Kesultanan dan Kasunanan di Jawa
dan Banjar di Bali. Sebagai contoh, masyarakat Toraja memiliki lembaga dan organisasi
sosial yang mengelola kehidupan di lingkungan perdesaan. Pada setiap daerah yang
memiliki adat besar pada umumnya terdiri dari beberapa kelompok adat yang dikuasai satu
badan musyawarah adat yang disebut Kombongan Ada’. Setiap Kombongan Ada’ memiliki
beberapa penguasa adat kecil yang disebut Lembang. Di daerah lembang juga masih
terdapat penguasa adat wilayah yang disebut Bua’ (Buletin Tata Ruang, 2009).
Selain itu, terdapat pula pembagian tugas dan fungsi dalam suatu
kelompok masyarakat adat misalnya Kepatihan (patih), Kauman (santri) di perkampungan
sekitar Keraton di Jawa. Kewenangan dalam struktur hirarki sosial juga menjadi bagian dari
tata kelola, seperti kewenangan ketua adat dalam pengambilan keputusan, dan aturan sanksi
serta denda sosial bagi pelanggar peraturan dan hukum adat tertentu.

4
Sistem Nilai
Sistem nilai merupakan tata nilai yang dikembangkan oleh suatu
komunitas masyarakat tradisional yang mengatur tentang etika penilaian baik-buruk serta
benar atau salah. Sebagai contoh, di Bali, terdapat sistem nilai Tri Hita Karana yang
mengaitkan dengan nilai-nilai kehidupan masyarakat dalam hubungannya dengan Tuhan,
alamsemesta, dan manusia. Ketentuan tersebut mengatur hal-hal adat yang harus ditaati,
mengenai mana yang baik atau buruk, mana yang boleh dilakukan dan yang tidak
boleh dilakukan, yang jika hal tersebut dilanggar, maka akan ada sanksi adat yang
mengaturnya.

Tata Cara atau Prosedur


Beberapa aturan adat di daerah memiliki ketentuan mengenai waktu yang tepat untuk
bercocok tanam serta sistem penanggalan tradisional yang dapat memperkirakan kesesuaian
musim untuk berbagai kegiatan pertanian, seperti: Pranoto Mongso (jadwal dan ketentuan
waktu bercocok tanam berdasarkan kalender tradisional Jawa) di masyarakat Jawa atau
sistem Subak di Bali.
Selain itu, di beberapa daerah, seperti Sumatera, Jawa, Bali,Kalimantan, Sulawesi,
dan Papua umumnya memiliki aturan mengenai penggunaan ruang adat termasuk batas
teritori wilayah, penempatan hunian, penyimpanan logistik, aturan pemanfaatan air untuk
persawahan atau pertanian hngga bentuk-bentuk rumah tinggal tradisional. Di Tasikmalaya
Jawa Barat misalnya, terdapat sebuah kampung budaya yaitu Kampung Naga, yang
masyarakatnya sangat teguh memegang tradisi serta falsafah hidupnya, mencakup tata
wilayah (pengaturan pemanfaatan lahan), tata wayah (pengaturan waktu pemanfaatan), dan
tata lampah (pengaturan perilaku/perbuatan).

2.3 Ciri-ciri Kearifan Local


Secara umum budaya diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Jadi budaya daerah adalah suatu sistem atau cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah daerah dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
daerah terbentuk dari berbagai unsur, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seniserta bahasa.

5
Kearifan Lokal secara umum diartikan sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai-nilai,
pandangan-pandangan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai
baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Ciri-cirinya adalah:
1) Mampu bertahan terhadap budaya luar
2) Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar
3) Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli
4) Mempunyai kemampuan mengendalikan
5) Mampu memberi arah pada perkembangan budaya
Dengan demikian budaya dan kearifan lokal adalah hal yang saling berkaitan satu sama
lain.

2.4 Bagaimana Menggali Kearifan Lokal


Kesadaran untuk mengangkat dan menggali kembali pengetahuan lokal atau kearifan
budaya masyarakat etnik muncul karena kemajuan ekonomi dan sosial masyarakat dunia
sekarang telah diiringi oleh pelbagai kerusakan lingkungan. Kedepan, masyarakat dunia
dihantui akan krisis multidimensi dan berhadapan dengan semakin meningkatnya degradasi
sumberdaya alam dan lingkungan serta pencemaran yang meluas baik di daratan, laut
maupun udara. Pengetahuan lokal yang sudah menyatu dengan sistem kepercayaan, norma
dan budaya, dan diekspresikan di dalam tradisi dan mitos, yang dianut dalam jangka waktu
cukup lama inilah yang disebut ’kearifan budaya lokal’. Pada makna yang sama berlaku
diberbagai bidang yang berkembang di masyarakat, seperti bidang pertanian, pengelolaan
hutan secara adat, pelestarian sumber air,secara umum dinyatakan sebagai kearifan lokal.
Pada penggalian kearifan lokal perlu dipahami beberapa hal agar kearifan tersebut dapat
diterima dan ditaati yaitu :
1. Kearifan tersebut masih ada.
2. Kearifan tersebut sesuai dengan perkembangan masyarakat.
3. Kearifan tersebut sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Kearifan tersebut diatur dengan Undang-undang.

6
2.5 Fungsi Kearifan Lokal
Sirtha (2003) sebagaimana dikutip oleh Sartini (2004), menjelaskan bahwa bentuk-
bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma, kepercayaan,
dan aturan-aturan khusus. Bentuk yang bermacam-macam ini mengakibatkan fungsi
kearifan lokal menjadi bermacam-macam pula. Fungsi tersebut antara lain adalah:
a. Kearifan lokal berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumberdaya alam.
b. Kearifan lokal berfungsi untuk mengembangkan sumber daya manusia.
c. Berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
d. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.

Menurut Prof. Nyoman Sirtha dalam “Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali”
menyatakan bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma,
etika, kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus. Oleh karena
bentuknya yang bermacam-macam dan ia hidup dalam aneka budaya masyarakat maka
fungsinya menjadi bermacam-macam.

Dalam tulisan “Pola Perilaku Orang Bali Merujuk Unsur Tradisi”, antara lain
memberikan informasi tentang beberapa fungsi dan makna kearifan lokal, yaitu:

a. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.


b. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia, misalnya berkaitan dengan
upacara daur hidup, konsep kanda pat rate.
c. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya pada
upacara saraswati, kepercayaan dan pemujaan pada pura Panji.
d. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.
e. Bermakna sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat.
f. Bermakna sosial, misalnya pada upacara daur pertanian.
g. Bermakna etika dan moral, yang terwujud dalam upacara Ngaben dan penyucian roh
leluhur.
h. Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client
(Balipos terbitan 4 September 2003)
Dari penjelasan fungsi-fungsi tersebut tampak betapa luas ranah keraifan lokal, mulai dari
yang sifatnya sangat teologis sampai yang sangat pragmatis dan teknis.

7
2.6 Wujud Kearifan Lokal
Jim Ife (2002) menyatakan bahwa kearifan lokal terdiri dari enam dimensi yaitu :
1. Pengetahuan Lokal.
Setiap masyarakat dimanapun berada baik di pedesaan maupun pedalaman selalu
memiliki pengetahuan lokal yang terkait dengan lingkungan hidupnya. Pengetahuan
lokal terkait dengan perubahan dan siklus iklim kemarau dan penghujan, jenis-jenis
fauna dan flora, dan kondisi geografi, demografi, dan sosiografi. Hal ini terjadi karena
masyarakat mendiami suatu daerah itu cukup lama dan telah mengalami perubahan sosial
yang bervariasi menyebabkan mereka mampu beradaptasi dengan lingkungannnya.
Kemampuan adaptasi ini menjadi bagian dari pengetahuan lokal mereka dalam
menaklukkan alam.

2. Nilai Lokal.
Untuk mengatur kehidupan bersama antara warga masyarakat, maka setiap
masyarakat memiliki aturan atau nilai-nilai lokal yang ditaati dan disepakati bersama
oleh seluruh anggotannya. Nilai-nilai ini biasanya mengatur hubungan antara manusia
dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Tuhannnya. Nilai-nilai ini
memiliki dimensi waktu, nilai masa lalu, masa kini dan masa datang, dan nilai ini akan
mengalami perubahan sesuai dengan kemajuan masyarakatnya.

3. Keterampilan Lokal.
Kemampuan bertahan hidup (survival) dari setiap masyarakat dapat dipenuhi
apabila masyarakat itu memiliki keterampilan lokal. Keterampilan lokal dari yang paling
sederhana seperti berburu, meramu, bercocok tanam sampai membuat industri rumah
tangga. Keterampilan lokal ini biasanya hanya cukup dan mampu memenuhi kebutuhan
keluargannya masing-masing atau disebut dengan ekonomi subsisten. Keterampilan lokal
ini juga bersifat keterampilan hidup (life skill), sehingga keterampilan ini sangat
tergantung kepada kondisi geografi tempat dimana masyarakat itu bertempat tinggal.

8
4. Sumber daya Lokal.
Sumber daya lokal ini pada umumnya adalah sumber daya alam yaitu sumber
daya yang tak terbarui dan yang dapat diperbarui. Masyarakat akan menggunakan
sumber daya lokal sesuai dengan kebutuhannya dan tidak akan mengekpoitasi secara
besar-besar atau dikomersilkan. Sumber daya lokal ini sudah dibagi peruntukannnya
seperti hutan, kebun, sumber air, lahan pertanian, dan permukiman, Kepemilikan sumber
daya lokal ini biasanya bersifat kolektif atau communitarian.

5. Mekanisme Pengambilan Keputusan Lokal.


Menurut ahli adat dan budaya sebenarnya setiap masyarakat itu memiliki
pemerintahan lokal sendiri atau disebut pemerintahan kesukuan. Suku merupakan
kesatuan hukum yang memerintah warganya untuk bertindak sebagai warga masyarakat.
Masing masing masyarakat mempunyai mekanisme pengambilan keputusan yang
berbeda –beda. Ada masyarakat yang melakukan secara demokratis atau “duduk sama
rendah berdiri sama tinggi”. Ada juga masyarakat yang melakukan secara bertingkat atau
berjenjang naik dan bertangga turun.
Pendapat lain menyatakan bahwa bentuk kearifan lokal dapat dikategorikan ke dalam dua aspek,
yaitu kearifan lokal yang berwujud nyata (tangible) dan yang tidak berwujud (intangible).
a. Berwujud Nyata (Tangible)
Bentuk kearifan lokal yang berwujud nyata meliputi beberapa aspek berikut:
1. Tekstual
Beberapa jenis kearifan lokal seperti sistem nilai, tata cara, ketentuan khusus yang
dituangkan ke dalam bentuk catatan tertulis seperti yang ditemui dalam kitab
tradisional primbon, kalender dan prasi (budaya tulis di atas lembaran daun
lontar). Sebagai contoh, prasi, secara fisik, terdiri atas bagian tulisan (naskah
cerita) dan gambar (gambar ilustrasi).
2. Bangunan/Arsitektural
Banyak bangunan-bangunan tradisional yang merupakan cerminan dari
bentuk kearifan okal, seperti bangunan rumah rakyat di Bengkulu. Bangunan
rumah rakyat ini merupakan bangunan rumah tinggal yang dibangun dan
digunakan oleh sebagian besar masyarakat dengan mengacu pada rumah ketua

9
adat. Bangunan vernakular ini mempunyai keunikan karena proses pembangunan
yang mengikuti para leluhur, baik dari segi pengetahuan maupun metodenya
(Triyadi dkk., 2010). Bangunan vernacular ini terlihat tidak sepenuhnya didukung
oleh prinsip dan teori bangunan yang memadai, namun secara teori terbukti
mempunyai potensi-potensi lokal karena dibangun melalui proses trial & error,
termasuk dalam menyikapi kondisi lingkungannya.

3. Benda Cagar Budaya/Tradisional (Karya Seni)


Banyak benda-benda cagar budaya yang merupakan salah satu bentuk
kearifan lokal, contohnya, keris. Keris merupakan salah satu bentuk warisan
budaya yang sangat penting. Meskipun pada saat ini keris sedang menghadapi
berbagai dilemma dalam pengembangan serta dalam menyumbangkan kebaikan-
kebaikan yang terkandung di dalamnya kepada nilai-nilai kemanusiaan di muka
Bumi ini, organisasi bidang pendidikan dan kebudayaan atau UNESCO Badan
Perserikatan Bangsa Bangsa, mengukuhkan keris Indonesia sebagai karya agung
warisan kebudayaan milik seluruh bangsa di dunia. Setidaknya sejak abad ke-9,
sebagai sebuah dimensi budaya, Keris tidak hanya berfungsi sebagai alat beladiri,
namun sering kali merupakan media ekspresi berkesenian dalam hal konsep,
bentuk, dekorasi hingga makna yang terkandung dalam aspek seni dan tradisi
teknologi arkeometalurgi. Keris memiliki fungsi sebagai seni simbol jika dilihat
dari aspek seni dan merupakan perlambang dari pesan sang empu penciptanya.

b. Tidak Berwujud (Intangible)


Selain bentuk kearifan lokal yang berwujud, ada juga bentuk kearifan lokal yang
tidak berwujud seperti petuah yang disampaikan secara verbal dan turun temurun yang
dapat berupa nyanyian dan kidung yang mengandung nilai-nilai ajaran tradisional.
Melalui petuah atau bentuk kearifan lokal yang tidak berwujud lainnya, nilai sosial
disampaikan secara oral/verbal dari generasi ke generasi.

10
Contoh kearifan lokal masyarakat
Elly Burhainy Faizal mencontohkan beberapa kekayaan budaya, kearifan lokal di Nusantara
yang terkait dengan pemanfaatan alam yang pantas digali lebih lanjut makna dan fungsinya serta
kondisinya sekarang dan yang akan datang. Kearifan lokal terdapat di beberapa daerah:
a. Papua, terdapat kepercayaan te aro neweak lako (alam adalah aku). Gunung Erstberg dan
Grasberg dipercaya sebagai kepala mama, tanah dianggap sebagai bagian dari hidup
manusia. Dengan demikian maka pemanfaatan sumber daya alam secara hati-hati.
b. Serawai, Bengkulu, terdapat keyakinan celako kumali. Kelestarian lingkungan terwujud
dari kuatnya keyakinan ini yaitu tata nilai tabu dalam berladang dan tradisi tanam tanjak.
c. Dayak Kenyah, Kalimantan Timur, terdapat tradisi tana‘ ulen. Kawasan hutan dikuasai
dan menjadi milik masyarakat adat. Pengelolaan tanah diatur dan dilindungi oleh aturan
adat.
d. Masyarakat Undau Mau, Kalimantan Barat. Masyarakat ini mengembangkan kearifan
lingkungan dalam pola penataan ruang pemukiman, dengan mengklasifikasi hutan dan
memanfaatkannya. Perladangan dilakukan dengan rotasi dengan menetapkan
masa bera, dan mereka mengenal tabu sehingga penggunaan teknologi dibatasi pada
teknologi pertanian sederhana dan ramah lingkungan.
e. Masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan, Kampung Dukuh Jawa Barat. Mereka
mengenal upacara tradisional, mitos, tabu, sehingga pemanfaatan hutan hati-hati. Tidak
diperbolehkan eksploitasi kecuali atas ijin sesepuh adat.
f. Bali dan Lombok, masyarakat mempunyai awig-awig.
Kearifan lokal merupakan suatu gagasan konseptual yang hidup dalam masyarakat,
tumbuh dan berkembang secara terus-menerus dalam kesadaran masyarakat, berfungsi
dalam mengatur kehidupan masyarakat dari yang sifatnya berkaitan dengan kehidupan
yang sakral sampai yang profan.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang eksplisit yang muncul dari periode panjang
yang berevolusi bersama masyarakat dan lingkungannya dalam sistem lokal yang sudah
dialami bersama. Oleh karena itu sangat strategis apabila dijadikan suatu terobosan
terbaru dalam pembangunan karena masyarakat mengetahui apa yang dibutuhkan dan
baik untuk mereka. Kearifan lokal yang dikelola dengan sinergitas dapat menjadi
motivasi yang kuat untuk mendapatkan insentif yang paling bernilai untuk pembangunan
jangka panjang.

3.2 Saran
Diperlukan kesinergisan antara stakeholder yang terkait agar kearifan lokal dapat
terlaksana dengan maksimal guna pembangunan yang lebih baik. Perlu diterapkan suatu
konsep keberlanjutan, kebersamaan, keanekaragaman hayati, kepatuhan terhadap ukum
adat dan subsisten dalam pengembangan kearifan lokal agar menghasilkan suatu
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, yang mencakup ekonomi
yang bermanfaat, secara ekologis tidak merusak dan secara budaya menghormati nilai-
nilai kemanusiaan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Geertz, C. (2007) Kebudayaan dan Agama, Kanisius Press, Yogyakarta, 2007

Gobyah, I. Ketut (2003) ‘Berpijak Pada Kearifan lokal’, www.balipos.co.id.

Ridwan, N. A. (2007) ‘Landasan Keilmuan Kearifan Lokal’, IBDA, Vol. 5, No. 1, Jan-Juni 2007,
hal 27-38, P3M STAIN, Purwokerto.

13
SOAL – SOAL

1. Apakah yang dimaksud dengan kearifan lokal?


a. nilai dan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat yang diyakini kebenarannya
dan menjadi acuan dalam bertindak dan berperilaku sehari-hari.
b. kemampuan seseorang dalam menggunakan akal pikirannya untuk menyikapi
sesuatu kejadian, obyek atau situasi.
c. menunjukkan ruang interaksi di mana peristiwa atau situasi tersebut terjadi
d. Perilaku yang bersifat umum dan berlaku di masyarakat secara meluas, turun
temurun, akan berkembang menjadi nilai-nilai yang dipegang teguh, yang
selanjutnya disebut sebagai budaya.
e. usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan
bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu.

2. Kearifan local dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat yang bersifat…..


a. Bijaksana
b. Penuh kearifan
c. Bernilai baik
d. Yang tertanam di anggota masyarakat
e. Semua benar

3. Kearifan lokal merupakan suat gagasan konseptual yang hidup dalam…..


a. Budaya
b. Masyarakat
c. Individu
d. Social
e. Banjar

4. Di setiap daerah pada umumnya terdapat suatu sistem kemasyarakatan yang mengatur
tentang struktur sosial dan keterkaitan antara kelompok komunitas yang ada, disebut….
a. Nilai-nilaiadat
b. Tata cara
c. Tata kelola
d. Norma
e. Budaya

5. Tata nilai yang dikembangkan oleh suatu komunitas masyarakat tradisional yang mengatur
tentang etika penilaian baik-buruk serta benar atau salah, disebut…
a. Tata cara
b. Tata kelola
c. Nilai-nilaiadat
d. Budaya
e. Norma

14
6. Ciri-cirikearifanlokal, kecuali….
a. Mampu bertahan terhadap budaya luar
b. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya yang telahada
c. Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli
d. Mempunyai kemampuan mengendalikan
e. Mampu memberi arah pada perkembangan budaya

7. Pada penggalian kearifan lokal perlu dipahami beberapa hal agar kearifan tersebut dapat
diterima dan ditaati yaitu….
a. Kearifan tersebut sudahpunah.
b. Kearifan tersebut tidaksesuaidengankeadaan yang ada.
c. Kearifan tersebut sesuai dengan prinsip adat-istiadat.
d. Kearifan tersebut diatur dengan Undang-undang.
e. Kearifantersebut di uattanpaadanyapertinbangan.

8. Fungsi-fungsi dari kearifan lokal, kecuali…..


a. Kearifan local berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.
b. Kearifan local berfungsi untuk mengembangkan sumber daya manusia.
c. Kearifan lokal berfungsi mengikat.
d. Berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
e. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.

9. Jim Ife (2002) menyatakan bahwa kearifan local terdiri dari beberapa dimensi yaitu :
a. Pengetahuan lokal, nilai lokal, keterampilan lokal, mekanisme pengambilan
keputusan lokal,
b. Pengetahuan lokal, nilai lokal, keterampilan lokal, sumber daya lokal, mekanisme
pengambilan keputusan lokal,
c. Pengetahuan lokal, keterampilan lokal, sumber daya lokal, mekanisme pengambilan
keputusan lokal,
d. Pengetahuan lokal, nilai lokal, sumber daya lokal, mekanisme pengambilan
keputusan lokal,
e. Pengetahuan lokal, nilai lokal, keterampilan lokal, sumber daya lokal, mekanisme.

10. Bentuk-bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat berupa, kecuali…..
a. Nilai
b. Norma
c. Kepercayaan
d. Aturan-aturan khusus.
e. Budaya

15

Anda mungkin juga menyukai