Anda di halaman 1dari 35

NCP Halusinasi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

Nama Klien : Dx. Medis :


Ruangan : No. CM :

No Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan


Tgl Tujuan
Dx Keperawatan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
1 2 3 4 5 6 7
halusinasi Tujuan
pendengaran umum:
Klien
dapat
mengontrol
hslusinasi 1. Setelah……x,, klien 1. Bina hubungan saling Hubungan
Tujuan menunjukkan tanda-tanda percaya dengan Saling percaya
khusus: percaya kepada perawat: menggunakan prinsip merupakan
1. Klien komunikasi terapeutik: dasar untuk
dapat  Ekspresi kelancaran
membina wajah bersahabat  Sapa klien dengan ramah hubungan
hubungan  Menunjukkan baik verbal maupun non selanjutnya.
saling rasa senang verbal.
percaya  Ada kontak  Perkenalkan nama, nama
mata panggilan dan tujuan
 Mau berjabat perawat berkenalan.
tangan  Tanyakan nama lengkap
 Mau dan nama panggilan yang
menyebutkan nama disukai klien.
 Mau  Buat kontrak yang jelas
menjawab salam  Tunjukkan sikap jujur dan
 Mau duduk menepati janji setiap kali
berdampingan interaksi.
dengan perawat  Tunjukkan sikap empati
 Bersedia dan menerima apa adanya.
menungkapkan  Beri perhatian kepada klien
masalah yang dan perhatikan kebutuhan
dihadapi. dasar klien.
 Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang dihadapi
klien.
 Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
klien.
2.1 Setelah….xinteraksi,
klien dapat menyebutkan:
2.1 Adakan kontak sering
 Isi dan singkat secara
bertahap. Kontak sering
 Waktu dan singkat
2. Klien 2.2 Obsevasi tingkah laku
 Frekuensi dapat
dapat klien terkait dengan
 Situasi dan membina
mengenal halusinasinya
halusinasin kondisi yang hubungan
menimbulkan (*dengar/lihat/penghidu/rab
ya a/ kecap), jika menemukan saling percaya
halusinasi. dan dapat
klien yang sedang
halusinasi: memutuskan
halusinasi dan
mengenal
 Tanyakan apakah klien
periaku pada
mengalami sesuatu
saat halusinasi
(halusinasi dengar/ lihat/
memudahkan
penghidu/raba/kecap)
perawat
 Jika klien menjawab ya,
menetapkan
tanyakan apa yang sedang
intervensi.
dialaminya.
 Katakana bahwa perawat
percaya klien mengalami
hal tersebut, namun
perawat sendiri tidak
mengalaminya (dengan
nada bersahabat tanpa
menuduh dan menghakimi)
 Katakana bahwa ada klien
yang mengalami hal yang
sama.
 Katakana bahwa perawat
akan membantu klien.

Jika klien tidak sedang


berhalusinasi, klarifikasi
tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan
dengan klien:

 Isi, waktu dan frekuensi


terjadinya halusinasi (pagi,
siang, sore, malam atau
3.1 Setelah ….x interaksi sering dan kadang-kadang)
klien dapat menyebutkan  Situasi dan kondisi yang
tindakan yang biasanya menimbulkan atau tidak
dilakukan untuk menimbulkan halusinasi.
mengendalikan
halusinasinya.
3. Klien 3.2 Setelah …x interaksi 3.1.1 Identifikasi bersama
dapat klien menyebutkan cara baru klien cara/tindakan yang
mengontrol mengontrol halusinasi. dilakkukan jika terjadi
halusinasin halusinasi (tidur/marah/
ya menyibukkan diri dll).
Upaya untuk
3.1.2 Diskusikan manfaat memutuskan
cara yang digunakan klien, halusinasi
jika bermanfaat beri pujian. sehingga tidak
3.1.3 Diskusikan cara baru berlanjut
untuk memutus/mengontrol
timbulnya halusinasi :
- Katakan : saya tidak mau
dengar kamu (pada Reinforcement
halusinasi). positif dapat
- Menemui orang lain meningkatkan
(perawat/teman/anggota harga diri
keluarga) untuk bercakap- klien
cakap atau mengatakan
halusinasi terdengar. Memberikan
- Membuat jadwal kegiatan alternatif
sehari-hari agar halusinasi pilihan bagi
tidak sempat muncul. klien untuk
- Meminta mengontrol
keluarga/teman/perawat halusinasinya
- menyapa tampak bicara
sendiri.

3.1.4 Bantu klien memilih


dan melatih cara memutus
halusinasi secara bertahap.

3.1.5 Beri kesempatan untuk


melakukan cara yang telah
dilatih. Evalusi hasilnya
dan beri pujian jika
berhasil.

3.1.6 Anjurkan klien untuk


mengikuti terapi aktifitas
kelompok : orientasi, Memberikan
realitas, stimulasi persepsi. kesempatan
kepada klien
untuk
mencoba cara
yang telah
dipilih dapat
meningkatkan
4. Klien harga diri
dapat pada klien
dukungan 4.1 Keluarga dapat 4.1.1 Anjurkan klien
keluarga membina hubungan saling memberi tahu keluarga jika
dalam percaya dengan perawat mengalami halusinasi
mengontrol
halusinasin 4.1.2 Diskusikan dengan
ya keluarga (pada saat
keluarga berkunjung/pada
saat kunjungan rumah)
- Gejala halusinasi yang
dialami klien.
- Cara yang dapat
dilakukan klien dan Untuk
keluarga untuk memutus mendapatkan
halusinasi. bantuan
keluarga
Klien dan keluarga mengontrol
5. Klien dapat menyebutkan manfaat, halusinasi dan
dapat dosis dan efek samping obat 5.1.1 Diskusikan dengan untuk
memanfaat klien dan keluarga tentang mengetahui
kan obat dosis, frekwensi dan pengetahuan
dengan manfaat obat keluarga dan
baik. 5.1.2 Anjurkan klien meningkatkan
meminta sendiri obat pada kemampuan
perawat,dan merasakan pengetahuan
manfaatnya. tentang
5.1.3 Anjurkan klien dengan halusinasi
bertanya kepada dokter
tentang efek dan efek
samping obat yang
dirasakan.
5.1.4 Diskusikan akibat
berhenti obat tanpa
konsultasi
5.1.5 Bantu klien
menggunakan obat dengan Dengan
prinsip 5 benar mengetahui
dosis,
manfaat,
frekuensi obat
diharapkan
klien
melaksanakan
program
pengobatan
6. Fokus IntervensiRPK
1. Resiko menciderai diri dan orang lain b.d perilaku kekerasan.
TUM : Klien dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawab.
TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria hasil :
 Klien mau menjawab salam
 Klien mau menjabat tangan
 Klien mau menyabutkan nama
 Klien mau tersenyum
 Ada kontak mata
 Mau mengetahui nama perawat
 Mau menyediakan waktu untuk kontak
Intervensi :
a. Memberi salam atau panggil nama klien
b. Sebutkan nama perawat sambil menjabat tangan
c. Jelaskan tujuan interaksi
d. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
e. Beri sikap aman dan empati
f. Lakukan kontrak singkat tapi sering
TUK 2 : Klien dapat mengnidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Kriteria Evaluasi :
 Klien dapat mengungkapkan perasaannya
 Klien dapat mengungkapkan penyebab marah, baik dari diri sendiri nmaupun orang lain dan lingkungan.
Intervensi :
a. Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.
b. Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
c. Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.

TUK 3 : klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.


Kriteria Evaluasi :
 Klien dapat mengunngkapkan yang dialami saat marah.
 Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda marah yang dialami.
Intervensi :
a. Anjurkan klien mengnungkapkan yang dialami saat marah.
b. Obsevasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien.
c. Simpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien.

TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.


Kriteria evaluasi :
 Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
 Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
 Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau tidak.
Intervensi :
a. Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
b. Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
c. Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.

TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan.


Kriteria evaluasi :
Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.
Intervensi :
a. Berbicara akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien.
b. Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.
c. Tanyakan pada klien ”Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.
TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara kontruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif.
Intervensi :
a. Tanyakan pada klien ”Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.
b. Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.
c. Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat :
a. Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal atau memukul bantal atau kasur atau olahraga atau pekerjaan yang memerlukan
tenaga.
b. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal atau tersinggung atau jengkel (saya kesal Anda berkata seperti itu : saya marah
karen mami tidak memenuhi keinginan saya).
c. Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat ; latihan asertif.
d. Secar spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa atau ibadah lain meminta pada Tuhan untuk beri kesabaran, mengadu pada Tuhan
kekerasan atau kejengkelan.
TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
Fisik : tarik nafas dalam olahraga menyiram tanaman,
Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti.
Spiritual : sembahyang, berdoa atau ibadah klien.
Intrevensi :
a. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
b. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih.
c. Bantu klien untuk memaksimulasi cara tersebut (role play).
d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien mensimulasi cara tersebut.
e. Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Nama Klien : ................................... Dx Medis : ..............................
No CM : .................................... Ruangan : ..............................
No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Risiko TUM : 1. Setelah ...X pertemuan 1. Bina hubungan saling percaya dengan :
Perilaku klien dapat klien menunjukan tanda- □ Beri salam setiap berinteraksi
Kekerasan mengontrol perilaku tanda percaya kepada perawat □ Perkenalkan nama, nama panggilan perawat
kekerasan : dan tujuan perawat berinteraksi
o Wajah cerah, tersenyum □ Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
TUK : o Mau berkenalan □ Tunjukan sikap empati, jujur dan menepati
1. Klien dapat o Ada kontak mata janji setiap kali berinteraksi
membina hubungan o Bersedia menceritakan □ Tanyakan perasaan klien dan masalah yang
saling percaya perasaan dihadapi klien
□ Buat kontrak interaksi yang jelas
□ Dengarkan dengan penuh perhatian
ungkapan perasaan klien
2. Klien dapat 2. Setelah ....X pertemuan klien 2. Bantu klien mengungkapkan perasaan
mengidentifikasi menceritakan penyebab marahnya :
penyebab perilaku perilaku kekerasan yang □ Motivasi klien untuk menceritakan
kekerasan yang dilakukannya : penyebab rasa kesal atau jengkelnya
dilakukannya o Menceritakan penyebab □ Dengarkan tanpa menyela atau memberi
perasaan jengkel/kesal baik penilaian setiap unkapan perasaan klien
dari diri sendiri maupun
lingkungannya
3. Klien dapat 3. Setelah ...X pertemuan 3. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda
mengidentifikasi klien menceritakan tanda- perilaku kekerasan yang dialaminya :
tanda-tanda perilaku tanda saat terjadi perilaku □ Motivasi klien menceritakan kondisi fisik
kekerasan kekerasan (tanda-tanda fisik) saat perilaku kekersan
o Tanda fisik :mata merah, yang terjadi
tangan mengepal, ekspresi □ Motivasi klien menceritakan kondisi
tegang, dan lain-lain
o Tanda emosional : emosinya (tanda-tanda emosional) saat
perasaan marah, jengkel, terjadi perilaku kekerasan
bicara kasar. □ Motivasi klien menceritakan kondisi
o Tanda sosial : hubungan dengan orang lain (tanda-tanda
bermusuhan yang dialami sosial) saat terjadi perilaku kekerasan
saat terjadi perilaku
kekerasan
4. Klien dapat 4. Setelah ...X pertemuan 4. Diskusikan dengan klien perilaku
mengidentifikasi klien menjelaskan : kekerasan yang dilakukannya selama ini :
jenis perilaku o Jenis-jenis ekspresi □ Motivasi klien menceritakan jenis-jenis
kekerasan yang kemarahan yang selama ini tindak kekerasan yang selama ini pernah
pernah dilakukannya telah dilakukannya dilakukannya
o Perasaannya saat □ Motivasi klien menceritakan perasaan klien
melakukan kekerasan setelah tindak kekerasan tersebut terjadi
o Efektifitas cara yang □ Diskusikan apakah dengan tindakan
dipakai dalam kekerasan yang dilakukannya masalah yang
menyelesaiakan masalah dialami teratasi
5. Klien dapat 5. Setelah ...X pertemuan 5. Diskusikan dengan klien akibat negatif
mengidentifikasi klien menjelaskan: (kerugian) cara yang dilakukan pada :
akibat perilaku o Diri sendiri : luka, dijauhi □ Diri sendiri
kekerasan teman, dll □ Orang lain/keluarga
o Orang lain/keluarga : □ Lingkungan
luka, tersinggung, ketakutan,
dll
o Lingkungan : barang atau
benda rusak, dll
6. klien dapat 6. setelah ....X pertemuan 6. diskusikan dengan klien ;
mengidentifikasi klien : □ apakah klien mau mempelajari cara baru
cara konstruktif o menjelaskan cara-cara mengungkapkan marah yang sehat
dalam sehat mengungkapkan marah □ jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk
mengungkapkan mengungkapkan marah selain perilaku
kemarahan kekerasan yang diketahui klien
□ jelaskan cara-cara sehat untuk
mengungkapkan marah
 cara fisik : nafas dalam, pukul bantal atau
kasur, olahraga
 verbal : mengungkapkan bahwa dirinya
sedang kesal kepada orang lain
 sosial : latihan asertif dengan orang lain
 spiritual : sembahyang/doa, dzikir, meditasi,
dsb sesuai keyakinan agamanya masing-
masing
7. klien dapat 7. setelah ....X pertemuan 7. 1 Diskusikan cara yang mungkin dipilih
mendemonstrasikan klien memperagakan cara dan anjurkan klien memilih cara yang
cara mengontrol mengontrol perilaku mungkin untuk mengungkapkan kemarahan
perilaku kekerasan kekerasan 7.2 latih klien melaksanakan cara yang
o fisik : tarik nafas dalam, dipilih :
memukul bantal/ kasur □ peragakan caramelaksanakan cara yang
o verbal : mengungkapkan dipilih
perasaan kesal/jengkel pada □ jelaskan manfaat cara tersebut
orang lain tanpa menyakiti □ anjurkan klien menirukan peragaan yang
o spiritual : dzikir/ doa, sudah dilakukan
meditasi sesuai agamanya □ beri penguatan pada klien, perbaiki cara
yang masih belum sempurna
7.3 anjurkan klien menggunakan cara yang
sudah dilatih saat marah/jengkel
8. klien mendapatkan 8. Setelah ...X pertemuan 8. 1 diskusikan pentingnya peran serta
dukungan keluarga keluarga : keluarga sebagai pendukung klien mengatsi
untuk mengontrol o Menjelaskan cara perilaku kekerasan
perilaku kekerasan merawat klien dengan 8.2 diskusikan potensi keluarga untuk
perilaku kekerasan membantu klien mengatasi perilaku
o Mengungkapkan rasa kekerasan
puas dalam merawat klien 8.3 jelaskan pengertian, penyebab, akibat dan
cara merawat klien perilaku kekerasan yang
dapat dilaksanakan oleh keluarga
8.4 peragakan cara merawat klien(menangani
perilaku kekerasan)
8.5 beri kesempatan keluarga untuk
memperagakan ulang
8.6 beri pujian kepada keluarga setelah
peragaan
8.7 tanyakan perasaan keluarga setelah
mencoba cara yang dilatihkan
9. klien menggunakan 9. 1 Setelah ...X pertemuan 9. 1 jelaskan manfaat menggunakan obat
obat sesuai program klien menjelaskan : secara teratur dan kerugian jika tidak
yang telah o Manfaat minum obat menggunakan obat
ditetapkan o Kerugian tidak minum 9.2 jelaskan kepada klien :
obat □ jenis obat (nama, warna dan bentuk obat)
o Nama obat □ dosis yang tepat untuk klien
o Bentuk dan warna obat □ waktu pemakaian
o Dosis yang diberikan □ cara pemakaian
kepadanya □ efek yang dirasakan klien
o Waktu pemakaian 9.3 anjurkan klien :
o Cara pemakaian efek □ minta dan menggunakan obat tepat waktu
yang dirasakan □ lapor ke perawat/dokter jika mengalami
9.2 Setelah ...X pertemuan efek yang tidak biasa
klien menggunakan obat □ bari pujian terhadap kedisiplinan klien
sesuai program menggunakan obat
D. Implementasi

NoDx Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD


1 Selasa, S: Djati

10 maret 2015 Jam 09.00 WIB


Jam 09.00 WIB - Klien klien diam.

- Membina hubungan saling percaya - Klien tidak mau menjawab nama dan asal.

- Mendiskusikan tentang penyebab marah - Klien mengatakan jika kesal/jengkel, jantungnya berdebar-debar,

- Mengidentifikasi tanda dan gejala marah kepalanya pusing, muka merah, mata melotot

Jam 12.30 WIB - Klien mengatakan capek, pusing, malas ngobrol dan ingin ke

- Memvalidasi perasaan dan masalah klien kamar

- Mengidentifikasi marah yang dilakukan Jam 12.30 WIB

- Mendiskusikan akibat marah - Klien mengatakan jika marah yang dilakukan teriak-teriak

- Mengajarkan cara mengontrol marah O:

- Melatih cara mengontrol marah fisik 1 Jam 09.00 WIB

(nafas dalam) - Kontak mata tidak bisa dipertahankan, Tatapan mata tajam

- Membimbing klien menuliskan kegiatan - Bicara cepat, bicara kacau dan nada keras.

ke dalam jadwal kegiatan harian - Klien tampak gelisah

- Tangan mengepal

- Klien meminta perbincangan di akhiri dan langsung meninggalkan

perawat
Jam 12.30 WIB

- Kontak mata tidak bisa dipertahankan, Tatapan mata tajam

- Bicara cepat, bicara kacau.

- Klien tampak gelisah

- Tangan mengepal

A:

Secara kognitif klien belum mampu mengontrol marah dengan

baik,

P:

Perawat :

Evaluasi BHSP, penyebab, tanda dan gejala, marah yang

dilakukan, bantu klien mengenal marah, dan melatih cara

mengontrol marah yang asertif

Klien :

Terapkan cara mengontrol marah yang telah diajarkan, masukan


kedalam jadwal kegiatan harian

1 Rabu, S:

11 Maret 2015 Jam 09.00 WIB

Jam 09.00 WIB - Klien mengatakan perasaanya hari ini jengkel. Keinginan harus

- Menanyakan perasaan klien terpenuhi dan tidak bisa ditahan.

- Membina hubungan saling percaya - Klien mengatakan nama saya Tn.R dan asal semarang.

- Mendiskusikan tentang penyebab marah - Klien mengatakan jika kesal/jengkel, jantungnya berdebar-debar,

- Mengidentifikasi tanda dan gejala marah kepalanya pusing, muka merah, mata melotot

Jam 12.30 Jam 12.30 WIB

- Memvalidasi perasaan dan masalah klien - Klien mengatakan sudah merasa lebih tenang dan mau melanjutkan

- Mengidentifikasi marah yang dilakukan perbincangan

- Mendiskusikan akibat marah - Klien mengatakan jika marah yang dilakukan teriak-teriak,

- Mengajarkan cara mengontrol marah memarahi semua orang, mengancam, mengumpat dengan kata-kata

- Melatih cara mengontrol marah fisik 1 kotor


- Klien mengatakan jika marah akibatnya dikurung di dalam kamar,
(nafas dalam)
- Membimbing klien menuliskan kegiatan di jauhi orang-orang dan akhirnya dibawa ke RSJ

ke dalam jadwal kegiatan harian - Klien mengatakan mau mencoba cara mengontrol marah fisik 1

(nafas dalam)

- Klien mengatakan akan memasukan ke jadwal kegiatan harian

O:

Jam 09.00 WIB

- Kontak mata tidak bisa dipertahankan, Tatapan mata tajam

- Bicara cepat, nada bicara keras

- Klien tampak gelisah

- Tangan mengepal

- Klien meminta perbincangan di akhiri dan langsung meninggalkan

perawat

Jam 12.30 WIB

- Klien tampak lebih tenang dan mau melanjutkan perbincangan

untuk mengontrol marah

- Klien mengungkapkan perasaanya


- Klien mau mencoba cara mengontrol marah (nafas dalam) yang

diajarkan perawat dan memasukan kedalam jadwal kegiatan harian

A:

Secara kognitif klien belum mampu mengontrol marah dengan

baik,

P:

Perawat :

Evaluasi penyebab, tanda dan gejala, marah yang dilakukan, bantu

klien mengenal marah, dan melatih cara mengontrol marah yang

asertif

Klien :

Terapkan cara mengontrol marah yang telah diajarkan, masukan

kedalam jadwal kegiatan harian

1 Kamis, S:

12 Maret 2015 Jam 09.00 WIB


Jam 09.00 WIB - Klien mengatakan perasaanya hari ini senang dan tidak jengkel

- Menanyakan perasaan klien - Klien mengatakan sudah berlatih mengontrol marah dengan cara

- Memvalidasi masalah dan latihan nafas dalam dan memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian

sebelumnya - Klien mengatakan mau berlatih cara mengontrol marah yang lain,

- Melatih cara mengontrol marah fisik 2 yaitu pukul bantal dan memasukkan kedalam jadwal kegiatan

(pukul bantal, kasur atau konversi energi) harian

- Membimbing klien memasukan kedalam Jam 12.30 WIB

jadwal kegiatan harian - Klien mengatakan jika jengkel akan tarik nafas dalam dan pukul

Jam 12.30 bantal, dan tidak akan marah-marah agar tidak dikurung dan di

- Memvalidasi masalah dan latihan jauhi teman-teman.

sebelumnya - Klien mengatakan sudah berlatih mengontrol emosinya dengan

- Menjelaskan cara mengontrol marah cara tarik nafas dalam pukul bantal

dengan minum obat (prinsip 5 benar - Klien mengatakan minum obat harus teratur agar cepat sembuh

minum obat) dan tidak marah-marah

Membimbing klien memasukan kedalam - Klien mengatakan akan memasukan ke jadwal kegiatan harian

jadwal kegiatan harian O:


- Klien tampak tenang.

- Klien tampak antusias dan mempraktekan cara mengontrol marah

(nafas dalam dan pukul bantal)

- Klien mau minum obat

- Klien menulis di jadwal kegiatan harian

A:

- Kemampuan kognitif dan psikomotor klien sudah menunjukan

perkembangan.

P:

Perawat :

- Evaluasi kemampuan klien mengontrol marah baik secara kognitif

maupun psikomotor

- Latih cara mengontrol marah yang asertif

- Libatkan klien dalam TAK : stimulasi persepsi pencegahan

perilaku kekerasan

Klien :
- Ulang kembali apa yang telah didiskusikan dan diajarkan

- Lakukan yang telah diajarkan jika merasa jengkel/marah

Masukan kedalam jadwal kegiatan harian

Jumat, S:

13 Maret 2015 Jam 09.00 WIB

Jam 09.00 WIB - Klien mengatakan jika marah/jengkel klien tarik nafas dalam dan

- Memvalidasi masalah dan latihan pukul bantal

sebelumnya - Klien mengatakan sudah minum obat

- Melatih klien cara mengontrol marah - Klien mengatakan mau berlatih cara mengontrol marah dengan

secara verbal (meminta, menolak dan cara verbal (meminta, menolak, dan mengungkapkan secara baik)

mengungkapkan secara baik) Jam 10.15 WIB

Jam 10.15 WIB - Klien mengatakan senang mengikuti TAK

- Mengikut sertakan klien dalam TAK Jam 11.50 WIB

stimulasi persepsi pencegahan perilaku - Klien mengatakan mau diajarkan cara mengontrol marah dengan

kekerasan cara spiritual (berdoa, berwudhu, sholat)

Jam 11.50 WIB - Klien mengatakan akan memasukan kedalam jadwal kegiatan
- Melatih pasien cara mengontrol marah harian

secara spiritual (berdoa, berwudhu, O :

sholat) - Klien tampak tenang

- Membimbing klien memasukan ke dalam - Klien tampak mengungkapkan apa yang telah diajarkan

jadwal kegiatan harian sebelumnya

- Klien mencoba cara mengontrol marah secara verbal (meminta,

menolak dan mengungkapkan secara baik)

- Klien mengikuti TAK

- Klien menulis dijadwal kegiatan harian

A:

Kemampuan klien sudah sampai pada tahapan kognitif, psikomotor

dan afektif.

P:

Perawat :

- Evaluasi kemampuan kognitif dan psikomotor klien

- Evaluasi sejauhmana tingkat kemampuan klien mengontrol marah


Klien :

- Lakukan cara mengatasi masalah secara asertif dan cara

mengontrol marah yang telah diajarkan

- Masukkan kedalam jadwal kegiatan harian


E. Catatan Perkembangan

No.
Catatan Perkembangan TTD
Dx
1 Sabtu, 14 Maret 2015

Jam 11.00 WIB

S:

- Klien mengatakan sudah bisa mengontrol marah

- Klien mengatakan sudah tidak jengkel

- Klien mengatakan jika merasa jengkel dirinya akan

melakukan cara mengontrol marah yang telah diajarkan

perawat yaitu tarik nafas dalam dan pukul bantal

- Klien mengatakan akan meminta, menolak dan

mengungkapkan sesuatu dengan baik tanpa marah-marah

- Klien mengatakan akan minum obat teratur

- Klien mengatakan sekarang sering berdoa dan sholat

O:
- Klien tampak tenang,

- Wajah sudah tidak tegang,

- Nada bicara tidak keras,

A:

Secara umum kemampuan klien sudah baik karena sudah

sampai ke tahapan kognitif, psikomotor dan afektif.

P:

Perawat :

- Pertahankan cara mengungkapkan marah secara asertif

- Pertahankan kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif

klien

Klien :

- Lakukan apa yang telah diajarkan perawat

- Ungkapkan marah secara asertif

Masukan kedalam jadwal kegiatan harian


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang di ekspresikan dengan melakukan ancaman mencederai orang lain, dan
atau merusak lingkungan. Respon tersebut biasanya muncul akibat adanya stressor.Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan.Melihat dampak dari kerugian yang di timbulkan, maka penanganan pasien dengan perilaku kekerasan
perlu di lakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga professional.
Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang dimana melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik,
baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol. Dengan tanda dan gejala meliputi :
Muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan kuat, menegepalkan tangan , jalan mondar-mandir, bicara kasar, suara
tinggi, menjerit atau berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, melempar atau memukul benda/ orang lain, merusak barang atau benda,
tidak memiliki kemampuan mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasan.

B. Saran
1. Hindarkan klien dari faktor predisposisi maupun presipitasi yang bisa menyebabkan perilaku kekerasan
2. Beritahu keluarga untuk membantu klien selama masa penyembuhan
3.Rencana tindakan keperawatan/intervensi

Perencanaan tindakan keperawatan adalah merupakan suatu pedoman bagi perawat dalam melakukan intervensi yang tepat.
Pada karya tulis ini akan diuraikan rencana tindakan keperawatan pada diagnosa :
3.1Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri / orang lain / lingkungan.
Tujuan khusus :
1.Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2.Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
3.Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
4.Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan yang biasa dilakukan.
5.Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
6.Klien dapat melakukan cara berespons terhadap kemarahan secara konstruktif.
7.Klien dapat mendemonstrasikan sikap perilaku kekerasan.
8.Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.
9.Klien dapat menggunakan obat yang benar.
Tindakan keperawatan :
1.1Bina hubungan saling percaya.
Salam terapeutik, perkenalan diri, beritahu tujuan interaksi, kontrak waktu yang tepat, ciptakan lingkungan yang aman dan tenang, observasi
respon verbal dan non verbal, bersikap empati.
Rasional : Hubungan saling percaya memungkinkan terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
2.1Beri kesempatan pada klien untuk mengugkapkan perasaannya.
Rasional : Informasi dari klien penting bagi perawat untuk membantu kien dalam menyelesaikan masalah yang konstruktif.

2.2Bantu untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal


Rasional : pengungkapan perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien untuk sampai kepada akhir
penyelesaian persoalan.
3.1Anjurkan klien mengungkapkan dilema dan dirasakan saat jengkel.
Rasional : Pengungkapan kekesalan secara konstruktif untuk mencari penyelesaian masalah yang konstruktif pula.
3.2Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.
Rasional : mengetaui perilaku yang dilakukan oleh klien sehingga memudahkan untuk intervensi.
3.3Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel / kesan yang dialami klien.
Rasional : memudahkan klien dalam mengontrol perilaku kekerasan.
4.1Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Rasional : memudahkan dalam pemberian tindakan kepada klien.

4.2Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Rasional : mengetahui bagaimana cara klien melakukannya.
4.3Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai.
Rasional : membantu dalam memberikan motivasi untuk menyelesaikan masalahnya.
5.1Bicarakan akibat / kerugian dan perilaku kekerasan yang dilakukan klien.
Rasional : mencari metode koping yang tepat dan konstruktif.
5.2Bersama klien menyimpulkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan.
Rasional : mengerti cara yang benar dalam mengalihkan perasaan marah.
6.1Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.
Rasional : menambah pengetahuan klien tentang koping yang konstruktif.
6.2Berikan pujian jika klien mengetahui cara yang sehat.
Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang positif, meningkatkan harga diri klien.
6.3Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
a.Secara fisik : tarik nafas dalam / memukul botol / kasur atau olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.
b.Secara verbal : katakan bahwa anda sering jengkel / kesal.
c.Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan.
d.Secara spiritual : anjurkan klien berdua, sembahyang, meminta pada Tuhan agar diberi kesabaran.
Rasional : dengan cara sehat dapat dengan mudah mengontrol kemarahan klien.
7.1Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
Rasional : memotivasi klien dalam mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
7.2Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang telah dipilih.
Rasional : mengetahui respon klien terhadap cara yang diberikan.
7.3Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut.
Rasional : mengetahui kemampuan klien melakukan cara yang sehat.

7.4Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.


Rasional : meningkatkan harga diri klien.
7.5Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel / marah.
Rasional : mengetahui kemajuan klien selama diintervensi.
8.1Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.
Rasional : memotivasi keluarga dalam memberikan perawatan kepada klien.
8.2Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
Rasional : menambah pengetahuan bahwa keluarga sangat berperan dalam perubahan perilaku klien.
8.3Jelaskan cara-cara merawat klien.
Terkait dengan cara mengontrol perilaku kekerasan secara konstruktif.
Sikap tenang, bicara tenang dan jelas.
Bantu keluarga mengenal penyebab marah.
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga dalam merawat klien secara bersama.

8.4Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.


Rasional : mengetahui sejauh mana keluarga menggunakan cara yang dianjurkan.
8.5Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.
Rasional : mengetahui respon keluarga dalam merawat klien.
9.1Jelaskan pada klien dan keluarga jenis-jenis obat yang diminum klien seperti : CPZ, haloperidol, Artame.
Rasional : menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang obat dan fungsinya.
9.2Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter.
Rasional : memberikan informasi pentingnya minum obat dalam mempercepat penyembuhan.

3.2Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah


Tujuan umum : klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lain :
Tujuan khusus :
1.Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2.Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang positif yang dimiliki.
3.Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
4.Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
5.Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
6.Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Tindakan keperawatan :
1.1Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
Rasional : hubungan saling percaya memungkinkan klien terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
2.1Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Rasional : mengidentifikasi hal-hal positif yang masih dimiliki klien.
2.2Setiap bertemu klien dihindarkan dari memberi penilaian negatif.
Rasional : pemberian penilaian negatif dapat menurunkan semangat klien dalam hidupnya.

2.3Utamakan memberi pujian yang realistik pada kemampuan dan aspek positif klien.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
3.1Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan.
Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat digunakan.
3.2Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya di rumah sakit.
Rasional : mengidentifikasi kemampuan yang masih dapat dilanjutkan.
3.3Berikan pujian.
Rasional : meningkatkan harga diri dan merasa diperhatikan.
4.1Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit.
Rasional : agar klien dapat melakukan kegiatan yang realistis sesuai kemampuan yang dimiliki.
4.2Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh.
Rasional : menuntun klien dalam melakukan kegiatan.
4.3Beri pujian atas keberhasilan klien.
Rasional : meningkatkan motivasi untuk berbuat lebih baik.

4.4Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.


Rasional : mengidentifikasi klien agar berlatih secara teratur.
5.1Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
Rasional : tujuan utama dalam penghayatan pasien adalah membuatnya menggunakan respon koping mal adaptif dengan yang lebih adaptif.
5.2Beri pujian atas keberhasilan klien.
Rasional : meningkatkan harga diri klien.
5.3Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.
Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan.
6.1Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah.
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarg a dalam merawat klien secara bersama.
6.2Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
Rasional : meningkatkan peran serta keluarga dalam membantu klien meningkatkan harga diri rendah.

6.3Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.


Rasional : memotivasi keluarga untuk merawat klien.

Sumber:
1.Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia, FKUI; Jakarta.
2.Depkes RI, 1996, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Keperawatan, 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan,
Jakarta.
3.Depkes RI, 1996, Proses Keperawatan Jiwa, jilid I.
4.Keliat Budi Anna, dkk, 1998, Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa, penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta.
5.Keliat Budi Anna, 1996, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, penerbit buku kedokteran EGC ; Jakarta.
6.Keliat Budi Anna, 2002, Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK, UI : Jakarta.
7.Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga, Edisi 1, CV. Agung Seto; Jakarta.
8.Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.
9.Townsend C. Mary , 1998, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC ; Jakarta.
10.WF Maramis, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.

Tentang iklan-iklan ini


DAFTAR PUSTAKA

Direja, A. H. (2011). Buku ajar keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha medika.


Keliat, B. A. (2012). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. jakarta: EGC.
Keliat, B. A. (2012). Model praktik keperawatan profesional jiwa. jakarta: EGC.
Wati, F. K. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. jakarta: Salemba Medika.
Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. jakarta: revita aditama.

Anda mungkin juga menyukai