Anda di halaman 1dari 12

POKJA

MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK)

PROGRAM PENGAWASAN TERHADAP MANAJEMEN RISIKO

2017
BAB I
PENDAHULUAN

a. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan tempat yang dapat menimbulkan risiko baik fasilitas maupun
lingkungan. Keamanan dan keselamatan penghuni rumah sakit harus selalu dijaga. Oleh
sebab itu rumah sakit berkewajiban menyediakan fasilitas yang aman, fungsional, dan
fasilitas pendukung untuk pasien, keluarga, staf, dan pengunjung. Agar semua dapat dikelola
secara efektif perlu adanya program pengawasan terhadap manajemen risiko fasilitas dan
lingkungan. Sehingga program yang sudah direncanakan dapat terlaksana dengan baik.
BAB II
TUJUAN UMUM

a. TUJUAN
Agar terselenggaranya program pengawasan terhadap manajemen risiko fasilitas
dan lingkungan sebagai berikut :
1. Keselamatan dan keamanan
2. Bahan berbahaya dan beracun
3. Kesiapan penanggulangan bencana
4. Proteksi kebakaran (fire safety)
5. Peralatan medis
6. Sistem utilitas (sistem pendukung)
7. Program monitoring fasilitas
8. Pendidikan staf
BAB III
PROSES MANAJEMEN RISIKO

Manajemen resiko adalah proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Risiko


mungkin terpapar kepada pasien, staf, pengunjung dan organisasi terus menerus berubah
dan harus diidentifikasi.
Program manjemen risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu :
1. Tetapkan konteks
2. Identifikasi risiko
3. Analisis Risiko
4. Evaluasi risiko
5. Kelola risiko

Risk Manajement Process

1. TAHAP 1 : TETAPKAN KONTEKS


Pada tahapan ini:
a. Identifikasi dan pahami kegiatan operasional di lingkungan RS dan strategi program
manajemen risiko layanan kesehatan yang efektif
b. Tetapkan parameter organisasi dan lingkungan dimana proses manajemen risiko
harus ditempatkan, tujuan dari aktifitas risiko dan konsekuensi potensial yang dapat
timbul dari pengaruh internal dan eksternal
c. Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup dan parameter kegiatan, atau bagian dari
organisasi RS dimana proses manajemen risiko sedang diterapkan, harus ditetapkan.
Proses harus dipertimbangkan dengan seksama sesuai kebutuhan untuk
menyeimbangkan biaya, manfaat dan peluang. Perlu ditentukan pula kebutuhan
sumber daya dan catatan yang harus didokumentasikan dan dipelihara,
d. Ketika menentukan ruang lingkup program manajemen resiko secara mendalam,
harus dipertimbangkan apakah proses manajemen risiko mencakup pelayanan yang
banyak masalah, atau terbatas pada area praktik klinis spesifik, unit pelayanan,
fungsi, untuk area proyek.
2. TAHAP 2 : IDENTIFIKASI RISIKO
Identifikaasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman sistem
kesehatan, organisasi, unit pelayanan atau pasien
Identifikasi risiko komprehensif sangat penting dan harus dikelola menggunakan proses
sistem yang terstruktur dengan baik, karena potensi risiko yang tidak diidentifikasi pada
tahap ini akan dikecualikan dari analisis dan pelayanan lebih lanjut. Semua materi risiko
harus diidentifikasi, apakah mereka berada dibawah kontrol organisai manajemen risiko.
Identifikasi risiko memerlukan pemahaman yang mendalam dari para eksekutif layanan
kesehatan terhadap komponen-komponen berikut :
a. Sumber resiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian;
b. Insiden yang terjadi dan dampaknya pada rumah sakit atau stakeholder
internal/eksternal;
c. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak risiko atau insiden di rumah sakit atau
pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan rumah sakit.
d. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis atau bahaya
dan insiden yang terjadi;
e. Kapan dan dimana resiko klinis atau bahaya dapat terjadi
f. Identifikasi adalah elemen yang penting dalam menejemen risiko karena tidak ada
efektif ditangani bila tidak dilakukan identifikasi. Satuan tugas manajemen risiko
dapat menggunakan berbagai informasi untuk mengidentifikasi potensi risiko.
Identifikasi risiko dapat dilakukan secara reaktif dan proaktif
Beberapa sumber informasi untuk identifikasi risiko yang dapat dipakai seperti :
a. Daftar keluhan pasien
b. Hasil survei kepuasan
c. Diskusi dengan pimpinan unit layanan serta staf dan mitra kerja
d. Laporan insiden

3. TAHAP 3 : ANALISIS RISIKO


Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi. Organisasi manajemen risiko
harus melakukan analisa secara sistematis terhadap sistem kesehatan, organisasi, unit
peleyanan dan semua unit layanan, untuk memahami risiko, mengindentifikasi tugas agar
dapat menentukan tindakan lebih lanjut.
Perlu proses sistematis untuk memahami sifat risiko dan menyimpulkan tingkat
risiko. Memisahkan risiko kecil yang dapat diterima serta risiko besar, serta menyediakan
data untuk membantu evaluasi dan pelayanan.
Pada umumnya risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian keuangan akan menjadi
prioritas intervensi makin besar kerugian yang akan terjadi, makin segera tindakan harus
dilakukan. Analisis dilakukan dengan melakukan risk grading/tingkatan risiko unntuk
menentukan keparahan dari tiap risiko dengan cara memeriksa kecenderungan terjadinya
risiko dan akibatnya bila hal ini terjadi.
Analisa risiko harus mempertumbangkan bahwa telah ada kontrol atas risiko saat
ini, termasuk kemungkinan keparahan apabila risiko tersebut muncul terjadi sebuah
insiden (risiko yang potensial menjadi insiden), dan kemungkinan terjadinya insiden.
Penilaian dan ranking risiko dilakukan menggunakan kategori kemungkinan dan
komsikuensi.

Lihat tabel kategori dan matriks penilaian risiko


TINGKAT DESKRIPSI PELUANG / FREKUENSI
1 Sangat jarang / rare (> 5 tahun / kali)
2 Jarang / unlikely (> 1-2 tahun / kali)
3 Mungkin / posible (1-2 tahun / kali)
4 Sering / Likely (beberapa kali / tahun)
5 Sangat sering / almost certain (tiap minggu / bulan)
TK RISIKO DESKRIPSI DAMPAK
1 Tidak significant Tidak ada cedera
Minor  Cedera ringan, mis luka lecet
2
 Dapat diatasi dengan P3K
Moderat  Ceder sedang, mis : luka robek
 Berkurangnya fungsi
Motorik / sensorik / psikologis atau
3 intelektual (revesible). Tidak
berhubungan dengan penyakit
 Setiap kasus yang memperpanjang
perawatan
Mayor  Cedera luas (berat) : mis cacat, lumpuh
 Kehilangan fungsi motorik / sensorik /
4
psikologis atau intelektual (irevesble),
tidka berhubungan dengan penyakit.
Katatropik Kematian yang tidak berhubungan dengan
5
perjalanan penyakit
Risk Grading Matrix (Matrtiks Derajat Risiko)
Dampak
Tidak
Frekensi Ringan Sedang Berat Katastropik
signifikan
2 3 4 5
1
Sangat
sering
(Tiap Sedang Sedang Tinggi Ekstrim Ekstrim
mg/bl)
5
Sering
(bbrp x/th) Sedang Sedang Tinggi Ekstrim Ekstrim
4
Mungkin
(1-2 th/x) Rendah Sedang Tinggi Ekstrim Ekstrim
3
Jarang
(3-5 th/x) Rendah Rendah Sedang Tinggi Ekstrim
2
Sangat
jarang
Rendah Rendah Sedang Tinggi Ekstrim
(> 5 th/x)
1

Keterangan warna (tindak lanjut yang dilakukan):


 Pita biru : Dapat diatasi dengan prosedur rutin, dilakukan investigasi sederhana
 Pita hijau : Manajer/pimpinan klinik harus menilai dampak terhadap biaya
mengatasi risiko dengan supervisi dan dilakukan investigasi sederhana
 Pita kuning : Dilakukan RCA da dimonitoring oleh Direktur
 Pita merah : Dilaporkan segera ke Direktur dan dilakukan RCA

4. TAHAP 4 : EVALUASI DAN RANGKING RISIKO.


Mengevaluasi risiko dan membandingkan kriteria risio yang diterima untuk
dikembangkan dalam daftar prioritas yang akan di tindak lanjuti. Melakukan evaluasi
risiko dan prioritas risiko dengan cara membandingkan tingkat risiko yang ditemukan
selama analisis dengan kriteria risiko yang ditentukan sebelumnya, dan mengembangkan
daftar prioritas risiko untuk menentukan tindak lanjut.
Saat menyusun evaluasi kriteria layanan kesehatan, harus dilakukan identifikasi untuk
menentukan tingkat risiko secara internal maupun eksternal yang siap diterima rumah
sakit. Kriteria risiko digunakan untuk menilai dan menentukan peningkatan risiko, yang
menunjukkan bahwa bila risiko diterima rumah sakit, maka harus berhasil dilaksanakan.
Dalam mengevaluasi kriteria risiko mungkin dipengaruhi oleh persepsi internal,
eksternal dan persyaratan hukum. Penentuan kriteria sejak awal merupakan hal yang
sangat penting.

5. TAHAP 5 : PENGELOLAAN RISIKO.


Bila memungkinan paparan risiko perlu dieleminasi. Contohnya memperbaiki alat
yang rusak., memberikan pendidikan pada staff medis yang belum mendapatkan edukasi
tentang prosedur pengoperasian alat. Bila risiko tidak dapat dieleminasi, maka perlu
dicari teknik lain untuk menurunkan risiko kerugian. Setalah dilakukan identifikasi atau
dan analisa risiko , maka satuan tugas manajemen resiko harus menangani dan
mengendalikan risiko tersebut.
Ada dua pendekatan dasar:
1. Mengendalikan risiko (risk conrol)
Risiko sedapat mungkin dihindari karena rumah sakit tidak berani mengambil risiko
dengan metode berikut.
2. Menghindari risiko (risk avoidance), adalah menghindari harta, orang atau kegiatan
dari pajanan terhadap resiko dengan cara :
1) Menolak resiko atau menerima dan melaksanakan suatau kegiatan walaupun
hanya sementara
2) Meninjau kembali risiko yang terlanjur diterima atau segara mengehentikan
kegiatan itu begitu diketahui mengandung risiko.
a. Mengendalikan kerugian dengan mencegah dan merugikan kemungkinan terjadinya
insiden yang menimbulkan kerugian dengan cara :
1) Mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian
2) Menanggung risiko (risk retetion).
b. Risiko diterima dan ditangani sendiri oleh rumah sakit.. artinya rumah sakit
mentolerir terjadinya kerugian untuk mencegah terganggunya kegiatan operasional
rumah sakit dengan menyediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya.
BAB IV
PELAKSANAAN PROGRAM KEGIATAN
BAB V

SASARAN

- Pasien
- Keluarga pasien
- Staf
- Pengunjung
- Pekerjaan kontraktor
- Dan semua yang berada di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Lahat
BAB VI

EVALUASI

Semua kegiatan dievaluasi dalam 1 tahun Metode Pengukuran dengan membandingkan


antara realisasi dengan standar/target dalam prosentase. Penetapan indicator berdasarkan
kegiatan menggunakan pendekatan sistem input, proses, dan output.

Ditetapkan : di Lahat
Pada tanggal :
DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LAHAT

dr. Hj. LAELA CHOLIK, Mkes


NIP. 197003292002122002

Anda mungkin juga menyukai