Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN

PAUL EHRLICH’S MAGIC BULLET CONCEPT

NAMA : Puji Fitria N


NIM : 1706078535

Setelah diakui adanya hubungan antara mikroorganisme dengan penyakit,mikrobiologis medik


memulai untuk melakukan penelitian untuk menemukan bahan yang dapat membunuh
mikroorganisme pathogen,tanpa memberikan efek samping terhadap manusia ataupun hewan
penderita.
Untuk terapi penyakit yang menggunakan bahan kimia disebut kemoterapi.Batasan tersebut juga
berlaku untuk bahannkimia yang diapkai untuk terapi keganasan cancer.Kemoterapi dari bahan
kimia,yang dbuat dari laboratorium disebut obat sintetik (synthetic drugs). Bahan kimia yang
diproduksi secara alami oleh bakteri atau jamur disebut antibiotic.Keberhasilan kemoterapi diukur
berdasarkan pada efek terhadap mikroorganisme,dengan efek sekecil mungkin terhadap
hospesnya.

OBAT DAN SINTETIK PERTAMA

Paul Ehrlich,seorang dokter dan peneliti dari Jerman,bekerja dibidang hematologic,imunologi dan
kemoterapi antimicrobial.Ehrlich adalah penemu pertama Teknik pewarnaan Gram untuk
bakteri,kemudia mengembangkannya untuk mewarnai jaringan yang dapat membedakan sel-sel
daran sehingga dapat dipergunakan untuk diagnose sejumlah penyakit darah.Ehrlich juga
melakukan peneitian untuk menemukan obat yang dapat menghancurkan pathogen tanpa
menimbulkan bahaya pada hospes yang terinfeksi. Pada tahun 1910,setelah melalukan uji ratusan
bahan,Ehrlich menemukan kemoterapi yang disebut salvarsan (arsfenamin),suatu derivate arsenic
yang dapat untuk mengobati sifilis. Nama salvarsan diamnil dari kata salvation
(menyelamatkan/menyembuhkan)dari sifilis dan mengandung arsenic. Konsep kemoterapi
Ehrlich dikenal dengan “Magic Bullet”.
Tahun 1908,Egrlich memperoleh penghargaab Nobel dalam bidang fisiologi medik karena
kontribusinya dalam bidang imunologi.

Pengembangan metode untuk memperbaiki penghantaran obat yang digunakan pada penyakit-
penyakit yang membahayakan jiwa seperti kanker dan infeksi virus sangat dibutuhkan saat ini.
Menurut Paracelsus (1493-1541) semua substansi adalah racun, tidak ada satupun yang bukan
racun, dosis yang tepat yang membedakan antara racun dan obat. Oleh karena itu kemampuan
penghantaran obat pada target spesifik banyak diteliti dan dikembangkan dalam penelitian farmasi
untuk mengurangi toksisitas dan efek samping yang tidak diinginkan pada tempat nontarget.
Selektifitas dalam pengobatan sangat dibutuhkan, sebagai contoh pengobatan kanker. Kanker
merupakan penyakit komplek dimana antara sel kanker dan sel normal tidak dapat dibedakan,
sehingga banyak obat kanker yang menunjukkan bahwa antara rasio efek samping dan efek
bermanfaatnya saling overlap. Hal tersebut merupakan tantangan bagi industri farmasi untuk
mengembangkan sistem penghantaran tertarget yang memiliki fungsi spesifik pada target aksi
tertentu. Tujuan utama pengembangan sistem penghantaran tertarget adalah untuk meningkatkan
kontrol dosis obat pada tempat spesifik seperti pada sel, jaringan, atau organ, sehingga akan
mengurangi efek samping yang tidak diinginkan pada organ non target. Suatu molekul obat sangat
sulit mencapai tempat aksinya karena jaringan seluler yang komplek pada suatu organisme,
sehingga sistem penghantaran ini berfungsi untuk mengarahkan molekul obat mencapai sasaran
yang diinginkan.
Konsep sistem penghantaran obat tertarget mulai dikembangkan pada awal abad 20 ketika Paul
Erlich menemukan konsep “magic bullet” yang menekankan pada penghantaran obat yang
ditujukan pada target spesifik. Kebanyakan sistem penghantaran obat bersifat tertarget pasif,
sehingga untuk mengkonversi menjadi sistem penghantaran tertarget aktif, sistem penghantaran
obat dibuat lebih pintar melalui penggabungan dengan ligan yang dapat dikenali oleh reseptor pada
target sel. Keuntungan sistem penghantaran tertarget selain dapat mengurangi toksisitas dengan
mengurangi efek samping yang ditimbulkan, juga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan
mereduksi biaya pemeliharaan kesehatan.

KONSEP SISTEM PENGHANTARAN OBAT TERTARGET


Sistem penghantaran obat tertarget dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sistem tertarget aktif dan
tertarget pasif. Sistem penghantaran tertarget pasif bertujuan meningkatkan konsentrasi obat pada
tempat aksi melalui pengurangan interaksi yang tidak spesifik dengan mendesain sifat fisikakimia
sistem penghantaran yang digunakan, meliputi: ukuran, muatan permukaan, hidrofobisitas
permukaan, sensitivitas pada pemicu, dan aktivitas permukaan sehingga dapat mengatasi barier
anatomi, seluler, dan subseluler dalam penghantaran obat. Contoh sistem penghantaran jenis ini
yaitu: liposom, mikro/nanopartikel, misel, dan konjugat polimer. Sebaliknya sistem penghantaran
tertarget aktif merupakan sistem penghantaran tertarget pasif yang dibuat lebih spesifik dengan
penambahan “homing device” yaitu suatu ligan yang dapat dikenali oleh suatu reseptor spesifik
kemudian berinteraksi dengan reseptor tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi
obat pada tempat yang diinginkan.
SISTEM PENGHANTARAN TERTARGET PASIF
Desain sistem penghantaran obat yang baik dan berhasil digunakan dalam 75 Stomatognatic (J. K.
G Unej) Vol. 10 No. 2 2013: 75-81 . terapi harus memperhatikan barier yang harus dilalui oleh
obat sehingga sampai pada tempat aksi. Selain itu pemahaman tentang sifat unik tertentu dari target
sel dan jaringan juga perlu dipertimbangkan agar dapat mendesain sistem penghantaran yang dapat
mengakumulasi obat pada target aksi. Terdapat 3 pertimbangan utama untuk membentuk sistem
penghantaran yang stabil, yaitu (1) sistem tersebut harus memiliki stabilitas fisikakimia yang
cukup sehingga obat tidak terdisosiasi atau terdekomposisi dari sistem penghantarnya sebelum
mencapai tempat aksi2, (2) setelah sampai pada target aksi, sistem penghantar harus melepaskan
obat dalam jumlah yang cukup untuk menimbulkan efek terapi3, (3) sistem penghantar yang
digunakan (carrier) harus terdegradasi dan dapat dieliminasi dari tubuh untuk menghindari
toksisitas jangka panjang atau imunogenisitas.
Sifat fisikakimia sistem penghantaran obat berperan penting pada aktivitas in vivo, antara lain
berat molekul, ukuran, hidrofobisitas permukaan, muatan permukaan, dan sensitivitas pada trigger.

Berat Molekul dan Ukuran


Ukuran dan berat molekul sistem penghantaran obat yang optimal dipengaruhi oleh fisiologi
sirkulasi dan ekskresi. Molekul berukuran 30kDa atau kurang akan mengalami eliminasi yang
cepat melalui tubulus ginjal, demikian pula molekul-molekul metabolit obat yang sudah
ditransformasi menjadi lebih hidrofil serta berukuran kecil akan sangat mudah dikeluarkan melalui
ginjal. Untuk menghindari pembersihan cepat melalui ginjal, sistem penghantaran didesain dengan
ukuran lebih dari 30 kDa6. Selain itu sel endotelial pembuluh darah juga merupakan hambatan
penetrasi obat karena antara satu sel dengan sel yang lain bersatu dengan ikatan yang kuat dan
ketat (tight junction) yang sukar ditembus molekul dengan ukuran > 10 nm. Namun demikian
terdapat organorgan yang dapat dilalui oleh sistem penghantaran dengan ukuran diameter 100
hingga 200nm seperti liver, limpa, dan sumsum tulang karena organ ini memiliki kapiler
sinusoidal, sehingga suatu sistem penghantaran obat dapat berdifusi ke dalam ruang interstitial
organ ini dengan mudah. Pada tumor yang padat sel endotelial kurang terbentuk dengan baik
sehingga memungkinkan penetrasi partikel > 200 nm. Pada tumor juga terdapat sistem limfatik
yang kurang sempurna sehingga pembersihan partikel asing juga buruk. Fenomena ini dalam
kondisi patologi disebut EPR (enhanced permeation and retention) yang banyak dieksploitasi
untuk penanganan tumor secara klinik9 10. Permeasi sistem kapiler darah juga meningkat pada
kondisi inflamasi sehingga memudahkan penetrasi molekul dengan ukuran > 200 nm. Sistem
pembersihan oleh sistem mononuklear fagosit juga harus diperhatikan pada partikel dengan ukuran
100nm hingga 7µm karena partikel dengan ukuran ini akan mudah dikenali dan dibersihkan oleh
sistem tersebut3. Hidrofobisitas Permukaan Sistem fagosit mononuklear bertugas membersihkan
partikel asing dari tubuh seperti virus, bakteri, dan protein terdenaturasi. Proses pembersihan oleh
sistem ini diawali dengan adsorbsi opsonin (plasma protein) pada permukaan partikel asing yang
masuk, kemudian makrofag mengenali partikel yang terbungkus opsonin dan melakukan
fagositosis. Tendensi makrofag untuk mengambil partikel yang bersifat lipid digunakan untuk
mendesain liposom tertarget pada sistem fagosit mononuklear untuk mempotensiasi sistem imun
dengan menggunakan interferon-γ sebagai agen pengaktif makrofag. Sebaliknya apabila sistem
penghantaran didesain untuk tertarget pada sel lain maka interaksi dengan sistem fagosit
mononuklear harus diminimalisir dengan melapisi partikel dengan material bersifat hidrofilik
seperti PEG (polietilenglikol). Liposom yang dilapisi dengan PEG tersirkulasi lebih lama di dalam
tubuh dibanding liposom yang tidak dibungkus dengan material hidrofilik.

Muatan Permukaan
Sediaan liposom yang bersifat netral akan tersirkulasi lebih lama dalam tubuh, sedangkan yang
muatan permukaannya negatif akan cepat dibersihkan oleh sel Kupfer yang ada di liver. Liposom
dengan muatan positif akan berinteraksi dengan muatan negative plasma protein dalam sirkulasi
darah sehingga dikenali sebagai obyek asing oleh sistem imun14. Namun demikian apabila muatan
positif permukaan berlebih maka akan berinteraksi kuat dengan proteoglikan pada sel endothelial
yang bermuatan negatif dan terdeposit di tempat tersebut sehingga pada sistem penghantaran yang
membawa material genetik seperti DNA dapat memediasi ekspresi gen pada sel endotelial tersebut.

Sensitifitas Terhadap Pemicu


Desain sistem penghantaran yang pelepasannya dapat dipicu oleh suatu trigger dibuat dengan
penggabungan suatu material fisikakimia fungsional yang stabil selama distribusi namun sensitif
dengan berbagai stimulus di tempat aksi. Stimulus yang menginduksi pelepasan obat dapat berupa
faktor eksternal seperti panas, radiasi, atau yang berasal dari proses biologi yaitu penurunan pH,
transformasi enzimatik, atau perubahan pada potensial redoks. Dalam mendesain sistem ini juga
perlu memenuhi beberapa kriteria seperti sistem tetap stabil selama distribusi dan stimulus
pelepasannya spesifik di tempat aksi kemudian sistem cukup sensitif terhadap stimulus untuk
menghasilkan pelepasan yang efektif, selain itu mekanisme system penghantaran obat tertarget,
pemicu pelepasan harus sesuai dengan sistem penghantaran yang dibuat seperti stabil dalam
sirkulasi darah dan terdeposisi selektif di target aksi.

JENIS-JENIS SISTEM PENGHANTARAN TERTARGET


Berbagai jenis pembawa obat dalam sistem penghantaran tertarget, antara lain: liposom, polimer
misel, nanopartikel, dendrimers dan lain sebagainya. Sistem penghantaran obat yang digunakan
harus memenuhi persyaratan ideal antara lain: harus tidak beracun, biokompatibel,
nonimunogenik, biodegradabel, dan menghindari pengenalan oleh mekanisme imun host.
Liposom
Liposom atau gelembung lemak merupakan partikel koloid yang dibuat menggunakan molekul,
fosfolipid dan merupakan sistem penghantaran yang paling umum digunakan untuk penghantaran
obat tertarget. Sistem penghantaran ini menarik banyak minat peneliti karena berperan penting
dalam meningkatkan efek terapi, keamanan, dan efikasi berbagai obat termasuk antitumor,
antiviral, antimikrobial, dan vaksin. Liposom tidak beracun, nonhemolitik dan non-imunogenik
bahkan setelah suntikan berulang. Sifatnya biokompatibel dan biodegradable dan dapat dirancang
untuk menghindari mekanisme pembersihan sistem retikuloendotelial (RES), ginjal atau inaktivasi
secara kimiawi dan enzimatik. Kekurangan liposom in vivo merupakan pembersihan segera oleh
sistem RES dan stabilitas yang relatif rendah in vitro. Untuk mengatasi hal ini, polietilen glikol
(PEG) dapat ditambahkan ke permukaan liposom. Meningkatkan persen mol PEG pada permukaan
liposom 4-10% meningkatkan secara signifikan waktu sirkulasi in vivo 200- 1000 menit. Untuk
memperbaiki terapi dengan sistem ini perlu modifikasi permukaan dengan ligan agar
meningkatkan penghantaran menjadi lebih selektif. Hal ini penting untuk transportasi dan
penghantaran in vivo makromolekul, termasuk antisense, aptamers oligonukleotida, dan gen, yang
tidak seperti kebanyakan obat konvensional, kurang tersirkulasi dengan baik dan sering
membutuhkan serapan seluler oleh fusi, endositosis, atau proses lainnya untuk mencapai tempat
aksinya.

Polimer Misel
Misel adalah partikel koloid dengan ukuran dalam kisaran 5-100 nm. Misel terdiri dari amfifil atau
bahan aktif permukaan (surfaktan), dimana sebagian besar kepala merupakan kelompok-hidrofilik
dan ekor hidrofobik. Pada konsentrasi rendah dalam medium berair, amfifil berupa monomer
dalam larutan, namun ketika konsentrasi meningkat, agregasi dan self-assembly berlangsung
sehingga misel terbentuk. Konsentrasi di mana misel yang terbentuk disebut sebagai konsentrasi
misel kritis (CMC). Pembentukan misel dipicu oleh penataan ekor hidrofobik yang mengarah ke
keadaan yang menguntungkan entropi. Fungsionalisasi misel sebagai penghantar obat dapat
ditingkatkan dengan cara menempelkan ligan pentarget yang secara khusus mengenali dan
mengikat reseptor yang diekspresikan pada sel tumor. Misel juga sangat menarik digunakan dalam
pemberian obat yang ditargetkan pada sel-sel kanker karena: 1) akumulasi misel polimer pada
tumor dapat meningkat karena efek EPR sehingga pendekatan pentargetan pasif dapat berlaku di
sini; 2) polimer misel dapat dibuat sensitif terhadap perubahan suhu atau pH, yang berpotensi
berguna untuk penghantaran obat yang ditargetkan pada kanker, karena banyak proses patologis
dalam jaringan kanker yang disertai dengan peningkatan suhu atau keasaman; 3) Ligan yang
berinteraksi dengan reseptor spesifik untuk selsel kanker juga dapat melekat pada unit hidrofilik
dari misel. Pendekatan ini dikenal sebagai penargetan aktif.

Nanopartikel
Nanopartikel adalah sistem koloid dengan ukuran submikron (< 1 M) terbuat dari berbagai macam
bahan dalam berbagai komposisi. Vektor nanopartikel meliputi: liposom, misel, dendrimers,
nanopartikel lipid padat, nanopartikel logam, semikonduktor nanopartikel dan polimer
nanopartikel. Nanopartikel sangat baik untuk penargetan tumor karena sifat unik yang mampu
melekat pada tumor padat. Pertumbuhan tumor padat yang cepat menyebabkan drainase
Keterangan: a) Skematik misel; b) Misel yang terkonjugasi dengan ligan18 Ligan/homing device
Stomatognatic (J. K. G Unej) Vol. 10 No. 2 2013: 75-81 . limfatik pembuluh darah yang jelek serta
peningkatan efek permeabilitas dan retensi (EPR) yang memungkinkan nanopartikel terakumulasi
di lokasi tumor. Penelitian menunjukkan bahwa sistem penghantaran nanopartikel memungkinkan
konsentrasi obat pada tumor mencapai 10 - 100 kali lipat lebih tinggi dibandingkan ketika
pemberian obat bebas. Selain pentargetan tumor secara pasif melalui efek EPR, lokalisasi
intratumoral nanopartikel dapat lebih ditingkatkan dengan pentargetan aktif melalui konjugasi
partikel dengan molekul kecil pengenal tumor spesifik seperti asam folat, tiamin, dan antibodi atau
lektin.
Dendrimer
Dendrimer merupakan makromolekul dengan struktur bercabang dan terdiri atas inti, cabang dan
gugus ujung. Dendrimer yang didekorasi dengan bioaktif ligan yang terbuat dari peptide dan
sakarida pada gugus perifer, membentuk nanomaterial yang memiliki sifat mampu berikatan
dengan reseptor spesifik. Pada level selular konjugat bioaktif dendrimer dapat berinteraksi dengan
sel berdasar afinitas dan selektifitas sehingga menarik banyak minat karena potensi pentargetan
untuk desain sistem penghantaran obat. Selain itu konjugat dendrimer juga banyak dipelajari
karena dapat menaikkan stabilitas, solubilitas, dan absorbsi berbagai jenis tipe bahan aktif
terapetik.

SISTEM PENGHANTARAN TERTARGET AKTIF


Sistem penghantaran tertarget ini dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu target ke organ, target ke
sel, dan target subseluler. Sistem penghantaran yang ditargetkan di organ dimaksudkan agar obat
terdeposit dalam organ tersebut dengan memanfaatkan karakter unik yang dimiliki suatu organ.
Sebagai contoh liver yang memiliki sifat jaringan mudah ditembus oleh makromolekul atau
mikropartikel, sehingga jaringan lain tidak terpengaruh oleh obat yang diberikan karena adanya
ikatan ketat “tight junction”. Sistem penghantaran yang targetnya ke sel dilengkapi dengan
material pentarget yang dapat dikenali dan berikatan dengan antigen komplementer dan reseptor
yang ada di permukaan sel. Sedangkan sistem penghantaran subseluler menghantarkan obat pada
tempat spesifik di dalam sel. Sebagai contoh penghantaran gen ke nukleus suatu sel.
DESAIN SISTEM PENGHANTARAN TERTARGET MENGGUNAKAN LIGAN
Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan untuk mengembangkan sistem penghantaran tertarget,
antara lain pengembangan sistem yang biodegradable, biokompatibel dan nontoksik, pemilihan
bahan pembawa (carrier) serta material pentarget yang tepat.

LIGAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENTARGETAN


“Homing device” dalam sistem penghantaran tertarget aktif menggunakan antibodi, peptide, gula,
vitamin, dan lain sebagainya sebagai sistem penarget pada tempat spesifik. Cadherins-Selectins-
Integrins. CadherinsSelectins-Integrins merupakan grup glikoprotein yang bertanggung jawab
pada adhesi sel, apabila fungsinya terganggu akan menyebabkan sel mudah terlepas sehingga
menimbulkan metastasis pada sel kanker. Selectins dan integrin memediasi pelekatan antar sel
apabila terdapat ligan spesifik seperti karbohidrat pada selectins dan inti sekuens peptida pada
integrins. Pada kondisi kanker ekspresi integrin mengalami upregulasi dan fungsinya dapat diblok
oleh antibodi monoklonal, antagonis peptide, dan molekulmolekul kecil. Transferin. Transferin
merupakan glikoprotein yang bertanggung jawab pada transport besi ke dalam sel melalui jalur
spesifik endositosis. Reseptor transferin terdapat baik pada sel normal maupun sel yang mengalami
proliferasi, namun pada tumor reseptor transferin mengalami upregulasi sehingga hal ini yang
dijadikan pertimbangan penghantaran obat kanker spesifik ke sel kanker dengan menggunakan
transferin sebagai pentarget.
Vitamin.
Vitamin memiliki peran yang penting untuk melaksanakan fungsi normal sel. Vitamin telah
digunakan untuk pentargetan obat karena secara umum vitamin diinternalisasi ke dalam sel melalui
reseptor yang akan memediasi endositosis. Beberapa vitamin telah dievaluasi dan berpotensi
sebagai pentarget obat, yaitu asam folat, riboflavin, biotin, dan vitamin B6. Di antara vitamin
potensial tersebut asam folat lebih banyak digunakan karena dapat menginternalisasi
makromolekul yang telah dikonjugasi dengan asam folat dengan jalur yang sama dengan system
penghantaran obat tertarget…(Lina W) asam folat bebas. Pada berbagai tumor pada manusia
terjadi overekspresi reseptor folat sehingga hal ini dimanfaatkan untuk pentargetan obat pada
tumor. Hormon. Kanker yang sensitif terhadap hormone merupakan target penghantaran obat,
mengingat adanya reseptor hormone yang dapat dijadikan target penghantaran obat dengan ligan
hormon. Reseptor LH-RH (luteinizing hormone-release hormone) banyak ditemui di kelenjar
pituitary sehingga toksisitas obat kanker hanya terlokalisasi pada sel-sel gonad. Pendekatan
tersebut sangat cocok untuk kanker ovarium, endometrial, dan kanker payudara.

APLIKASI SISTEM PENGHANTARAN TERTARGET PADA TERAPI


Sistem Penghantaran Obat Tertarget Pada Otak Otak merupakan organ yang sangat rapuh dan
sensitive sehingga didesain dengan proteksi yang cukup efektif. Hal ini menyebabkan
penghantaran obat menuju otak merupakan suatu tantangan yang sulit, terutama untuk pengobatan
kelainan neurologikal. Tantangan utama penghantaran obat ke otak adalah adanya “Blood Brain
Barrier” (BBB) yang membatasi akses obat, namun pemahaman yang meningkat mengenai biologi
BBB menyebabkan semakin terbukanya kemungkinan untuk memperbaiki penghantaran obat
menuju ‘Central Nervous Sistem’ (CNS). Strategi yang dilakukan antara lain dengan
menggunakan agen farmakologi aktif yang dapat membuka BBB, menggunakan metode invasif
dengan cara memasukkan obat secara langsung ke CNS, serta menggunakan sistem transport atau
pembawa yang didesain dapat menargetkan obat ke CNS seperti liposom dan nanopartikel.

Sistem Penghantaran Obat tertarget Pada Sel Kanker Para peneliti mengembangkan sistem
penghantaran multifungsional baru untuk meningkatkan efektifitas dan keamanan terapi kanker
dengan menggunakan penghantaran spesifik ke sel atau organ tertentu. Pada sistem penghantaran
pasif, pembawa seperti nanopartikel dapat terakumulasi pada sel tumor melalui efek EPR yang
dipengaruhi oleh sifat fisikakimianya seperti ukuran partikel dan muatan permukaan, serta waktu
paruh yang lebih lama akibat penambahan molekul hidrofil permukaan seperti PEG. Untuk tumor
targeting adanya ligan pentarget dapat meningkatkan pengambilan oleh sel dan retensi obat
melalui reseptor yang memediasi endositosis. Selain itu dengan metode pentargetan aktif
menggunakan ligan ini akan mengurangi efek samping pengobatan tumor karena obat tidak akan
terakumulasi pada selain sel tumor.

PROSPEK KE DEPAN SISTEM PENGHANTARAN OBAT TERTARGET


Berbagai material disarankan sebagai pembawa dalam penghantaran obat pada tempat aksi
spesifik. Obat dapat berikatan secara kovalen pada pembawa atau terjebak di dalam partikel
pembawa. Sistem penghantar tertarget semakin berkembang setelah penemuan antibodi
monoklonal serta sistem penghantaran obat liposom dan polimer nanopartikel. Secara khusus agen
antibodi monoklonal dikembangkan untuk pentargetan agen sitotoksik pada sel malignan serta
dikembangkan dengan radiolabel untuk keperluan diagnosis dan perawatan kanker. Antibodi
monoklonal, liposom, polimer, dan protein memberikan banyak harapan sebagai molekul
pembawa, namun menemui berbagai kesulitan mulai dari masalah dalam sintesis pembawa yang
secara farmakokinetik dan toksisitasnya tidak menguntungkan. Selain itu, kurangnya pengetahuan
tentang anatomi dan hambatan fisiologis dalam tubuh telah menghambat aplikasi klinis pembawa
tersebut. Namun, banyak masalah telah dipecahkan, karena munculnya teknologi DNA
rekombinan untuk membuat pembawa yang baik dan dapat diproduksi dalam jumlah besar, dengan
teknologi formulasi farmasi yang canggih. Demikian pula, perkembangan pesat dalam biologi
molekuler, biologi sel dan imunologi menyebabkan pemahaman yang lebih baik pada proses yang
terjadi in vivo pada administrasi konjugat obat-pembawa. Hanya sedikit sistem penghantaran
tertarget berbasis polimer atau protein yang berhasil mencapai klinik. Semua akan tergantung pada
efektivitas dan perbaikan pada profil toksisitas dibanding obat bebasnya serta kemudahan produksi
pada skala besar.
Beberapa terapi bertarget telah disetujui oleh FDA untuk pengobatan kanker, dan jumlah itu
kemungkinan akan meningkat karena penelitian terus berlangsung. Alemtuzumab (Campath®),
Anastrozole (Arimidex®), Bevacizumab (Avastin®), Bortezomib (Velcade®), Cetuximab
(Erbitux®), Dasatinib (Sprycel®), Erlotinib Hydrochloride (Tarceva®), Exemestane
(Aromasin®), Fulvestrant (Faslodex®), Gefitinib (Iressa®), Gemtuzumab Ozogamicin
(Mylotarg®), Ibritumomab Tiuxetan (Zevalin®), Imatinib Mesylate (Gleevec®), Lapatinib
Ditosylate (Tykerb®), Letrozole (Femara®), Nilotinib (Tasigna®), Panitumumab (Vectibix®),
Rituximab (Rituxan®), Sorafenib Tosylate (Nexavar®), Sunitinib Malate (Sutent®), Tamoxifen,
Temsirolimus (Torisel®), Toremifene Stomatognatic (J. K. G Unej) Vol. 10 No. 2 2013: 75-81
(Fareston®), Tositumomab dan 131Itositumomab (Bexxar®), Trastuzumab (Herceptin®)
disetujui oleh FDA untuk indikasi kanker tertentu. Obat ini terus dipelajari dalam uji klinis untuk
berbagai jenis kanker.

Anda mungkin juga menyukai