Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Tablet Asam Askorbat 300 mg

Pada praktikum kali ini, praktikan memformulasikan Tablet Asam Askorbat. Tablet yang dibuat
seberat 300 mg tiap tablet dengan jumlah batch 700 tablet, tetapi tablet yang dihasilkan adalah 259
tablet. Hal ini terjadi karena terbuangnya massa pada saat proses pencampuran dan juga
terbentuknya banyak fines yang dihasilkan dalam proses granulasi. Semakin banyak fines, maka
tablet akan semakin sulit untuk dicetak, sehingga ada fines yang tertinggal pada mesin pencetak
tablet. Dan dikarenakan adanya sisa bahan yang tidak bisa ikut tercetak karena keterbatasan mesin
pencetaknya sehingga praktikan tidak bisa mencetak semua formula yang telah disiapkan. Tiap
tablet 300 mg tersebut mengandung 100 mg Asam Askorbat. Asam askorbat yang digunakan
berupa serbuk hablur; putih atau agak kuning, oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi berwarna
gelap. Metode yang digunakan pada pembuatan tablet Asam Askorbat adalah metode granulasi
kering karena Asam Askorbat bersifat termolabil serta mudah teroksidasi dengan penambahan air.
Pertama-tama, serbuk Asam Askorbat yang telah dicampur dengan binder dan filler (Avicel PH
102), antiadherent (talk), dan sebagian disintegran (amylum) dibuat menjadi slug, lalu diayak
menjadi granul. Kemudian dilakukan uji IPC dengan hasil yang diperoleh sebagai berikut :
IPC Hasil Keterangan
Sudut Reposa 34,52o Free Flowing
Uji Kerapatan Partikel 20.29/1.25 Fair
Uji Laju Alir 8,12 g/s Mudah Mengalir

Dari uji sudut istirahat (angle of repose), dapat diketahui bahwa campuran bahan tablet memiliki
sifat alir yang baik karena berdasarkan hasil rata-rata yang didapat, termasuk dalam kategori Free
Flowing (31-35o). Hal ini dikarenakan penambahan talk sebagai antiadherent dan pembuatan
campuran bahan menjadi bentuk granul yang dapat memperbaiki sifat alir dari campuran
dibandingkan bentuk serbuknya.
Uji kerapatan partikel menggunakan dua kriteria yaitu indeks kompresibilitas Neuman dan Carr
dan rasio Hausnerr. Dari kedua metode tersebut, hasil uji kerapatan dari campuran bahan termasuk
dalam kategori Fair. Hal ini dapat disebabkan oleh granul asam askorbat yang dihasilkan dari
proses slugging secara granulasi kering sudah keras namun ketika proses pemecahan slugging
terbentuk banyak fines. Kerapatan granul dipengaruhi oleh besar rongga antar partikel granul,
dimana semakin besar rongga akan menyebabkan terjadinya penurunan volume partikel.
Dari uji laju alir, dapat diketahui bahwa kecepatan alir campuran bahan yang diuji termasuk dalam
kriteria sangat mudah mengalir. Hal ini dikarenakan penambahan talk sebagai antiadherent dan
pembuatan campuran bahan menjadi bentuk granul yang dapat memperbaiki sifat alir dari
campuran dibandingkan bentuk serbuknya.
Setelah uji IPC, campuran bahan dicampur kembali dengan sisa disintegran (Amylum) dan
lubrikan (asam stearat) kemudian dicetak menjadi tablet dengan ukuran 300 mg. Tablet kemudian
dilakukan uji PPC terhadap tablet jadi yang berhasil tercetak dengan baik. Berikut hasilnya :

No PPC Hasil Keterangan


1 Penampilan
Bentuk Bulat -
Warna Putih
Permukaan Bagian atas dan
bawah: agak halus,
terdapat bagian rata
pada sebagian tablet
dan beberapa juga
tidak rata ; Bagian
samping: agak halus,
terdapat bagian yang
tidak rata
2 Keseragaman Bobot
3 Keseragaman Ukuran
4 Kekerasan (Hardness)
5 Keregasan (Friability)
6 Waktu Hancur

Mula- mula praktikan mengamati penampilan tablet baik dari segi bentuk, warna, dan permukaan
tablet. Tablet Asam Askorbat yang kami cetak memiliki penampilan fisik yang kurang baik yaitu
bagian atas dan bawah: agak halus, terdapat bagian rata pada sebagian tablet dan beberapa juga
tidak rata, sedangkan bagian samping: agak halus, terdapat bagian yang tidak rata. Warna yang
dihasilkan pun berubah. Awal dicetak tablet berwarna putih, namun lama kelamaan warna berubah
menjadi putih kecoklatan. Hal ini mungkin disebabkan karena tablet mulai teroksidasi selama
proses PPC. Selama proses PPC tablet sering terpapar cahaya dan udara sehingga tablet teroksidasi
dan berubah warna.
Evaluasi selanjutnya adalah keragaman bobot. Pada uji ini dapat dikatakan tablet Asam Askorbat
memenuhi uji keseragaman bobot berdasarkan prosedur Farmakope Indonesia Edisi IV. Hasil dari
uji praktikan adalah tidak ada satu pun tablet yang menyimpang lebih dari 6%. Pada uji
keseragaman ukuran, tablet Asam Askorbat memenuhi persyaratan karena tablet mempunyai 1 1
3 tebal < lebar < 3x tebal. Selanjutnya kami melakukan uji kekerasan pada tablet (hardness),
menurut literatur, tablet memenuhi persyaratan kekerasan jika berada pada rentang 4-8 Kp.
Kekerasan tablet asam askorbat yang diambil pada 6 sampel tablet adalah 7,288 Kp, sehingga
memenuhi persyaratan. Uji PPC selanjutnya adalah uji keregasan yang dilakukan pada 20 tablet.
Uji keregasan tablet asam askorbat yang dilakukan oleh praktikan tidak memenuhi persyaratan.
Pada literatur, uji keregasan memenuhi apabila tidak lebih dari 0,8% dan tablet Asam Askorbat
kami memiliki kergasan 1,095 %. Hal ini dapat disebabkan karena konsentrasi binder (Avicel PH
101) yang digunakan belum mencukupi (kurang) sehingga tablet yang dihasilkan regas.
Solusinya yaitu pernambahan konsentrasi binder pada formulasi agar tablet yang dihasilkan
memenuhi syarat uji keregasan. Evaluasi terakhir yang kami lakukan pada uji PPC tablet Asam
Askorbat adalah uji waktu hancur, di mana tablet ini hancur pada waktu 2,12 menit, karena waktu
hancur tidak lebih dari 15 menit maka tablet kami memenuhi uji persyaratan waktu hancur. Namun
jika dilihat dari keregasan tablet kami, yaitu tablet asam askorbat ini termasuk regas (tidak
memenuhi syarat). Karena tabletnya regas maka waktu hancur pun cepat yaitu pada menit ke 2,12
sudah hancur seluruhnya. Selain kurangnya konsentrasi binder dan tingginya konsentrasi
disintegran dalam formulasi juga dapat mengakibatkan cepatnya waktu hancur (disintegrasi).

Anda mungkin juga menyukai