PENDAHULUAN
1
Dalam pelaksanaan program kesehatan sangat dibutuhkan sumber daya manusia
yang kompeten, sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pemicu obstetri yang mengarah pada PPI antara lain: (Harry dkk, 2010)
1. Persalinan atas indikasi ibu ataupun janin, baik dengan pemberian induksi
ataupun seksio sesarea
2. PPI spontan dengan selaput amnion utuh
3. PPI dengan ketuban pecah dini,
3
Terlepas apakah akhirnya dilahirkan pervaginam atau melalui seksio
sesarea. Sekitar 30-35% dari PPI berdasarkan indikasi seksio sesarea, 40-45%
PPI terjadi secara spontan dengan selaput amnion utuh, dan 25-30% PPI yang
didahului ketuban pecah dini (Harry dkk, 2010).
Konstribusi penyebab PPI berbeda berdasarkan kelompok etnis. PPI pada
wanita kulit putih lebih umum merupakan PPI spontan dengan selaput amnion
utuh, sedangkan pada wanita kulit hitam lebih umum didahului ketuban pecah
dini sebelumnya (Harry dkk, 2010).
PPI juga bisa dibagi menurut usia kehamilan: sekitar 5% PPI terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 28 minggu (extreme prematurity), sekitar 15% terjadi
pada usia kehamilan 28-31 minggu (severe prematurity), sekitar 20% pada usia
kehamilan 32-33 minggu (moderate prematurity), dan 60-70% pada usia
kehamilan 34-36 minggu (near term). Dari tahun ke tahun, terjadi peningkatan
angka kejadian PPI, yang sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya jumlah
kelahiran preterm atas indikasi (Harry dkk, 2010).
2.1.3 Etiologi dan Faktor Resiko
4
sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi
konisasi, dan iritabilitas uterus.
2. Faktor resiko minor : Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam
setelah kehamilan 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10
batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada
trimester I lebih dari 2 kali.
Sedangkan menurut Manuaba, faktor predisposisi partus prematurus
adalah sebagai berikut (Manuaba, 2009):
1. Faktor ibu : Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35
tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu seperti;
hipertensi, jantung, ganguan pembuluh darah (perokok), faktor pekerjaan yang
terlalu berat.
2. Faktor kehamilan : Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan
antepartum, komplikasi hamil seperti pre eklampsi dan eklampsi, ketuban
pecah dini.
3. Faktor janin : Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
2.1.4 Patofisiologi
5
imaturitas jaringan pada janin. Salah satu dampaknya terjdilah imaturitas paru
yang menyebabkan resiko cidera pada janin. Sedangkan pada ibu, resiko tinggi
pada kesehatan yang menyebabkan ansietas dan kurangnya informasi tentang
kehamilan mengakibatkan kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga
kesehatan saat kehamilan.
2.1.5 Tanda dan Gejala
Partus prematurus iminen ditandai dengan :
1. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit
2. Rasa berat dipanggul
3. Kejang uterus yang mirip dengan dismenorea
4. Keluarnya cairan pervaginam
5. Nyeri punggung
Gejala diatas sangat mirip dengan kondisi normal yang sering lolos dari
kewaspadaan tenaga medis.
Menurut Manuaba (2009), jika proses persalinan berkelanjutan akan
terjadi tanda klinik sebagai berikut :
1. Kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jam
2.1.6 Diagnosis
6
5. Pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa serviks telah mendatar 50-80%, atau
telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm,
6. Selaput amnion seringkali telah pecah,
7. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika.
Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics dan
The American Collage of Obstetricians and Gynecologists (1997) untuk
mendiagnosis PPI ialah sebagai berikut:
1. Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit atau
delapan kali dalam 60 menit plus perubahan progresif pada serviks,
2. Dilatasi serviks lebih dari 1 cm,
3. Pendataran serviks sebesar 80% atau lebih.
2.1.7 Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
Pemeriksaan kultur urine
Pemeriksaan gas dan pH darah janin
Pemeriksaan darah tepi ibu
Jumlah lekosit
C-reactive protein . CRP ada pada serum penderita yang menderita infeksi
akut dan dideteksi berdasarkan kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi
polisakarida somatik nonspesifik kuman Pneumococcus yang disebut fraksi C.
CRP dibentuk di hepatosit sebagai reaksi terhadap IL-1, IL-6, TNF.
2. Pemeriksaan ultrasonografi
Penipisan serviks: Iams dkk. (1994) mendapati bila ketebalan seviks < 3cm
(USG) , dapat dipastikan akan terjadi persalinan preterm. Sonografi serviks
transperineal lebih disukai karena dapat menghindari manipulasi intravagina
terutama pada kasus-kasus KPD dan plasenta previa.
2.1.8 Penatalaksanaan
7
Ibu hamil yang diidentifikasi memiliki risiko persalinan preterm dan yang
mengalami gejala persalinan preterm membakat harus ditangani seksama untuk
meningkatkan keluaran neonatal.
2. Pemberian tokolitik
Indeks tokolitik > 8 menunjukkan kontraindikasi pemberian tokolitik
0 1 2 3 4
Kontraksi Tidak ada Irregular Regular - -
Ketuban Tidak ada - Tinggi/tidak - Rendah/peca
pecah jelas h
Perdarahan Tidak ada Spotting Perdarahan - -
Pembukaan Tidak ada 1 cm 2 cm 3 cm 4 cm
8
Parenteral : 4-6 gr/iv pemberian bolus selama 20-30 menit, infus 2-4gr/jam
(maintenance)
Efek samping : Edema paru, letargi, nyeri dada, depresi pernafasan (pada ibu
dan bayi)
Pencegahan terhadap infeksi dengan menggunakan antibiotik.
Mercer dan Arheart (2007) menunjukkan, bahwa pemberian antibiotika
yang tepat dapat menurunkan angka kejadian korioamnionitis dan sepsis
neonatorum.Antibiotika hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung
risiko terjadinya infeksi, seperti pada kasus KPD. Obat diberikan per oral,
yang dianjurkan ialah eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari. Obat pilihan
lainnya ialah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari, atau dapat menggunakan
antibiotika lain seperti klindamisin. Tidak dianjurkan pemberian ko-
amoksiklaf karena risiko necrotising enterocolitis.
Untuk menghambat proses PPI, pasien juga perlu membatasi aktivitas
atau tirah baring serta menghindari aktivitas seksual.
Kontraindikasi relatif penggunaan tokolisis ialah ketika lingkungan
intrauterine terbukti tidak baik, seperti:
a. Oligohidramnion
b. Korioamnionitis berat pada ketuban pecah dini
c. Preeklamsia berat
d. Hasil nonstrees test tidak reaktif
e. Hasil contraction stress test positif
f. Perdarahan pervaginam dengan abrupsi plasenta, kecuali keadaan pasien
stabil dan kesejahteraan janin baik
g. Kematian janin atau anomali janin yang mematikan
h. Terjadinya efek samping yang serius selama penggunaan beta-mimetik.
Manajemen persalinan preterm atau persalinan prematur tidak dapat
dicegah apabila (Wiknjosastro, 2010):
1. Selaput ketuban pecah
2. Pembukaan serviks mencapai 4 cm
9
3. Taksiran berat janin > 2000 gram atau usia kehamilan >34 minggu
4. Gawat janin langsusng dilakukan terminasi
5. Penyebab atau komplikasi persalian preterm lebih besar apabila kehamilan
dipertahankan
6. Kemampuan neonatal intensive care facilities memadai
2.1.9 Komplikasi
2. Gangguan respirasi
4. Perdarahan intracranial 5 kali lebih sering pada bayi prematur dibanding bayi
aterm
5. Cerebral palsy
6. Terdapat insidensi kerusakan organik otak yang lebih tinggi pada bayi
prematur (meskipun banyak orang–orang jenius yang dilahirkan sebelum
aterm).
10
2.1.10 Prognosis
Pada pusat pelayanan yang maju dengan fasilitas yang optimal, bayi yang
lahir dengan berat 2.000 sampai 2.500 gram mempunyai harapan hidup lebih dari
97 persen. 1500 sampai 2.000 gram lebih dari 90 persen dan 1.000 sampai 1.500
gram sebesar 65-80 persen (Mansjoer, 2002).
Prematurnya masa gestasi akan dapat mengakibatkan ketidakmatangan pada
semua sistem organ. Baik itu pada sistem pernapasan (organ paru-paru), sistem
peredaran darah (jantung), sistem pencernaan dan sistem saraf pusat (otak).
Ketidakmatangan pada sistem-sistem organ itulah yang membuat bayi prematur
cenderung mengalami kelainan dibandingkan bayi normal. Kelainan itu bisa
berupa :
a. Sindroma gangguan pernapasan.
Kelainan ini terjadi karena kurang matangnya paru-paru, sehingga jumlah
surfaktan (cairan pelapis paru-paru) kurang dari normal. Ini menyebabkan paru-
paru tidak dapat berkembang sempurna.
b. Perdarahan otak
Biasanya terjadi pada minggu pertama kelahiran, terutama pada bayi prematur
yang lahir kurang dari 34 minggu. Pendarahan otak ini menyebabkan bayi
prematur tumbuh menjadi anak yang relatif kurang cerdas, dibanding anak yang
lahir normal.
c. Kelainan jantung
Yang sering terjadi adalah Patent Ductus Arteriosus, yaitu adanya hubungan
antara aorta dengan pembuluh darah jantung yang menuju paru-paru.
d. Kelainan usus
Ini disebabkan akibat imaturitas atau kurang mampu dalam menerima nutrisi.
e. Anemia dan infeksi
11
Belum matangnya fungsi semua organ tubuh, membuat bayi prematur
menghadapi berbagai masalah. Seperti mudah dingin, lupa napas, mudah infeksi
karena sensor otaknya belum sempurna, pengosongan lambung terhambat
(refluks), kuning dan kebutaan (Rinawati, 2007)
2.2 Oligohidramnion
2.2.1 Definisi
Definisi oligohidramnion yang digunakan beragam oleh karena tidak ada titik
potong yang ideal sewaktu dilakukan pengukuran. Oligohidramnion mempunyai
karakteristik seperti di bawah ini (Wiknjosastro, 2010):
Berkurangnya volume cairan amnion
Volume cairan amnion < 500 mL pada usia kehamilan 32-36 minggu
Single deepest pocket (SDP) < 2 cm
Amniotic fluid index (AFI) < 5 cm atau < 5 percentile dari umur kehamilan
Tidak ditemukan kantong yang bebas dari tali pusat pada pengukuran minimal
1 cm pada pengukuran SDP
Volume cairan amnion bergantung pada usia kehamilan, karena itu , definisi
yang paling baik adalah Amniotic fluid index (AFI) < 5 cm atau < 5 percentile
(Wiknjosastro, 2010).
2.2.2 Insiden
Insiden sekitar 3,9 % dari seluruh kehamilan, namun estimasi sekitar 12 %
dari kehamilan usia 40 minggu atau lebih (Wiknjosastro, 2010).
2.2.3 Etiologi
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan oligohidramnion adalah
kelainan kongenital, PJT (pertumbuhan janin terganggu), ketuban pecah,
kehamilan postterm, insufisiensi plasenta, dan obat-obatan (golongan
antiprostaglandin). Kelainan congenital yang paling sering menimbulkan
oligohidramnion adalah kelainan system saluran kemih (kelainan ginjal bilateral
dan obstruksi uretra) dan kelainan kromosom (triploidi, trisomi 18 dan 13).
12
Trisomi 21 jarang memberikan kelainan pada saluran kemih, sehingga tidak
menimbulkan oligohidramnion. Insufisiensi plasenta oleh sebab apapun dapat
menyebabkan hipoksia janin . hipoksia janin yang berlansung kronis akan
memicu mekanisme redistribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang dan terjadi
oligohidramnion (Wiknjosastro, 2010).
2.2.4 Patofisiologi
Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari oligohidramnion.
Namun, tidak adanya produksi urine janin atau penyumbatan pada saluran kemih
janin dapat juga menyebabkan oligohidramnion. Janin yang menelan cairan
amnion, yang terjadi secara fisiologis, juga mengurangi jumlah cairan.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan oligohidramnion adalah kelainan
kongenital, Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), ketuban pecah, kehamilan
postterm, insufiensi plasenta dan obat-obatan (misalnya dari golongan
antiprostaglandin). Kelainan kongenital yang paling sering menimbulkan
oligohidramnion adalah kelainan sistem saluran kemih dan kelainan kromosom.
(Prawirohardjo, 2010)
Pada insufisiensi plasenta oleh sebab apapun akan menyebabkan hipoksia
janin. Hipoksia janin yang berlangsung kronik akan memicu mekanisme
redistribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi penurunan aliran darah
ke ginjal, produksi urin berkurang dan terjadi oligohidramnion (Prawirohardjo,
2010)
13
Patofisiologi oligohidramnion
14
Untuk mengetahui oligohidramnion dengan jelas dapat dilakukan
tindakan Amnioskopi dengan alat amnioskop.
Indikasi amnioskopi adalah (Wiknjosastro, 2010):
Usia kehamilan > 37 minggu
Terdapat preeclampsia berat atau eklampsia
Bad Obstetrics History
Terdapat kemungkinan IUGR
Kelainan ginjal
Kehamilan post date
15
Penatalaksanann pada ibu dengan oligohidramnion yaitu (Wiknjosastro,
2010):
1. Tirah baring
2. Hidrasi dengan kecukupan cairan
3. Perbaikan nutrisi
4. Pemantauan kesejahteraan janin (NST)
5. Pemerikasaan USG untuk melihat volume cairan amnion
1.2.9 Komplikasi
16
Karena sedikitnya air ketunban, dapat menyebabkan terjadinya
hubungan langsung antara membran dengan janin sehingga dapat
menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin intrauterine. Dapat
dijumpai ektremitas terputus oleh karena hubungan atau ikatan
dengan membrannya (Wiknjosastro, 2010).
3.2.5 Prognosis
17
Alur penatalaksanaan pada oligohidramnion
BAB 3
TINJAUAN KASUS
18
Nama : Ny.W
Umur : 31 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Hasanudin Gang XI, Pasuruan
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal MRS : 04-10-2018 (10.30 WIB)
Tanggal Pemeriksaan : 08-10-2018 (13.00 WIB)
Identitas Suami
Nama : Tn. T
Umur : 33 tahun
Agama : Islam
Alamat : Hasanudin Gang XI, Pasuruan
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
3.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama : Kenceng-kenceng
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
- Pasien datang ke Poli hamil RSU Haji dengan rujukan dari puskesmas
dengan keluhan kenceng-kenceng dan TFU tidak sesuai masa kehamilan.
- Keluhan kenceng-kenceng dirasakan sejak 1 hari smrs. Kenceng-kenceng
dirasakan 1-2 kali dalam 1 jam, selama ±10 detik. Kenceng-kenceng
dirasakan menjalar dan rasa tekanan pada perut bagian bawah (+).
Kenceng-kenceng makin lama tidak semakin sering dan jarak antara
kenceng-kenceng yang pertama dan selanjutnya tidak semakin dekat.
19
- Pasien juga mengeluhkan nyeri pada punggung bawah (+)
- Keluar darah dari jalan lahir (-), lendir (-) dan cairan (-).
- Keluhan lain seperti pusing (-), demam (-), mual (-) muntah (-), keputihan
(-), penurunan berat badan (-), kaki bengkak (-). Riwayat berhubungan
dengan suaminya 1 bulan yang lalu.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat MRS : disangkal
Riwayat Darah tinggi (HT) : disangkal
Riwayat Kencing manis (DM) : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat sakit kejang : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat penyakit lambung : disangkal
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat alergi makanan : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Trauma atau jatuh yang mengenai perut : disangkal
Riwayat perdarahan dari jalan lahir : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluarga dengan penyakit serupa atau keguguran : disangkal
Riwayat darah tinggi (HT) : disangkal
Riwayat kencing manis (DM) : disangkal
Riwayat jantung : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
5. Riwayat Sosial :
Pasien adalah ibu rumah tangga dan tidak suka angkat-angkat barang
maupun kerja berat di rumah sejak hamil.
20
Merokok disangkal
Minum jamu-jamuan dan obat-obatan tanpa resep dari dokter puskesmas
disangkal
Pijat atau perutnya diurut disangkal
Makan 3-4 kali dalam sehari, minum ± 1,5 L perhari
3.2.1 Riwayat Obstetri
1. Laki-laki/spontan/bidan/3100gr/aterm/langsung menangis/
3th
2. Hamil ini
HPHT : 04-02-2018
TP : 09-11-2018
UK : 34-35 minggu
Menarche : 14 tahun,
Siklus mens : 28 hari, teratur
Lama : 7 hari
Banyak darah : 2x ganti pembalut/hari
Dismenorhe : (+) Awal menstruasi
21
3.3 PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Composmentis
GCS : 456
Keadaan umum : Cukup
TB : 160 cm
BB : 80 kg
BMI : 31,2 kg/m2
Status Gizi : Obes 1
Vital Sign :
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 79x/menit
- RR : 19x/menit
- T° : 36,4°C (axilla)
Pemeriksaan :
- Kepala-leher :
Normocephal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
edema palpebral (-/-)
Wajah : pucat (-), bibir sianosis: (-)
Hidung : dyspneu (-/-)
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Peningkatan JVP (-)
- Thoraks :
Pulmo:
Inspeksi: normochest, retraksi ICS (-)
Palpasi: fremitus simetris (dextra & sinistra)
22
+ +
+ +
+ +
Perkusi:
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Auskultasi:
Vesikular Vesikular
Vesikular Vesikular
Vesikular Vesikular
Cor:
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung dalam batas normal, tidak ada
pembesaran jantung
Auskultasi : S1 S2 normal reguler, murmur (-), gallop (-).
Payudara: simetris, puting susu menonjol (dextra & sinistra),
- Abdomen :
Inspeksi : perut membesar tampak gravida, luka bekas operasi
(-), strie (+), linea nigra (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : pekak
Auskultasi: bising usus (+) normal
23
- Genitalia:
Inspeksi : fluxus (-), pembesaran kelenjar Bartholin (-), kondiloma
akuminata (-), varises (-), flour albus (-), Palpasi : Nyeri tekan (-)
- Ekstremitas :
Akral hangat Pitting edema Sianosis
- - CRT <2 detik
3.3.2 Status obstetri: - -
• Abdomen:
1. Pemeriksaan Leopold :
I : TFU : 28 cm. Teraba bagian besar, lunak, tidak melenting
kesan bokong, HIS (+)
II : Sisi kiri ibu teraba bagian keras, memanjang kesan
punggung, sebelah kanan teraba bagian keci-kecil kesan
ekstremitas DJJ 121x/menit
III :Teraba bagian bulat, keras, melenting, kesan kepala,
IV : divergen
2. DJJ 121 x/menit
3. EFW : (TFU-11)x155 = (28-11) x 155 = 2.635 gram
• Vaginal touche:
- Pembukaan : 1cm
- Effacement : 25%
- Presentasi : Kepala
- Denominator : UUK
- Hodge :I
- Selaput ketuban :+
3.4 RESUME
• Ny W 31 Tahun
24
• Keluhan kenceng-kenceng dirasakan sejak 1 hari smrs, 1-2 kali dalam 1 jam,
selama ±10 detik. Nyeri pada perut (+) saat kenceng-kenceng. Kenceng-
kenceng dirasakan menjalar dan rasa tekanan pada perut bagian bawah (+).
Nyeri punggung bawah (+).
• Riwayat Obstetri
1. Hamil ini
• Riwayat Menstruasi
o HPHT : 04 – 02 – 2018
o TP : 09 - 11 - 2018
o UK : 34-35 minggu
• Status obstetri:
• Abdomen:
- Pemeriksaan Leopold :
I : TFU : 28 cm. Teraba bagian besar, lunak, tidak melenting
kesan bokong, HIS (+)
II : Sisi kiri ibu teraba bagian keras, memanjang kesan
punggung, sebelah kanan teraba bagian keci-kecil kesan
ekstremitas DJJ 121x/menit
III : Teraba bagian bulat, keras, melenting, kesan kepala
IV : divergen
- DJJ 121 x/menit
- EFW : (TFU-11)x155 = (28-11) x 155 = 2.635 gram
• Vaginal touche:
- Pembukaan : 1cm
- Effacement : 25%
- Presentasi : Kepala
- Denominator : UUK
- Hodge :I
- Selaput ketuban :+
25
3.5 PEMERIKSAAN TAMBAHAN
- USG : AFI 5,1
3.6 DIAGNOSIS
GIIP1001 UK 34-35 mgg THIU/ Letkep /Severe oligohidramnion/ TBJ 2635 gr/
Preterm/ UPD teruji
3.7 PLANNING
3.7.1 Diagnosis:
DL, FH, HIV, HBsAg, UL
3.7.2 Terapi:
MRS
Dexametason 4x6 mg IM
3.7.3 Monitoring:
1. Keadaan umum
5. Nutrisi ibu
26
6. CHPB
3.7.4 Edukasi:
1. Memberitahukan kepada pasien tentang kondisi yang
sedang di alami serta komplikasinya dan akan di rawat
inap guna untuk diobservasi.
BAB 4
PEMBAHASAN
27
(+) dengan usia kehamilan 34-35 minggu. Hal ini sesuai dengan teori Partus
Prematurus Iminens (PPI) adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana
timbulnya tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20
minggu-37 minggu) dan berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram yang
ditandai dengan gejala sebagai berikut (Oxorn, 2010) :
1. Kontraksi uterus dengan atau tanpa rasa sakit
Pada pasien ini tidak ada tanda-tanda klinis terjadinya proses persalinan
spontan karena dari hasil pemeriksaan obsterti didapatkan yaitu : pembukaan
1cm, efficement 25%, presentasi kepala denominator UUK, Hodge I, selaput
ketuban utuh. Sehingga masih dapat untuk dilakukan konservatif terlebih
dahulu untuk dilakukan pematangan paru dengan diberikan dexametason
4x6mg/ 24 jam dievaluasi cairan ketubannya setelah dilakukan pemberian
cairan pada ibu karena dari hasil USG didapatkan AFI 5,1(olihidramnion)
dengan tujuan dapat meningkatkan cairan amnionnya.
28
iodothyronine yang dapat meningkatkan produksi surfaktan. Suplemen
inositol juga merupakan pilihan karena inositol merupakan komponen
membran fosfolipid yang berperan dalam pembentukan surfaktan, istirahat
dan membatasi pergerakan.
a Oligohidramnion
b Korioamnionitis berat pada ketuban pecah dini
c Preeklamsia berat
d Hasil nonstrees test tidak reaktif
e Hasil contraction stress test positif
f Perdarahan pervaginam dengan abrupsi plasenta, kecuali keadaan pasien
stabil dan kesejahteraan janin baik
g Kematian janin atau anomali janin yang mematikan
h Terjadinya efek samping yang serius selama penggunaan beta-mimetik.
Pada pasien ini didapatkan nilai AFI 5,1 cm sehingga didiagnosis
oligohidramnion. Berdasarkan teori Definisi oligohidramnion yang
digunakan beragam oleh karena tidak ada titik potong yang ideal sewaktu
dilakukan pengukuran. Oligohidramnion mempunyai karakteristik seperti di
bawah ini:
Berkurangnya volume cairan amnion
Volume cairan amnion < 500 mL pada usia kehamilan 32-36 minggu
Single deepest pocket (SDP) < 2 cm
Amniotic fluid index (AFI) < 5 cm atau < 5 percentile dari umur kehamilan
Tidak ditemukan kantong yang bebas dari tali pusat pada pengukuran
minimal 1 cm pada pengukuran SDP
29
Volume cairan amnion bergantung pada usia kehamilan, karena itu , definisi
yang paling baik adalah Amniotic fluid index (AFI) < 5 cm atau < 5
percentile.
Pada pasien ini diberikan terapi infus RL grojog dan tirah baring untuk
mengurangi pergerakan. Hal ini sesuai dengan teori pada oligohidramnion di
berikan terapi yaitu Tirah baring
Faktor ibu : Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun
atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat,
penyakit menahun ibu seperti; hipertensi, jantung, ganguan
pembuluh darah (perokok), faktor pekerjaan yang terlalu berat.
Faktor kehamilan : Hamil dengan hidramnion, hamil ganda,
perdarahan antepartum, komplikasi hamil seperti pre eklampsi dan
eklampsi, ketuban pecah dini.
Faktor janin : Cacat bawaan, infeksi dalam rahim
30
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Holistik
Ny. Wdengan usia 31 tahun dengan diagnosis GIIP1001 UK 34-35 mgg
THIU/ Letkep /Severe oligohidramnion/ TBJ 2635 gr/ Preterm/ UPD teruji.
31
Tinggal dalam nuclear family karenatinggal 1 rumah dengan suami dan anaknya.
Interaksi pasien dalam keluarga cukup harmonis, komunikasi antar anggota
keluarga lancar, dalam kehidupan sosial sebagai anggota masyarakat biasa.
1. Diagnosis dari segi biologis
GIIP1001 UK 34-35 mgg THIU/ Letkep /Severe oligohidramnion/ TBJ 2635
gr/ Preterm/ UPD teruji
2. Diagnosis dari segi psikologis
Kasih sayang dan perhatian yang diberikan suami dan anak sangat baik pada
Ny. W
3. Diagnosis dari segi sosial
Penderita tidak memiliki kedudukan tertentu di lingkungannya, hanya
sebagai masyarakat biasa.
5.2 Saran Komprehensif
1. Promotif
Perlu diberikan edukasi pada pasien dan keluarga pasien mengenai partus
prematurus iminen, tentang gejalanya, penyebabnya, penangannya,
komplikasinya, dan prognosisnya pada janin.
2. Preventif
a. Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur.
b. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan
kehamilan dan persalinan preterm.
c. Memberikan nasehat tentang gizi saat kehamilan, meningkatkan pengertian
KB-interval, memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan
segera melakukan konsultasi, menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan
sehingga secara dini penyakit ibu dapat diketahui dan diawasi / diobati.
d. Meningkatakan keadaan sosial-ekonomi keluarga dan kesehatan
lingkungan.
3. Kuratif
- Infus RL grojog kemudian dilanjutkan maintenance
32
4. Rehabilitatif
Beri perhatian dan kasih sayang pada penderita, perhatikan kualitas
makanan, gizi, bed rest, jangan terlalu banyak beraktifitas, dan tambah waktu
luang bersama keluarga serta kurangi stress.
DAFTAR PUSTAKA
33
Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta : EGC
NANDA. 2012-2014, Nursing Diagnosis: Definitions and Classification,
Philadelphia, USA
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :RinekaCipta.
Nugroho, Taufan. 2010. KesehatanWanita, Gender danPermasalahannya.
Yogyakarta: NuhaMedika.
Oxorn Harry, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan (Human
Labor and Birth). Yogyakarta : YEM.
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuahan Kebidanan Patologi. Jakarta : Trans Info
Media
Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka, Sarwono
Prawirohardjo.
Wilkinson, J.M., & Ahern N.R., 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa
NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Edisi Kesembilan. Jakarta
: EGC.
Krisnadi, SR. 2006. Dampak Infeksi Genital Terhadap Persalinan Kurang Bulan.
Cermin Dunia Kedokteran, No. 151.
Mufdillah, 2006. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil .Jogjakarta :Nuha Medika.
Nuada I, dkk. 2004. Risiko Partus Prematurus Iminen pada Kehamilan dengan Infeksi
Saluran Kemih. Bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan FK
Udayana RS Sanglah Denpasar. Cermin Dunia Kedokteran No. 145.
Prawirohardjo, 2008 Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
34
35