Anda di halaman 1dari 7

Penatalaksanaan Klien Dengan Hipertiroidisme

I. Pengkajian
1 Pengumpulan biodata seperti umur, jenis kelamin dan tempat tinggal
2 Riwayat penyakit dalam keluarga
3 Kebiasaan hidup sehari-hari mencakup aktivitas dan mobolitas, pola makan,
penggunaan obat-obatan tertentu, istirahat dan tidur
4 Keluhan klien seperti berat badan turun meskipun napsu makan meningkat,
diare, tidak tahan terhadap panas, berkeringat banyak, papitasi dan nyeri dada
5 Pemeriksaan fisik:
a. Amati penampilan umum klien, amati wajah klien khususnya kelainan
pada mata seperti:
 Opthalamus yang ditandai
- Eksofalmus: bulbus okuli menonjol keluar
- Tanda Stellwag’s: mata jarang berkedip
- Tanda Von Graefes: jika klien melihat ke bawah maka palpenra
superior sukar atau sama sekali tidak dapat mengikuti bola mata
- Tanda Mobieve: sukar mengadakan atau menahan konvergensi
- Tanda Jaffroy: tidak dapat mengerutkan dahijika melihat ke atas
- Tanda Rosenbagh: tremor palbebra jika mata menutup
 Edema palbebra dikarenakan akumulasi cairan di periorbita dan
penumpukan lemak di retro orbita
 Juga akan dijumpai penurunan visus akibat penekanan saraf
optikus dan adanya tanda-tanda radang atau infeksi pada
konjungtiva dan kornea
 Fotopobia dan pengeluaran air mata yang berlebihan merupakan
tanda yang lazim
b. Amati manifestasi klinis hipertiroidisme pada berbagai system tubuh
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
c. Palpasi kelenjar tiroid, kaji adanya pembesaran, bagaimana
konsistensinya, apakah dapat digerakan serta apakah nodul soliter atau
multiple
d. Auskultasi adanya “bruit”
6. Pengkajian psikososial mencakup kestabilan emosi,:iritabilitas;perhatian yang
menurun dan perilaku mania. Fluktuasi emosi menyebabkan klien menjadi
bertambah lelah
7. Pemeriksaan diagnostic mencakup pemeriksaan kadar T3 T4 serum; T3 ambilan
resin T3 dan kadar TSH serum. Skanning tyroid, USG dan pemeriksaan
elektrokardiografi.

II. Diagnosa Keperawatan


Diagnose keperwatan yang utama dijumpai pada klien dengan hipertiroidisme
adalah:
1. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan waktu
pengisian diastolic sebagai akibat peningkatan frekuensi jantung
2. Perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
denganefek hiperkatabolisme
3. Perubahan persepsi sensori (penglihatan) yang berhubungan dengan
gangguan perpindahan impuls sensori akibat ofthalmopati

Diagniosa keperawatan tambahan antara lain;


1. Diare yang berhubungan dengan peningkatan aktivitas metabolic
2. Koping individu takefektif yang berhubungan dengan emosi yang labil
3. Intoleransi terhadap aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan
akibat metabolism yang meningkat
4. Gangguan pola tidur sehubungan dengan suhu tubuh yang meningkat
akibat peningkatan metabolism
5. Gangguan proses berfikir yang berhubungan dengan emosi yang labil
dan perhatian yang menyempit

III. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnose keperawatan:
Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan menurunya waktu
pengisian diastolic sebagai akibat dari akibat dari peningkatan frekuensi jantung

Tujuan:
Fungsi kardiovaskuler kembali normal

Intervensi Keperawatan:
1. Obsevasi setiap 4 jam nadi apical, tekanan darah dan suhu tubuh
2. Anjurkan kepada klien agar segera melaporkan pada perawat bila
mengalami nyeri dada, palpitasi, dispnea dan vertigo
3. Upayakan agar klien dapat beristirahat, tempatkan klien diruangan yang
tenang dan jauh dari stimulus
4. Bantu klien memenuhi kebutuhan sehari-hari sesuai kebutuhan
5. Bila pakaian dan alat-alat tenun basah segera ganti
6. Batasi aktivitas yang melelahkan klien
7. Kolaborasi pemberian obat-obat antitiroid seperti thionamide termasuk
PTU (propel tioursil), methimazole. Kesemuanya ini menghambat
pembentukan hormone tiroid, juga pemberian praparat jodium. Obat ini
juga menghambat pembentukan hormone tiroid dan mengurangi
vaskularisasi pada kelenjar tiroid. Lithium karbonat juga menghambat
sintesa, tetapi gangguannya dibatasi karena dapat menimbulkan efek
samping seperti: depresi, diabetes insipidus neprogenik, tremor, mual
dan muntah
Terapi dengan radioaktif jodium juga sering dilakukan. Diberikan
dengan cara oral. Dosis tergantung pada ukuran kelenjar tiroid dan
tingkat radiosensifitasnya. Biasanya diberikan dosis tunggal kecuali bila
dosisnya cukup tinggi sehingga pemberiannya harus berapa kali.
Efek yang diharapkan dapat terjadi 6-8 minggu
8. Kolaborasi tindakan pembedahan bila dengan tindakan konservatif yaitu
dengan perawatan dan pengobatan antitiroid tidak memberikan renspons
yang baik serta pembesaran kelenjar tiroid mendorong trachea atau
esophagus. (tindakan pembedahan akan dibahas lebih lanjut)

Diagnose Keperawatan:
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan efek
hiperkatabolisme

Tujuan:
Setelah perawatan di rumah sakit, klien akan mempertahankan status nutrisi
yang optimal

Intervensi keperawatan:
1. Berikan makanan tinggi kalori ringgi protein
2. Beri makanan tambahan diantara waktu makan
3. Timbang berat badan secara teratur setiap 2 hari sekali
4. Bila perlu, konsultasikan klien dengan ahli gizi

Diagnosa Keperawatan:
Gangguan persepsi sensori (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan
transmisi impus sensori sebagai akibat oftalmopati

Tujuan:
Klien tidak mengalami penurunan visus yang lebih buruk dan tidak terjadi
trauma/cidera pada mata
Intervensi Keperawatan:
1. Anjurkan pada klien bila tidur dengan posisi elevasin kepala
2. Basahi mata dengan borwater steril
3. Jika ada photopobia, anjurkan klien menggunakan kacamata rayben
4. Jika klien tidak dapat menutup mata rapat pada saat tidur, gunakan
plester non elergi
5. Berikan obat-obat steroid sesuai program. Pada kasus-kasus yang berat,
biasanya dokter memberikan obat-obat untuk mengurangi edema seperti
steroid dan diuretic

IV. Tindakan Bedah


Tindakan pembedahan yang lazim dilakukan adalah
1. Tiroidektomi subtotal adalah mengangkat sebagian kelenjar tiroid, lobus
kiri atau kanan yang mengalami pembesaran diangkat dan diharapkan
kelenjar yang tersisa masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan
hormone-hormon tiroid sehingga tidak diperlukan terapi penggantian
hormone
2. Tiroidektomi total yaitu pengangkatan seluruh kelenjar tiroid. Klien
yang menjalani tindakan ini harus mendapatkan terapi hormon pengganti
yang besar dosisnya beragam pada seriap individu dan dapat
dipengaruhi oleh usia, pekerjaan dan aktivitas

Perawatan Preoperasi
1. Sebelum tindakan operasi, kadar hormone tiroid harus dipayakan dalam
keadaan normal untuk mencegah tirotoksikosis pada saat operasi yang
dapat mengancam hidup klien
2. Pemberian obat antitiroid masih tetap dipertahankan disamping
menurunkan kadar hormone darah juga dimaksudkan untuk mencegah
pendarahan pada saat operasi karena obat ini mempunyai efek
mengurangi vaskularisasi darah ke kelenjar tiroid
3. Masalah-masalah jantung juga sudah harus teratasi
4. Kondisi nutrisi harus optimal oleh karena itu diit tinggi protein dan
karbohidrat sangat dianjurkan
5. Latih klien cara batuk yang efektif dan latih nafas dalam
6. Ajarkan cara mengurangi peregangan pada luka operasi akibat
rangsangan batuk dengan menahan dibawah insisi dengan kedua tangan
7. Beritahukan klien kemungkinan suara menjadi serak setelah operasi
akibat pemasangan ETT pada saat operasi. Jelaskan bahwa itu adalah hal
yang wajar dan dapat kembali seperti semula
Perawatan Postoperasi:
1. Monitor tanda-tanda vital setiap 15 menit sampai stabil dan kemudian
lanjutkan setiap 30 menit selama 6 jam
2. Gunakan bantal pasir atau bantal tambahan untuk menahan posisi kepala
tetap ekstensi sampai klien sadar penuh
3. Bila klien sudah sadar, berikan posisi semi fowler. Apabila
memindahkan klien hindarkan penekanan pada daerah insisi
4. Berikan obat analgesic sesuai program terapi
5. Bantu klien batuk dan nafas dalam setiap 30 menit sampai 1 jam
6. Hunakan penghisap oral atau trachea sesuai kebutuhan
7. Monitor komplikasi antara lain:
- Pendarahan
- Distres pernapasan
- Hipokalsemia akibat pengangkatan paratiroid yang ditandai dengan
tetani
- Kerusakan saraf laryngeal

Untuk mengantisipasi pendarahan tersebut inspeksilah sesering mungkin


balutan luka dan cairan drainage yang keluar khusunya 24 jam pertama
postoperasi. Distress pernapasan dapat terjadi akibat edema laring dan tetani.
Dengarkan bunyi pernapasan seperti stridor laringeal. Peralatan emergensi harus
disiapkan disisi tempat tidur klien seperti trakheostomi set, intubasi set dll untuk
dapat member tindakan segera apabila klien mengalami komplikasi
pascaoperasi.
Adanya hipokalsemi dan tetani akibat terangkatnya kelenjar paratiroid
diantisipasi dengan observasi yang ketat terhadap kesadaran, kontraksi otot rasa
kesemutan sekitar bibir dan ujung-ujung jari. Kerusakan saraf laringeal dideteksi
dengan mengobservasi setiap 2 jam kualitas suara klien. Suara serak dapat
berlangsung sampai 1 minggu namun berangsur-angsur dapat pulih kembali.

Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan diberikan baik pada klien maupun keluarganya mencakup:
1 Penggunaan obat-obatan. Konsistensi waktu sangat perlu diperhatikan
2 Gunakan kipas angin/van atau ruangan ber AC agar klien dapat
beristirahat
3 Dapat terjadi alergi pada penggunaan TPU berupa kulit kemerahan dan
timnul gatal-gatal
4 Pada klien dengan tiroidektomi total atau pada penggunaan obat anti
tiroid, jelaskan tanda hipotiroidisme dan hipertiroidisme
5 Jelaskan pada keluarga penyebab emosi yang labil pada klien dan bantu
mereka untuk dapat menerima dan mengadaptasinya
6 Anjurkan untuk follow up secara teratur ke tempat pelayanan terdekat

Rencana perawatan klien dengan tiroidektomi


Diagnosa Keperawatan
Bersihkan jalan napas tak efektif yang berhubungan dengan obstruksi akibat
pendarahan atau edema daerah insisi: kerusakan saraf laring: terangkatnya
kelenjar paratiroid

Tujuan:
 Paru-paru mengembang optimal
 Pola pernapasan kerbali normal
 Dapat berbicara seperti sebelum sakit

Intervensi Keperawatan:
1. Pantau tanda-tanda distress pernafasan, sianosis, takipnea, dan napas
berbunyi
2. Periksa balutan luka setiap jam selama periode pertama pascaoperasi dan
kemudian dilakukan setiap 4 jam
3. Periksa sensasi di sekitar area insisi
4. Pertahankan posisi semi fowler
5. Gunakan kirbat es untuk mengurangi edema di daerah sekitar insisi (ingat
jangan sampai mengenai luka/balutan)
6. Kaji kualitas suara klien setiap 2 jam, catat perubahan tonasi
7. Kaji adanya tanda Chvostek’s tanda Trousseau
8. Indetifikasi kemungkinan adanya hilang rasa dan kesemutan pada
ekstremitas
9. Siapkan suction set, traekeostomi dan ETT set disamping tempat tidur klien

Diagnosa Keperawatan:
Risiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungan dengan pendarahan
pascaoperasi

Tujuan:
 Orientasi dan kesadaran klien baik
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi Keperawatan:
1 Identifikasi tanda perubahan fungsi kardiovaskular
- Pantau tanda vital setiap 15 menit pada periode pertama
pascaoperasi dan selanjutnya setiap 1-4 jam
- Pantau irama jantung, catat adanya takikardia dan keteidakauran
irama jantun
- Periksa balutan terhadap kemungkinan pendarahan. Periksa dari
depan ke belakang
- Identifikasi perubahan kesadaran dan orientasi klien
- Berikan obat-obatan sesuai program

Diagnosa Keperawatan:
Nyeri yang berhubungan dengan insisi pada kelenjar tiroid

Tujuan:
Klien mengalami nyeri yang minimal

Intervensi Keperawatan
1. Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala penilaian nyeri
2. Bantu klien dalam mempertahankan posisi kepala dan leher dengan
benar
3. Klien dengan posisi semi fowler dengan meletakan bantal atau bantal
pasir di bawah leher
4. Ajarkan klien cara menompang leher dan kepala saat merubah posisi
5. Berikan obat analgesic sesuai program
6. Pantau respons klien terhadap pengobatan
7. Tempatkan bel pemanggil di sisi klien agar mudah digunakan
8. Pertanhankan lingkungan yang tenang, dan kurangi stresor

Anda mungkin juga menyukai