Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOSARKOMA

A.PENGERTIAN

Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang biasanya


berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja. Osteosarkoma
merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak. Rata-rata penyakit
ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak
perempuan adalah sama, tetepi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada anak laki-laki.

B.ETIOLOGI

Penyebaab kanker tulang memang tidak diketahui secara pasti. Namun dari beberapa
bukti yang ada tampaknya kemungkinan bahwa penyakit ini diturunkan besar sekali.
Setiap tubuh manusia mengandung sel kanker, agar sel kanker tidak mengganas, gaya
hidup perlu dijaga.

Penyebab kanker merupakan gabungan faktor genetik, kimia, virus, dan radiasi. Orang tua
penting menciptakan lingkungan yang aman bagi anak sejak dalam kandungan dan
menjaga gaya hidup sesudah dilahirkan.

Gaya hidup sehat antara lain, menciptakan lingkungan bebas asap rokok, banyak makan
sayur dan buah, menjaga berat badan, serta aktif berolah raga.

C.MANIFESTASI KLINIS

Pasien dengan tumor tulang datang dengan masalah yang berhubungan dengan
tumor tulang yang sangat bervariasi. Dapat tanpa gejala atau dapat juga nyeri ( ringan dan
kadang-kadang sampai konstan dan berat). Kecacatan yang berfariasi, dan pada suatu saat
adanya pertumbuhan tulang yang jelas. Kehilangan berat badan, malise, demam dapat
terjadi. Tumor kadang baru terdiagnosis saat terjadinya patah tulang patologik.

1
D.KLASIFIKASI

Terdapat 2 macam kanker tulang :

1. Kanker tulang metastatik atau kanker tulang sekunder

Merupakan kanker dari organ lain yang menyebar ke tulang, jadi kankernya bukan
berasal dari tulang. Contohnya kanker paru yang menyebar ke tulang, dimana sel-sel
kankernya menyerupai sel paru dan bukan merupakan sel tulang

2. Kanker tulang primer

Merupakan kanker yang berasla dari tulang. Yang termasuk kedalam kanker tulang
primer adalah mieloma multipel, osteosarkoma, fibrosarkoma dan histiositoma
fibrosa maligna, kondrosarkoma, tumor ewing, limfoma tulang maligna.

E.PATOFISIOLOGI

Adanya tumor ditulang yang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respon osteolitik (
destruksi tulang) atau respons osteoblastik ( pembentukan tulang). Beberapa tumor tulang
ada yang sering terjadi ada lainnya sangat jarang terjadi. Beberapa tidak menimbulkan
masalah, sementara lainnya ada yang segera mengancam jiwa.

2
F.PENATALAKSANAAN

Pengobatan seringkali merupakan kombinasi dari:

a) Kemoterapi; harapannya adalah kombinasi kemoterapi mempunyai efek yang lebih


tingi dengan tingkat toksisitas yang rendah sambil menurunkan kemungkinan resistensi
terhadap obat.

b) terapi penyinaran tumor


radiasi apabila tumor bersifat radio sensitive dan kemoterapi (preoperative, pasca
operative dan ajuran untuk mencegah mikrometastasis). Sasaran utama dapat
dilakukan dengan sksisi luas dengan teknik grafting restorative. Ketahanan dan
kualitas hidup merupakan pertimbangan penting pada prosedur yang mengupayakan
mempertahankan ekstermitas yang sakit.

c) Terapi pembedahan untuk mengangkat tumor


Sasaran penatalaksanaan adalah menghancurkan atau pengangkatan tumor. Ini dapat
dilakukan dengan bedah( berkisar dari eksisi local sampai amputasi dan disartikulasi).
Pengatinggi amputasi diatas tumor agar dapat mengontrol local lesi primer. Prognosis
tergantung kepada lokasi dan penyebaran tumor.

G.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Diagnosis didasrkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis


seperti CT, bopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine. Pemeriksaan foto toraks
dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow- up adanya statis pada paru-paru.
Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru, dan ginjal.

H.KOMPLIKASI

Risiko- risiko utama yang berhubungan dengan operasi termasuk infeksi,


kekambuhan dari kanker, dan luka pada jaringan- jaringan yang mengelilinginya. Dalam
rangka untuk mengakat seluruh kanker dan mengurangi risiko kekambuhan, beberapa
jaringan normal yang mengelilinginya harus juga diangkat. Tergantung pada lokasi dari

3
kanker, ini mungkin memerlukan pengangkatan dari porsi-porsi dari tulang , otot, syaraf-
syaraf, atau pembuluh- pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan kelemahan, kehilangan
sensasi , dan risiko dari patah tulang atau patah tulang dari tulang yang tersisa.

a. Efek proses kemoterapi


Kemoterapi menggunakan obat-obat yang sangat kuat untuk mencoba membunuh sel-sel
kanker. Tetapi sebagai akibatnya beberapa sel-sel normal juga terbunuh dalam
prosesnya. Obat- obat dirancang untuk membunuh sel-sel yang membelah atau tumbuh
secara cepat.
b. Kecacatan
Apabila dilakukan proses pengangkatan kanker melalui penghilangan organ, maka
kecacatan pasien tidak akan bisa dihindari. Kanker tulang bisanya juga dapat
menimbulkan patah tulang yang disebut fraktur patologis.
c. Kematian
Fakta yang penyebab kematiaan akibat kanker:
1) Kesulitan diagnosis oleh dokter patologi tulang, minimnya peralatan diagnosis yag
tersedia dan sulitnya mendeteksi sel-sel kanker yang diderita pasien apakah tergoong
jinak atau ganas
2) Umumnya pasien datang ketika penyakit sudah berada pada stadium akhir.
Pengobatanya akan menjadi sulit, dan angka harapan hidup semakin kecil.
3) Masalah sosial ekonomi. Penyakit kanker memang tergolong masih sulit diobati,
belum lagi biaya pengobatan sangat mahal. Masalahnya biaya sering menjadi alasan
pasien untuk tidak berobat. Bahkan, banyak pasien yang menolak diopersi karena
tidak memiliki biaya.

4
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

OSTEOSARKOMA

A.KASUS

Tuan “ T ” berusia 21 tahun, datang ke RSUD Dr.ibnu sutowo baturaja dengan keluhan
nyeri dibagian leher sebelah kiri sejak 1 tahun yang lalu.setelah melalui proses
pemeriksaan,hasilnya menunjukkan bahwa klien menderita osteosarkoma, dan harus
menunggu untuk dioperasi

B. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, dan lain-
lain.

2. Riwayat kesehatan
a. Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena.
b. Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak
c. Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya.

3. Pengkajian fisik
a. Pada palpasi teraba massa pada derah yang terkena.
b. Pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkan oleh tumor.
c. Pengkajian status neurovaskuler; nyeri tekan
d. Keterbatasan rentang gerak.

4. Hasil laboratorium/radiologi
a. Terdapat gambaran adanya kerusakan tulang dan pembentukan tulang baru.
b. Adanya gambaran sun ray spicules atau benang-benang tulang dari kortek tulang.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan (amputasi).
2. Resiko infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.

5
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
. Nyeri akut b/d proses Setelah dilakukan . a.Catat dan kaji a.Untuk mengetahui
patologik dan tindakan lokasi dan intensitas respon dan sejauh
pembedahan keperawatan selama nyeri (skala 0-10). mana tingkat nyeri
(amputasi). 3 x 24 jam masalah Selidiki perubahan pasien.
nyeri akut teratasi karakteristik nyeri.
seluruhnya.
Kriteria Hasil : B b.Berikan tindakan b.Mencegah
a.Klien mengatakan kenyamanan (contoh pergeseran tulang
nyeri hilang dan ubah posisi sering, dan penekanan pada
terkontrol, pijatan lembut). jaringan yang luka.
b.Klien tampak
rileks, tidak c.Kolaborasi dengan c.Untuk mengurangi
meringgis, dan dokter tentang rasa sakit / nyeri.
mampu istirahat/tidur pemberian analgetik,
dengan tepat. kaji efektifitas dari
c. Skala nyeri 0-2. tindakan penurunan
c.Sk rasa nyeri.
Setelah

6
Resiko infeksiSetelah
b/d setelah dilakukan a.Kaji keadaan luka a.Untuk mengetahui
fraktur terbuka tindakan (kontinuitas dari tanda-tanda infeksi.
kerusakan jaringan keperawatan selama kulit) terhadap
lunak. 3 x 24 jam masalah adanya: edema,
resiko infeksi tidak rubor, kalor, dolor,
terjadi. fungsi laesa.
Kriteria Hasil :
a. Tidak ada tanda b.Rawat luka dengan b.Mencegah
tanda Infeksi, menggunakan tehnik kontaminasi dan
b. Leukosit dalam aseptik. kemungkinan infeksi
batas normal, dan silang.
c. Tanda-tanda vital c. Mewaspadai c.Merupakan indikasi
dalam batas normal adanya keluhan nyeri adanya osteomilitis.
mendadak,
keterbatasan gerak,
edema lokal, eritema
pada daerah luka.

d.Kolaborasi d.Leukosit yang


pemeriksaan darah : meningkat artinya
Leukosit sudah terjadi proses
infeksi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner & suddarth edisi 8

Arif muttaqin, s.kep, ns.gangguan muskuloskeletal

Wilkinson Judith M, 2007. Buku saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Nurarif Amin Huda, Kusuma Hardhi,2013. Panduan penyusunan asuhan keperawatan


profesional. Jakarta: EGC

Wilkinson Judith M, 2007. Buku saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

8
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
SEHUBUNGAN DENGAN KEGANASAN
OSTEOSARKOMA

DISUSUN OLEH :
NAMA : MULIA FEBY RIYATI
NIM : PO.71.20.2.14.061
TINGKAT : II.B

DOSEN PEMBIMBING : 1. NI KETUT SUJATI, M.KES


2. SUPANGAT, APP , M.KES
3. NELLY RUSTIATI, SKM, M.KES
4. SURYANDA, S.PD, M.KES

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PROGRAM SETUDI KEPERAWATAN BATURAJA

TAHUN 2015 / 2016

Anda mungkin juga menyukai