Anda di halaman 1dari 31

PERANCANGAN MESIN STIRLING BETA TENAGA MATAHARI

SEBAGAI MOTOR PENGGERAK POMPA AIR DI PULAU MANADO TUA

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

Alfa Ageng Santoso


NIM. 14021104018

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Eng. Stenly Tangkuman, ST, MT Michael Edward Rembet, ST, MT


NIP. 197509152000031002 NIP. 197603102005011001

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2017
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. iv
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................. 7
2.1 Tenaga Matahari............................................................................................ 9
2.2 Perpindahan Panas ........................................................................................ 9
2.2.1 Konduksi ........................................................................................... 9
2.2.2 Konveksi ......................................................................................... 10
2.2.3 Radiasi ............................................................................................. 11
2.3 Radiasi Matahari .......................................................................................... 8
2.4 Mesin Stirling ................................................................................................ 9
2.4.1 Jenis-Jenis Mesin Stirling ................................................................. 9
2.4.2 Siklus Mesin Stirling ....................................................................... 11
2.4.3 Prinsip Kerja Mesin Stirling ............................................................. 9
2.5 Bagian-Bagian Mesin Stirling .................................................................... 10
2.5.1 Heat Exchanger ............................................................................... 11
2.5.2 Piston .............................................................................................. 11
2.5.3 Displacer ........................................................................................... 1
2.5.4 Flywheel ............................................................................................ 1
2.5.5 Regenerator ....................................................................................... 1
2.6 Parameter Unjuk Kerja Mesin Stirling....................................................... 10
2.6.1 Torsi (Momen Gaya) ....................................................................... 11
2.6.2 Kecepatan Sudut (rpm) ................................................................... 22
2.6.3 Daya (Power) .................................................................................. 11
2.7 Pompa Air .................................................................................................... 9
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 11
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 12
3.2 Bahan dan Peralatan ................................................................................... 13
3.3 Prosedur Penilitian ..................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 15
LAMPIRAN ........................................................................................................... 16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manado tua adalah wilayah kecamatan Bunaken Kepulauan; terdiri dari dua
kelurahan, yaitu kelurahan Manado Tua Satu dan Manado Tua Dua. Desa Manado
Tua Satu memiliki penduduk sebanyak 1371 jiwa yang terdiri dari 391 KK dan
jumlah penduduk desa Manado Tua Dua yaitu 1216 jiwa yang terdiri dari 332 KK.
Secara geografi, Manado Tua terletak di sebelah barat pulau Bunaken. Berbentuk
gunung yang menjulang setinggi 655 meter diatas permukaan laut. Secara geografis
terletak pada koordinat 01037’57’’ LU dan 124041’56’’ BT. Perjalanan dari
pelabuhan Manado menuju pulau Manado Tua memakan waktu sekitar 1 jam
perjalanan dengan kapal 40 hp. Pulau ini memiliki topografi pantai berpasir landau
dan daratan berbukit (Direktori Pulau-Pulau Kecil,2012).

Gambar 1.1 Pulau Manado Tua

Manado tua memiliki potensi pesona pantai dan laut juga pesona hutan lindung,
dan kubur raja-raja. Namun, yang menjadi kendala pulau Manado Tua masih
memiliki kendala dalam distribusi listrik. Di Manado Tua listrik hanya menyala dari
pukul 6 sore sampai 6 pagi, masyarakat membutuhkan listrik bukan hanya untuk
penerangan namun untuk semua kegiatan agar bisa meningkatkan perekonomian
(Tribun Manado, 2017). Manado Tua sudah memiliki jaringan air bersih dibangun
sejak tahun 2013. Namun, masyarakat di Pulau Manado Tua masih masih
mengeluhkan kendala air bersih untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Untuk menanggulangi kebutuhan air bersih, masyarakat dapat menggali sumur


untuk menimba air. Namun, yang menjadi kendalanya topografi pulau Manado Tua
berpasir sehingga tidak bisa menggali sumur dengan diameter lebar karena sumur
bisa tertimbun. Solusi berikutnya dapat menggunakan sumur bor, dimana lubang
sumur dilapisi pipa berdiameter 2-3 inci agar sumur tidak tertimbun. Untuk

1
memperoleh air dari sumur bor maka diperlukan pompa air. Mengingat, di Pulau
Manado Tua juga mengalami krisis listrik, maka pompa air yang akan digunakan
lebih baik bukan pompa air dengan penggerak motor listrik. Alternatif untuk
menggerakkan pompa air adalah menggunakan pompa air penggerak motor bakar.

Motor bakar terbagi menjadi 2 (dua) golongan, yaitu, motor pembakaran dalam
seperti motor bensin/disel dan motor bakar pembakaran luar seperti motor uap dan
motor stirling. Pompa air penggerak motor bensin/disel dikenal sebagai alkon.
Perekonomian masyarakat yang masih menengah kebawah membuat masyarakat
masih cukup kesulitan untuk membeli bahan bakar bensin/solar untuk
mengoperasikan alkon. Untuk membantu persoalan masyarakat di Pulau Manado
Tua dalam mengatasi krisis air dengan kendala listrik dan kondisi ekonomi
masyarakat adalah dengan menggunakan pompa air motor stirling. Karena, sumber
panas untuk menggerakkan motor stirling bersifat fleksibel seperti pembakaran
kayu, pembakaran sampah, sinar matahari, (Vineeth, 2008).

Pompa air motor stirling yang sudah ada di pasaran adalah Sunpulse Water Pump
diciptakan oleh Jürgen Kleinwächter, pompa ini beroperasi dengan sumber panas
yang berasal dari radiasi sinar matahari sehingga mesin ini bisa sangat membantu
masyarakat yang mengalami krisis air dengan kendala listrik dan kondisi ekonomi
lemah. Namun pompa ini diciptakan untuk lahan pertanian, sehingga memiliki
dimensi yang besar yaitu 3600×3600×3400 mm3 dan harga satuan yang cukup mahal
untuk dapat dibeli masyarakat ekonomi menengah kebawah. Untuk menjawab
persoalan-persoalan yang ada, maka penelitian ini bermaksud untuk menghasilkan
sebuah rancangan pompa air penggerak motor stirling tenaga matahari yang lebih
kecil dan terjangkau namun memiliki daya dan putaran yang mampu menghisap air
dari tanah.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana merancang mesin Stirling sebagai motor penggerak pompa air yang
dapat mengatasi krisis air di Manado Tua?

1.3. Batasan Masalah


Penelitian harus dibatasi sehingga tidak meluas dalam proses analisis dan
perhitungan, pembatasan penelitian ini adalah:
1. Mesin Stirling dirancang untuk menggerakan poros pompa 2900 rpm dengan
daya 250 Watt.
2. Pompa penggerak mesin Striling hanya bisa bekerja pada siang hari.
1.4. Tujuan Penelitian

2
Penelitian ini bertujuan untuk merancang pompa air penggerak mesin stirling
yang menggunakan sumber panas radiasi matahari untuk membantu permasalahan
krisis air dan listrik di pulau Manado Tua dalam kebutuhan pertanian, rumah tangga
dengan harga operasional yang murah.
1.5. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat antara lain:
1. Bagi Masyarakat
 Diharapkan dapat membantu masyarakat di daerah krisis listrik seperti
pegunungan dan kepulauan dalam mengatasi krisis air dengan
menggunakan energi alternatif panas matahari.
 Menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat melalui produksi dan
instalasi pompa.
2. Bagi Peneliti
 Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada
program studi S1 Teknik Mesin di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sam Ratulangi Manado.
 Menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam menerapkan ilmu
perancangan keteknikan.
 Hasil rancangan dapat diproduksi untuk dipasarkan ke masyarakat.
3. Bagi Institut Pendidikan Tinggi

Hasil perancangan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan informasi
dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya pemanfaatan mesin Stirling dalam
peralatan mesin lain.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tenaga Matahari


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia matahari adalah suatu benda angkasa
yang menjadi pusat tata surya yang berisi gas dan mendatangkan terang dan panas
pada bumi saat siang hari. Nicolaus Copernicus adalah orang pertama yang
mengemukakan teori bahwa matahari adalah pusat peredaran tata surya pada abad
16.Teori ini kemudian dibuktikan oleh Galileo Galilei dan pengamat angkasa
lainnya. Teori yang kemudian dikenal dengan nama heliosentrisme ini mematahkan
teori geosentrisme (bumi sebagai pusat tata surya) yang dikemukakan oleh
Ptolemeus. Bentuk dari matahari itu sendiri bulat dan terdiri dari plasma panas
bercampur medan magnet. Diameternya sekitar 1.392.684 km, kira-kira 109 kali
diameter Bumi, dan massanya sekitar 2×1030 kilogram, (330.000 kali massa Bumi)
(Nazila I.P, 2016).
Penemuan ilmiah telah membuktikan bahwa panas permukaan matahari
mencapai 6000o C, sedangkan panas pusat matahari mencapai 30×106 oC disebabkan
oleh materi-materi bertekanan tinggi yang ada pada matahari. Sinar matahari
menghasilkan energi berupa ultraviolet 9%, cahaya 46%, dan inframerah 45%
(Nazila I.P, 2016).
Energi matahari adalaj energi dari cahaya matahari yang dapat diperbarui dan
memiliki banyak manfaat seperti menghasilkan listrik menggunakan sel surya.
Energi matahari telah banyak dimanfaatkan di belahan dunia dan jika dieksploitasi
dengan tepat, energi ini berpotensi menyediakan kebutuhan konsumsi energi dunia
saat ini dalam waktu yang lebih lama. Matahari dapat digunakan secara langsung
memproduksi listrik dan atau merubahnya ke bentuk energi lain.
Matahari memiliki energi yang sangat besar. Energi ini diteruskan hingga ke
permukaan bumi melalui perpindahan panas radiasi. Radiasi matahari dapat terjadi
akibat adanya gelombang elektromagnetik, yang memiliki karakteristik secara umum
sama, namun dibedakan dalam pengaruhnya, hal ini disebabkan karena perbedaan
panjang gelombang masing-masing cahaya. Radiasi panas terjadi pada spektrum
cahaya dengan panjang gelombang 0.1×10-6 m s/d 100×10-6 m (Incopera, 2002).

4
Energi matahari terdiri dari cahaya dan panas yang dipancarkan oleh matahari
dalam bentuk radiasi elektromagnetik, dengan teknologi saat ini kita dapat
menangkap radiasi ini dan mengubahnya dalam bentuk yang dapat digunakan
sebagai pemanas, listrik, atau penggerak. Dua tipe dasar tenaga matahari adalah
“sinar matahari” dan “photovoltaic” (photo=cahaya, voltaic=tegangan) tenaga
matahari yang melibatkan pembangkit listrik dari cahaya.
Indonesia terletak di garis katulistiwa, sehingga Indonesia mempunyai sumber
energi matahari yang berlimpah dengan intensitas radiasi matahari rata-rata sekitar
4.8 kWh/m2 per hari di seluruh wilayah Indonesia. Pemanfaatan energi ini dapat
dilakukan secara termal maupun melalui energi listrik. Pemanfaatan secara termal
dapat dilakukan dengan membiarkan objek pada radiasi matahari, atau menggunakan
peralatan yang mencakup kolektor dan konsentrator surya, sehingga dapat digunakan
secara langsung untuk memproduksi listrik, gerak atau memanaskan bahan.
2.2 Perpindahan Panas
Jika dua benda atau lebih terjadi kontak termal, maka akan terjadi aliran kalor
dari benda yang bertemperatur tinggi, ke benda yang bertemperatur rendah. Terdapat
tiga proses perpindahan panas, yaitu konduksi, konveksi dan radiasi (Giancoli,
2001).
Meskipun perpindahan panas dan temperatur memiliki hubungan dekat, pada
dasarnya kedua hal ini berbeda. Tidak seperti temperatur, perpindahan panas
memiliki arah dan besar, oleh karena itu perpindahan panas merupakan besaran
vektor (Cengel, 2015).

Gambar 2.1 Perpindahan panas memiliki arah dan besar


Transfer energi dalam bentuk panas selalu berpindah dari daerah temperatur
tinggi ke daerah temperatur rendah , dan perpindahan panas berhenti ketika kedua

5
daerah telah mencapai temperatur yang sama. Panas dapat berpindah dengan tiga
cara berbeda: konduksi, konveksi, dan radiasi. Semua cara perpindahan panas
tersebut membutuhkan eksistensi perbedaan temperatur, dan semua cara perpindahan
tersebut berpindah dari daerah bertemperatur tinggi ke rendah. Di bawah ini
penjelasan mengenai tiap-tiap cara tersebut.
2.2.1 Konduksi
Konduksi merupakan proses perpindahan panas yang mengalir dari benda yang
bertemperatur tinggi, ke benda yang bertemperatur rendah, dengan benda dalam
keadaan diam. Konduksi adalah satu-satunya mekanisme dimana panas dapat
mengalir dalam zat padat yang tidak dapat tembus cahaya. Konduksi penting dalam
fluida, tetapi di dalam medium yang bukan padat biasanya tergabung dengan
konveksi dan radiasi.
Pada umumnya, bahan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan sempurna
(logam) merupakan penghantar yang baik juga untuk kalor dan sebaliknya.
Perpindahan panas konduksi, dipengaruhi oleh konduktivitas termal bahan. Berikut
adalah konduktivitas termal beberapa bahan pada temperature ruangan (Cengel,
2015):
Tabel 2.1 Konduktivitas termal untuk beberapa bahan
Material Konduktivitas (W/m.K)
Intan 2300
Perak 429
Tembaga 401
Emas 317
Alumunium 237
Besi 80.2
Merkuri (liquid) 8.54
Kaca 0.78
Batu Bata 0.72
Air (liquid) 0.607
Kulit Manusia 0.37
Kayu Oak 0.17
Helium (gas) 0.152

6
Karet Halus 0.13
Fiber Glass 0.043
Udara (gas) 0.026
Laju perpindahan panas konduksi dapat dinyatakan dengan Hukum Fourier
sebagai berikut (Cengel):

Gambar 2.2 Konduksi yang melewati sebuah dinding dengan tebal ∆x dan luas
penampang A

dT
Q̇konduksi = −k. A dx (2.1)

Dimana: Q̇konduksi = Laju perpindahan panas konduksi (W)


k = Konduktivitas Termal (W/(m.K))
A = Luas Penampang (m2)
dT
= Gradien temperature dalam arah aliran panas (K/m)
dx

Tanda minus ( - ) digunakan untuk menunjukan bahwa arah perpindahan kalor


bergerak dari daerah yang bertemperatur tinggi menuju daerah temperature rendah.

2.2.2 Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas antara permukaan padat dengan gas atau
cairan yang sedang bergerak dan menyebabkan efek kombinasi antara gerakan fluida
dan konduksi. Semakin laju gerakan fluida, semakin besar perpindahan panas secara
konveksi (Cengel, 2015).
Konveksi dikatakan konveksi paksa apabila fluida dipaksa mengalir ke
permukaan melalui bantuan dari luar seperti kipas, pompa, atau angin. Sedangkan,

7
konveksi dapat dikatakan konveksi natural (bebas) apabila fluida bergerak karena
disebabkan oleh gaya buoyancy (apung) yang dipengaruhi oleh beda kerapatan
terhadap variasi temperature pada fluida (Cengel, 2015)..

Gambar 2.3 Proses mendinginkan telur rebus secara konveksi paksa dan alami.

Gambar 2.4 Perpindahan panas dari permukaan panas ke udara melalui


konveksi
Meskipun perpindahan konveksi begitu kompleks, besar perpindahan panas
konveksi dapat diamati secara proporsional terhadap perbedaan temperatur dan
dengan mudah dapat diekspresikan dengan Hukum Pendinginan Newton:
𝑄̇𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑘𝑠𝑖 = ℎ𝐴𝑠 (𝑇𝑠 − 𝑇∞ ) (2.2)
Dimana: 𝑄̇𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑘𝑠𝑖 = Laju perpindahan panas konveksi (W)
h = Koefisien konveksi (W/m2.K) atau (Btu/h.ft2.oF)
As = Luas permukaan panas (m2)
Ts = Temperatur permukaan (K)
T∞ = Temperatur fluida (K)

8
Berikut nilai koefisien perpindahan panas konveksi.
Tabel 2.2 Nilai-nilai jenis perpindahan panas konveksi
Tipe-tipe konveksi H, W/m2.K*
Konveksi alami gas 2-25
Konveksi alami cairan 10-1000
Konveksi paksa gas 25-250
Konveksi paksa caian 50-20000
Rebusan dan Kondensasi 2500-100000
*Kalikan dengan 0.176 untuk mengkonversi satuan menjadi Btu/h.ft2.oF.
2.2.3 Radiasi
Radiasi adalah energi yang dipancarkan melalui zat dalam bentuk gelombang
electromagnetic (photon) sebagai hasil perubahan pada konfigurasi elektron dari
atom atau molekul. Tidak seperti konduksi dan konveksi, perpindahan panas secara
radiasi tidak membutuhkan media perantara. Pada faktanya, perpindahan panas
secara radiasi lebih cepat (pada kecepatan cahaya). Beginilah cara energi matahari
dapat mencapai bumi (Cengel, 2015).
Radiasi surya yang menimpa permukaan bumi juga bergantung dari kadar debu
dan zat pencemar lainnya dalam atmosfer. Energi surya yang maksimal akan
mencapai permukaan bumi bila mana berkas sinar itu langsung menimpa permukaan
bumi karena:
a. Terdapat bidang pandang yang lebih luas terhadap fluks surya yang datang
b. Berkas sinar surya menempuh jarak yang lebih pendek di atmosfer, sehingga
mengalami absorpsi lebih sedikit dari pada sudut timpanya miring terhadap
normal (Holman, 1994).
Panas terpancar dengan cara radiasi gelombang elektromagnetik, perpindahan
secara radiasi dipengaruhi oleh (Wilis, 2014):
a. Luas permukaan benda
b. Sifat permukaan benda
c. Kedudukan atau posisi permukaan yang akan menentukan besar pancaran yang
dapat diterima oleh permukaan.

9
Pembangkit panas ideal atau benda hitam akan memancarkan energi sebanding
dengan pangkat empat suhu mutlak benda dan berbanding lurus dengan luas
permukaan, hal ini sesuai dengan prinsip termodinamika (Wilis, 2014).
Qrad = e.σ.A.T4 (2.3)

Dimana:

Qrad = Energi radiasi yang diterima kolektor (W)

e = Emisivitas

σ = Konstanta Stefan-Boltzmann (5,669 × 10-8 W.m-2.K-4)

A = Luas permukaan (m2)

T = Suhu (K)

Tabel 2.3 Emisivitas beberapa bahan pada 300 K (Cengel, 2015)

Material Emisivitas
Alumunium Foil 0.07
Anodized Alumunium 0.82
Tembaga Poles 0.03
Emas Poles 0.03
Perak Poles 0.02
Baja Anti Karat Poles 0.17
Cat Hitam 0.98
Cat Putih 0.90
Kertas Putih 0.92-0.97
Asphalt Pavement 0.85-0.93
Batu Bata 0.93-0.96
Kulit Manusia 0.95
Kayu 0.82-0.92
Tanah 0.93-0.96
Air 0.96
Tumbuh-tumbuhan 0.92-0.96

10
Permukaan paling ideal dalam menyerap pancaran radiasi maksimum disebut
blackbody (benda hitam), dan radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam disebut
blackbody radiation (Gambar 2.5).

Gambar 2.5. Radiasi benda hitam menggambarkan jumlah maksimum radiasi


yang dapat dipancarkan dari sebuah permukaan pada
temperature tertentu (Cengel, 2015)

2.3 Radiasi Matahari


Radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi disebut insolation (incoming
solar radiation) yang terdiri dari radiasi langsung dan radiasi baur. Dari seluruh
radiasi yang datang hanya Photosynthetically Active Radiation (PAR) yang dapat
dimanfaatkan tanaman. Kisaran radiasi PAR mendekati radiasi sinar tampak. Rata-
rata energi radiasi yang datang di permukaan atmosfer selama satu tahun disebut
tetapan radiasi surya (solar constant) yang besarnya sekitar 1.360 W/m2 (Usmadi,
2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan radiasi matahari di bumi antara
lain (Ardiani, 2005):
a. Sudut datang sinar matahari, sinar datang tegak lurus memberikan energi sinar
yang lebih besar disbanding yang datangnya condong, karena sinar datang tegak
lurus akan menyinari wilayah yang lebih sempit dibandingkan sinar yang
condong.
b. Panjang hari, bergantung pada musim dan letak lintang suatu tempat.
c. Pengaruh atmosfer kejernihan atmosfer memberikan energi radiasi yang kuat,
semakin banyak bahan penyerap sinar di atmosfer energi radiasi semakin turun.
Untuk mendapat merekayasa pencahayaan yang dibutuhkan dalam
perancangan, tentu saja perlu diketahui besar intensitas cahaya yang berada di suatu

11
daerah. Intensitas cahaya dapat diukur menggunakan alat pengukur intensitas cahaya
yaitu luxmeter, dengan nilai intensitas dalam satuan lux.
Satuan Internasional intensitas cahaya adalah Candela atau W/m2. Konversi
satuan radiasi yaitu:
1 J.m-2.s-1 = 1 W.m-2
10000 foot-candle = 350 W.m-2
1 foot-candle = 10.76 lux
1 lux = 92.96 × 10-3 foot-candle
1 lux = 0.00325 W.m-2
Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di
Indonesia, radiasi matahari di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai
berikut(Pawawoi,2013):
a. Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4.5 kWh/m2/hari dengan variasi bulanan
sekitar 10%
b. Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5.1 kWh/m2/hari dengan variasi bulanan
sekitar 9%, sehingga potensi angina rata-rata Indonesia sekitar 4.8 kWh/m2/hari
dengan variasi bulanan sekitar 9%.

2.4 Mesin Stirling


Mesin Stirling adalah sebuah mesin pembakaran luar, panas yang digunakan
didapat dari luar silinder. Mesin ini bekerja secara terus-menerus akibat kompresi
dan ekspansi dari fluida kerja yaitu udara atau gas lain. Fluida kerja, mengalami
proses yang disebut Siklus Stirling yang ditemukan oleh Robert Stirling seorang
berkebangsaan Skotlandia. Siklus Stirling terdiri dari kompresi isotermal, isohorik
temperatur tinggi, ekspansi termal, isohorik temperatur rendah (Dinesh, 2014).

2.5 Jenis-Jenis Mesin Stirling


Ada tiga jenis dasar mesin stirling, yaitu mesin Alpha, Beta, Gamma. Mesin
alpha, adalah mesin Stirling dua silinder dengan dua piston berbeda. Mesin ini telah
digunakan di banyak eksperimen termasuk dalam eksperimen tenaga surya untuk
eksperimen green energi. Mesin ini memiliki efisiensi yang lebih tinggi dari dua
jenis mesin Stirling lainnya, sehingga pada umumnya mesin ini sering digunakan.

12
Gambar 2.6 Mesin Stirling Alpha

Mesin Beta memiliki dua piston dalam satu silinder. Piston displacer yang
berfungsi memindahkan fluida kerja dan piston tenaga yang bekerja normal seperti
piston pada umumnya untuk menghasilkan torsi pada roda gaya.

Gambar 2.7 Mesin Stirling Beta

Mesin Gamma hampir sama dengan prinsip kerja mesin Beta namun mesin
Gamma mengunakan dua silinder terpisah untuk setiap piston. Masih banyak lagi
variasi lain dari tiga jenis dasar mesin Stirling namun seringkali mesin Stirling di
rancang berdasarkan salah satu jenis tiga mesin dasar tadi.

13
Gambar 2.8. Mesin Stirling Gamma
Dewasa ini ada banyak macam cara berbeda yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan untuk memanfaatkan mesin ini. Banyak perusahaan menggunakan mesin
Stirling murni untuk keperluan penelitian namun NASA menggunakannya untuk
satelit-satelit yang rencananya akan mereka luncurkan dalam beberapa tahun
kedepan.
Pada perancangan ini, perancang akan merancang mesin stirling jenis beta
2.6 Komponen Mesin Stirling
Mesin stirling terdiri dari beberapa komponen yaitu (Vineeth, 2008):
2.6.1 Heat Exchanger
Heat exchanger digunakan untuk membantu dalam pertukaran udara dari
satu medium ke medium lainnya. Pada silinder mesin stirling, suuhu tinggu harus
dipertahankan pada ruang panas, sedangkan suhu rendah harus dipertahankan ruang
dingin. Panas dari ujung panas sumber ditransfer ke silinder, sementara panas dari
silinder di transfer ke ujung dingin. Mesin stirling yang langsung dipanaskan tidak
memiliki pertukaran panas yang signifikan. Mesin berpendingin stirling udara
biasanya memiliki penukar panas sederhana sementara mesin stirling berpendingin
air memiliki heat exchanger lebih kompleks.
2.6.2 Piston
Piston adalah bagian penggerak yang merubah tekanan menjadi gerak dari
satu ujung ekstrim silinder ke ujung ekstrim yang lain, biasanya disebut sebagai dead

14
center. Gerakan piston bervariasi sesuai volume dalam silinder, karena fluida kerja
tidak keluar melalui celah antara piston dan dinding silinder. Piston dari mesin
stirling identik dengan piston dalam mesin mobil. Tekanan gas yang bekerja pada
piston diturunkan sebagai output kerja mesin.
2.6.3 Displacer
Displacer adalah bagian pengggerak yang menyerupai piston, namun celah
antara displacer dan silinder jauh lebih besar. Hal ini memungkinkan fluida kerja
untuk lolos dengan mudah melalui celah piston.Displacer berfungsi sebagai
pemindah udara. Pergerakan displacer tidak menyebabkan gas terkompresi atau
terkespansi, maka pergerakan displacer tidak menyebabkan volume silinder berubah.
Tekanan gas yang bekerja pada displacer dapat diabaikan, dibandingkan dengan
piston, karena gas lolos melalui celah piston ke daerah tekanan rendah.
2.6.4 Flywheel
Roda gaya merupakan sebuah massa yang berputar, dan dipergunakan sebagai
penyimpan tenaga dalam mesin. Energi disimpan di dalam roda gaya berupa tenaga
kinetic yang besarnya (Vineeth, 2008)
E=0.5 I ω2 (2.4)
I = 1/8 mr2 (2.5)

Dimana:

E = Energi (Joule)

I = Momen Inersia (N.m)

ω = Kecepatan putar (rad/s)

m = Massa Partikel (kg)

r = Jarak tegak lurus dari sumbu roda gaya (m)

Roda gaya adalah perangkat mekanik yang berputar untuk menyimpan


energi rotasi. Roda gaya mempunyai momen inersia yang signifikan, untuk menahan
perubahan kecepatan rotasi. Jumlah energy yang tersimpan dalam flywheel
sebanding dengan kuadarat kecepatan rotasi. Energi ditrasfer ke flywheel dengan
menggunakan torsi, sehingga dapat meningkatkan kecepatan rotasi dan karenanya

15
energi dapat tersimpan. Sebaliknya, flywheel melepaskan energi yang tersimpan
dengan melakukan torsi ke beban mekanik, sehingga mengurangi torsi.

2.6.5 Regenerator
Regenerator adalah salah satu bagian yang paling penting dari mesin stirling.
Regenerator pada dasarnya hanyalah sebuah penukar panas. Kebanyakan penukar
panas pada umumnya arah aliran panas yang terjadi adalah konstan atau searah.
Fluida dingin dan panas selalu mengalir dalam arah yang tetap dan mengalir secara
berlanjut. Tapi dalam kasus regenerator, aliran panas hanya terjadi sebentar, ketika
regenerator dingin cariran panas dilewatkan diatasnya. Hal ini menyebabkan semakin
memanasnya regenerator dan mendinginkan fluida panas. Kemudian cairan dingin
melewati regenerator yang pada saat itu suhu yang lebih tinggi dan panas
dipindahkan dari regenerator ke fluida.

2.7 Siklus Mesin Stirling dan Persamaan Stirling


Langkah pertama dalam memahami bagaimana mesin Stirling bekerja adalah
dengan mengatahui siklus Stirling. Siklus ini terdiri dari dua proses isochoric
(volume tetap) dan dua proses isothermal (panas tetap).

Gambar 2.9. Siklus ideal Stirling dalam diagram PV dan TS

Proses 1-2: Kompresi Isotermal dan penolakan panas

Fluida kerja di sisi dingin dikompresi secara isothermal, membuat fluida kerja
bersentuhan dengan reservoir temperature rendah. Kerja yang dibutuhkan untuk
gerakan ini diberikan oleh piston, memanfaatkan inersia roda gaya (flywheel).

Proses 2-3: Penambahan Panas Isohorik

16
Fluida kerja bersentuhan dengan dinding silinder regenerator, dinding ini mentrasfer
panas ke fluida kerja dan meningkatkan suhu sampai Tmax. Proses ini juga
meningkatkan tekanan dan entropi fluida kerja.

Proses 3-4: Muai Isotermal dan penambahan panas.

Fluida kerja yang datang dari daerah regenerator tadi kemudian bersentuhan dengan
reservoir temperature tinggi kemudian memuai secara isothermal dan melakukan
kerja. Ini adalah gerak tenaga dari mesin Stirling. Semua panas yang ditambahkan
diubah menjadi kerja, seperti pada sebuah proses isothermal.

Proses 4-1: Penolakan panas Isohorik

Fluida kerja dari reservoir temperature tinggi bergerak kembali ke regenerator yang
sekarang sudah memiliki temperature lebih rendah dari fluida kerja (Tmin) dan
menolak/mendorong panas pada volume konstan sebelum bergerak ke reservoir
temperature rendah (silinder dingin). Tekanan dan Entropi dari fluida kerja
berkurang.

Gambar 2.10. Siklus Stirling, menggunakan regenerator tidak sempurna.

Berikut persamaan yang digunakan untuk perancangan mesin stirling beta (lihat
gambar ), (Martini, 1983)

Jika

TL = Temperatur gas yang meninggalkan regenerator

TC = Temperatur pendingin

TH = Temperatur pemanas

17
Gambar 2.11. Ilustrasi Stirling Engine

Untuk mendapatkan Efektifitas regenerator pada saat perpindahan panas.


TL – TC
ER = TH−TC (2.6)

Perpindahan panas yang berasal dari regenerator ke sisi dingin

QR = M .CV.( TL - TC ) (2.7)

Perpindahan panas yang berasal dari sisi panas ke regenerator

QB = M . CV. ( TH - TL ) (2.8)

Effisiensi stirling:

V V
(M×R×TH×ln(V1 ))−(M×R×TC×ln(V1 ))
2 2
EF = (2.9)
V
(M×R×TH×ln(V1 ))+(M×CV×(TH−TL))
2

Dimana:

M = Jumlah mol gas, g mol

CV = Kapasitas panas pada volume konstan, J/K.gmol

R = Konstanta universal gas = 8.314 J/K.gmol

V1 = Volume awal

V2 = Volume setelah di kompresi secara isotermal

Tatanama untuk volume internal mesin dan gerakan dijelaskan pada gambar
2.8-2.9. persamaan berikut menjelaskan volume dan tekanan:

18
Volume Hidup di daerah panas maksimum (di depan displacer) adalah

VL = 2RC × DB2 ×( π/4) (2.10)

Volume Hidup di daerah dingin maksimum (dibelakang displacer)

VK= 2RC ×[ DB2 –DD2] × ( π/4) (2.11)

VP
VL
VK

Gambar 2.12. Tatanama Mesin Stirling Beta

DB = diameter displacer, cm

DD = diameter batang displacer, cm

DC = diameter inside engine cylinder, cm

HD = volume mati di daerah pemanas (berada di sisi-sisi dan depan langkah

displacer), cm3

2 RC = langkah displacer, cm

RD = volume mati regenerator, cm3

CD = volume mati di daerah dingin (berada di sisi-sisi, belakang langkah dis-

placer, depan langkah piston), cm3

= VM – [VP(1 – 0.5√2)]

VM = volume mati di heat exchanger dan suaian dan saluran

2 R2 = langkah power piston, cm

F = sudut engkol, dalam derajat

AL = 90O sudut fasa, dalam derajat

19
Volume hidup, yang bersentuhan dengan power piston (didepan power piston)

VP = 2R2×(DC2-DD2)×(π/4) (2.12)

Jumlah volume sisi panas, pada sudut engkol F tertentu adalah:

H = 0.5 VL × ( 1 – cos F ) + HD (2.13)

Jumlah volume sisi dingin, pada sudut engkol F tertentu adalah:

C = [0.5 VK × ( 1 + cos F ) ]+ CD + [0.5 VP (1 – cos {F – AL})] (2.14)

Sehingga, total volume pada tiap sudut engkol F adalah:

V = H + C + RD (2.15)

Sehingga, berdasarkan hukum gas ideal, tekanan pada setiap sudut engkol F adalah:
M×R
p= H C RD (2.16)
+ +
TH TC TR

Kerja yang dihasilkan mesin adalah

W = p.V (2.17)

Dimana:

W = kerja, Joule

p = tekanan, N/m2

V = total volume silinder cm3

Untuk persamaan kinematika gerak mekanisme torak-engkol, kita


asumsikan bahwa pergerakan dari benda bergerak dari mesin disebabkan oleh

Gambar 2.13 Mekanisme Slider


20
putaran seragam (ω=constant) dari poros motor dari 0o sampai 360o pada tiap siklus.
Pada Gambar 2.3 adalah gambaran umum mekanisme torak-engkol. Jika λ kecil, dan
sudut φ, maka nilai d adalah (Gras,2008):

d = r (1-cos φ) + 0.5 λ r sin2 φ (2.18)

Dimana :

d = tinggi displacer, cm

r = jari-jari engkol, cm

φ = sudut putaran engkol, dalam derajat

L = panjang batang hubung displcer, cm

λ = r/L

Ketika kita mengetahui penampang torak adalah S = [π(DB)2/4] (cm2), akan


lebih mudah menentukan volume gas yang berada di depan piston pada setiap
momen, ketika putaran pada sudut φ.

V = d×S (cm3) (2.19)

Untuk mekanisme yang memiliki dua piston seperti mesin stirling,


persamaan untuk piston yang kedua adalah

d2 = r2 [1-cos(φ - dφ)] + 0.5 λ2 r2 sin2 (φ - dφ) (2.20)

Gambar 2.14 Mekanisme Displacer-Piston

Sesuai rumus di atas kita dapat volume gas yang berada di depan piston.

V2 = d2 S2 (2.21)

21
2.8 Parameter Unjuk Kerja Mesin Stirling
2.8.1 Torsi (Momen Gaya)
Penyebab gerak suatu benda adalah gaya. Pada gerak rotasi, sesuatu yang
menyebabkan benda berotasi atau berputar disebut momen gaya atau torsi. Dalam
gerak rotasi penyebab berputarnya benda merupakan momen gaya (Torsi). Besarnya
momen gaya (torsi) bergantung pada gaya yang dikeluarkan serta jarak antara sumbu
putaran dan letak gaya. Torsi timbul karena adanya gaya-gaya yang membentuk
kopel yang cenderung memuntir batang terhadap sumbu longitudinalnya. Seperti
diketahui dari statika, momen kopel merupakan hasil kali dari gaya dan jarak tegak
lurus antara garis kerja gaya. Satuan untuk momen pada USCS adalah (lb.ft) dan
(lb.in), sedangkan untuk satuan SI adalah (N.m) (Halliday, 1991)
Torsi atau momen gaya adalah gaya yang menyebabkan sebuah benda dapat
berputar pada porosnya. Jika gaya F yang dapat membuat benda berpindah sejauh r,
maka torsi adalah analogi (perbandingan) gaya pada kasus gerak melingkar (Ishaq,
2007:118-199).
Momen gaya atau torsi didefinisikan sebagai hasil kali antara gaya dengan titik
ke garis kerja gaya pada arah tegak lurus. Maka besarnya momen gaya adalah:
τ =F.r (2.22)
Dimana :
τ = momen gaya (N.m)
F = gaya yang bekerja (N)
r = jarak atau lengan (m)
Contoh sederhana, ketika kita membuka pintu dengan mendorong pegangan
pintu, kita memberikan gaya F pada jarak r dari engsl, maka artinya kita memberikan
torsi sebesar τ, dimana hubungan gaya, torsi dan jarak lengan adalah (Ishaq,
2007:119):
Jika kita mendorong pintu dekat dengan engsel, maka torsi mengecil dan akan
menghasilkan putaran pintu yang kecil pula. Bahkan jika r=0, yaitu kita mendorong
pintu pada engselnya, pintu sama sekali tidak akan berputar sebab torsi bernilai 0.
Demikian juga jika sudut dibuat mengecil, maka torsi juga mengecil, yaitu ketika
kita mendorong pintu sejajar (bukan tegak lurus), maka tentu saja pintu tidak akan
berputar.

22
Pada motor bakar untuk mengetahui daya poros harus diketahui dulu torsinya.
Pengukuran torsi pada poros motor bakar menggunakan alat yang dinamakan
dynamometer. Prinsip kerja dari alat ini adalah dengan memberi beban yang
berlawanan terhadap arah putaran sampai putaran mendekati 0 rpm. Beban ini
nilainya adlah sama dengan torsi poros. Dapat dilihat dari gambar 2.20 adalah prinsip
dasar dari dynamometer. Dari gambar dibawah dapat dilihat pengukuran torsi pada
poros (rotor) dengan prinsip pengereman dengan stator yang dikenai beban sebesar
w. Mesin dinyalakan kemudian pada poros disambungkan dengan dynamometer.
Untuk mengukur torsi mesin pada poros mesin diberi rem yang disambungkan
dengan w pengereman atau pembebanan. Pembebanan diteruskan sampai poros
mesin hampir berhenti berputar. Beban maksimum yang terbaca adalah gaya
pengereman yang besarnya sama dengan gaya putar poros mesin F. Dari definisi
disebutkan bahwa perkalian antara gaya dengan jaraknya adalah sebuah torsi, dengan
definisi tersebut torsi pada poros dapat diketahui dengan rumus.
T= w×d (Nm) (2.23)

Dengan : T = torsi mesin (Nm)

w = beban (N)

d = jarak pembebanan dengan pusat perputaran (m)

Ingat w (beban berat) disini kita bedakan dengan massa (m), kalau massa
satuan kg, adapun beban disini adalah gaya berat dengan satuan N diturunkan dari:

W=m.g (2.24)

Pada mesin sebenarnya pembebanan adalah komponen-komponen mesin


sendiri yaitu perlengkapan mesin (pompa, air, pompa pelumas, kipas radiator),
generator listrik (pengisian aki, listrik penerangan, penyalaan busi), gesekan mesin
dan komponen lainnya. Dari perhitungan torsi diatas dapat diketahui jumlah energy
yang dihasilkan mesin pada poros. Jumlah energy yang dihasilkan mesin setiap
waktunya adalah yang disebut dengan daya mesin. Kalau energi yang diukur pada
poros mesin dayanya disebut daya poros.

23
2.8.2 Kecepatan Sudut (rpm)
Kecepatan sudut sering digunakan untuk menggambarkan rotasi suatu objek
dalam lintasan melingkar. Biasanya didefinisikan sebagai laju perubahan yang
kaitannya dengan waktu dari perpindahan sudut, atau perubahan posisi dari sebuah
partikel atau benda lain. Biasanya ditentukan oleh garis tegak lurus terhadap kurva
lingkaran kecepatan sudut juga tegak lurus terhadap arah dimana ada sesuatu yang
berputar (Nugroho, 2012).
Kecepatan suatu benda umumnya ditentukan oleh kecepatan sudutnya.
Untuk menghitung atribut ini, posisi awal suatu benda biasanya dikurangi dari posisi
akhir. Jumlah yang dihitung kemudian dibagi dengan waktu untuk mendapatkan dari
satu tempat ke tempat lain. Oleh karena itu, kecepatan sudut biasanya diukur sebagai
perjalanan sepanjang lingkaran dalam periode waktu tertentu. Derajat, putaran, atau
satuan lingkaran disebut radian perjalanan setiap detik dapat dihitung. Kecepatan
sudut juga disebut kecepatan anguler. RPM (Rotation Per Minute) atau kemampuan
kecepatan putaran dari motor.
2.8.3 Daya (Power)
Daya dihitung dengan satuan kW(kilo watts) atau horse power (hp)
mempunyai hubungan erar dengan torsi. Daya dirumuskan sebagai berikut (Nugroho,
2012):
P = τ×ω (2.25)
Dimana : P = Daya dalam kilowatt (kW)
Τ = Torsi dalam newton meter (Nm)
ω = Kecepatan sudut dalam (rpm)

Rumus diatas adalah rumus dasarnya, pada engine maka rumusnya menjadi:

P = τ×ω×2π (2.26)
2.9 Pompa Air
Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan
zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya
adalah air, oli atau minyak pelumas, serta fluida lainnya yang tak mampu mampat.
Industri-industri banyak menggunakan pompa sebagai salah satu peralatan bantu
yang penting untuk proses produksi.

24
Pada pompa akan terjadi perubahan dari dari energi mekanik menjadi energi
fluida. Pada mesin-mesin hidrolik termasuk pompa, energi fluida ini disebut head
atau energi persatuan berat zat cair. Ada tiga bentuk head yang mengalami perubahan
yaitu head tekan, kecepatan dan potensial.
Pompa yang akan digerakkan dalam perancangan mesin stirling, adalah pompa
air Shimizu PS 116 Bit dengan spesifikasi berikut,
Tabel 2.4. Spesifikasi Pompa Shimizu PS 116 Bit
Daya Hisap 9m
Head Maksimum 33 m
Ukuran Pipa 1” × 1”
Daya Output Motor/Daya Input Pompa 125 W
Putaran Poros Pompa 2900 rpm
Diameter Poros mm

Gambar 2.16. Pompa Air Shimizu PS 116 Bit


Pompa air Shimizu akan dipisahkan dengan motor listrik pada pompa, poros
pompa akan dihubungkan dengan transmisi pulley yang terhubung dengan pulley
yang terpasang pada poros engkol mesin stirling.

25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Lokasi Penelitian bertempat di Laboratorium Desain dan Konstruksi Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi dan di Pulau Manado Tua.
Waktu Penelitian di mulai pada Januari 10 sampai Mei 30.
3.2 Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan untuk perancangan adalah alat ukur luxmeter dan
mengunakan software Autodesk Inventor 2014.
3.3 Prosedur Penelitian

Mulai

Pemilihan Judul

Studi Pustaka Mesin Stirling

Pengambilan Data dari Penelitian-Penelitian


Sebelumnya

Perhitungan Sistem dan


Dimensi Mesin Stirling
TIDAK Secara Manual
Mencapai Kerja yang
dibutuhkan Pompa PS
YA
Perancangan 3 Dimensi Model Pompa Stirling Menggunakan
Autodesk Inventor 2014

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Prosedur Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian terapan berupa
perancangan, data masukan yang dipakai dalam perancangan merupakan data dari
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain dan katalog-katalog bahan..

26
DAFTAR PUSTAKA
Direktori Pulau-Pulau Kecil Indonesia. Manado Tua. 2012. http://www.ppk-
kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/6721. 4
Desember 2017.
Tribun Manado, Warga Manado Tua Minta Genset. 2017.
http://manado.tribunnews.com/2017/02/14/warga-manado-tua-minta-
genset. 4 Desember 2017
Vineeth.C.S.2008. Stirling Engines: A Beginner Guide.
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&
cd=6&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjss4jIk_LWAhWJE5QKHYg
iCFIQFggzMAU&url=https%3A%2F%2Fwww.researchgate.net%2Ff
ile.PostFileLoader.html%3Fid%3D586ba574ed99e15816567c37%26a
ssetKey%3DAS%253A446434622349312%25401483449716526&us
g=AOvVaw3qXZGyIYP3-qZR3Ju939UB. 15 Oktober 2017.
Putra Y.A. 2017. Perancangan Mesin Stirling Dengan Pemanas Kompor Matahari.
Skripsi Program Studi S1 Fisika Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim. Malang.
Alfianti Z. 2016. Desain dan Pembuatan Mesin Stirling Tenaga Matahari dengan
Memanfaatkan Pemanas Matahari Tipe Box untuk Pembangkit
Listrik. Skripsi Program Studi S1 Fisika Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Nazila I.P. 2016. Unjuk Kerja Mesin Stirling Tipe Gamma dengan Sumber Panas
Reflektor Parabolik dan Sistem Aliran Air pada Reservoir Rendah.
Incopera, Prank P, David, dan Dewwit. 2002. Fundamentals of Heat dan Mass
Transfer Fifth Edition. Singapore: John Wiley and Sons Pte. Ltd.
Giancolli, Douglas C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta:Erlangga.
Cengel, Ghajar.2015. Heat and Mass Transfer. New York: McGraw-Hill Education.
Holman, J.P. 1994. Perpindahan Kalor. Jakarta: Erlangga.
Wilis, Galuh Renggani. 2014. Variasi Sudut Kemiringan Kolektor Surya Solar Water
Heater. Tegal: Fakultas Teknik Universitas Pancasakti.
Usmadi. 2006. Perancangan Termodinamik Sirkuit Gas Motor Stirling FP150W
dengan Metode Penskalaan. Surabaya: Universitas Kristen Petra.

27
Ardiani, Eko Dewi. 2005. Optimalisasi Output Modul Surya Polikristal Silikon
dengann Cermin Datar sebagai Reflektor pada Sudut 60o. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta.
Pawawoi, Andi. 2013. Energi dan Dasar Konversi Energi Listrik. Padang:
Universitas Andalas.
Dinesh. K, Gowtham Raj.R, Naresh.M, Sriram.R.2014. Design And Fabrication Of
Low Cost Stirling Engine For Low Duty Industrial Applications,
Vol.3. Is. 3, pp.75-79.
Martini William R.1983.Stirling Engine Design Manual. Martini Engineering.
Richland Washington.
Pierre Gras. 2008. Theory Of Kinematics Of Main Stirling Engine.
http://www.robertstirlingengine.com/theory.php#cine. 30 November
2017
Halliday, David. 1998, Fisika Jilid 1 jilid ketiga. ITB: Erlangga.
Ishaq, Mohammad. 2007. Fisika Dasar Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nugroho. 2012. Analisis Kelayakan Hasil Rancangan Pembangkit Listrik Berbasis
Mesin Stirling dengan Decision Tree Analysis sebagai Metode
Pemilihan Tipe Mesin. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Shimizu. PS 116 BIT. 2017. http://www.shimizu.co.id/products/ps-116-bit. 4
Desember 2017

28

Anda mungkin juga menyukai