Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TURBIN PELTON

Disusun oleh :
Kelompok 1

Choirul Suroso (D1131171023)


Maha Al-Asy’Arly (D1131171015)
Zachariah Andrew (D1131171013)
Muhammad Tio Cadavi (D1131171019)
Ramadhani Fadelandro Suratman (D1131171009)
Gerby (D1131171022)

PRODI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan anugerahnya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
ini.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini dan kami juga tidak
lupa berterimakasih kepada bapak Romario A. Wicaksono, ST, M.Eng yang telah
memberikan tugas ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum


sempurna dan mungkin masih terdapat beberapa kekurangan, baik dari segi
penulisan maupun pengetahuan. Harapan kami semoga makalah ini dapat
membantu dan menambah wawasan serta pengalaman bagi para pembaca,
sehingga makalah ini dapat diperbaiki dalam bentuk maupun isi yang lebih baik
kedepannya.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .....................................................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3


2.1 Turbin Air ..................................................................................... 3
2.2 Turbin Pelton ..................................................................................... 3
2.2.1 Tipe Turbin Pelton ..................................................................................... 5
2.2.2 Instalasi dan Bagian Utama Turbin Pelton .................................................. 6
2.2.3 Komponen Utama Pada Turbin Pelton ........................................................ 8
2.2.4 Prinsip Kerja Turbin Pelton ......................................................................... 9
2.3 Teknik Pemantauan Kondisi Pada Turbin Pelton ........................................... 9
2.3.1 Implementasi Sistem ................................................................................... 9
2.4 Strategi Pemantauan Pada Kondisi Turbin ..................................................... 12
2.5 Monitoring Data Analysis .............................................................................. 14
2.5.1 Persiapan Data ..................................................................................... 14
2.5.2 Jenis Kerusakan Pada Turbin Pelton ........................................................... 14
2.5.3 Gejala Kerusakan Pada Turbin Pelton ......................................................... 15

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 18


3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 18

ii
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi listrik merupakan energi yang mempunyai peranan penting bagi


masyarakat. Keadaan kelistrikan di Indonesia sekarang ini sangat memprihatinkan
apalagi sumber migas yang terdapat di bumi sangat terbatas, dan pada suatu saat
akan habis. Oleh karena itu berbagai penelitian dilakukan untuk menemukan
sumber energi diluar migas, sebagai sumber energi alternatif yang dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan.

Tenaga air sendiri dianggap sebagai salah satu sumber energi yang paling
penting dalam pembangkit energi berkelanjutan. Dari catatan terbesar produksi
listrik di seluruh dunia, produksi energi terbarukan terbesar berasal dari
pembangkit listrik tenaga air, yang juga mempertahankan salah satu efisiensi
tertinggi. Karena produksi listrik harus sesuai dengan permintaan setiap saat,
tenaga air telah menjadi salah satu kunci untuk menjaga stabilitas jaringan. Untuk
beradaptasi dengan skenario baru ini, perusahaan listrik tenaga air telah secara
progresif beralih dari beban dasar ke produksi listrik yang lebih fleksibel.

Berbagai teknologi pembangkit pun telah banyak diterapkan dalam PLTMH


(Pembakit Listrik Tenaga Mikrohidro) baik dari sisi turbin dan instrumen. Di
dalam turbin kita mengenal beberapa jenis turbin yang di pergunakan, kita dapat
mempergunakan turbin francis, Kaplan atau pelton. Penggunaan turbin tersebut
tergantung dari potensi head yang dimiliki. Seperti dalam hal ini turbin pelton
yang menggunakan prinsip impuls memerlukan head yang cukup tinggi.
Dikarenakan masih sedikitnya turbin pelton yang digunakan untuk PLTMH, maka
atas dasar inilah turbin ini dibuat untuk keperluan penelitian lebih lanjut.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan turbin pelton?
2. Apa saja tipe-tipe turbin pelton?
3. Apa saja bagian dan komponen utama dari turbin pelton?
4. Bagaimana prinsip kerja dari turbin pelton?
5. Bagaimana teknik pemantaun kondisi pada turbin pelton?
6. Bagaimana strategi pemantauan pada kondisi turbin?
7. Apa saja jenis kerusakan dan gejala kerusakan pada turbin pelton?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan turbin pelton.
2. Untuk mengetahui tipe-tipe turbin pelton.
3. Untuk mengetahui apa saja bagian dan komponen utama dari turbin pelton.
4. Untuk mengetahui prinsip kerja dari turbin pelton.
5. Untuk mengetahui bagaimana teknik pemantauan kondisi pada turbin pelton.
6. Untuk mengetahui bagaimana strategi pemantauan pada kondisi turbin.
7. Untuk mengetahui apa saja jenis kerusakan dan gejala kerusakan pada turbin
pelton.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini adalah agar kita dapat mengerti tentang
apa itu turbin pelton, mengetahui bagaimana prinsip kerja dari turbin pelton,
memahami cara pemantauan kondisi serta strategi pemantaun kondisi pada turbin
pelton dan saat terjadi suatu gejala kerusakan pada turbin pelton, kita dapat
mengetahui dan mengambil langkah tepat selanjutnya untuk meningkatkan
kembali efisiensi dari turbin pelton tersebut.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Turbin Air

Turbin air adalah merupakan mesin penggerak yang merubah energi


potensial menjadi energi mekanik dengan air sebagai fluida kerjanya. Menurut
sejarahnya turbin hidrolik sekarang berasal dari kincir-kincir air pada jaman abad
pertengahan yang dipakai untuk memecah batu bara dan keperluan pabrik
gandum. Salah satu kincir air tersebut dapat dilihat di Aungrabad (India) yang
telah berumur 400 tahun

2.2 Turbin Pelton

Turbin pelton merupakan pengembangan dari turbin impuls yang ditemukan


oleh S.N. Knight (1872) dan N.J. Colena (1873) dengan pasang mangkok-
mangkok pada roda turbin. Setelah itu turbin impuls dikembangkan oleh orang
amerika Lester G. Pelton (1880) yang melakukan perbaikan dengan penerapan
mangkok ganda simetris, punggung membelah membagi jet menjadi dua paruh
yang sama yang dibalikan menyamping.
Pada turbin pelton putaran terjadi akibat pembelokan pada mangkok ganda
runner (lih. Gbr) oleh sebab itu turbin pelton disebut juga sebagai turbin pancaran
bebas. Turbin Pelton merupakan suatu jenis turbin yang mengandalkan suatu
reaksi impuls dari suatu daya yang dihasilkan dari daya hidrolisis. Semakin tinggi
head yang dimiliki maka semakin baik untuk turbin jenis ini. Walaupun ns
(kecepatan spesifik) relatif kecil tapi memungkinkan untuk kecepatan yang tinggi
dengan ketentuan jumlah nosel yang banyak dalam meningkatkan daya yang lebih
tinggi. Sehingga jika putaran dari generator yang dikopel ke turbin semaki tinggi,
maka generator yang digunakan akan semakin murah. Untuk lebih jelasnya bisa
dilhat grafik berbagai jenis turbin antara Head dan ns-nya.

3
Gambar 1. grafik berbagai jenis turbin antara head dan ns-nya.

Dalam perancangan turbin pelton telah ada suatu ketentuan yang mengatur
dari desain/rancangan turbin pelton secara baku.intinya kita tinggal menggunakan
beberapa parameter utama untuk menghasilkan dimensi yang lain. Dalam grafik di
bawah ini akan ditunjukkan hubungan antara Head dengan ns juga jumlah nosel
dan kisaran jumlah mangkok (sudu).

Gambar 2. grafik hubungan antara Head dengan ns juga jumlah nosel dan
kisaran jumlah mangkok (sudut).

4
2.2.1 Tipe Turbin Pelton

a. Turbin Poros Horizontal ; turbin ini digunakan untuk head kecil hingga
menengah. Makin bayak aliran air yang dibagi dalam arti makin banyak nosel
yang digunakan, makin bisa dipertinggi pula pemilihan kecepatan turbin.
Sedangkan makin cepat putaran turbin makin murah harga generatornya. Untuk
dapat menghasilkan daya yang sama 1 group turbin dengan 2 roda akanlebih
murah daripada dengan dua buah turbin yang masing-masing dengan satu buah
roda.

Gambar 3. Turbin Poros Horizontal

b. Turbin Poros Vertikal ; Dengan bertambahnya daya yang harus dihasilkan


turbin, maka untuk turbin pelton dilengkapi dengan 4 s/d 6 buah nosel.
Sedangkan penggunaan 1 atau 2 buah pipa saluran air utama tergantung kepada
keadaan tempat dan biya pengadaannya.

5
Gambar 4. Turbin Poros Vertikal.

2.2.2 Instalasi dan Bagian Utama Turbin Pelton

Turbin pelton biasanya berukuran besar. Hal ini dapat dimaklumi karena
dioperasikan pada tekananyang tinggi danperubahan momentum yang diterima
sudu-sudu sangat besar, dengan sendiri struktur turbin harus kuat.
Pada turbin pelton semua energi tinggi tempet dan tekanan ketika masuk kesudu
jalan turbin telah telah diubah menjadi energi kecepatan Seperti terlihat pada
gambar dibawah ini:

6
Gambar 5. Turbin Pelton.

Turbin pelton terdiri dari dua bagian utama yaitu :


 Nosel
 Roda jalan.
Nosel mempunyai beberapa fungsi yaitu:
 Mengarahkan pancaran air ke sudu turbin.
 Mengubah tekanan menjadi energi kinetik.
 Mengatur kapasitas air yang masuk turbin.

Jarum yang berada pada nosel bertujuan untuk mengatur kapasitas dan
mengkonsentrasikan air yang terpancar di mulut nosel. Panjang jarum sangat
menentukan tingkat konsentrasi air, makin panjang jarum air makin
terkonsentrasi.
Untuk turbin pelton dengan daya kecil, debit bisa diatur dengan hanya menggeser
kedudukan jarum sudu. Untuk instalasi yang lebih besar harus menggunakan dua
buah sistem pengaturan atau lebih,
Tujuan pengaturan ini adalah untuk menghindari terjadinya tekanan
tumbukan yang besar dalam pipa pesat yang timbul akibat penumpukkan nosel
secara tiba-tiba ketika beban turbin berkurang dengan tiba-tiba.
Untuk mengurangi putaran turbin pada kondisi atas, pembelokkan pancaran
akan berayaun kedepan jarum nosel terlebih dahulu sehingga pancaran air dari
nosel berbelok sebagian.
Jumlah nosel tergantung pada bilangan-bilangan spesifik nq trubin pelton. Dimana
nq dirumuskan :

7
Roda jalan berbentuk pelek (rim) dengan sejumlah sudu di sekelilinnya.
Pelek ini dihubungkan dengan poros dan seterusnya menggerakkan generator.
Sudu turbin pelton berbentuk elipsoida yang dibuat dengan bucket (sudu) dan di
tengahnya mempunyai splitter (pemisah air). Bentuk sudu sedemikian
dimaksudkan supaya bisa membalikkan putaran air dengan baik dan
membebaskan sudut dari gaya samping.

2.2.3 Komponen Utama Pada Turbin Pelton

Turbin Pelton ini mempunyai beberapa komponen utama yaitu :


 Pipa nozzle fungsi : mengarahkan aliran air
 Sudu turbin fungsi : menangkap aliran air ( mangkok dan chord )
 Kotak penutup fungsi : mengamankan nozzle dan runner
 Governor fungsi : mengatur kecepatan air yg akan diarahkan nozzle
 Ridge : membagi air kearah kiri dankanan mangkok runner
 Deflector : membelokan pancaran air
 Rumah Turbin fungsi :tempat kedudukan roda jalan dan penahan air yang
keluar dari sudu – sudu  turbin DLL Home tentang tubin pleton pengertian
prinsip kerja komponen utama.

8
Gambar 6. Komponen Utama Pada Turbin Pelton

2.2.4 Prinsip Kerja Turbin Pelton

Prinsip kerja turbin pelton adalah mengkonversi daya fluida dari air menjadi
daya poros untuk digunakan memutar generator listrik. Pada sudu- sudu turbin,
energi aliran air diubah menjadi energi mekanik yaitu putaran roda turbin. Apabila
roda turbin dihubungkan dengan poros generator listrik, maka energi mekanik
putaran roda turbin diubah menjadi energi listrik pada generator.

2.3 Teknik Pemantauan Kondisi Pada Turbin Pelton


Pada awal tahun 90-an, pemantauan getaran mulai diterapkan di beberapa
pembangkit listrik tenaga air dengan tujuan secara progresif memperkenalkan
pemeliharaan prediktif. Saat ini, interval waktu antara overhaul telah diperpanjang
dan masalah utama pada mesin terdeteksi sebelum kerusakan terlalu parah.
Prosedur umum yang digunakan untuk pemantauan dijelaskan dalam paragraf
berikutnya.
2.3.1 Implementasi Sistem.
Langkah pertama untuk pemantauan getaran terdiri dari menentukan lokasi
pengukuran yang paling cocok. Dalam mesin hidrolik, seperti pada mesin berputar
lainnya, kekuatan dinamis mesin putar ditransmisikan ke bantalan dan
selubungnya, yang juga merupakan area yang dapat diakses. Oleh karena itu
lokasi yang dipilih untuk menempatkan sensor (akselerometer) adalah bagian
kaku dari selubung bantalan utama mesin. Di setiap bantalan dua arah pengukuran
radial ortogonal dipilih pada tutup, alas atau cover. Perawatan diambil untuk
menghindari amplifikasi getaran oleh resonansi lokal. Untuk mesin poros
horizontal, pengukuran dilakukan dalam arah vertikal dan horizontal terpisah 90 °
(tegak lurus terhadap poros poros) dan dalam arah aksial. Dalam mensetting
mesin vertikal, pengukuran juga dilakukan pada semua bantalan baik ke arah hulu
dan pada 90 ° ke sana. Dalam semua kasus transduser disejajarkan di semua

9
bantalan. Lokasi representatif ditunjukkan pada Gambar. 7 untuk mesin poros
horizontal. Sensor dipasang, sambungan diukur di semua lokasi secara berkala
dengan pengumpul data portabel.

a. Analisis getaran

Nilai getaran yang diperoleh dari pengukuran diwakili dalam domain


frekuensi untuk menggambarkan kondisi mesin. Sinyal yang dihasilkan dikenal
sebagai getaran tanda tangan, yang tergantung pada struktur dan kondisi operasi
turbin (daya dikirim). Melihat ciri khasnya, pengamat dapat dengan mudah
mendeteksi frekuensi getarannya lebih tinggi, sehingga memudahkan untuk
mengidentifikasi penyebabnya. Jika terjadi keausan atau kerusakan, frekuensi lain
bersemangat dan tanda tangannya bervariasi. Pada Gambar.7, spektrum khas dari
getaran diukur dalam bantalan turbin Pelton ditunjukkan.

Gambar 7. Pemantauan lokasi dalam poros horizontal turbin Pelton.

10
Gambar 8. Spektrum getaran tipikal diukur dalam bantalan turbin.

Puncak dan getaran acak dapat diamati. Seperti pada semua mesin yang
berputar, puncak utamanya adalah pada frekuensi rotasi dan harmoniknya (getaran
sinkron). Getaran ini dihasilkan oleh gaya yang berasal dari mekanik (mis.
Ketidakseimbangan atau ketidaksejajaran antara runner dan generator) dan
kekuatan berasal dari hidrolik (mis. Dampak jet air pada bucket runner).
Frekuensi dimana jet menimpa struktur tergantung pada kecepatan putar runner
dan pada jumlah bucket, dan dapat didefinisikan dengan: = × × f n z fp b f

Disini, fp adalah frekuensi lewat ember, Zb adalah jumlah ember dan ff


adalah frekuensi putar poros. n adalah singkatan dari harmonik dari gaya yang
menarik, karena n = 1, 2, 3 ... Selain dari puncak sinkron, getaran pita lebar juga
dapat diidentifikasi.

b. Pita spektral

Dalam pemantauan kondisi, evolusi tingkat getaran dari waktu ke waktu


(analisis tren) harus diidentifikasi jika ada peningkatan berbahaya. Namun,
diketahui bahwa masalah yang berpotensi serius dapat berkembang di dalam
mesin, namun, memiliki efek yang dapat diabaikan pada secara keseluruhan
tingkat getaran. Oleh karena itu, pita spektral dipilih untuk sensitivitasnya yang
lebih tinggi terhadap deteksi kerusakan.

Setelah ciri karakteristik mesin ditentukan, pita spektral diimplementasikan.


Pita spektral yang dipilih pada waktu itu adalah: pita subsinkron (1-0,8 dst) untuk
masalah bantalan, pita di sekitar frekuensi berputar (0,8–1,8 ff) untuk mendeteksi
ketidakseimbangan, pita untuk ketidaksejajaran (1,8-3,8 ff), dan pita untuk
keausan bantalan dan eksitasi frekuensi rotor alami (3,8 hingga fp -1,8 dst), pita di
sekitar frekuensi kelulusan blade (fp ± 1,8 dst) dan lebih banyak pita pada

11
frekuensi yang lebih tinggi. Amplitudo dari band spektral ini, level keseluruhan
dan ciri spektral telah menjadi tren dan disimpan dalam basis data.

Dengan metodologi ini, pemantauan kondisi telah dilakukan selama


beberapa tahun. Prosedur ini sangat berguna untuk menghindari kerusakan besar
dan untuk diagnostik, tetapi menimbulkan banyak ketidakpastian. Di satu sisi,
tidak ada informasi yang cukup mengenai kegagalan dan gejala pada turbin
Pelton. Selain itu, getaran pelari hampir tidak dapat dideteksi di bantalan, karena
frekuensi alami pelari tidak menghasilkan deformasi penting pada rotor.
Tantangan utama terdiri dari mengetahui bagaimana setiap kegagalan baru jadi
dalam turbin dapat dideteksi dengan teknik pemantauan konvensional, dan
bagaimana kekritisan ini dapat dinyatakan.

Mengenai hal ini, salah satu keterbatasan dalam pemantauan kondisi


pembangkit listrik tenaga air adalah kurangnya data. Untuk mendeteksi gejala
kerusakan spesifik, kasus historis yang serupa harus dianalisis sebelumnya.
Biasanya, informasi ini sulit diperoleh. Bahkan jika ada basis data yang tersedia,
itu tidak cukup lengkap untuk menggambarkan semua jenis kerusakan. Selain itu,
pembangkit listrik tidak diizinkan beroperasi di luar batas perawatannya. Ini
membuatnya sulit untuk menentukan variasi parameter pemantauan ketika turbin
berada dalam keadaan degradasi lanjut.

Untuk pemantauan dan diagnostik yang lebih akurat, penting untuk


memiliki informasi mengenai kegagalan dan gejala, serta getaran dan tekanan
yang dihasilkan oleh kekuatan dinamis selama operasi. Yang pertama dapat
dicapai dengan analisis data lapangan yang diperoleh dengan memonitor Unit
Pelton yang sebenarnya. Telat ini membutuhkan model pembuatan yang
menentukan deformasi komponen-komponen mesin dan tekanan pada runner.

2.4 Strategi Pemantauan Pada Kondisi Turbin

Prosedur yang telah digunakan untuk meningkatkan keadaan pemantauan


kondisi saat ini disajikan pada Gambar. 9. Dua bagian utama dapat dilihat dalam
proses lubang: satu mengenai analisis komprehensif dari hasil pemantauan

12
eksperimental dan satu lagi mengenai pengembangan model teoritis turbin Pelton
yang sebenarnya. Untuk penelitian eksperimental, semua unit Pelton yang tersedia
dari perusahaan PLTA diklasifikasikan berdasarkan desain turbin (head, power,
jumlah jet dan jumlah bucket) dan karakteristik struktur. Setelah itu, basis data
dianalisis dengan memeriksa tanda-tanda getaran semua mesin yang dipantau, dan
dengan melihat kasus-kasus kerusakan historis. Untuk sebagian besar kasus
kegagalan ini, analisis rinci dilakukan untuk mengidentifikasi gejala kerusakan
pada tanda-tanda getaran.

Mengenai teori, langkah pertama terdiri dalam menciptakan model numerik


berdasarkan Metode Elemen Hingga (FEM), yang mewakili perilaku jenis turbin
yang paling umum. Karakteristik geometrik dan struktural disediakan oleh
perusahaan tenaga air. Untuk memverifikasi keandalan representasi ini, frekuensi
modal dan bentuk mode model dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dari tes
di tempat. Akhirnya, model yang divalidasi digunakan untuk mensimulasikan
perilaku mesin sambil dipengaruhi oleh kondisi operasional yang sama yang, di
masa lalu, berhasil menghasilkan kegagalan pada mesin nyata. Nilai yang
diperoleh di lokasi sensor model kemudian dibandingkan dengan informasi yang
dikumpulkan dari basis data. Peningkatan model kemudian dimungkinkan dan
distribusi tekanan dan deformasi dapat dianalisis. Pada akhirnya, model tersebut
dapat digunakan untuk mensimulasikan kondisi operasional abnormal yang tidak
dapat ditemukan dalam kasus-kasus historis. Dengan ini, gejala diekstraksi dan
tingkat keparahan kondisi dinilai.

13
Gambar 9. Prosedur untuk meningkatkan pemantauan kondisi

2.5 Monitoring Data Analysis


2.5.1 Persiapan Data

Untuk mengatasi masalah sebenarnya, data eksperimental yang diperoleh


dari pemantauan 28 turbin Pelton yang berbeda selama 25 tahun telah dipelajari.
Unit Pelton milik perusahaan tenaga air yang berlokasi di Spanyol. Seperti
disebutkan sebelumnya, mesin nyata sangat kompleks dan perilaku dinamis tidak
hanya tergantung pada desain pelari, tetapi juga pada karakteristik struktural (jenis
instalasi, kondisi pemasangan, lingkungan, dll.). Untuk memperhitungkan hal ini,
turbin Pelton yang dianalisis telah diklasifikasi baik sebagai set mesin dengan
poros horizontal dan alas yang dipasang pada fondasi yang kaku, atau sebagai set
mesin vertikal dengan rumah bantalan yang lebih rendah yang dipasang pada
fondasi.

Pertama, untuk kelompok mesin dengan karakteristik struktural yang


serupa, tanda tangan getaran dianalisis dengan hati-hati untuk menentukan
pengaruh parameter desain dan kondisi operasi. Kedua, tanda tangan dari unit-unit
yang mengalami jenis kerusakan serupa dikumpulkan dan dibandingkan untuk
menemukan variasi umum dalam pola getaran. Gejala untuk setiap jenis
kerusakan kemudian ditentukan

2.5.2 Jenis Kerusakan Pada Turbin Pelton

Turbin Pelton dapat mengalami kerusakan yang berbeda-beda. Sebagian


besar kasus disebabkan oleh erosi pasir, kelelahan atau kavitasi. Masalah erosi
sangat umum di beberapa daerah seperti Pegunungan Alpen dan Andes, di mana
air membawa sejumlah besar partikel pasir.

Dalam kasus-kasus ini, lokasi yang paling terpengaruh adalah permukaan di


mana kecepatan air dan atau akselerasi tinggi. Nosel, jarum, dan permukaan
bagian dalam ember biasanya merupakan area yang paling terkikis. Kavitasi dapat

14
menghasilkan lubang di ember, terutama di ujung dan di bibir guntingan. Erosi
pasir meningkatkan kemungkinan kavitasi karena gelombang permukaan yang
tererosi meningkatkan turbulensi dinding, sehingga mengurangi tekanan lokal.
Namun demikian, kerusakan yang disebabkan oleh kelelahan material terbukti
menjadi yang paling berbahaya. Dampak periodik dari filter air limbah ini adalah
untuk mengurangi konsentrasi tekanan pada akar ember. Setelah waktu operasi
yang lama, tekanan ini mengakibatkan retaknya bahan dan menghancurkan ember
pelari. Untuk meminimalkan efek kelelahan, desain dan pembuatan turbin harus
dioptimalkan. Saat ini, pelari yang andal dibangun menggunakan balok stainless
steel yang ditempa karena sifat mekaniknya yang lebih baik dibandingkan dengan
baja cor, seperti kekuatan fatik dan ketangguhan retak. Meski begitu, kondisi
pemasangan dan pengoperasian dapat mengubah distribusi tegangan pada pelari
aktual, sehingga menyebabkan kegagalan yang tidak terduga.

Masalah yang ditemukan di turbin yang dipantau selama bertahun-tahun


terdiri dari semua jenis kerusakan yang disebutkan di atas. Pada Gambar. 10, kita
dapat melihat beberapa contoh kasus yang paling dramatis: celah kelelahan di
ujung runner bucket, erosi kavitasi, bucket rusak dan jarum patah. Pada Gambar.
10a, retakan yang dikembangkan dalam cut-out ember dapat dilihat. Retakan
seperti itu dapat menyebar dengan cepat dan, jika tidak diperhatikan, dapat
menyebabkan pecahnya ember (Gambar. 10c) dengan hasil yang berpotensi
bencana.

2.5.3 Gejala Kerusakan Pada Turbin Pelton

Dalam paragraf ini, sebuah contoh prosedur yang digunakan untuk


mengkorelasikan kerusakan dengan gejala dijelaskan. Pada Gambar. 11, evolusi
khas dari tanda tangan getaran turbin Pelton ditampilkan. Dalam spektrum
pertama dari air terjun, seseorang dapat melihat amplitudo tinggi dari getaran
dalam rentang frekuensi 500-600Hz. Ini menunjukkan operasi yang tidak normal
atau kerusakan yang baru terjadi. Namun, level getaran keseluruhannya adalah
1.3mm / s rms (root mean square value). Menurut Standar, mesin ini masih cocok
untuk operasi jangka panjang yang tidak dibatasi. Setelah berjalan dalam kondisi

15
ini selama beberapa waktu getarannya meningkat tiba-tiba. Ini adalah indikator
kerusakan yang nyata, sehingga mesin diperiksa dan salah satu ember ditemukan
rusak. Operasi lebih lanjut akan menyebabkan kegagalan bencana. Setelah
perbaikan, frekuensi antara 500 dan 600Hz tidak muncul lagi di tanda tangan.
Pada akhirnya, pengalaman ini memungkinkan mengidentifikasi gejala-gejala
yang terkait dengan jenis kerusakan spesifik ini.

Gambar 10. Beberapa jenis kerusakan ditemukan: (a) Kelelahan retak di dalam
ember; (b) erosi kavitasi; (c) Pelari dengan ember yang rusak; (d) Jarum patah.

Ciri Evolusi tersedia untuk semua turbin yang dipantau, sehingga korelasi
antara gejala dan kerusakan terjadi ditentukan untuk semua jenis kerusakan. Di
sini, terbukti bahwa dengan analisis data pemantauan, informasi berharga dapat
diperoleh tentang kondisi mesin. Namun, untuk melakukan pemantauan yang
efektif, setiap jenis kerusakan harus dideteksi pada tahap awal dan, jika demikian,
tingkat keparahannya ditentukan. Informasi yang diekstraksi dengan melihat
evolusi tanda tangan tidak cukup akurat untuk melakukannya.

Gejala yang dijelaskan di atas menunjukkan bahwa frekuensi alami sedang


bersemangat, tetapi penyebab yang mengarah ke getaran ini tetap tidak diketahui.
Seseorang hanya dapat menghubungkan gejala dengan kerusakan, tanpa memiliki
pengetahuan tentang dinamika turbin yang mendasarinya. Selain itu, tingkat
keparahan getaran pelari bisa tidak ditentukan dengan getaran yang diukur dalam
bantalan.

16
Contoh sebelumnya telah membuktikan bahwa hanya mengandalkan data
lapangan tidak cukup untuk menyediakan pemantauan kondisi lanjutan. Untuk
mendapatkan pengetahuan yang lebih dalam tentang dinamika mesin, kita harus
menggunakan model numerik. Setelah ini terbukti mewakili mesin nyata andal,
mereka dapat digunakan untuk menentukan respon struktural di bawah gaya
eksitasi yang berbeda dan transmisibilitas ke titik-titik pengukuran.

Gambar 11. Air terjun spektrum getaran diukur pada tanggal yang berbeda.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Turbin pelton merupakan pengembangan dari turbin impuls yang
ditemukan oleh S.N. Knight (1872) dan N.J. Colena (1873) yang
merupakan suatu jenis turbin yang mengandalkan suatu reaksi impuls dari
suatu daya yang dihasilkan dari daya hidrolisis.
2. Terdapat 2 tipe turbin pelton yaitu turbin poros vertical dan turbin poros
horizontal.
3. Prinsip kerja turbin pelton adalah mengkonversi daya fluida dari air
menjadi daya poros untuk digunakan memutar generator listrik.
4. Ada 2 teknik pemantauan kondisi pada turbin pelton yaitu analisis getaran
dan pita spectral.
5. Strategi pemantauan kondisi pada turbin pelton dibagi menjadi 2 prosedur
yaitu theoretical analysis dan experimental research.
6. Terdapat beberapa jenis kerusakan yang sering terjadi pada Turbin Pelton.
Sebagian besar kasus disebabkan oleh erosi pasir, kelelahan atau kavitasi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Eduard Egusquiza, Monica Egusquiza, Carme Valero, Alex Presas, David


Valentin, Matias Bossio. 2018. Advance condition monitoring of Pelton Turbines.
Measurement. 119: 46-55.

Herninda Ayu Meylinda Sari. 2017. Turbin Pelton pada Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro hidro (PLTMH). Makalah. Dalam : menyelesaikan tugasa mata
kuliah Mesin Mekanika Fluida di jurusan Teknik Mesin Fakultas Universitas
Jamber, Agustus 2017.

19

Anda mungkin juga menyukai