Anda di halaman 1dari 21

Latar Belakang Kedatangan Bangsa Eropa di Indonesia

Sejak zaman dahulu Indonesia terkenal kaya akan rempah-rempah yang merupakan barang
dagangan penting di Eropa. Pada saat itu orang-orang Eropa membeli rempah-rempah dari
Indonesia di kota-kota dagang di sekitar Laut Tengah, terutama di Konstantinopel.

Pada tahun 1453 kota Konstantinopel dikuasai oleh kerajaan Turki, kemudian Turki
melarang bangsa-bangsa Eropa untuk datang dan berdagang di Konstantinopel. Jatuhnya kota
dagang Konstantinopel ke tangan Turki akibat perang Salib menyebabkan terputusnya hubungan
perdagangan antara Eropa dengan Asia Barat yang berakibat rempah-rempah menjadi langka
dan sulit di cari dipasaran Eropa. Kelangkaan rempah-rempah inilah yang mendorong bangsa-
bangsa Eropa berusaha mencari sumber utama rempah-rempah yang ada di Indonesia.
Secara umum kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia dilatarbelakangi oleh :
a. Jatuhnya Konstantinopel tahun 1453 ke tangan bangsa Turki.
b. Kemajuan ilmu dan teknologi.
b. Keinginan untuk membuktikan bahwa bumi itu bulat
c. Adanya buku Imago Mundi yang menceritakan tentang perjalanan Marcopolo ke dunia timur
yang kaya akan rempah-rempah dan emas
d. Adanya semangat Reconquesta: semangat pembalasan terhadap kekuasaan Islam.
e. Keinginan mencari daerah penghasil rempah-rempah.

Tujuan Kedatangan Bangsa Barat ke Indonesia

1. Sebelum abad ke 18 ( Imperialisme Kuno )


Pada saat itu kedatangan bangsa Eropa di dorong adanya semangat 3 G yaitu :
a. Gold (kekayaan ) mencari logam mulia, emas dan rempah-rempah.
b. Gospel ( penyebaran agama Nasrani )
c. Glory ( kejayaan ) mencari daerah jajahan sebanyak-banyaknya.

2. Setelah abad ke 18 ( Imperialisme Modern )


Imperialisme Modern mempunyai tujuan :
a. Mendapatkan bahan baku industrinya
b. Tempat / daerah pemasaran hasil industri
c. Mendapatkan tenaga kerja yang murah
d. Tempat menanamkan modal
Proses Kedatangan Bangsa Eropa di Indonesia

Bangsa-bangsa Eropa yang berhasil menemukan dan sampai ke daerah penghasil rempah-rempah
adalah :

1. Bangsa Portugis
Dibawah pimpinan Vasco da Gama, bangsa portugis tahun 1498 sampai ke Calicut ( India).
Pada tahun 1511 Alfonso D’Albuquerque menguasai Malaka dan pada tahun 1512 sampai di
Maluku.

2. Bangsa Spanyol
Dibawah pimpinan Magelhans, bangsa Spanyol tiba di Maluku pada tahun 1521.
Kedatangannya di Maluku mengakibatkan terjadinya persaingan dan persengketaan dengan
Bangsa Portugis. Untuk mengakhiri persaingan tersebut, diadakan perjanjian Saragosa ( 1592 )
isinya : Portugis menguasai Maluku, Spanyol menguasai Philipina.

3. Bangsa Inggris
Kedatangan bangsa Inggris di Asia dipelopori oleh EIC ( East Indian Company ) yang diberi
hak untuk menangani perdagangan di Asia. Akan tetapi EIC tidak berhasil menanamkan
pengaruhnya di Indonesia.

4. Bangsa Belanda
Dibawah pimpinan Cornelis De Houtman, bangsa Belanda berhasil mendarat di pelabuhan
Banten pada tahun 1596,tetapi kedatangannya tidak diterima oleh rakyat Banten. Ekspedisi ke 2
di pimpin Yacub Van Neck dan berhasil membawa rempah-rempah sehingga mendorong kapal-
kapal dagang Belanda untuk datang ke Indonesia.

Untuk menghindari terjadinya persaingan sesama pedagang Belanda maka pada tahun 1602
di bentuklah VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) di Ambon.Sebagai Gubernur
Jenderal diangkat Pieter Both.
VOC punya hak istimewa ( Octroi ) yang berupa :
a. Hak memonopoli perdagangan
b. Hak memiliki tentara dan mendirikan Benteng
c. Hak mengadakan perjanjian dengan penguasa / raja-raja setempat
d. Hak memiliki mata uang sendiri
Dalam rangka menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku, VOC berusaha melakukan
monopoli perdagangan dengan mengeluarkan peraturan sebagai berikut :
a. Rakyat Maluku di larang menjual rempah-rempah kepada pedagang lain kecuali VOC
b. Jumlah tanaman rempah-rempah ditentukan oleh VOC
c. Tempat menanam rempah-rempah ditentukan oleh VOC

Agar dalam pelaksanaan monopoli ditaati rakyat Maluku maka VOC melakukan cara-cara
sebagai berikut :
a. Pelayaran Hongi yaitu pelayaran dengan menggunakan perahu kora-kora yang dipersenjatai
guna mengawasi pelaksanaan monopoli
b. Hak Ekstirpasi yaitu hak untuk membinasaan tanaman rempah-rempah yang melebihi ketentuan.

Pada tahun 1792 di Eropa terjadi perang Koalisi, Belanda saat itu memihak / sekutu Prancis.
Mulai saat itu kedudukan Belanda di Indonesia mulai mendapat ancaman dari Inggris. Dibawah
pimpinan Lord Minto sebagai Gubernur Jenderal Inggris di Calcuta dikirimkanlah ekspedisi
untuk merebut Indonesia dari Belanda. Pada tahun 1811 Inggris berhasil merebut kekuasan
Belanda di Indonesia dan kekuasaan Iggrisada dibawah pimpinan Raffles.Berdasar Konvensi
London ( Convention of London ) tahun 1814, Indonesia diserahkan kembali oleh Inggris kepada
Belanda.

Tahun 1830 Pemerintah Kolonial Belanda mengalami kesulitan keuangan akibat perang
kemerdekaan Belgia dan perang Diponegoro. Oleh sebab itu Van Den Bosch mengusulkan
kebijakan yang disebut Cultuur Stelsel atau sistem tanam paksa. Tujuan utamanya yaitu untuk
memperoleh pendapatan yang besar dengan mewajibkan menanam tanaman dagang yang laku
dan dibutuhkan dipasaran Eropa.

Adapun pokok-pokok sistem tanam paksa adalah :


a. Rakyat wajib menyerahkan seperlima dari lahan garapannya untuk ditanami tanaman wajib yang
berkwalitas eksport
b. Lahan yang disediakan wajib dibebaskan dari pembayaran pajak tanah.
c. Hasil panen tanaman wajib harus diserahkan kepada pemerintah kolonial Belanda.Setiap
kelebihanhasil panen dari jumlah pajak akan diberikan kepada rakyat.
d. Tenaga dan waktu yang diperlukan untuk menggarap tanaman wajib tidak boleh melebihi tenaga
dan waktu yang diperlukan untuk tanaman padi.
e. Mereka yang tidak punya tanah wajib bekerja selama 66 hari setahun diperkebunan milik
pemerintah.
f. Kegagalan panen tanaman wajib akan menjadi tanggung jawab pemerintah.
Dalam kenyataannya pelaksanaan Cultuurstelsel banyak terjadi penyimpangan diantaranya
adalah :
a. Rakyat lebih banyak mencurahkan perhatian, tenaga, dan waktunya untuk mengurusi tanaman
wajib sehingga tidak sempat mengerjakan sawah.
b. Rakyat yang tidak memiliki tanah harus bekerja melebihi waktu yang ditentukan.
c. Jatah tanah untuk tanaman wajib melebihi seperlima lahan garapan.
d. Setiap kelebihan hasil panen tidak dibayarkan kemlai kepada rakyat.
e. Kegagaan panen tanaman wajib tetap menjadi tanggung jawab rakyat.

Akibatpelaksanaan tanam paksa adalah.


1. Bagi Pemerintah Kolonial Belanda
a. Kesulitan keuangan bisa diatasi
b. Pemerintah Belanda menalami surplus dibidang keuangan
c. Perusahaan transportasi Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM) mendapat keuntungan
melimpah.
2. Bagi rakyat Indonesia
a. Rakyat dibeberapa daerah tertimpa bahaya kelaparan.
b. Banyak penduduk yang melarikan diri meninggalkan desanya.
c. Terjadinya kegagalan panen.
d. Jumlah penduduk di Jawa berkurang.
Kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia di latar belakangi dengan
terjadinya pelayaran dan penjelajahan samudera. Ada beberapa faktor yang
mendorong bangsa Eropa melakukan pelayaran dan penjelajahan samudera, di
bawah ini akan dijelaskan perkembangan ilmu pengetahuan, ekonomi, politik
dan idealism masyarakat Eropa pada abad pertengahan.

1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan


Perkembangan ilmu pengetahuan pada akhir abad pertengahan, menimbulkan
sebuah perubahan besar dan cepat (revolusi). Hal ini akan diperlihatkan dengan
munculnya penemuan-penemuan diantaranya :

a. Nicolaus Copernicus tentang Teori Heliosentris.


Teori heliosentris (helios = matahari, centrum = pusat) artinya tata surya ini
berpusat pada matahari. Teori heliosentris ini membantah teori lama yang
bersifat Geosentris (geo =bumi, centrum = pusat). Ajaran Geosentris ini pada
perkembangannya melahirkan suatu pandangan bahwa bumi ini datar seperti
sebuah meja. Ajaran geosentris didukung dan disahkan oleh gereja sebagai salah
satu ajaran resmi para penganut gereja katolik.

b. Keinginan untuk mengarungi samudera semakin besar, ketika muncul buku


karangan Marco Polo yang berjudul “Imago Mundi” (Citra Dunia) dan “Il
Milline” (Sejuta Keajaiban). Pada kedua buku ini dijelaskan tentang kekayaan
yang berlimpah di negeri timur (Cina dan Jepang). Kekayaan itu berupa emas,
perak dan sutra. Kisah dalam buku Marco Polo itu memberikan dorongan bagi
para pelaut Eropa untuk mengarungi samudera.

2. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan faktor paling kuat yang mendorongbangsa Eropa
melakukan penjelajahan samudera. Sebelum menemukan daerah pusat rempah-
rempah, bangsa Eropa hanya mendapatkan hasil dagangan di pusat-pusat
perdagangan Asia Barat. Barang dagangan yang diperoleh berasal dari India,
Cina, Jepang dan Asia Tenggara (diantaranya Indonesia)
Keuntungan yang diperoleh bangsa Eropa dengan membeli barang dagangan dari
pelabuhan Asia Barat sangat sedikit. Apalagi para pedagang Asia Barat menjual
barang dagangan sangat mahal. Karena itu, orang-orang Eropa berkeinginan
mencari barang dagangan dari pusatnya. Dengan begitu mereka berharap
memiliki keuntungan yang berlipat ganda.

3. Faktor Politik
Faktor berikut yang mendorong bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudera
peristiwa jatuhnya Konstantinopel ke tangan penguasa Turki Usmania tahun
1453. Peristiwa ini menyebabkan orang-orang Eropa tidak mau berdagang di
wilayah perdagangan Asia Barat. Akibatnya, perdagangan antara dunia timur dan
barat terputus. Perkembangan berikutnya bangsa Eropa mencari arah lain untuk
menuju ke dunia Timur. Keadaan ini menimbulkan gerakan pelayaran dan
penjelajahan samudera secara besar-besaran.

4. Faktor Idealisme
Keberhasilan para pelaut Portugis dan Spamyol merintis jalan Laut menuju
Nusantara mendorong gelombang pelayaran berikutnya. Tidak hanya ekspedisi
dari Portugis dan Spanyol melainkan juga Inggris dan Belanda. Bangsa Eropa
yang dating ke dunia Timur pun pada dasarnya dilator belakangi oleh beberapa
faktor idealism, dan merupakan tujuan utama mereka.
Adapun tujuan utama mereka yaitu :
a. Semboyan 3G
1) Gold
Gold secara harfiah berarti emas. Namun selain emas orang-orang Eropa secara
khusus mencari rempah-rempah, yang merupakan sumber kekayaan yang sangat
penting dan laku di pasaran Eropa. Hasil pertanian ini mereka perlukan untuk
obat-obatan serta penyedap dan pengawet makanan. Terlebih setelah terjadi
Perang Salib, orang-orang Eropa lebih terdorong untuk mendapatkansumber
kekayaan itu langsung dari tempat asalnya.

2) Glory
Glory = kejayaan, Hampir setiap orang ingin Berjaya. Bukan hanya orang Eropa
saja yang mengejar kejayaan di Nusantara. Bahkan kata “Nusantara” merupakan
lambing kejayaan Majapahit yang berhasil menundukkan kerajaan-kerajaan yang
lebih lemah. Setelah mendapatkan daerah rempah-rempah, bangsa-bangsa
Eropa mempunyai idealism penguasaan daerah tersebut guna mencapai
kejayaan.

3) Gospel
Gospel adalah menyebarkan agama Nasrani. Salah seorang tokoh penyebar
agama nasrani di Indonesia bagian timur, seperti Makasar, Ambon, Ternate dan
Morotai adalah Franciscus Xaverius atau Santos Francis Xavier (1506-1552).
Xaverius bersama-sama Santo Ignatius de Loyola mendirikan Ordo Yesiut.

b. Semangat Reconguesta
Yaitu semangat pembalasan terhadap orang Islam dimanapun dijumpainya.

LATAR BELAKANG ATAU FAKTOR PENDORONG BANGSA EROPA KE INDONESIA

Hindia Timur atau Indonesia telah lama dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah
seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini digunakan untuk mengawet makanan,
bumbu masakan, bahkan obat. Karena kegunaannya, rempah-rempah ini sangat laku di pasaran
dan harganya pun mahal. Hal ini mendorong para pedagang Asia Barat datang dan memonopoli
perdagangan rempah-rempah. Mereka membeli bahan-bahan ini dari para petani di Indonesia
dan menjualnya kepada para pedagang Eropa.

Namun, jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki Utsmani mengakibatkan pasokan
rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus. Hal ini dikarenakan boikot yang dilakukan oleh
Turki Utsmani. Situasi ini mendorong orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran ke wilayah
yang banyak memiliki bahan rempah-rempah, termasuk kepulauan Nusantara (Indonesia).
Dalam perkembangannya, mereka tidak saja berdagang, tetapi juga menguasai sumber
rempah-rempah di negara penghasil. Dimulailah era kolonialisasi Barat di Asia . pada bab ini
akan diuraikan tentang kedatangan bangsa Eropa hingga terbentuknya kekuasaan kolonial
Barat di Indonesia.
Sebab dan Tujuan Kedatangan Bangsa Barat

Secara umum, kedatangan bangsa Eropa ke Asia termasuk ke Indonesia dilandasi keinginan
mereka untuk berdagang, menyalurkan jiwa penjelajah, dan menyebarkan agama. Adapun
sebab dan tujuan bangsa Eropa ke dunia Timur adalah sebagai berikut :

 Mencari kekayaan termasuk berdagang


 Menyalurkan jiwa penjelajah
 Meyakini Keberadaan Prester John
 Menyebarkan agama
 Mencari kemuliaan bangsa

Sejak abad ke -13, rempah-rempah memang merupakan bahan dagang yang sangat
menguntungkan. Hal ini mendorong orang-orang Eropa berusaha mencari harta kekayaan ini
sekalipun menjelajah semudera. Keinginan ini diperkuat dengan adanya jiwa penjelajah. Bangsa
Eropa dikenal sebagai bangsa penjelajah, terutama untuk menemukan daerah-daerah baru.
Mereka berlomba-lomba meninggalkan Eropa. Mereka yakin bahwa jika berlayar ke satu arah,
maka mereka akan kembali ke tempat semula. Selain itu, orang-orang Eropa terutama Protugis
dan Spanyol yakin bahwa di luar Eropa ada Prestor John (kerajaan dan penduduknya beragama
Kristen). Oleh karena itu, mereka berani berlayar jauh. Mereka yakin akan bertemu dengan
orang-orang seagama.

Di luar faktor yang disebutkan di atas, orang-orang Eropa yang sebagian besar beragama Kristen
terdorong pula untuk pergi ke mana pun guna mewartakan Injil (Gospel). Mereka percaya
bahwa mewartakan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan adalah salah satu
panggilan hidupnya. Selain menyebarkan Injil, mereka juga berusaha mencari kekayaan (Gold)
dan kebanggaan serta kejayaan (Glory) bagi negaranya.

Pada awalnya, tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk membeli rempah-
rempah dari para petani Indonesia. Namun, dengan semakin meningkatnya kebutuhan industri
di Eropa akan rempah-rempah, mereka kemudian mengklaim daerah-daerah yang mereka
kunjungi sebagai daerah kekuasaannya. Di tempat-tempat ini, bangsa Eropa memonopoli
perdagangan rempah-rempah dan mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Dengan
memonopoli perdagangan rempah-rempah, bangsa Eropa menjadi satu-satunya pembeli
bahan-bahan ini. Akibatnya, harga bahan-bahan ini pun sangat ditentukan oleh mereka. Untuk
memperoleh hak monopoli perdagangan ini, bangsa Eropa tidak jarang melakukan pemaksaan.
Penguasaan sering dilakukan terhadap para penguasa setempat melalui suatu perjanjian yang
umumnya menguntungkan bangsa Eropa. Selain itu, mereka selalu turut campur dalam urusan
politik suatu daerah. Bangsa Eropa tidak jarang mengadu domba berbagai kelompok
masyarakat dan kemudian mendukung salah satunya. Dengan cara seperti ini, mereka dengan
mudah dapat mempengaruhi penguasa untuk memberikan hak-hak istimewa dalam berdagang.

2. SEJARAH KEDATANGAN BANGSA PORTUGIS DAN SPANYOL KE INDONESIA

Sejarah datangnya bangsa Eropa ke Indonesia atau dahulu disebut dengan Hindia Timur tidak
lepas dari niat mereka menemukan Negeri penghasil rempah-rempah.

I. Bangsa Portugis

Ekspedisi pertama untuk mencari jalan langsung ke Indonesia dirintis oleh bangsa Portugis dan
Spanyol. Bangsa-bangsa lain seperti Inggris, Prancis, dan Belanda baru melakukan ekspedisi
setelah kedua bangsa ini menemukan jalan ke Indonesia.

Orang Portugis pertama yang mencoba mencari jalan baru ke Indonesia adalah Bartholomeus
Diaz. Ia meninggalkan Portugal pada tahun 1486. Ia menyusuri pantai barat Afrika hingga tiba di
Tanjung Harapan baik, namun ia gagal mencapai Indonesia. Setelah Bartholomeus Diaz
menemukan jalan ke timur di Tanjung Harapan Baik (Afrika Selatan), upaya mencari jalan ke
Indonesia diteruskan oleh armada-armada Portugis berikutnya.

Armada Portugis berikutnya yang mencoba berlayar ke Indonesia dipimpin oleh Vasco da
Gama. Mereka berangkat pada tahun 1497 dan berhasil melewati Tanjung Harapan Baik.
Sewaktu tiba di Pelabuhan Malinda (Afrika Timur), mereka bertemu dengan pedagang-
pedagang Arab dan India. Namun, jalan ke Asia Tenggara tetap dirahasiakan oleh para
pedagang tersebut. Oleh karena itu, orang-orang Portugis melanjutkan perjalannya menyusuri
pantai timur Afrika. Mereka harus melewati perairan dengan ombak yang sangat besar. Daerah
itu terletak di timur laut Afrika terutama di sekitar Ujung Tanduk.Oleh karena itu, daerah ini
disebut Guadafui (berhati-hatilah).

Ekspedisi ini kemudian berhasil melewati selat di ujung selatan Laut Merah yang disebutnya
Bab el Mandeb (Gapura Air Mata). Pada tahun 1498, Vasco da Gama tiba di Kalikut (India). Sejak
saat itu, perdagangan antara orang Eropa dan India tidak lagi melalui jalur Laut Tengah
melainkan melalui pantai timur Afrika.

Namun, penemuan ini belum juga memuaskan bangsa Portugis. Mereka ingin menjelajahi
daerah timur lainnya yakni Malaka dan Maluku.
Pada waktu itu, di Asia Tenggara terdapat salah satu daerah pusat perdagangan yang sangat
ramai dikunjungi. Daerah tersebut adalah Malaka sedangkan daerah sumber rempah-
rempahnya adalah Maluku. Bagi Portugis, cara termudah menguasai perdagangan di sekitar
Malaka termasuk di Maluku adalah dengan merebut atau menguasai Malaka. Kolonialisme
Portugis di Indonesia dimulai sejak kedatangan Alfanso d’Albuquerque di Maluku. Pada tahun
1511, ekspedisi Portugis di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque berhasil menaklukkan
Malaka. Dari sana, mereka menuju Maluku dan diterima dengan baik oleh raja Ternate. Mereka
diperkenankan berdagang dan membangun benteng di ternate.

II. Bangsa Spanyol

Pelopor bangsa Spanyol yang mencari jalan langsung ke Indonesia adalah Christopher
Columbus, ia berjalan kearah barat. Setelah dua bulan, ia sampai di sebuah pulau yang
kemudian dinamakan San Salvador. Columbus gagal mencapai India.

Setelah Columbus gagal menemukan India, ekspedisi Spanyol selanjutnya ke daerah rempah –
rempah dipelopori oleh Ferinand Magellan. Berbeda dengan armada Portugis, pada tahun 1519
Magellan berangkat melalui Samudera Atlantik. Setelah melewati ujung Amerika Selatan, ia
masuk ke Samudera Pasifik. Ia tiba di Filipina pada tahun 1521. sewaktu mencoba mengatasi
perang antarsuku di Cebu, Magellan terbunuh. Ia digantikan oleh Del Cano. Dalam perjalanan
kembali ke Spanyol, mereka singgah di Tidore. Sejak saat itu, terjalin kerja sama antara Spanyol
dan Tidore. Kerja sama itu tidak hanya dalam hal perdagangan, tetapi juga diperkuat dengan
dibangunnya benteng Spanyol di Tidore. Kondisi tersebut tentu saja menyebabkan antara
Portugis dan Spanyol saat itu, Portugis membuka kantor dagangnya diTernate. Portugis merasa
terancam dengan hadirnya Spanyol di Tidore. Hal ini diperkuat lagi dengan kenyataan bahwa
Tidore dan Ternate telah lama bermusuhan. Dengan alasan tersebut, Portugis yang didukung
pasukan Tidore. Benteng Spanyol di Tidore dapat direbut Portugis. Namun, berkat perantara
Paus di Roma, Portugis dan Spanyol akhirnya mengadakan perjanjian yang disebut Perjanjian
Zaragosa. Berdasarkan perjanjian itu, Maluku dikuasai Portugis sedangkan Filipina dikuasai
Sepanyol.

3. REAKSI RAKYAT INDONESIA TERHADAP UPAYA MONOPOLI PERDAGANGAN PORTUGIS DAN


BELANDA
Menjelang kedatangan bangsa Eropa, masyarakat di wilayah Nusantara hidup dengan tenteram
di bawah kekuasaan raja-raja.

Kedatangan bangsa-bangsa Eropa di Indonesia mula-mula disambut baik oleh bangsa Indonesia,
tetapi lama-kelamaan rakyat Indonesia mengadakan perlawanan karena sifat-sifat dan niat-niat
jahat bangsa Eropa mulai terkuak dan diketahui oleh bangsa Indonesia.

Perlawanan-perlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia disebabkan orang-orang Barat ingin


memaksakan monopoli perdagangan yang sangat merugikan bangsa rakyat Indonesia dan
berusaha mencampuri urusan kerajaan-kerajaan di Indonesia. Adapun perlawanan-perlawanan
tersebut antara lain:

1) Perlawanan di Aceh terhadap Portugis

2) Ternate melawan Portugis

3) Perlawanan Mataram (Perlawanan Sultan Agung) terhadap Belanda

4) Banten melawan VOC

5) Makassar melawan VOC

6) Perlawanan Diponegoro (1825–1830) terhadap Belanda

7) Perang Padri (1821–1837)

2. SEJARAH TUJUAN VOC DAN BERAKHIRNYA VOC

Adalah para pedagang Inggris yang memulai mendirikan perusahaan dagang di Asia
pada 31 Desember 1600 yang dinamakan The Britisch East India Company dan berpusat di
Calcutta. Kemudian Belanda menyusul tahun 1602 dan Prancis pun tak mau ketinggalan dan
mendirikan French East India Company tahun 1604.

Pada 20 Maret 1602, para pedagang Belanda mendirikan Verenigde Oost-Indische Compagnie –
VOC (Perkumpulan Dagang India Timur). Di masa itu, terjadi persaingan sengit di antara negara-
negara Eropa, yaitu Portugis, Spanyol kemudian juga Inggris, Perancis dan Belanda, untuk
memperebutkan hegemoni perdagangan di Asia Timur. Untuk menghadapai masalah ini, oleh
Staaten Generaal di Belanda VOC diberi wewenang memiliki tentara yang harus mereka biayai
sendiri. Selain itu, VOC juga mempunyai hak, atas nama Pemerintah Belanda –yang waktu itu
masih berbentuk Republik- untuk membuat perjanjian kenegaraan dan menyatakan perang
terhadap suatu negara.

Wewenang ini yang mengakibatkan, bahwa suatu perkumpulan dagang seperti VOC, dapat
bertindak seperti layaknya satu negara.

Hak-hak istimewa yang tercantum dalam Oktrooi (Piagam/Charta) tanggal 20 Maret 1602
meliputi:

1. Hak monopoli untuk berdagang dan berlayar di wilayah sebelah timur Tanjung Harapan dan
sebelah barat Selat Magelhaens serta menguasai perdagangan untuk kepentingan sendiri;

2. Hak kedaulatan (soevereiniteit) sehingga dapat bertindak layaknya suatu negara untuk:

1. memelihara angkatan perang,

2. memaklumkan perang dan mengadakan perdamaian,

3. merebut dan menduduki daerah-daerah asing di luar Belanda,

4. memerintah daerah-daerah tersebut,

5. menetapkan/mengeluarkan mata-uang sendiri, dan

6. memungut pajak.

Belanda konsisten menggunakan kekuatan bersenjata untuk memuluskan perdagangannya dan


menjalankan taktik divide et impera (memecah-belah dan kemudian menguasai). Apabila ada
konflik internal di satu kerajaan, atau ada pertikaian antara satu kerajaan dengan kerajaan
tetangganya, Belanda membantu salah satu pihak untuk mengalahkan lawannya, dengan
imbalan yang sangat menguntungkan bagi Belanda, termasuk antara lain memperoleh sebagian
wilayah yang bersama-sama dikalahkan. Dengan tipu muslihat dan bantuan penguasa
setempat, Belanda berhasil mengusir Portugis dari wilayah yang mereka kuasai di Maluku, yang
sangat kaya akan rempah-rempah, yang mahal harganya di Eropa.

VOC – 1602 – 1799 Vereenigde Oostindische Compagnie (Perserikatan Perusahaan Hindia


Timur) atau VOC yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 adalah perusahaan Belanda yang
memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. Disebut Hindia Timur karena ada pula
VWC yang merupakan perserikatan dagang Hindia Barat. Perusahaan ini dianggap sebagai
perusahaan pertama yang mengeluarkan pembagian saham. Meskipun sebenarnya VOC
merupakan sebuah badan dagang saja, tetapi badan dagang ini istimewa karena didukung oleh
negara dan diberi fasilitas-fasilitas sendiri yang istimewa. Misalkan VOC boleh memiliki tentara
dan boleh bernegosiasi dengan negara-negara lain. Bisa dikatakan VOC adalah negara dalam
negara.

VOC terdiri 6 Bagian (Kamers) di Amsterdam, Middelburg (untuk Zeeland), Enkhuizen, Delft,
Hoorn dan Rotterdam. Delegasi dari ruang ini berkumpul sebagai Heeren XVII (XVII Tuan-Tuan).
Kamers menyumbangkan delegasi ke dalam tujuh belas sesuai dengan proporsi modal yang
mereka bayarkan; delegasi Amsterdam berjumlah delapan.Di Indonesia VOC memiliki sebutan
populer Kompeni atau Kumpeni. Istilah ini diambil dari kata compagnie dalam nama lengkap
perusahaan tersebut dalam bahasa Belanda. VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie).

Runtuhnya VOC. Penjajahan Pemerintah India-Belanda

Sejak tahun 1780-an terjadi peningkatan biaya dan menurunnya hasil penjualan, yang
menyebabkan kerugian perusahaan dagang tersebut. Hal ini disebabkan oleh korupsi, kolusi
dan nepotisme yang dilakukan oleh para pegawai VOC di Asia Tenggara, dari pejabat rendah
hingga pejabat tinggi, termasuk para residen. Misalnya beberapa residen Belanda memaksa
rakyat untuk menyerahkan hasil produksi kepada mereka dengan harga yang sangat rendah,
dan kemudian dijual lagi kepada VOC melalui kenalan atau kerabatnya yang menjadi pejabat
VOC dengan harga yang sangat tinggi.

Karena korupsi, lemahnya pengawasan administrasi dan kemudian konflik dengan pemerintah
Belanda sehubungan dengan makin berkurangnya keuntungan yang ditransfer ke Belanda
karena dikorupsi oleh para pegawai VOC di berbagai wilayah, maka kontrak VOC yang jatuh
tempo pada 31 Desember 1979 tidak diperpanjang lagi dan secara resmi dibubarkan tahun
1799. Setelah dibubarkan, plesetan VOC menjadi Vergaan Onder Corruptie (Hancur karena
korupsi).

Setelah VOC dibubarkan, daerah-daerah yang telah menjadi kekuasaan VOC, diambil alih –
termasuk utang VOC sebesar 134 juta gulden- oleh Pemerintah Belanda, sehingga dengan
demikian politik kolonial resmi ditangani sendiri oleh Pemerintah Belanda. Yang menjalankan
politik imperialisme secara sistematis, dengan tujuan menguasai seluruh wilayah, yang
kemudian dijadikan sebagai daerah otonomi yang dinamakan India-Belanda (Nederlands-Indië)
di bawah pimpinan seorang Gubernur Jenderal.
Gubernur Jenderal VOC terakhir, Pieter Gerardus van Overstraten (1797 – 1799), menjadi
Gubernur Jenderal Pemerintah India-Belanda pertama (1800 – 1801).

Pada 20 Mei 2005, KOMITE UTANG KEHORMATAN BELANDA (KUKB) menuntut Pemerintah
Belanda untuk:

1. Mengakui Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945; dan

2. Meminta Maaf Kepada Bangsa Indonesia atas Penjajahan, Perbudakan, Pelanggaran HAM
Berat dan Kejahatan Atas Kemanusiaan.

PERLAWANAN RAKYAT INDONESIA TERHADAP VOC DIBERBAGAI DAERAH

Kedatangan bangsa-bangsa Eropa di Indonesia sejak abad ke-16 dengan berbagai


kebijaksanaannya akhirnya menimbulkan reaksi dari rakyat Indonesia. Reaksi tersebut
diwujudkan dalam bentuk perlawanan rakyat di berbagai daerah. Perlawanana di berbagai
daerah ini secara umum disebabkan oleh adanya kebijaksanaan pemerintah kolonial yang tidak
pernah memihak pada rakyat, misalnya: sistem monopoli dalam perdagangan, pajak yang
memberatkan, rodi, cultuur stelsel, serta campur tangan dalam kehidupan kraton dan sistem
devide at-impera. Perlawanan bangsa Indonesia ini dilakukan terhadap Portugis, VOC maupun
pemerintah kolonial Belanda.

VOC ingin menguasai pusat-pusat perdagangan, seperti Batavia, Banten, Selat Sunda, Makasar,
Maluku, Mataram (Jawa), dan berbagai daerah strategis lain. Belanda dapat menguasai
Nusantara karena politik kejam mereka yaitu politik adu domba. Belanda mengadu domba raja-
raja di daerah sehingga mereka terhasut dan terjadilah perang saudara dan perebutan tahta
kerajaan. Belanda membantu pemberontakan dengan meminta imbalan daerah kekuasaan
dagang (monopoli perdagangan). Akhir abad ke-18 VOC bangkrut dan dibubarkan tanggal 31
Desember 1799. Indonesia diperintah oleh Kolonial Belanda dengan gubernur jendral pertama
Daendels yang sangat kejam. Rakyat dipaksa kerja rodi membuat jalan sepanjang 1.000 km (dari
Anyer–Panarukan), mendirikan pabrik senjata di Semarang dan Surabaya juga membangun
Pelabuhan Merak. Daendels digantikan Jansens yang kemudian dikalahkan Inggris. Tahun 1816
Indonesia dikembalikan ke Belanda, dengan Van den Bosch sebagai gubernur. Ia menerapkan
politik tanam paksa. Tujuannya untuk mengisi kas Belanda yang kosong.Tanam paksa
menyengsarakan rakyat, selain rakyat dipaksa menanam 1/5 tanahnya dengan ketentuan
Belanda, mereka juga dipaksa membayar pajak dan ganti rugi tanaman.
1. Sultan Agung Hanyakrakusuma dari Mataram (Tahun 1628 dan Tahun 1629)

Raden Mas Rangsang menggantikan Raden Ma Martapura dengan gelar Sultan Agung
Senapati Ing Alogo Ngabdurrachman. Ia adalah Raja Mataram yang memakai gelar Sultan,
sehingga lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Sultan Agung memerintah Mataram dari
tahun 1613–1645. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram mencapai kejayaan. Dalam
memerintah kerajaan, ia bertujuan mempertahankan seluruh tanah Jawa dan mengusir
Belanda dari Batavia.

Pada masa pemerintahannya, Mataram menyerang ke Batavia dua kali (tahun 1628 dan tahun
1629), namun gagal. Dengan kegagalan tersebut, membuat Sultan Agung makin memperketat
penjagaan daerah perbatasan yang dekat Batavia, sehingga Belanda sulit menembus Mataram.
Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan digantikan putranya bergelar Amangkurat I.

2. Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten (1650–1682)

Dilakukan sejak tahun 1619 oleh Kerajaan Banten saat VOC berusaha hendak merebut
bandar pelabuhan Merak, yang membuat orang Banten sangat marah dan menaruh dendam
terhadap VOC. Apalagi VOC telah dengan sewenang-wenang merebut Jayakarta yang menjadi
wilayah kekuasaan Kerajaan Banten dan berusaha memblokade pelabuhan dengan Kerajaan
Banten.

Untuk menghadapi bahaya dan ancaman Kerajaan Mataram, VOC berusaha mendekati
Kerajaan Banten. Tetapi Banten sudah terlanjur menaruh dendam terhadap Belanda. Pada
Desember 1627 orang-orang Banten merencanakan pembunuhan terhadap J.P. Coen. Tetapi
rencana itu bocor dan telah diketahui musuh. Kemudian mereka mengamuk dan membunuh
beberapa orang Belanda.

Tahun 1633, ketika VOC bertindak sewenang-wenang terhadap orang-orang Banten yang
berlayar dan berdagang di Kepulauan Maluku, maka pecah lagi peperangan antara Banten dan
VOC. Keangkuhan orang Belanda ini memicu kemarahan dan sikap anti terhadap sifat kolonialis.
VOC bukan saja ingin menguasai perdagangan tetapi juga menerapkan pajak yang tinggi
terhadap rakyat Banten.

Orang-orang Banten merasa harga diri mereka dilecehkan. Mereka adalah penganut Islam kuat
dan selalu memiliki semangat untuk menegakkan keadilan. Rakyat Banten menganggap orang-
orang Belanda adalah orang-orang yang akan merusak tatanan kehidupan di tanah Banten.

Hubungan antara Kerajaan Banten dan VOC lebih gawat lagi ketika kerajaan itu diperintah oleh
Sultan Abdulfatah. Abdulfatah yang dikenal gelarnya Sultan Ageng Tirtayasa (1650-1682). Hal ini
dibuktikan dengan peperangan-peperangan yang dilakukannya melawan VOC atau Kompeni
Belanda, baik di darat maupun di laut. Di daerah-daerah perbatasan antara Batavia dan
Kerajaan Banten seperti di daerah Angke, ‘Pesing dan Tangerang sering terjadi pertempuran-
pertempuran yang membawa korban kedua belah pihak.

Untuk melawan Banten, VOC membentuk pasukan-pasukan bayaran yang terdiri dari pelbagai
suku bangsa seperti: Suku Bugis, Suku Bali, Suku Banda dan lain-Iainnya. Selain itu VOC juga
terdiri dari pelbagai suku bangsa Indonesia yang bermukim dan bertempat tinggal di Jakarta,
termasuk orangorang Cina, orang-orang Jepang serta keturunan orang-orang Portugis yang
sudah menjadi kawula atau pegawai-pegawai VOC. Orang-orang Belanda senfliri yang tidak
seberapa jumlahnya, karenanya selalu berada di garis belakang, namun dengan persenjataan
lengkap bahkan mempergunakan senjata meriam.

VOC juga mendirikan dan memperkuat perbentengan-perbentengan mereka di perbatasan


Kerajaan Banten, seperti di daerah Angke, Pesing dan lain-lainnya, Tahun 1658, dipimpin Raden
Senopati Ingalaga dan Haji Wangsaraja menyerang Batavia di daerah Angke dan Tangerang.
Kedatangan tentara Banten itu sudah diketahui VOC melalui mata-mata dan kaki tangan
mereka.

VOC menyiapkan pasukan-pasukannya dan segera menyongsong tentara Banten itu. Dan
terjadilah pertempuran seru. Dengan kapalkapalnya dan persenjataan meriam-meriamnya yang
besar VOC mengurung serta menutup pelabuhan Banten, yang berakibat terhentinya
perdagangan Kerajaan Banten.

Dengan cara yang demikian VOC banyak menimbulkan kerugian lawan, karena hidup kerajaan
itu sebagian besar bergantung kepada perdagangan. Belanda yang licik berusaha memecah
belah dan mengadu domba orang-orang Banten, yang berhasil mengadu domba Sultan Ageng
Tirtayasa dan puteranya, Sultan Haji. Akhimya ayah dan anak itu bermusuhan dan berperang.
Sultan Ageng Tirtayasa melawan VOC, sedang Sultan Haji berpihak pada VOC.

Pada bulan Pebruari 1682 pecah perang antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji. Tanggal
6 Maret 1682 VOC mengirimkan bantuan di bawah pimpinan Saint Martin. Sultan Ageng
Tirtayasa dipukul mundur dan bertahan di Tirtayasa. Januari 1683 Sultan Ageng Tirtayasa,
Pangeran Purbaya serta sejumlah pasukan Banten berada di Parijan, Tangerang. Mereka tetap
melanjutkan perjuangan melawan VOC. Kemudian Sultan Haji mengirim surat kepada ayahnya
agar datang ke Istana, yang curiga memenuhi undangan puteranya.

Tanggal 14 Maret 1683 Sultan Ageng tiba di Istana dan diterima dengan baik, tetapi kemudian
ditangkap dan dibawa ke Batavia. Tahun 1695 Sultan Ageng Tirtayasa wafat. Setelah Sultan
Ageng wafat, sisa-sisa tentara Banten tetap mengadakan perlawanan.

Setelah Kesultanan Banten dihapus oleh Belanda, perjuangan melawan penjajah dilanjutkan
oleh rakyat Banten yang dipimpin oleh ulama dengan menggelorakan semangat perang sabil.
Keadaan ini berlangsung sampai Negara Republik Indonesia diproklamasikan kemerdekaannya.
Hal ini terlihat di berbagai pemberontakan yang dipimpin oleh kiai dan didukung oleh rakyat,
antara lain peristiwa “Geger Cilegon” pada tahun 1886 di bawah pimpinan KH Wasyid (w. 28 Juli
1888) dan “Pemberontakan Petani Banten” pada tahun 1888.

3. Sultan Hasanudin dari Makasar Sulawesi Selatan

Julukan Ayam Jantan dari Timur Pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin, Kerajaan
Makasar mencapai masa kejayaan. Cita-cita Sultan Hasanudin untuk menguasai jalur
perdagangan Nusantara mendorong perluasan kekuasaan ke kepulauan Nusa Tenggara. Hal itu
mendapat tentangan Belanda. Pertentangan tersebut sering menimbulkan peperangan.
Keberanian Sultan Hasanudin dalam memimpin pasukan Kerajaan Makasar mengakibatkan
kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasanudin, Belanda
menjulukinya dengan sebutan “Ayam Jantan dari Timur”.

4. Pattimura (Thomas Matulesi) dari Maluku

Penduduk Ambon-Lease memiliki unsur kehidupan yang dibawa dan dipadukan dengan
budaya yang telah ada oleh VOC yaitu sistem perkebunan cengkeh, sistem pemerintahan desa
dan sistem pendidikan desa. Sistem pemerintahan terjadi karena timbulnya daerah pemukiman
baru.Sistem perkebunan cengkeh mengharuskan menjual cengkeh rakyat ke VOC dengan harga
yang ditetapkan sepihak. Hak pengolahan tanah dibagi menjadi tanah pekebunan cengkeh dan
tanah pusaka warisan keluarga untuk ditanami bahan pangan untuk keluarga yang
menggarapnya.Ketiga jenis sistem tersebut menyebabkan keresahan masyarakat Maluku
karena :

1. Banyak terjadi korupsi.

2. Adanya kewajiban membuat ikan asin dan garam untuk kapal perang belanda.

3. Pemuda negeri banyak yang dipaksa menjadi serdadu di Jawa.

4. Diberlakukan sirkulasi uang kertas di Ambon yang didapat dari hasil penjualan cengkeh
namun untuk membeli barang di toko pemerintah harus memakai uang logam.

5. Hukuman denda dibayar dari hasil penjualan cengkeh serta ditambah biaya untuk
kepentingan residen.

6. Penyerahan wajib leverantie bahan bangunan.

7. Adanya pelayaran hongi yang menebar penderitaan.

Tanggal 14 mei 1817 rakyat maluku bersumpah untuk melawan pemerintah dimulai dengan
menyerang dan membongkar perahu milik belanda orombaai pos yang hendak membawa kayu
bahan bangunan. Kemudian merebut benteng Duurstede oleh pasukan yang dipimpin Kapiten
Pattimura dan Thomas Matulesi. Pattimura kemudian menyerang pasukan yang dipimpin
beetjes untuk merebut benteng Zeelandia, namun sebelum menyerang zeelandia, Residen
Uitenbroek di Haruku melkukan hal berikut :

1. Memberi hadiah kepada Kepala Desa.

2. Membentuk komisi pendakatan Kepala-Kepala Desa di Haruku.

3. Mendatangkan pasukan bala bantuan Inggris dengan Kapal Zwaluw.

Karena adanya bantuan Inggris, Kapten Pattimura terdesak masuk hutan dan benteng-
bentengnya direbut kembali pemerintah.Rakyat nusa laut menyerah tanggal 10 November 1817
setelah pimpinannya Kapiten Paulus Tiahahu serta putrinya Kristina Martha Tiahahu. Tanggal 12
November 1817 Kapitan Pattimura ditangkap dan bersama tiga penglimanya dijatuhi hukuman
mati di Niuew Victoria di Ambon.

5. Imam Bonjol dari Sumatra Barat


Rakyat Minangkabau bersatu melawan Belanda. Terjadi pada tahun 1830– 1837.
Perlawanan terhadap Belanda di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol. Untuk mengatasi
perlawanan rakyak Minangkabau, Belanda menerapkan siasat adu domba. Dalam menerapkan
siasat ini Belanda mengirimkan pasukan dari Jawa di bawah pimpinan Sentot Prawiradirja.
Ternyata Sentot beserta pasukannya membatu kaum padri. Karena itu Sentot ditangkap dan
diasingkan ke Cianjur,Jawa Barat. Pada akhir tahun 1834, Belanda memusatkan pasukannya
menduduki kota Bonjol. Tanggal 16 Juni 1835, pasukan Belanda menembaki Kota Bonjol dengan
meriam. Dengan tembakan meriam yang sangat gencar Belanda berhasil merebut Benteng
Bonjol. Akhirnya pada tanggal 25 Oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol menyerah. Dengan
menyerahnya Tuanku Imam Bonjol berarti padamlah perlawanan rakyat Minangkabau terhadap
Belanda.

6. Diponegoro (Ontowiryo) dari Yogyakarta (1825 – 1830)

Pangeran Diponegoro dengan nama kecil Raden Mas Ontowiryo, putra sulung Sultan
Hamengkubowono III, lahir pada tahun 1785. Melihat penderitaan rakyat, hatinya tergerak
untuk memperjuangkannya. Perlawanan Diponegoro pemicu utamanya adalah pemasangan
tiang pancang membuat jalan menuju Magelang. Pemasangannya melewati makam leluhur
Diponegoro yang dilakukan tanpa izin. Karena mendapat tentangan, pada tanggal 20 Juli 1825
Belanda melakukan serangan ke Tegalrejo. Namun dalam serangan tersebut tidak berhasil
menemukan Diponegoro, karena sebelumnya Diponegoro telah memindahkan markasnya di
Selarong. Dalam perlawanan melawan Belanda Pangeran Diponegoro dibantu Pangeran
Mangkubumi, Sentot Pawirodirjo, Pangeran Suriatmojo, dan Dipokusumo. Bantuan dari ulama
pun ada, yaitu dari Kyai Mojo dan Kyai Kasan Basri

Untuk mematahkan perlawanan Diponegoro, Belanda melaksanakan siasat Benteng Stelsel


(sistem benteng). Dengan berbagai siasat, akhirnya Belanda berhasil membujuk para pemimpin
untuk menyerah. Melihat hal itu, Pangeran Diponegoro merasa terpukul. Dalam perlawanannya
akhirnya Pangeran Diponegoro terbujuk untuk berunding. Dalam perundingan, beliau ditangkap
dan diasingkan ke Makasar sampai akhirnya meninggal dunia pada tanggal 8 Januari 1855.

7. Pangeran Antasari dari Banjarmasin

Perlawanan rakyat Banjar dipimpin oleh Pangeran Hidayat dan Pangeran Antasari.
Perlawanan tersebut terkenal dengan Perang Banjar, berlangsung dari tahun 1859–1863.
Setelah Pangeran Hidayat ditangkap dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat perlawanan rakyat
Banjar masih terus dilakukan dipimpin oleh Pangeran Antasari. Atas keberhasilan memimpin
perlawanan, Pangeran Antasari diangkat sebagai pemimpin agama tertinggi dengan gelar
Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin. Beliau terus mengadakan perlawanan sampai
wafat tanggal 11 Oktober 1862.

8. Sisingamangaraja XII dari Tapanuli Sumatra Utara

Sisingamangaraja lahir di Baakara, Tapanuli pada 1849 dan menjadi raja pada tahun
1867. Saat bertahta, ia sangat menentang penjajah dan melakukan perlawanan, akibatnya ia
dikejar-kejar oleh penjajah. Setelah tiga tahun dikejar Belanda, akhirnya persembunyian
Sisingamangaraja diketahui dan dikepung ketat. Pada saat itu komandan pasukan Belanda
meminta kembali agar ia menyerah dan menjadi Sultan Batak, namun Sisingamangaraja tetap
menolak dan memilih mati daripada menyerah.

Anda mungkin juga menyukai