Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENGKAJIAN KESEHATAN DAN TEST DIAGNOSTIK

PEMERIKSAAN BNO DAN IVP

Dosen pembimbing : Mugi Hartoyo,MN

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. Via Umi Salava (P1337420116008)

2. Savira Anindya (P1337420116020)

3. Laesa Darmawati (P1337420116025)

4. Nailul Muna (P1337420116033)

5. Sri Novia S (P1337420116047)

6. Novita Inawati Dewi (P1337420116042)

Kelas : 2-A1

DIII KEPERAWATAN SEMARANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2017/2018

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

1
Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah dengan

judul “Pemeriksaan BNO dan IVP” dengan lancar tanpa halangan suatuapapun.

Penyusun menyadari terwujudnya makalah ini tidak akan terlaksana tanpa

bantuan dan pengarahan dari pihak yang telah membimbing dan mengarahkan

kami sehingga dapat terciptanya makalah ini.

Karena keterbatasan kemampuan yang ada, penyusun menyadari

sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah masih jauh dari kesempurnaan.

Kami berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan

pengetahuan dan manfaat bagi pembaca khususnya bagi mahasiswa keperawatan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................2

DAFTAR ISI ..........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

2
A. Latar belakang .............................................................................................4

B. Rumusan

masalah ........................................................................................5

C. Tujuan..........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi BNO dan IVP…………………………………………………….6

B. Tujuan BNO dan IVP……………………………………………………..6

C. Persiapan sebelum tindakan……………………………………………….7

D. Prosedur pemeriksaan BNO dan IVP……………………………………...8

E. Interpretasi BNO dan IVP…………………………………………………9

F. Perawatan pasien setelah tindakan……………………………………….16

G. Hal – hal yang perlu diperhatikan………………………………………..18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…............................................................................................19

B. Saran...........................................................................................................19

Daftar Pustaka......................................................................................................20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

3
Dalam ilmu kesehatan saat ini tidak dapat dipisahkan dari dunia

radiologi. Setelah ditemukannya sinar X oleh Wilhelm Conrad Roentgen

pada tahun 1895, revolusi besar –besaran terjadi. Sinar X dapat

memvisualisasikan bagian dalam tubuh manusia tanpa harus

membedahnya lagi. Dari waktu ke waktu pemanfaatan sinar X semakin

mengalami perkembangan. Sampai sekarang, pemeriksaan dalam bidang

radiologi ini amat dibutuhkan sebagai salah satu penunjang diagnostik

yang cukup penting disamping pemeriksaan laboratorium ,patologi

anatomik maupun pemeriksaan mikrobiologi.

Perkembangan pemanfaatan sinar X dalam bidang radiodiagnostik

pun menjadi makin berkembang seiring dengan ditemukannya bahan

kontras. Bahan Kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan

untuk meningkatkan visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada

sebuah pencitraan diagnostic medik. Bahan kontras dipakai pada

pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi sinar-X.

Atau dengan kata lain pemanfaatan bahan kontras ini dipakai untuk lebih

meningkatkan radiolucent maupun radioopaque suatu gambaran organ.

Bahan kontras ditemukan pertama kali pada tahun 1896 dan dipakai untuk

pemeriksaan traktus digestivus. Bahan yang dipakai ialah barium sulfat.

Penelitian mengenai bahan kontras ini terus berkembang hingga pada

tahun 1923 ditemukan garam senyawa iodin yang digunakan untuk

pemeriksaan traktus urinarius. Pemeriksaan traktus urinarius dengan bahan

4
kontras yang dimasukan secara intra vena ke dalam tubuh manusia ini

disebut pemeriksaan BNO IVP.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi BNO dan IVP?
2. Apakah tujuan dari BNO dan IVP?
3. Bagaimana persiapan sebelum BNO dan IVP?
4. Bagaimana prosedur pemeriksaan BNO dan IVP?
5. Bagaimana interpretasi BNO dan IVP?
6. Bagaimana perawatan pasien setelah tindakan?
7. Apa saja hal hal yang perlu diperhatikan?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi BNO dan IVP.
2. Mengetahui tujuan BNO dan IVP.
3. Mengetahui persiapan sebelum tindakan BNO dan IVP.
4. Menegtahui prosedur pemeriksaan BNO dan IVP.
5. Mengetahui interpretasi BNO dan IVP.
6. Menegtahui perawatan pasien setelah tindakan.
7. Mengetahui hal hal yang perlu diperhatikan.

BAB II

ISI

A. Definisi
BNO ( Blass Nier Overzicht) yang memiliki arti blass: kandung kemih,

nier: ginjal, overzicht: penelitian . BNO adalah pemeriksaan di daerah abdomen

atau pelvis untuk mengetahui kelainan-kelainan pada daerah tersebut khususnya

pada system urinaria. Sedangkan IVP (Intera Venous Pyeloghrapy dilakukan

untuk membantu diagnosis gangguan dan kelainan pada sistem perkemihan.


BNO IVP adalah pemeriksaan radioaktif pada system urinaria (ginjal,

ureter, kandung kemih) dengan menyuntikan zat kontras melalui pembuluh

darah vena. Pada saat media kontras diinjeksikan melalui pembuluh vena pada

tangan pasien,media kontras akan mengikuti peredaran darah dan dikumpulkan

dalam ginjal dan tractus urinary sehingga ginjal dan tractus urinary menjadi

5
berwarna putih. Dengan IVP, radiologis dapat mengetahui anatomi serta fungsi

ginjal,ureter dan blass.

B. Tujuan
Tujuan pemeriksaan IVP adalah :
1. Membantu dokter untuk mengetahui adanya kelainan pada sistem urinary,

dengan melihat kerja ginjal dan sistem urinary pasien.


2. Mengetahui gejala seperti kencing darah (hematuri) dan sakit pada daerah

punggung.
3. Dokter dapat mengetahui adanya kelainan pada sistem tractus urinary dari :

batu ginjal, pembesaran prostat, tumor pada ginjal, ureter dan blass.
4. Untuk melihat anatomi dan fisiologi dari tractus urinarius (sistem

perkemihan). Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui kemampuan ginjal

dalam mengkonsentrasikan bahan kontras tersebut.


Tujuan pemeriksaan BNO :
1. Untuk mendeteksi penyakit pada sistem urinaria
2. Sebagai plain foto (foto pendahuluan) pada rangkai pemeriksaan BNO

IVP

C. Persiapan Pasien Sebelum Tindakan


Berikut ini adalah persiapan bagi pasien sebelum pemeriksaan BNO dan IVP

dilakukan :
1. Makan-makanan lunak yang tidak berserat 1-2 hari sebelum pemeriksaan.

Misalnya: Bubur
2. Minum laktasit atau obat pencahar sebelum pemeriksaan untuk

membersihkan usus dari feses. Misalnya: Pasien diberikan 4 butir

dulcolac tablet sekaligus 6 jam sebelum pemeriksaan dan dulcolac

suppositorial (1 btr) 2 jam sebelum pemeriksaan.

3. Puasa makan dan minum minimal 6 jam sebelum pemeriksaaan

dilakukan.

6
4. Selama berpuasa pasien diharapkan mengurangi berbicara dan merokok

untuk menghindari adanya bayangan gas.

5. Sebelum pasien naik ke meja pemeriksaan, pasien diminta untuk Buang

Air Kecil (miksi) terlebih dulu.

6. Apabila pasien berasal dari ruang perawatan, sebaiknya sudah terpasang

abocath / venocath (untuk pemberian kontras media).

7. Kepada pasien perlu diinformasikan:

a. Bahwa pemeriksaan ini, pasien akan diberikan obat kontras media

melalui penyuntikan pembuluh darah dan bila pasien mempunyai

riwayat alergi atau astma agar memberitahukan kepada

dokter/petugas radiologi sebelum dilakukan pemeriksaan.

b. Selama pemeriksaan pasien berbaring diatas meja pemeriksaan

dengan pengambilan foto dilakukan beberapa kali.

c. Pasien agar menyertakan hasil pemeriksaaan laboratorium untuk

mengetahui kadar ureum & creatinin.

D. Prosedur Pemeriksaan
Prosedur pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pasien diwawancarai untuk mengetahui sejarah klinis dan riwayat alergi.

2. Pasien diminta untuk mengisi informed consent (surat persetujuan

tindakan medis setelah pasien dijelaskan semua prosedur pemeriksaan).

3. Buat plain photo BNO terlebih dahulu.

4. Jika hasil foto BNO baik, lanjutkan dengan melakukan skin test dan IV

test sebelum dimasukkan bahan kontras melalui vena fossa cubiti.

7
5. Sebelum melakukan penyuntikan, pasien ditensi terlebih dahulu.

6. Menyuntikkan bahan kontras secara perlahan-lahan dan

menginstruksikan pasien untuk tarik nafas dalam lalu keluarkan dari

mulut guna menminialkan rasa mual yang mungkin dirasakan pasien.

7. Membuat foto 5 menit post injeksi.

8. Membuat foto 15 menit post injeksi.

9. Membuat foto 30 menit post injeksi.

10. Pasien diminta untuk turun dari meja pemeriksaan untuk buang air kecil

(pengosongan blass) kemudian difoto lagi post mixi.

11. Foto IVP bisa saja dibuat sampai interval waktu berjam-jam jika kontras

belum turun.

E. Interpretasi
 Foto Pendahuluan
Tujuan foto pendahuluan :
1. Melihat persiapan pasien.

2. Menilai abdomen secara umum, mengetahui letak ginjal.

3. Menentukan faktor eksposi selanjutnya.

4. Cek foto pendahuluan, bila persiapan bagus bahan kontras

disuntikkan secara intravena, biasanya pada vena cubiti, pasien dalam

keadaan supine.

5. Usai penyuntikan pasien dilakukan stuwing, yaitu kegiatan menekan

tubuh di bagian ureter dengan menggunakan dua buah bola atau busa

sebagai pengganjal di perut. Tujuannya untuk menekan sampai sejauh

mana kontras mengalir di ginjal dan menekan kontras agar tidak

8
turun segera sehingga bentuk pelvio-calyses sistemnya terbentuk

dengan baik.

6. Bila pasien menggunakan cateter sebelum dilakukan penyuntikan,

cateter diklem terlebih dahulu.

Gb. Posisi Pasien

Gb. Radiograf Foto Plain

 Pengambilan Gambar Radiografi

9
 Foto 5 menit

Tujuan :Untuk melihat fungsi ginjal dan untuk melihat pengisian

media kontras pada pelvicocalises.

Tehnik pemeriksaan :

1. Posisi pasien : berbaring di atas meja pemeriksaan.

2. Tempatkan kedua lengan disamping tubuh.

Posisi pasien :

1. Mid Sagital Plane berada di tengah meja pemeriksaan.

2. Ukuran kaset : 24 x 30 cm, diatur melintang tubuh di dalam

meja bucky dengan krista iliaca masuk pada bagian bawah

kaset tanpa memotong bagian ginjal.

3. Arah sumbu sinar : vertikal tegak lurus terhadap kaset.

4. Titik bidik : pada pertengahan antara proccecus xypoideus

dengan krista iliaca kanan dan kiri.

5. Jarak fokus dengan film : 100 cm

6. Eksposi : pada saat ekspirasi dan tahan nafas

7. Kriteria : dapat menampakkan kedua kontur ginjal yang terisi

media kontras

Foto 5 menit post injeksi

10
Tampak kontras mengisi ginjal kanan dan kiri

 Foto 10 menit

Teknik pemeriksaan :

1. Bila penggambaran system pelvi-calyses kurang baik pada menit

ke 5 foto diambil kembali pada menit ke 10 sebaiknya dengan

zonografi untuk memperjelas bayangan.

2. Kompresor ureter dibuka pada menit ke 20 atau 30 tergantung hasil

gambaran pada menit sebelumnya.

3. Foto abdomen dengan posisi pasien prone dapat dilakukan bila

bahan kontras lambat mengisi ureter atau vesica urinaria.

 Foto 15 menit post penyuntikan

Tujuan : Untuk melihat pengisian media kontras pada ureter.

Tehnik pemeriksaan :

1. Posisi pasien : berbaring di atas meja pemeriksaan.

2. Tempatkan kedua lengan disamping tubuh

Posisi pasien:

11
1. Mid Sagital Plane berada di tengah meja pemeriksaan.

2. Ukuran kaset : 30 x 40 cm, diatur memanjang sejajar tubuh dengan

sympisis pubis masuk pada bag batas bawah kaset tanpa memotong

bag atas ginjal Arah sumbu sinar : vertikal tegak lurus terhadap kaset.

3. Titik bidik : pada Mid Sagital Plane tubuh setinggi garis yang

menghubungkan crista iliaca kanan dan kiri.

4. Jarak fokus dengan film : 100 cm

5. Eksposi : pada saat ekspirasi dan tahan nafas.

6. Kriteria : dapat menampakkan media kontras yang mengisi kedua

ureter.

Foto menit ke-15

Gambar pelviocalyseal, ureter dan bladder.

 Foto 30 menit penyuntikan

12
Tujuan :Melihat pengisian ureter bagian bawah dan kandung kencing.

Tehnik pemeriksaan :

1. Posisi pasien : berbaring di atas meja pemeriksaan.

2. Tempatkan kedua lengan disamping tubuh.

Posisi pasien

1. Mid Sagital Plane berada di tengah meja pemeriksaan.

2. Ukuran kaset : 30 x 40 cm, diatur memanjang sejajar tubuh degan

sympisis pubis masuk pada bagian batas bawah kaset tanpa

memotong bagian atas ginjal.

3. Arah sumbu sinar : vertikal tegak lurus terhadap kaset.

4. Titik bidik : - pada Mid Sagital Plane tubuh setinggi garis yg

menghubungkan crista iliaca kanan dan kiri.

5. Jarak fokus dengan film : 100 cm

6. Eksposi : pada saat ekspirasi dan tahan nafas

7. Kriteria : dapat menampakkan media kontras yang mengisi kedua

ginjal,ureter dan kandung kencing .Gambaran verteba berada d

pertengahan radiograf, kedua krista iliaca simetris kanan dan kiri,

Foto 30 menit post injeksi (full blass)

13
Tampak media kontras pada kandung kencing, tampak kedua ginjal,dan

ureter, daerah sympisis pubis masuk dalam radiograf.

Catatan :

1. Apabila pada 30 menit setelah penyuntikan media kontras , kandung

kencing terisi penuh dengan media kontras , maka pasien dimohon

untuk kencing/ buang air kecil

2. Apabila pada foto ke 30 menit media kontras belum mengisi penuh

kandung kencing maka pemeriksaan dilanjutkan sampai 60 menit , 90

menit , 120 menit

14
Poto Post Void

8. Kemudian dilanjutkan dengan foto Post Miksi (PM )

F. Perawatan Pasien Setelah Tindakan

Tidak ada perawatan khusus yang diberikan kepada pasien setelah

menjalani pemeriksaan BNO-IVP ini. Cukup istirahat dan banyak minum air

putih untuk menghilangkan bahan kontras dari tubuh. Kecuali yang alergi

terhadap bahan kontras IVP. Efek samping yang sering terjadi adalah:
a. Efek samping ringan seperti mual, gatal-gatal, kulit menjadi merah dan

bentol-bentol.
b. Efek samping sedang seperti edema dimuka atau pangkal tenggorokan.
c. Efek samping berat seperti shock, pingsan, gagal jantung
d. Efek samping sering terjadi pada pasien yang mempunyai alergi dan

kelainan pada jantung.

Pencegahan dan penanganan pasien yang mengalami alergi terhadap

bahan kontras saat pemeriksaan IVP :


 Tindakan pencegahan
1. Melakukan skin test
Skin test adalah test kepekanaan kulit terhadap bahan kontras

yang disuntikan sedikit dipermukaan kulit. Bila terjadi reaksi kulit

15
merah atau bentol- bentol segera laporkan ke radiographer atau

dokter jaga.
2. Melakukan intravena test.
Menyuntikan bahan kontras kurang lebih 3-5cc kedalam vena.

Segera laporkan jika terjadi reaksi.


3. Memberikan obat anti alergi
Seperti antihistamin sebelum pemasukan bahan kontras (contoh:

diphenhydramine).

 Tindakan penyembuhan

Tindakan penyembuhan dilakukan setelah bahan kontras itu

masuk tubuh dan menimbukan alergi. Bisa dilakukan dengan

pemberian obat anti alergi atau laporkan ke dokter jika alergi yang

dialami parah.

G. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan

Hal yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan dalam pemeriksaan ini adalah:

a. Persiapan pasien yang baik akan menghasilkan gambaran IVP yang

baik pula.
b. Proteksi dan keamanan pasien harus diperhatikan.
c. Ekspose dilakukan pada saat pasien full inspiration.

d. Jangan lupa memberi marker “BNO”, “5”, “15”, “30”, “PM” sesuai

dengan interval waktu.

e. Pemeriksaan dilakukan menggunakan grid sebagai penyerap radiasi

hambur, jika tidak menggunakan bucky potter grid, gunakan lysolm

grid.

16
f. Persiapkan pasien dengan baik,sehingga akan menghasilkan gambaran

IVP yang baik pula.

g. Proteksi radiasi bagi pasien juga harus diperhatikan seperti membatasi

lapangan penyinaran.

h. Peng-ekspos-an dilakukan saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi

penuh (aba-aba pemeriksaan : “tarik nafas… buang

nafas….tahan!!!!”). Hal ini bertujuan untuk menghindari kekaburan

objek karena pergerakan saat bernafas.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
BNO IV merupakan salah satu jenis pemeriksaan radiografi yang

menggunakan bahan kontras untuk mendapatkan gambaran yang lebih

baik pada sistem urinary. Sebelum melakukan pemeriksaan ini sebaiknya

melakukan beberapa tindakan pencegahan alergi pada pasien melalui

beberapa tes yang diberikan.


Dan dalam melakukan pemeriksaan hendaknya mengikuti prosedur

pemeriksaan yang sesuai serta pertimbangkan kelebihan dan kekurangan

dari pemeriksaan BNO IVP ini terhadap pasien.


Pada prinsipnya pemeriksaan ini sama saja pada tiap Rumah Sakit

hanya saja terkadang berbeda dalam hal persiapan pasien dan menit

17
pengambilan gambar, hal ini tergantung kebijaksanaan radiolog masing –

masing Rumah Sakit.


B. Saran
1. Untuk kompresi sebaiknya jangan menggunakan bola tenis, agar

pasien merasa nyaman dan tidak masuk gambaran


2. Menggunakan kontras yang non ionic dan menyiapkan premedikasi
3. Sebelum memasukkan bahan kontras, melakukan skin test
4. Bila persiapan kurang baik, pasien disarankan agar buang air besar.

DAFTAR PUSTAKA

https://firzandinata.wordpress.com/2012/02/24/all-about-bno-ivp-frequently-

asked-questions/

http://catatanbreckhelie.blogspot.co.id/2016/04/teknik-pemeriksaan-bno-ivp-

ivu.html?m=1

Snell, R.S, 1998, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Bagian ke-2,

Edisi ke-3, Alih Bahasa : Pharma (dkk), Editor : Osward, ECG Penerbit Buku

Kedokteran, Jakarta 2

Sloane, Ethel, 2004, Anatomi dan Fisiologi, ECG Penerbit Buku Kedokteran,

Jakarta 3.

Patel, Pradip. R., 2005, Lecture Notes Radiologi, Penerbit Erlangga, Jakarta 4

Maleuka, Rusdy. G., 2007, Radiologi Diagnostik, Pustaka Cendekia Press

Yogyakarta, Yogyakarta 5.

Rasad, S., 1992, Radiologi Diagnostik, Balai Penerbit FKUI, Jakarta 6.

Bontrager, 2001. Text Book of Radiographic Positioning and Related Anatomy,

Edisi ke-5, Mosby Inc, St.Louis, Amerika Instalasi radiologi RSCM.

18
19

Anda mungkin juga menyukai