Anda di halaman 1dari 24

JUMLAH KASUS KORUPSI DAN KORUPTOR DI INDONESIA SELAMA TAHUN

2014.

Selama tahun 2014, data yang terpantau dari 1 Januari – 27 Desember 2014 terdapat 629
kasus korupsi yang berada di Indonesia. Dari jumlah kasus tersebut dikembangkan terdapat 1328
tersangka dan menyebabkan kerugian negara sebanyak Rp.5, 29 Triliun.
Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK tak hentinya mengincar koruptor secara
gerilya. Jika koruptor terlalu licin dan tidak kooperatif, maka operasi tangkap tangan menjadi
langkah andalan KPK. Operasi tangkap tangan (OTT) oleh petugas KPK di tahun 2014
didominasi oleh kepala daerah dan pejabat daerah lainnya. Jika pada tahun sebelumnya OTT
didominasi oleh pegawai negeri sipil dan penegak hukum, tahun ini hampir semua hasil tangkap
tangan KPK sekelas gubernur dan bupati. Para pejabat tersebut kemudian dinonaktifkan atau
diberhentikan dari posisinya. Berikut nama pejabat daerah yang berhasil terjaring dalam operasi
tangkap tangan KPK selama tahun 2014 :

1. Bupati Bogor Rachmat Yasin


KPK menangkap tangan mantan Bupati Bogor Rachmat Yasin pada 7 Mei 2014 di
Perumahan Yasmin, Bogor. Petugas KPK juga membawa Kepala Dinas Pertanian dan
Kehutanan Kabupaten Bogor M Zairin, dan pegawai PT BJA bernama FX Yohan Yhap,
beserta tujuh orang lainnya dalam operasi tangkap tangan tersebut. Setelah pemeriksaan
selama hampir 24 jam, KPK melepaskan tujuh orang yang tertangkap tangan serta
langsung menetapkan Yasin, Zairin, dan Yohan sebagai tersangka. Penetapan ketiganya
sebagai tersangka terkait kasus suap pengurusan rekomendasi tukar-menukar kawasan
hutan di Bogor, Jawa Barat.
Pada 27 November 2014, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Bandung memvonis
Yasin selama lima tahun enam bulan penjara dan denda sebesar Rp 300 juta atau
subsider tiga bulan kurungan penjara dan hukuman tambahan pencabutan hak dipilih
selama dua tahun. Ia dianggap terbukti menerima suap dari Yohan sebesar Rp 4,5 miliar
terkait proses konversi hutan lindung menjadi lahan untuk perumahan milik pengembang
PT Bukit Jonggol Asri.
2. Bupati Biak Numfor Yesaya Sombuk
Bupati nonaktif Biak Numfor Yesaya Sombuk ditangkap tangan oleh penyidik KPK
di sebuah hotel di Jakarta pada 16 Juni 2014. Dalam operasi tersebut, KPK juga
mengamankan pengusaha bernama Teddy Renyut, Kepala Dinas Penanggulangan
Bencana Kabupaten Biak berinisial Y, dua sopir, dan seorang ajudan. Setelah melakukan
pemeriksaan intensif, KPK langsung menetapkan Yesaya dan Teddy sebagai tersangka,
serta membebaskan empat orang lainnya yang sempat diamankan tersebut. Keduanya
ditetapkan sebagai tersangka terkait kasus suap dalam proyek pembangunan tanggul
laut di Biak pada Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal.
Majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta pun menjatuhkan vonis
empat tahun enam bulan penjara dan denda Rp 200 juta terhadap Yesaya. Ia
terbukti menerima uang 100.000 dollar Singapura dari Teddy. Uang tersebut diterimanya
dalam dua tahap, yakni 63.000 dollar Singapura pada 11 Juni 2014 dan 37.000 dollar
Singapura pada 16 Juni 2014.
3. Bupati Karawang Ade Swara dan istrinya, Nurlatifah
KPK langsung menetapkan Bupati nonaktif Karawang Ade Swara dan istrinya,
Nurlatifah sebagai tersangka kasus dugaan pemerasan terkait pengurusan izin Surat
Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL) PT Tatar Kertabumi di Kabupaten
Karawang dan pencucian uang setelah ditangkap tangan KPK pada 17 Juli 2014 malam
hingga 18 Juli 2014 dini hari. Ade dan Nurlatifah menjalani sidang perdananya di
Pengadilan Negeri Bandung pada 2 Desember 2014. Keduanya didakwa memeras PT
Tatar Kertabumi sebesar Rp 5 miliar yang ingin meminta izin untuk pembangunan mal di
Karawang. Uang itu akhirnya diberikan dalam bentuk dolar berjumlah 424.329 dolar
Amerika Serikat.
Bupati karawang nonaktif Ade Swara divonis hukuman enam tahun penjara
dengan denda Rp. 400 juta subsidiair empat bulan kurungan, sementara istrinya
divonis hukuman lima tahun penjara dengan denda Rp. 300 juta subsidider tiga
bulan kurunga, Vonis ini lebih ringan dibandingkan tuntutan JPU sebelumnya, yakni
delapan tahun penjara dengan denda Rp. 400 juta subside empat bulan kurungan untuk
Ade dan 7 tahun penjara dengan denda Rp. 300 juta subside tiga bulan untuk istrinya.
Jaksa Penuntut Umum (JPU) menyatakan Ade dan istrinya terbukti secara sah melanggar
pasal 12 huruf e UU No. 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dalam UU No. 20 tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP dan
Pasal pencucian uang yaitu Pasal 3 UU No. 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP jo Pasal 64
ayat 1 KUHP.
4. Gubernur Riau Annas Maamun
KPK menangkap tangan Gubernur nonaktif Riau Annas Maamun pada 25 September
2014 di kediamannya di Perumahan Citra Grand, Cibubur, Jakarta. Selain Annas, KPK
juga menangkap tangan delapan orang lainnya, antara lain Ketua Asosiasi Petani Kelapa
Sawit Indonesia di Riau Gulat Medali Emas Manurung, isteri dan anak Annas, ajudan
Annas, seorang supir, serta seorang pegawai negeri sipil.
Dalam operasi tangkap tangan tersebut, KPK menyita uang 156.000 dollar Singapura
dan Rp 500 juta yang diduga diberikan Gulat kepada Annas. Jika dikonversi ke dalam
rupiah, jumlahnya sekitar Rp 2 miliar. Di samping itu, KPK mengamankan uang 30.000
dollar AS dalam operasi tangkap tangan yang sama. Berkas perkara Gulat telah rampung
dan kasusnya telah naik ke persidangan sejak awal Desember. Menurut surat dakwaan
Gulat, Annas diduga menerima suap dari Gulat agar status hutan tanaman industri
(HTI) seluas 140 hektar di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, diubah menjadi area
peruntukan lainnya.
Gubernur Riau nonaktif Annas Maamun dituntut hukuman kurungan penjara 6 tahun
penjara dan denda Rp, 250 juta subsider 5 bulan kurungan. Hal ini disampaikan JPU,
karena Annas dinilai sedikitnya telah menerima tiga kali suap dari terpidana lain dalam
kasus Gulat Medali Emas Manurung. Untuk dakwaan pertama tentang penerimaan uang
sebesar 166 ribu dollar AS, JPU KPK menjerat terdakwa Annas dengan Pasal 12 huruf b
dan Pasal 11 UU No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan UU No 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Untuk dakwaan kedua tentang penerimaan uang sebesar Rp 500 juta JPU
KPK menjerat Annas dengan Pasal 12 huruf a dan Pasal 11 UU No 31 tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No
20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sementara untuk dakwaan
ketiga tentang penerimaan uang Rp 3 miliar, JPU KPK menjerat terdakwa dengan Pasal
12 huruf a dan b, serta Pasal 11 UU No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No 20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi junto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Namun pada akhirnya, gubernur non aktif Riau Annas Maemun hanya divonis
hukuman kurungan penjara 6 tahun penjara dan denda Rp. 200 juta subside 2 bulan
kurungan. Vonis ini lebih ringan disbanding tuntutan Jaksa Penuntut Umum (KPK).
Hakim menilai Annas terbukti bersalah seperti yang dinyatakan dalam dakwaan pertama,
pasal 12 huruf b dan dakwaan kedua pasal 11 n. Sementara, dakwaan ketiga tidak terbukti
seperti dalam pasal 12 huruf a.
5. KARTINI JULIANA M. MARPAUNG
sehubungan dengan menerima pemberian atau janji terkait dengan penanganan perkara
Tindak Pidana Korupsi dalam penyimpangan anggaran pemeliharaan mobil dinas
Sekretariat DPRD Kab. Grobokan Jawa Tengah Tahun 2006-2008.
Putusan MA: Pidana penjara selama 4 (empat) tahun dan denda Rp200.000.000
subsidair 1 (satu) bulan.
6. MOHAMMAD DIAN IRWAN NUQISRA dan EKO DARMAYANTO
sehubungan dengan penerimaan hadiah atau janji oleh penyelenggara negara terkait
dengan tindak pidana perpajakan PT. The Master Steel, pemeriksaan Pajak di PT. Delta
Internusa dan PT. Nusa Raya Cipta.
Putusan PN: Pidana penjara masing-masing 9 (sembilan) tahun dan denda masing-
masing Rp300.000.000 subsidair 6 (enam) bulan.
7. ZARYANA RAIT dan PIRIN WIBISONO
sehubungan dengan menerima hadiah atau janji dengan maksud supaya Pegawai negeri
atau Penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya
yang bertentangan dengan kewajibannya.
Putusan PN: Pidana penjara masing-masing 4 (empat) tahun dan denda masing-masing
Rp200.000.000 subsidair 3 (enam) bulan.
8. SETYABUDI TEJOCAHYONO
sehubungan dengan menerima pemberian atau janji terkait dengan penanganan perkara
tindak pidana korupsi mengenai penyimpangan dana bantuan sosial (Bansos) kota
Bandung tahun anggaran 2009-2010 di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada
Pengadilan Negeri Bandung dan Pengadilan Tinggi Jawa Barat.
Putusan PN: Pidana penjara 12 (dua belas) tahun dan denda Rp200.000.000 subsidair 3
(tiga) bulan.
9. TOTO HUTAGALUNG dan ASEP TRIANA
sehubungan dengan memberi hadiah atau janji terkait dengan penanganan perkara Tindak
Pidana Korupsi mengenai penyimpangan dana bantuan sosial kota Bandung Tahun
Anggaran 2009 s.d. 2010 di Pengadilan Tinggi Jawa Barat.
Putusan PN: • Terpidana I (Toto Hutagalung): Pidana penjara 7 (tujuh) tahun dan denda
Rp200.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan. • Terpidana II (Asep Triana): Pidana penjara 3
(tiga) tahun 6 (enam) bulan dan denda Rp200.000.000 subsidair 2 (dua) bulan.
10. HERI NURHAYAT
sehubungan dengan memberi hadiah atau janji terkait dengan penanganan perkara tindak
pidana korupsi mengenai penyimpangan dana bantuan sosial (BANSOS) Kota Bandung
tahun anggaran 2009 s.d. 2010 di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan
Negeri Bandung dan Pengadilan Tinggi Jawa Barat.
Putusan PN: Pidana penjara 5 (lima) tahun dan denda Rp200.000.000 subsidair 3 (tiga)
bulan.
11. MUHAMMAD HIDAYAT BATUBARA
sehubungan dengan menerima hadiah atau janji untuk mendapatkan proyek yang terkait
dengan dana Bantuan Daerah Bawahan (BDB) dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
kepada Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal yang bersumber dari APBD Provinsi
Sumatera Utara Tahun Anggaran 2003.
Putusan PN: Pidana penjara 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan dan denda Rp300.000.000
subsidair 5 (lima) bulan.
12. KHAIRUL ANWAR DAULAY
sehubungan dengan menerima hadiah atau janji untuk mendapatkan proyek yang terkait
dengan dana Bantuan Daerah Bawahan (BDB) dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
kepada Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal yang bersumber dari APBD Provinsi
Sumatera Utara Tahun Anggaran 2003.
Putusan PN: Pidana penjara 4 (empat) tahun 6 (enam) bulan dan denda Rp300.000.000
subsidair 5 (lima) bulan.
13. HARIS ANDI SURAHMAN
sehubungan dengan bersama-sama denga Fahd El Fouz yaitu memberi sesuatu kepada
pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya Pegawai negeri atau
Peyelenggara Negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya dalam pengalokasian anggaran DPID (Dana
Penyesuaian Infrastruktur Daerah) Tahun Anggaran 2011.
Putusan PN: Pidana penjara 2 (dua) tahun dan denda Rp50.000.000 subsidair 2 (dua)
bulan.
14. RATNA DWI UMAR
sehubungan dengan Pelaksanaan Pengadaan Peralatan Kesehatan untuk Melengkapi
Rumah Sakit Rujukan Penanganan Flu Burung yang dananya dari DIPA APBN-P pada
Direktorat Jenderal Oelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun Anggaran 2007.
Putusan PT: Pidana Penjara 5 (lima) tahun dan denda Rp500.000.000 subsidair 3 (tiga)
bulan.
15. ZULKARNAEN DJABAR dan DENDY PRASETIA ZULKARNAEN PUTRA
sehubungan dengan bersama-sama melakukan Tindak Pidana Korupsi menerima hadiah
atau janji terkait dengan pengurusan anggaran dan atau pengadaan barang/jasa di
Kementerian Agama RI Tahun Anggaran 2010-2012.
Putusan MA: • Terpidana I (Zulkarnaen Djabar): Pidana penjara 15 (limabelas tahun)
tahun, denda Rp 300.000.000 subsidair 1 (satu) bulan dan uang pengganti
Rp5.745.000.000 subsidair 2 (dua) tahun. • Terpidana II (Dendy Prasetia Zulkarnaen
Putra): Pidana penjara 8 (delapan) tahun denda Rp 300.000.000 subsidair 1 (satu) bulan
dan uang pengganti Rp5.745.000.000 subsidair 2 (dua) tahun.
16. JONAIDI SYAHRI dan MUCHLIS THOHIR
sehubungan dengan menerima hadiah atau janji terkait dengan maksud supaya pegawai negeri
atau penyelenggara negara tersebut atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya.
Putusan PN: • Terpidana I (Jonaidi Syahri): Pidana penjara 4 (empat) tahun 6 (enam) bulan dan
denda Rp200.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan. • Terpidana II (Muchlis Thohir): Pidana penjara 4
(empat) tahun 6 (enam) bulan dan denda Rp200.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan.
17. DEDDY KUSDINAR
sehubungan dengan pembangunan/pengadaan/peningkatan sarana dan prasarana olahraga di
Hambalang pada Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun Anggaran 2010- 2012.
Putusan PN: Pidana penjara 6 (enam) tahun, denda Rp100.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan, dan
uang pengganti Rp300.000.000 subsidair 6 (enam) bulan.
18. MUHAMMAD SOFYAN sehubungan dengan pengelolaan anggaran Inspektorat Jenderal
Departemen Pendidikan Nasional tahun 2009.
Putusan PT: Pidana penjara 4 (empat) tahun, denda Rp200.000.000 subsidair 4 (empat) bulan
dan uang pengganti Rp979.934.657 subsidair 1 (satu) tahun.
19. TOTOK LESTIYO
sehubungan dengan memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara terkait dengan proses pengurusan Hak Guna Usaha (HGU) Perkebunan
atas nama PT. Cipta Cakra Murdaya dan/atau PT. Hardaya Inti Plantation yang terletak di
Kecamatan Bukal Kabupaten Buol.
Putusan PN: Pidana penjara 2 (dua) tahun dan denda Rp50.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan.
20. DJODI SUPRATMAN sehubungan dengan menerima hadiah atau janji dengan maksud supaya
Pegawai negeri atau Penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya, terkait dengan pengurusan kasasi perkara
pidana penipuan.
Putusan PN: Pidana penjara 2 (dua) tahun dan denda Rp100.000.000 subsidair 4 (empat) bulan.
21. DIAH SOEMEDI
sehubungan dengan memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara terkait dengan penanganan tindak pidana perpajakan PT. The Master Steel.
Putusan MA: Pidana penjara 5 (lima) tahun dan denda Rp150.000.000 subsidair 6 (enam) bulan.
22. EFFENDY KOMALA dan TEDDY MULIAWAN
sehubungan dengan memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Penyelenggara negara terkait
dengan penanganan tindak pidana perpajakan PT. The Master Steel.
Putusan MA: • Terpidana I (Effendy Komala): Pidana penjara 5 (lima) tahun dan denda
Rp150.000.000 subsidair 6 (enam). • Terpidana II (Teddy Muliawan): Pidana penjara 5 (lima)
tahun dan denda Rp150.000.000 subsidair 6 (enam).
23. CORNELIS NALAU ANTUN
sehubungan dengan turut serta atau membantu menerima hadiah atau janji oleh Hakim berkaitan
dengan penanganan perkara sengketa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Gunung
Mas Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2013 di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,
padahal patut diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan padanya untuk diadili.
Putusan PN: Pidana penjara 6 (enam) tahun dan denda Rp200.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan.
24. IZEDRIK EMIR MOEIS
sehubungan dengan menerima hadiah atau janji terkait dengan Proyek Pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tarahan Lampung Tahun 2004.
Putusan PN: Pidana penjara 3 (tiga) tahun dan denda Rp150.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan.
25. SIMON GUNAWAN TANJAYA s
sehubungan dengan memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara atau berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya terkait dengan kegiatan yang dilakukan oleh Satuan Kerja
Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pada Tahun
2012-2013.
Putusan MA: Pidana penjara 3 (tiga) tahun dan denda Rp.200.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan.
26. EDI SISWADI
sehubungan dengan memberi hadiah atau janji terkait dengan penanganan perkara tindak pidana
korupsi mengenai penyimpangan dana bantuan sosial Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran
2009-2010 di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Bandung dan
Pengadilan Tinggi Jawa Barat.
Putusan PN: Pidana Penjara 7 (tujuh) tahun dan denda Rp200.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan.
27. DADA ROSADA
sehubungan dengan memberi hadiah atau janji terkait dengan penanganan perkara tindak pidana
korupsi mengenai penyimpangan dana bantuan sosial Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran
2009-2010 di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Bandung dan
Pengadilan Tinggi Jawa Barat.
Putusan PN: Pidana Penjara 10 (sepuluh) tahun dan denda Rp600.000.000 subsidair 3 (tiga)
bulan.
28. RUDI RUBIANDINI sehubungan dengan menerima hadiah atau janji terkait dengan kegiatan
yang dilakukan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas
Bumi (SKK Migas) pada Tahun 2012-2013 dan diduga melakukan tindak pidana pencucian uang
(TPPU).
Putusan PN: Pidanan penjara 5 (lima) tahun dan denda Rp150.000.000 subsidair 6 (enam) bulan.
29. DEVIARDI
sehubungan dengan menerima hadiah atau janji terkait dengan kegiatan yang dilakukan oleh
Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas)
pada tahun 2012-2013 dan diduga melakukan tindak pidana pencucian uang (TPPU).
Putusan PN: Pidana penjara 4 (empat) tahun 6 (enam) bulan, denda Rp50.000.000 subsidair 1
(satu) bulan dan uang rampasan SGD200.000.
30. LUSITA ANIE RAZAK
sehubungan dengan memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut
berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya,
atau memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau
berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban dilakukan atau tidak dilakukan
dalam jabatannya terkait dengan pengurusan perkara menempatkan keterangan palsu di atas bukti
autentik dan pemalsuan atas sertipikat tanah dengan terlapor Sugiharta alias Along.
Putusan PN: Pidana penjara 4 (empat) tahun dan denda Rp100.000.000 subsidair 3 (tiga) bulan.
31. DJOKO SUSILO
sehubungan dengan pengadaan driving simulator roda dua (R2) dan roda empat (R4) pada Korps.
Lalu-lintas Mabes Polri Tahun anggaran 2011.
Putusan MA: Pidana penjara 18 (delapan belas) tahun, denda sebesar R1.000.000.000 subsidair
1 (satu) tahun dan uang pengganti Rp32.000.000.000.
32. HAMBIT BINTIH
sehubungan dengan turut serta atau membantu menerima hadiah atau janji oleh Hakim berkaitan
dengan penanganan perkara sengketa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Gunung
Mas Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2013 di Mahkamah Konstitusi
Putusan PT: Pidana penjara 4 (empat) tahun dan denda sebesar Rp150.000.000 subsidair 3 (tiga)
bulan.
33. MARIO CORNELIO BERNARDO
sehubungan dengan memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud supaya Pegawai negeri atau Penyelenggara negara tersebut
berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya,
terkait pengurusan kasasi perkara pidana penipuan.
Putusan MA: Pidana penjara 4 (empat) tahun, denda sebesar Rp200.000.000 subsidair 6 (enam)
bulan.
34. ANGGORO WIDJOJO
sehubungan dengan pemberian sejumlah uang kepada Anggota Komisi IV-DPR RI dan Pejabat
Dep. Kehutanan RI, terkait dengan proses pengajuan anggaran Sistem Komunikasi Radio
Terpadu (SKRT) pada tahun 2007-2008.
Putusan PN: Pidana penjara 5 (lima) tahun dan denda sebesar Rp250.000.000 subsidair 2 (dua)
bulan.
35. SAID FAISAL MUKLIS ALIAS HENDRA
sehubungan dengan sengaja tidak memberikan keterangan atau memberikan keterangan yang
tidak benar dalam persidangan perkara Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri
Pekanbaru.
Putusan PN: Pidana penjara 7 (tujuh) tahun dan denda sebesar Rp250.000.000 subsidair 3 (tiga)
bulan.
36. MAHYUDDIN HARAHAP
sehubungan dengan penjualan aset tanah PT. Barata Indonesia (Persero).
Putusan MA: Pidana penjara 5 (lima) tahun, denda Rp.300.000.000 subsidair 6 (enam) bulan
kurungan dan uang pengganti Rp40.000.000 subsidair 1 (satu) tahun.
37. SUDJADNAN PARNOHADININGRAT
sehubungan dengan Pengelolaan Dana Penyelenggaraan Kegiatan Pertemuan-pertemuan atau
Sidang Internasional pada Departemen Luar Negeri tahun 2004-2005.
Putusan PN: Pidana penjara 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan dan denda Rp100.000.000 subsidair 2
(dua) bulan.
38. MARIA ELIZABETH LIMAN
sehubungan dengan memberi atau menjanjikan sesuatu kepada penyelenggara negara terkait
dengan pengurusan kuota impor daging sapi pada Kementrian Pertanian RI.
Putusan PT: Pidana penjara 2 (dua) tahun 3 (tiga) bulan penjara dan denda Rp100.000.000
subsidair 3 (tiga) bulan.
39. SUBRI
sehubungan dengan menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dalam jabatannya, yang bertentangan dalam kewajibannya atau hadiah atau janji tersebut
diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya terkait dengan pengurusan perkara tindak pidana
menempatkan keterangan palsu di atas bukti autentik dan pemalsuan atas sertifikat tanah dengan
terlapor Sugiharta Alias Along.
Putusan PN: Pidana penjara 10 (sepuluh) tahun dan denda Rp250.000.000 subsidair 6 (enam)
bulan.
40. GANI ABDUL GANI
sehubungan dengan pengadaan Outsourching Roll Out Customer Information System/Rencana
Induk Sistem Informasi (CIS-RISI) pada PT. PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Tahun
2001-2008 bersama-sama dengan Eddie Widiono Suwondo (Direktur Utama PT. PLN Tahunn
2000-2008) dan pengadaan Outsourching Pengelolaan Sistem Manajemen Pelanggan (Customer
Management System) berbasis Teknologi Informasi pada PLN Distribusi Jawa Timur tahun
2004-2008 bersama-sama dengan Hariadi Sadono (General Manager PT. PLN Distribusi
Jawa Timur Tahun 2003- 2008).
Putusan MA: Pidana penjara 8 (delapan) tahun, denda Rp500.000.000 subsidair 6
(enam) bulan dan uang pengganti Rp.5.448.641.295 subsidair 1 (satu) tahun.
41. AHMAD FATHANAH
sehubungan dengan menerima hadiah atau janji untuk Penyelenggara negara terkait
dengan pengurusan Kuota Impor Daging pada Kementerian Pertanian dan diduga
melakukan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang patut diduganya merupakan
hasil tindak pidana.
Putusan MA: Pidana penjara 16 (enam belas tahun) dan denda Rp1.000.000.000
subsidair 6 (enam) bulan
42. LUTHFI HASAN ISHAAQ
sehubungan dengan menerima hadiah atau janji untuk Penyelenggara negara, terkait
dengan pengurusan Kuota Impor Daging pada Kementerian Pertanian dan diduga
melakukan tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana.
Putusan MA: Pidana penjara 18 (delapan belas tahun) dan denda Rp1.000.000.000
subsidair 6 (enam) bulan.
43. CHAIRUN NISA
sehubungan dengan turut serta atau membantu menerima hadiah atau janji oleh Hakim
berkaitan dengan penanganan perkara sengketa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
Kabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2013 di Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia.
Putusan MA: Pidana penjara 5 (lima) tahun dan denda Rp250.000.000 subsidair 6
(enam) bulan.
44. BUDI SUSANTO
sehubungan dengan pengadaan Driving simulator roda dua (R-2) dan roda empat (R-4)
pada Korps Lalu Lintas Mabes Polri Tahun Anggaran 2011. Putusan MA: Pidana penjara
14 (empat belas) tahun, denda Rp500.000.000 subsidair 6 (enam) bulan, dan uang
pengganti Rp.88.446.926.695 41. Perkara TPK atas nama terdakwa YESAYA SOMBUK
sehubungan dengan menerima hadiah atau janji, untuk menggerakan agar melakukan atau
tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya
terkait dengan Pengurusan APBN-P TA 2014 pada kementerian PDT untuk proyek
Pembangunan TALUD di Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua.
Putusan PN: Pidana penjara 4 (empat) tahun 6 (enam) bulan dan denda Rp200.000.000
subsidair 4 (empat) bulan.
45. TEDDI RENYUT
sehubungan dengan memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud supaya Pegawai negeri atau penyelenggara negara
tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya dengan pengurusan APBN-P TA. 2014 pada kementerian PDT untuk
proyek pembangunan TALUD di Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua.
Putusan PN: Pidana penjara 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan denda Rp150.000.000
subsidair 3 (tiga) bulan.
46. HM RUSLI ZAINAL
sehubungan dengan turut serta dengan Tengku Azmun Jaafar selaku Bupati Pelalawan
dkk terkait dengan penilaian dan pengesahan Bagan kerja usaha pemanfaatan hasil hutan
kayu pada hutan tanaman (BKUPHHK-HT) pada areal yang diberikan IUPHHK-HT
tahun 2001 s.d. 2006 di wilayah Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau kepada sejumlah
perusahaan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Putusan MA: Pidana penjara 14 (empat belas) tahun dan denda Rp1.000.000.000
subsidair 6 (enam) bulan.
47. ARTHA MERIS SIMBOLON sehubungan dengan memberi hadiah atau janji terkait
rekomendasi penyesuaian Formula Harga Gas untuk PT. Kaltim Parna Industri kepada
kepala SKK Migas.
Putusan PN: Pidana penjara 3 (tiga) tahun dan denda Rp100.000.000 subsidair 3 (tiga)
bulan.
48. M. ZAIRIN
sehubungan dengan bersama-sama atau turut serta dengan Rachmat Yasin selaku Bupati
Bogor dalam menerima hadiah atau janji terkait pemberian Rekomendasi Tukar Menukar
kawasan hutan di Kab. Bogor atas nama Bukit Jonggol Asri.
Putusan PN: Pidana penjara 4 (empat) tahun dan denda Rp300.000.000 subsidair 3 (tiga)
bulan
49. RACHMAT YASIN
sehubungan dengan menerima hadiah atau janji terkait pemberian Rekomendasi Tukar
Menukar Kawasan Hutan di Kabupaten Bogor atas nama PT Bukit Jonggol Asri.
Putusan PN: Pidana penjara 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan dan denda Rp300.000.000
subsidair 3 (tiga) bulan.
50. ASMADINATA
sehubungan dengan bersama sama yaitu menerima hadiah atau janji terkait tindak pidana
korupsi penyimpangan anggaran pemeliharaan mobil dinas Sekretariat DPRD Kab.
Grobogan TA. 2006-2008 atas nama terdakwa Muhammad Yaeni di Pengadilan Tindak
Pidana korupsi pada Pengadilan Negeri Semarang.
Putusan PN: Pidana penjara 10 (sepuluh) tahun dan denda Rp200.000.000 subsidair 6
(enam) bulan.
51. PRAGSONO
sehubungan dengan bersama sama yaitu menerima hadiah atau janji terkait tindak pidana
korupsi penyimpangan anggaran pemeliharaan mobil dinas Sekretariat DPRD Kab.
Grobogan TA. 2006-2008 atas nama terdakwa Muhammad Yaeni di Pengadilan Tindak
Pidana korupsi pada Pengadilan Negeri Semarang.
Putusan PN: Pidana penjara 11 (sebelas) tahun dan denda Rp200.000.000 subsidair 6
(enam) bulan.
52. Suryadharma Ali
kasus dugaan korupsi terkait penyelenggaraan haji 2012/2013.
Hukuman : 10 tahun penjara dan denda Rp.300.000.000 subsider selama 3 bulan
kurungan.
53. Jero Wacik (Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral 2009-2014
Tindak pidana korupsi terkait dengan pengadaan proyek di Kementerian ESDM pada
2011-2013, perkiraan kerugian negara Rp 9,9 miliar
Hukuman : 8 tahun penjara dan denda Rp.300.000.000 SUBSIDER 6 BULAN
KURUNGAN DAN KEWAJIBAN MENGEMBALIKAN UANG NEGAA
Rp.5.073.031.442 subsider 2 tahun penjara.
54. Sutan Bhatoeghana (Ketua Komisi VII (energi) DPR 2009-2014
kasus dugaan korupsi terkait dengan pembahasan perubahan APBN 2013 di Kementerian
ESDM , perkiraan kerugian negara Rp 131,2 miliar
hukuman : 12 tahun penjara dan denda Rp.500.000.000 subsider 8 bulan kurungan
dan diwajibkan mengembalikan uang Rp.50 juta dan 7.500 dolar kepada negara.
55. Hadi Purnomo (Direktur Jenderal Pajak periode 2002-2004,Ketua BPK)
kasus dugaan suap terkait permohonan keberatan pajak yang diajukan Bank Central Asia
(BCA) , perkiraan kerugian negara Rp 375 miliar
hukuman : lolos dari hukuman
Soal Ke 3
Menurut anda apakah hukuman yang selama ini dijatuhkan untuk terdakwa memberikan efek
jera? Apakah anda mempunyai ide-ide untuk turut mengawasi pratik-pratik korupsi disekitar
anda ? Bagaimana caranya?
Jawab :
Menurut kelompok kami, tergantung vonis hukuman para terdakwa koruptor, jika berat
masih ada kemungkinan memberikan efek jera, namun jika vonis ringan itu akan memberikan
sebuah pertanyaan. Efek jerapun kemunginan lebih rendah dibandingkan dengan para koruptor
yang divonis hukuman berat. Berdasarkan hasil pemantuan ICW dari 1.381 terdakwa kasus
korupsi yang dihukum hakim sebanyak 1.127 (81,61%) divonis ringan. Tentu saja vonis pidana
ringan yang menjadi mayoritas dalam tren vonis 2017 tidak mengakibatkan efek jera bagi para
koruptor. Secara keseluruhan hal ini sangat mengecewakan dalam penegakan pemberantasan
korupsi, karena efek jera tampak tidak tergambar dalam vonis yang dijatuhkan kepada para
pelaku korupsi. Vonis ringan terhadap koruptor juga tidak bisa dilepaskan dari tuntutan jaksa
yang juga ringan. Dari data tuntuntan jaksa dari Kejaksaan yang dikumpulkan pada periode
semester 2 tahun 2017, ICW mencatat adanya penurunan penuntutan dibanding dengan tuntutan
pada semester 1 tahun 2017. Di Semester 2 jaksa rata-rata hanya menuntut tiga tahun dua bulan
penjara sedangkan pada semester 1 rata-rata empat tahun satu bulan penjara.Tidak saja vonis
hakim, penerapan pidana denda dan uang pengganti pada terdakwa kasus korupsi yang rendah
pun membuat efek jera bagi koruptor makin tidak terasa. Di tahun 2017 jumlah pidana denda
yang berhasil diidentifiksi total mencapai Rp 110,688 miliar dengan jumlah pidana tambahan
uang pengganti sebesar Rp 1,466 triliun. Jumlah uang pengganti yang dibebankan kepada
koruptor hanya sebesar 4,91 persen dari total keseluruhan kerugian negara pada tahun 2017 yang
mencapai Rp 29,419 triliun. Hasil pemantuan yang dilakukan oleh ICW diharapkan dapat
menjadi perbaikan bagi para penegak hukum dalam menjerat koruptor dan sekaligus
memberikan efek jera. Agar membuat jera koruptor maka selain dijerat dengan UU Tindak
Pidana Korupsi maka pelaku perlu juga djerat dengan menggunakan UU TPPU sebagai bentuk
upaya pemiskinan. Uang-uang yang dinikmati para pelaku korupsi sebaiknya dapat seluruhnya
dikembalikan ke kas negara. Selain itu jaksa juga harus menerapkan tuntutan maksimal agar
hakim juga dapat menjatuhkan vonis yang maksimal untuk pelaku korupsi.
Guna memerangi korupsi yang semakin merajalela ini, Rais Syuriah Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Masdar Farid Mas'udi pernah menyebutkan untuk menghukum
mati para koruptor agar memberi efek jera seperti yang dilakukan Cina dan Vietnam.
Di sisi lain hukuman mati dianggap melanggar hak asasi manusia. Sehingga menimbulkan
dilema. Penjara dan denda pun tak membikin koruptor jera. Lalu hukuman apa yang pantas untuk
koruptor?
Hukuman Alternatif
Akan tetapi, pernyataan kontroversi Luhut perlu ditindaklanjuti mengingat hukuman
alternatif untuk membuat para koruptor jera sangat urgen. Setidaknya ada dua alasan mengapa
penting membahas hukuman alternatif ini. Pertama, kerugian negara yang sangat besar. Kedua,
tren vonis koruptor yang semakin ringan, bahkan tidak sedikit yang lolos di Pengadilan Tipikor.
Dalam analisis database korupsi versi V yang dirilis Laboratorium Ilmu Ekonomi, Fakultas
Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM pada April 2016 lalu, disebutkan kerugian negara yang
diakibatkan kasus korupsi selama periode 2001-2015 mencapai Rp203,9 triliun. Padahal
hukuman finansial berdasarkan putusan pengadilan hanya Rp21,3 triliun.
Untuk diketahui, hukuman finansial adalah gabungan nilai hukuman denda, hukuman
pengganti, dan perampasan barang bukti atau aset. Sementara aset non moneter tidak
dimasukkan karena tidak ada nilai taksiran dari nilai tersebut di putusan pengadilan.
Pertanyaannya, mengapa kerugian negara yang diakibatkan praktik korupsi dengan hukuman
finansial yang dibebankan pada terpidana korupsi sangat timpang? Salah satu penyebabnya
karena tuntutan jaksa terkait hukuman finansial ini di bawah nilai kerugian negara, sehingga
putusan hakim pun dalam menjatuhkan hukuman pembayaran uang pengganti jauh dari nilai
uang yang dikorupsi.

Sebagai contoh adalah korupsi yang dilakukan pegawai negeri sipil (PNS) selama 2001-2015
yang berjumlah 1.115 terdakwa. Kerugian negara akibat korupsi tersebut mencapai Rp21,27
triliun. Sementara tuntutan jaksa hanya Rp1,04 triliun, sehingga vonis hukuman finansial yang
dijatuhkan hanya Rp844 miliar. Contoh lainnya adalah korupsi yang melibatkan anggota
legislatif yang berjumlah 480 terpidana. Dalam konteks ini, kerugian negara mencapai Rp1,63
triliun. Namun, tuntutan jaksa hanya kisaran Rp537 miliar sehingga hukuman finansial yang
dijatuhkan hakim di pengadilan hanya sebesar Rp402 miliar.
Dua contoh di atas menunjukkan bahwa hukuman finansial kepada para terpidana korupsi
cenderung suboptimal atau lebih rendah dari kerugian negara yang diakibatkan.
Tak hanya berhenti di hukuman finansial yang rendah. Hukuman berupa vonis penjara juga
menunjukkan tren ringan seperti hasil pemantauan peradilan yang dilakukan oleh Indonesia
Corruption Watch (ICW) selama Januari-Juni 2016 lalu. Pada periode ini, ICW telah
melakukan monitoring terhadap 325 perkara korupsi dengan 384 terdakwa yang telah diperiksa
dan diputus oleh pengadilan, baik di tingkat pertama, banding, kasasi, maupun Peninjauan
Kembali (PK).

Bagaimana dengan wacana koruptor akan dihukum mati?


Pro kontra soal hukuman mati bagi koruptor bukan hal baru. Wacana ini mengemuka kembali
seiring dengan tren vonis pengadilan terhadap terdakwa korupsi yang kerap di bawah tuntutan
jaksa. Sehingga, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Agus Rahardjo berpikir agar para
terdakwa korupsi bisa dihukum mati. “Saya bertanya ke teman-teman ahli hukum, kalau kita
mulai terapkan tuntutan mati gimana? Hanya di situ [UU Tipikor] pada keadaan tertentu. Tetapi,
untuk saya, korupsi dalam jumlah besar pun layak [divonis mati],” ujarnya seperti
dikutip kompas.com, pada Februari lalu. Hukuman mati bagi koruptor memang dimungkinkan
oleh Undang-Undang (UU), tapi hanya dalam keadaan tertentu. Misalnya pada Pasal 2 ayat (2)
UU Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU Nomor 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi disebutkan, keadaan tertentu yang dimaksud adalah
korupsi dana penanggulangan keadaan bahaya, bencana alam nasional, penanggulangan akibat
kerusuhan sosial yang meluas, penanggulangan krisis ekonomi dan moneter, dan pengulangan
tindak pidana korupsi. Saat tes wawancara seleksi calon pimpinan KPK 2015 lalu, soal
kemungkinan hukuman mati bagi koruptor juga menjadi pertanyaan panitia seleksi (pansel).
Jimly Asshiddiqie, salah satu calon pimpinan KPK saat itu menegaskan, koruptor tidak perlu
dihukum mati. Wacana hukuman mati terhadap para koruptor hanya merupakan bentuk
kemarahan publik. “Kalau ikut emosi kita setuju saja [hukuman mati]. Bahkan pas saya marah
pada kasus Akil Mochtar 'hukum mati saja orang itu'. Tapi itu konteks orang marah,” ujarnya
saat diwawancara Pansel Capim KPK, Agustus 2015 lalu. Bagi Jimly, hukuman mati di
Indonesia seharusnya dikurangi karena berpotensi bertentangan dengan dasar negara sila ke-2,
yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini
mengatakan, sanksi yang tepat terhadap koruptor adalah dengan memiskinkan mereka. Terlepas
dari pro kontra hukuman mati bagi koruptor di atas, yang jelas jangan sampai korupsi
menggerogoti bangsa ini. Penegakan hukum terhadap para koruptor harus tegas, vonis berat serta
hukuman finansial yang besar merupakan ganjaran yang tepat dan adil.

Akibat dari rendahnya vonis hukuman yang dijatuhkan dan tidak menimbulkan efek jera kepada
para koruptor tersebut, perlu dipikirkan dan kemudian diberlakukan untuk memberikan hukuman
yang seberat-beratnya kepada koruptor, tidak hanya secara fisik yang harus dijalani oleh mereka
dipenjara, namun juga diberikan tambahan berupa sanksi sosial, finansial bahkan politik seperti
berikut ini :
- memberikan tuntutan hukuman maksimal dengan menggunakan pasal yang sesuai dengan
tindak pidana korupsi yang dilakukan berdasarkan UU Nomor 31 tahun 1999 dan UU No. 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
- memiskinkan koruptor dengan menyita seluruh harta kekayaan yang diperoleh dari tindak
pidana korupsi dengan cara pembuktian terbalik sesuai dengan pasal 77 UU No. 8 Tahun 2010
tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
- menghapuskan remisi kepada koruptor, kecuali yang telah menjalankan apa yang diatur dalam
Pasal 34A ayat (1) butir a dan b PP No. 9 tahun 2013 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan
Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
- mencabut hak politik koruptor, sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat memilih ataupun
dipilih untuk menjadi pejabat politik/publik (seperti tuntutan yang diberikan kepada Irjen Djoko
Susilo, meski pada vonis tidak dikabulkan oleh hakim), karena selama ini koruptor kerap kali
masih bisa mendapatkan posisi politik/publik yang bagus setelah menjalani masa hukuman.
- memberikan tanda khusus dalam KTP maupun kartu identitas koruptor yang berlaku seumur
hidup (sebagaimana yang pernah dilakukan oleh rezim Orde Baru kepada eks tahanan politik
G30S/PKI), bahkan Akil Mochtar yang baru saja ditangkap beberapa waktu lalu pernah
mengusulkan hukuman potong jari kepada koruptor.
- memberikan sanksi finansial/ekonomi, sehingga mereka tidak dapat menjadi nasabah bank
ataupun mengajukan kredit kepada bank. - memberikan sanksi sosial dengan mewajibkan
koruptor membersihkan jalan protokol (utama) dan/atau fasilitas umum di kota mereka ditahan
dengan menggunakan seragam tahanan KPK, sehingga masyarakat dapat melihat dan
mengejek/menghina para koruptor tersebut.
- membangun tempat tahanan koruptor di area rekreasi umum (semacam kebun binatang, tapi
penghuninya adalah para koruptor) yang dapat ditonton oleh masyarakat.
- menjatuhkan hukuman mati kepada koruptor dengan kriteria tertentu (pimpinan penegak
hukum, pimpinan pajak dan bea cukai, atau dampak dari korupsi yang dilakukannya sangat
merugikan negara, memberikan dampak negatif yang sangat massif dan meresahkan masyarakat
umum), bukan hanya "dalam keadaan tertentu" seperti yang tercantum pada Pasal 2 ayat (2) UU
Nomor 31 tahun 1999 dan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.Semoga dengan memberikan hukuman yang berat kepada koruptor, maka korupsi di
negara ini dapat berkurang secara drastis dan signifikan, sehingga Indonesiadapat menjadi
Negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 dan menjadi harapan kita semua.

Ide-ide untuk turut mengawasi pratik-pratik korupsi disekitar anda ? Bagaimana caranya?
1. Pantau aliran uang pemerintah
Salah satu cara melawan korupsi adalah dengan memantau ke mana uang yang digunakan
pemerintah itu mengalir, alias follow the money. Pantau dinyalai dari pemerintah daerah dulu.
Gimana memantaunya? :
a. Identifikasi apa masalah yang perlu dipantau. Waktu itu pemerintah janji bikin sekolah, kok
belum dibikin? Jalanan yang rusak sudah dilaporin, tapi kenapa masih rusak? Coba identifikasi
apa masalah yang mengganggu orang-orang di lingkungan sekitar.
b. Bentuk tim pemantau. Kumpulkan teman-teman yang juga tertarik dengan isu yang mau kanya
pantau. Teman-teman yang punya kemampuan analitis dan matematis bisa sangat bermanfaat
dalam kerja ini.
c. Tentukan goals. Pastikan kanya menentukannya secara realistis dan bisa dikelola.
d. Bersiaplah! Rencanakan riset awal (preliminary research) untuk memantau belanja pemerintah
daerah. Kumpulkan data anggaran, belanja negara, perkembangan proyek infrastruktur, dan
sebagainya.
e. Kumpulkan bukti-buktinya. Turunlah ke lapangan dan cari datanya.
f. Diskusikan tenyaan. Kumpulkan timnya untuk mendiskusikan keanehan di belanja negara.
Jangan lupa catat juga apa ada belanja negara yang memang ditepati pemerintah, misalnya
ternyata memang ada sekolah yang sudah dibangun.
g. Sebarkan temuannya. Gelar diskusi terbuka di lingkungannya untuk membicarakan temuanya
timnya. Lalu langsung kejar dan follow up pihak pemerintah daerah untuk meminta keterangan,
ke mana uang yang hilang dari daftar belanja negara.
h. Jaga momentumnya. Pikirkan bagaimana supaya isu ini tetap dibicarakan orang dan bagaimana
timnya bisa terus memantau angggaran dan belanja pemerintah selanjutnya.

2. Pantau kelengkapan layanan dan fasilitas di sekolah.


Kalau mengawasi pemerintah daerah terlalu jauh, bisa mulai dengan mengawasi sekolah sendiri.
Semakin besarnya biaya pendidikan, makin besar pula kemungkinan uangnya dikorupsi. Nah,
untuk memastikan anggaran pendidikan bebas dari korupsi, bisa mulai dengan mengawasi
sekolah sendiri. Caranya :
a. Pantaulah kelengkapan layanan dan fasilitas sekolahnya. Misalnya, perangkat laboratorium
sudah lengkap belum? Perpustakaan yang katanya mau diperbaiki sudah diperbaiki belum?
Teman-teman kita di SMAN3 Surakarta pernah mencoba cara ini untuk membongkar praktik
korupsi di sekolahnya. Ini dia step-by-step-nya.
b. Identifikasi apa masalahnya. Coba cari suatu hal yang mengganggu pikirannya dan banyak
teman-temannya terkait layanan sekolah.
c. Apa tujuannya? Tentukan apa yang mau kanya capai dan rancang goals-nya.
d. Pahami medannya. Pastikan kanya pahami kebijakan sekolah dan pemerintah daerah terkait
pengadaan layanan dan fasilitas di sekolahnya. Misalnya, betul ada nggak sih uang untuk
perbaikan perpustakaan? Petakan anggaran sekolahnya dan lacak aliran uangnya.
e. Jangkau orang penting. Gunakan kesempatan ini untuk membuka aksesnya dengan orang-orang
penting terkait penganggaran seperti pihak yayasan sekolah, dinas pendidikan daerah, atau
bahkan menteri pendidikan.
f. Mulai perencanaan. Lakukan pertemuan awal dan rencanakan prosesnya. Latih teman-temannya
dan relawan supaya bisa terlibat dalam melakukan penelitian.
g. Turun ke lapangan. Ini waktunya timnya melakukan penelitian lapangan, menganalisis proses
dan pola pengeluaran sekolahnya terkait isu yang kanya tentukan.
h. Sebarkan temuannya. Bisa presentasikan ke manajemen sekolah atau ke media massa, tergantung
tenyaannya.

3. Pantau keluhan dengan kartu laporan warga


Kartu ini digunakan untuk mengumpulkan masukan dan kritik layanan publik langsung dari
orang-orang yang memakainya. Misalnya keluhan soal transportasi publik, soal dana BOS,
pelayanan BPJS, atau macam-macam lainnya. Dengan kartu laporan ini kanya bisa
mengumpulkan data untuk mengukur kualitas layanan publik. Caranya :
a. Tentukan topiknya. Identifikasi apa–atau siapa–yang mau kanya ukur (misalnya, pejabat atau
kandidat politik tertentu, atau sektor layanan publik tertentu).
b. Identifikasi audiens. Kanya harus tahu siapa yang pendapatnya relevan dalam penelitian ini.
Misalnya, kalau kanya mengukur kualitas sekolah, kanya bisa memilih nyarid sekolah dan orang
tua sekolah.
c. Sadarilah apa yang kanya lakukan. Penting untuk juga bicara dengan organisasi terkait dan
stakeholder lain–seperti media massa–di awal-awal penelitian ini. Jangan lakukan belakangan.
d. Tentukan sampelnya. Perkirakan berapa banyak orang yang diperlukan supaya survei yang kanya
lakukan ini memang statistically significant. Kanya bisa nyalai dengan menentukan apakah mau
pakai jumlah definit (misalnya, 200 orang saja) atau persentase (misalnya, 10 persen dari
populasi).
e. Susun pertanyaannya. Susun pertanyaan kuesionernya, pastikan tetap sederhana. Kanya harus
memastikan senyaa orang bisa memahaminya.
f. Bersiaplah. Latihlah teman-temannya untuk melakukan survei dan memahami metode penelitian.
g. Sebarkan ke orang-orang! Beritahukan survei yang sedang kanya kerjakan ini ke orang banyak.
h. Tanyakan ke publik. Tanyakanlah ke orang-orang untuk mengetahui pandangan mereka.
i. Proses hasilnya. Olah data yang kanya tenyakan dan cari pola-polanya. Fokus pada data yang
mencolok, apa artinya itu? Apakah kerja pemerintah buruk di satu hal tertentu?
j. Sebarkan temuannya. Biarkan media massa dan lingkungan sekitarnya tahu apakah layanan
publik pemerintah sesuai ekspektasi. Sebarkan kekurangan dan
k. Pemantauan dan pelaporan dengan memanfaatkan teknologi.
4. Teknologi bisa bermanfaat untuk cara melawan korupsi. Yaitu, dengan melaporkan korupsi dan
memfasilitasi keluhan. Laporan bisa dilakukan lewat website, aplikasi, atau telepon. Media sosial
terutama sangat efektif untuk memantau korupsi secara real-time. Fasilitas crowdsourcing juga
bisa membantu memobilisasi orang dengan cepat. Caranya :
a. Cari topiknya. Tentukan apa yang mau kanya laporkan dan penting untuk disadari publik.
Misalnya, pungli di sekolah, suap-menyuap dengan aparat, atau bahkan transparansi keuangan
partai politik.
b. Manfaatkan platform yang bisa digunakan. Seperti apa mau membuat layanannya? Apakah
bentuknya adalah pemetaan seperti Ushahidi.com? Apakah seperti pengumpulan keluhan seperti
LAPOR.go.id? Apakah bentuknya dari SMS pengaduan seperti FrontLineSMS.com? Kanya
yang paling tahu.
c. Latih timnya. Kanya harus tahu bagaimana memanfaatkan platform-nya. Siapkan juga kolom
Frequently Asked Questions (FAQ) dan laman tanya-jawab untuk menghadapi pertanyaan dari
pengguna.
d. Ceritakan ke orang-orang! Beritahukan ini ke teman-temannya di media sosial. Teruslah
meminta blogger dan selebtwit atau selebgram untuk membantu mempromosikan. Ikuti berbagai
macam ajang networking digital yang lazim di antara pegiat startup.
e. Kumpulkan datanya. Kumpulkan senyaa data yang kanya dapat dari teknologi itu dan susunlah
dalam bentuk laporan.
f. Beritahukan perkembangannya. Pastikan lingkungan sekitarnya tahu perkembangan dari data
tenyaannya. Beritahukan orang-orang yang berpengaruh dan sampaikan apa yang diperlukan
untuk membuat perubahan.

5. Mobilisasi dengan aksi damai atau unjuk rasa


Aksi damai atau unjuk rasa adalah cara efektif untuk mengumpulkan berbagai kalangan di
masyarakat dalam mendukung suatu isu. Tiap hari Kamis, misalnya, ibu-ibu korban pelanggaran
HAM sudah melakukan ini di depan Istana Negara dengan Aksi Kamisan. Anak-anak nyada
sempat juga berkumpul dalam aksi Melawan Gelap waktu ramai pembredelan buku. Tahun 2015
kemarin, kita juga sempat aksi menolak kriminalisasi KPK. Bagaimana caranya mengumpulkan
massa? :
a. Susun pengorganisasian inti. Unjuk rasa butuh banyak rencana dan harus dilakukan dalam
kelompok. Pikirkan logistiknya: media massa, izin, perlengkapan, keamanan, transportasi, dan
sebagainya.
b. Tentukan pesannya. Pesan efektif adalah pesan yang singkat dan sederhana. Cari slogan yang
cocok untuk kampanyenya. Buatlah supaya catchy.
c. Tentukan tempat dan waktu. Tempat dan waktu sangat menentukan kapan orang-orang bisa
berpartisipasi.
d. Kabari aparat dan urus izin. Pikirkan siapa yang perlu diberitahukan. Di Indonesia, unjuk rasa
memerlukan izin dari kepolisian. Kalau kanya masih sekolah atau mahasiswa, kabari juga pihak
sekolah atau kampusnya.
e. Kumpulkan sukarelawan. Kumpulkan sebanyak nyangkin orang untuk membantunya pada hari
acara. Gunakan sistem jaringan konyanikasi (jarkom).
f. Sebarkan! Sebuah aksi tergantung pada kesadaran masyarakat luas. Buatlah publisitas sebanyak
nyangkin: lewat media sosial dan media massa. Manfaatkan cerita dari nyalut ke nyalut.
g. Tentukan orator. Orator penting sebagai pusat perhatian aksi. Orator yang bagus bisa
mengedukasi peserta unjuk rasa dna publik tentang pesan kampanyenya dan menginspirasi
mereka untuk mendukung.
h. Pastikan keamanan. Keamanan peserta unjuk rasanya sangatlah penting. Mereka adalah
tanggung jawab timnya.
i. Siapkan perlengkapan. Pengeras suara, spanduk, kamera perekam, dan sebagainya sangatlah
penting

6. Mobilisasi dengan petisi


Petisi bisa dimanfaatkan kepada para pengambil kebijakan, seperti pemerintah dan pihak yayasan
pengelola pendidikan, untuk menunjukkan bahwa ada banyak pendukung pada isu yang kanya
angkat. Kanya bisa memanfaatkan petisi online seperti change.org, bisa juga memanfaatkan
sarana offline.Pastinya, petisi ini cuma sarana. Kampanye nggak berhenti cuma di petisi. Tapi
sarana ini efektif untuk mengumpulkan dukungan. caranya? :
a. Tentukan tujuannya. Apa yang mau kanya capai? Siapa sasaran petisinya? Apa tuntutannya?
Pastikan itu senyaa jelas di petisinya: apa yang kanya mau dan siapa yang harus melakukannya.
Pastikan di lingkungan sekitarnya sudah ada orang-orang yang berpikiran serupa, supaya nggak
ngomong sendiri
b. Tentukan apakah offline, online, atau dua-duanya. Aturan soal petisi dan efektivitas petisi akan
bergantung pada daerah dan isu yang kanya angkat.
c. Tentukan sasarannya. Apakah pemerintah, kampus, perusahaan, parpol, NGO, atau lainnya.
d. Teliti sebelum membuat petisi. Pastikan kanya sudah mengumpulkan fakta dan data sebelum
kanya menyalai suatu petisi. Kanya harus tahu jelas apa yang sedang kanya kampanyekan.
e. Penggunaan bahasa (wording) harus jelas. Kanya harus menjelaskan dengan singkat dan padat,
serta hindari bahasa rumit. Harus bisa menjelaskan apa yang salah dengan isu yang kanya angkat
dan sarankan apa yang kita seharusnya butuhkan. Orang biasanya tergugah dengan penyampaian
petisi yang menggunakan cerita kemanusiaan (human interest).
f. Susun rencana pengiriman petisi. Sebelum kanya menyebarkannya, kanya harus tahu bagaimana
menyasar orang-orang yang mau menandatangani petisinya. Bisa lewat e-mail, bisa langsung.
g. Kumpulkan tanda tangan. Setiap tanda tangan berharga. Rekrut sebanyak nyangkin orang.
h. Follow up. Jangan sampai petisinya berhenti di tanda tangan saja. Tindak lanjuti dalam bentuk
laporan ke pemerintah atau media massa.

7. Cara melawan korupsi pemilu dengan Sumpah Pemilu


Sumpah Pemilu adalah cara gimana anda meningkatkan kesadaran masyarakat di sekitamru
untuk menyelenggarakan dan terlibat dalam pemilu yang bebas dari korupsi. Artinya, jangan
sampai masyarakat ikut-ikutan politik uang (memilih karena dibayar) atau melakukan
kecurangan dalam hasil pemilu. Ini pernah dicoba di Kepulauan Solomon. Nah, gimana sih
Sumpah Pemilu itu?
a. Buatlah tim. Kanya harus bekerja dengan orang-orang untuk menyusun apa rencana dan hasil
akhir yang diinginkan dari pemilu itu.
b. Tentukan tujuannya, yang spesifik. Sumpah Pemilu berguna untuk mengangkat apa masalah-
masalah yang biasa terjadi selama pemilu selama ini. Biasanya untuk konteks pilkada. Nah,
kanya harus identifikasi apa masalah yang terjadi di lingkungannya. Apakah politik uang, atau
tim sukses yang menyamar jadi sukarelawan, atau selebtwit yang berkampanye di luar masa
kampanye, dan sebagainya siapkan perlengkapan. Tentukan perlengkapan apa yang bisa
dimanfaatkan. Persiapkanlah timnya.
c. Nyalai bekerja. Nyalai dengan orang yang bisa menyiapkan rencana kampanye dan timeline.
d. Runyaskanlah Sumpah Pemilu. Runyaskanlah sumpah dalam bahasa yang sederhana, singkat,
dan padat. Pastikan tak ada kepentingan pemilih yang diabaikan. Buatlah dalam gaya Sumpah
Penyada atau Teks Proklamasi, misalnya. Sumpah Pemilu di Kepulauan Solomon misalnya
berbunyi,
“Saya bersumpah akan menolak suap-menyuap, tak akan menerima janji palsu, tak akan menjual
suara saya, tak akan terlibat dalam kegiatan korup selama, sebelum, dan sesudah pemilu. Saya
juga bersumpah akan menggunakan kesadaran penuh saya untuk memilih dan meminta bantuan
Tuhan untuk memilih. Saya bersumpah hanya akan memilih pemimpin yang jujur.”

8. Cara melawan korupsi pemilu dengan crowd-sourcing


Korupsi politik adalah salah satu korupsi paling berbahaya. Salah satunya dilakukan dengan
memanipulasi suara. Kanya bisa bergabung jadi sukarelawan KPU pemantau pemilu untuk
mencegah terjadinya manipulasi suara. Kanya bisa juga memanfaatkan crowd-sourcing dengan
teknologi untuk memantau pemilu. Waktu Pilpres 2014 kemarin, ada inisiatif Kawal Pemilu
untuk memastikan hasil pemilu konsisten. Caranya :
a. Bisa mencoba cara itu. Misalnya dengan tweet hasil suara di TPU masing-masing.
b. Buatlah tim. Pastikan timnya digital savvy dan mau memastikan pemilu berlangsung bersih.
c. Tentukan alatnya. Apakah kanya mau mengawal lewat media sosial, lewat website seperti Kawal
Pemilu, atau dua-duanya.\
d. Rencanakan! Susun timeline supaya bisa diikuti setiap anggota kelompok.
Nyalai kerja. Putuskan bagaimana berinteraksi dengan pemilih dan bagaimana supaya pemilih
bisa berdiskusi dengan timnya. Tentukan siapa anggota tim yang bertanggung jawab.
e. Luncurkan! Luncurkan sebulan sebelum pemilu. Promosikan dan publikasikan sebanyak
nyangkin supaya orang mengenalinya.
Kumpulkan hasil pemilu. Saat hari H, kumpulkan setiap data dan susun jadi laporan.
Publikasikan. Publikasikan laporan dan keberhasilan pemantauan pemilu. Pastikan untuk
berterima kasih kepada tiap orang yang terlibat.
Keterlibatan Mahasiswa

1. Di Lingkungan Keluarga
Internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa dapat dimulai dari lingkungan
keluarga. Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan keluarga ini adalah tingkat ketaatan
seseorang terhadap aturan/tata tertib yang berlaku. Substansi dari dilanggarnya aturan/tata tertib
adalah dirugikannya orang lain karena haknya terampas.
Tahapan proses internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa yang diawali dari
lingkungan keluarga yang sangat sulit dilakukan. Justru karena anggota keluarga adalah orang-
orang terdekat, yang setiap saat bertemu dan berkumpul, maka pengamatan terhadap adanya
perilaku korupsi yang dilakukan di dalam keluarga seringkali menjadi bias.

2. Di Lingkungan Kampus
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di lingkungan kampus dapat dibagi ke dalam
dua wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya sendiri, dan untuk komunitas mahasiswa.
Untuk konteks individu, seseorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar dirinya sendiri
tidak akan berperilaku koruptif dan tidak korupsi. Sedangkan untuk konteks komunitas seorang
mahasiswa diharapkan dapat mencegah rekan-rekannya sesame mahasiswa dan organisasi
kemahasiswaan kampus untuk tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi.

3. Di Masyarakat Sekitar
Hal yang sama dapat dilakukan mahasiswa atau kelompok mahasiswa untuk mengamati
lingkungan di lingkungan masyarakat sekitar.

4. Di Tingkat Lokal dan Nasional


Mahasiswa dengan kompetensi yang dimilikinya dapat menjadi pemimpin (leader) dalam
gerakan massa anti korupsi baik yang bersifat lokal maupun nasional. Kegiatan-kegiatan anti
korupsi yang dirancang dan dilaksanakan secara bersama dan berkesinambungan oleh
mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi akan mampu membangunkan kesadaran masyarakat
akan buruknya korupsi yang terjadi di suatu Negara.
Peranan Pendidikan Anti Korupsi Dini di Kalangan Mahasiswa dalam Mencegah
Terjadinya Tindak Korupsi
Pendidikan budi pekerti adalah salah satu pendidikan penting untuk bekal hidup setiap orang.
Disini ‘murid’ belajar memahami nilai-nilai yang diterima dan harus ditaati dalam masyarakat
tempat dia tinggal dan dalam masyarakat dunia. Dalam mempelajari nilai-nilai ini akan ditemui
manfaat jika kita mematuhi pagar aturan tersebut dan apa akibatnya jika kita melanggarnya.
Sebetulnya inti dari pendidikan anti korupsi adalah bagaimana penanaman kembali nilai-nilai
universal yang baik yang harus dimiliki oleh setiap orang agar dapat diterima dan bermanfaat
bagi dirinya sendiri serta lingkungannya. Di antara sifat-sifat itu ada jujur, bertanggung jawab,
berani, sopan, mandiri, empati, kerja keras, dan masih banyak lagi. Pendidikan adalah salah satu
penuntun generasi muda untuk ke jalan yang benar. Jadi, sistem pendidikan sangat memengaruhi
perilaku generasi muda ke depannya. Termasuk juga pendidikan anti korupsi dini. Pendidikan,
sebagai awal pencetak pemikir besar, termasuk koruptor sebenarnya merupakan aspek awal yang
dapat merubah seseorang menjadi koruptor atau tidak. Pedidikan merupakan salah satu tonggak
kehidupan masyarakat demokrasi yang madani, sudah sepantasnya mempunyai andil dalam hal
pencegahan korupsi. Salah satu yang bisa menjadi gagasan baik dalam kasus korupsi ini adalah
penerapan anti korupsi dalam pendidikan karakter bangsa di Indonesia, khususnya ditujukan bagi
mahasiswa. Karena pada dasarnya mereka adalah agen perubahan bangsa dalam perjalanan
sejarah bangsa. Pendidikan anti korupsi sesungguhnya sangat penting guna mencegah tindak
pidana korupsi. Jika KPK dan beberapa instansi anti korupsi lainnya
menangkapi para koruptor, maka pendidikan anti korupsi juga penting guna mencegah adanya
koruptor. Seperti pentingnya pelajaran akhlak dan moral. Pelajaran akhlak penting guna
mencegah terjadinya kriminalitas. Begitu halnya pendidikan anti korupsi memiliki nilai penting
guna mencegah aksi korupsi.
Satu hal yang pasti, korupsi bukanlah selalu terkait dengan korupsi uang. Seperti yang
dilansir dari program KPK yang akan datang bahwa pendidikan dan pembudayaan antikorupsi
akan masuk ke kurikulum pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi mulai tahun 2012.
Pemerintah akan memulai proyek percontohan pendidikan antikorupsi di pendidikan tinggi. Jika
hal tersebut dapat terealisasi dengan lancar maka masyarakat Indonesia bisa optimis di masa
depan kasus korupsi bisa diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA

https://nasional.kompas.com/read/2017/02/02/17564931/ma.anggap.putusan.praperadilan.terhada
p.hadi.poernomo.tak.tepat

Putri: https://www.google.com/amp/s/m.liputan6.com/amp/2612163/alasan-ma-perberat-
hukuman-sutan-bhatoegana-jadi-12-tahun

https://m.detik.com/news/berita/d-3330128/hakim-artidjo-perberat-hukuman-jero-wacik-jadi-8-
tahun

https://m.cnnindonesia.com/nasional/20160602192033-12-135474/kalah-banding-hukuman-
suryadharma-ali-ditambah-10-tahun

https://nasional.kompas.com/read/2014/12/26/19532171/Daftar.Aksi.KPK.Menangkap.Tangan.P
ejabat.Daerah.di.Tahun.2014

https://www.google.com/amp/s/m.liputan6.com/amp/2145001/30-kasus-korupsi-diungkap-polri-
sepanjang-2014

Anda mungkin juga menyukai